laporan praktikum - viskositas edit

29
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DENGAN VISKOMETER OSTWALD Disusun Oleh : Nama : Imas Rilo Pambudi No. Mahasiswa : 11.0169 Tgl Praktikum : 7 November 2012 Hari : Jumat Dosen Pembimbing : Paulina Maya O., S.Farm., Apt.

Upload: imas-rilo-pambudi

Post on 22-Oct-2015

999 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

LAPORAN PRAKTIKUMFISIKA FARMASI

PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTONDENGAN VISKOMETER OSTWALD

Disusun Oleh :

Nama : Imas Rilo PambudiNo. Mahasiswa : 11.0169Tgl Praktikum : 7 November 2012Hari : JumatDosen Pembimbing : Paulina Maya O., S.Farm., Apt.

LABORATORIUM FISIKA FARMASIAKADEMI FARMASI THERESIANA

SEMARANG2012

Page 2: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON

DENGAN VISKOMETER OSTWALD

I. TUJUAN

- Mahasiswa mampu mempelajari cara penentuan viskositas larutan

Newton dengan Viskometer Ostwald.

- Mahasiswa mampu memahami pengaruh kadar larutan terhadap

viskositas larutan.

II. DASAR TEORI

Viskositas adalah suatu pernyataan “tahanan untuk mengalir” dari

suatu sistem yang mendapat suatu tekanan. Makin kental suatu cairan

makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada

kecepatan tertentu (Moechtar, 1989).

Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo

berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu

yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi

erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan

tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas,

semakin besar tahanannya untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam

simbol η (Martin, 1993).

Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam

pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-

lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk

sediaan farmasi (dosage form) sebagai penjaminan kualitas yang sama

untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan,

penuangan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik.

Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi

pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh

Page 3: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

(bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi

laju absorbsi obat dalam tubuh (Martin, 1993).

Sifat reologi dari sistem farmasi dapat mempengaruhi pemilihan

peralatan untuk prosessing yang digunakan dalam pembutannya. Pemilihan

alat yang tidak tepat dapat menghasilkan produk yang tidak

dikehendaki,setidak tidaknya yang menyangkut sifat alirnya.

Diklasifikasikan menurut tipe alir dan deformasinya pada umumnya zat

dibagi menjadi 2 kategori yaitu sistem Newton dan sistem bukan Newton di

antaranya “Time independent” pseudoplastik, plastik dan dilatan. “Time

Dependent” tiksotropi, reopeksi, anti tiksotropi dan anti reopeksi.

Pemilihannya tergantung pada sifat alir yang sesuai dengan hukum alir

Newton atau tidak (Moectar, 1989).

Pada cairan Newton hubungan antara “shearing rate” dan “shearing

stress” memiliki hubungan linier, dengan suatu tetapan yang dikenal dengan

viskositas atau koefisien viskositas. Namun demikian pada cairan newton

kedua besaran tersebut tidak mempunyai hubungan linier, dengan perkataan

lain viskositasnya akan berubah-ubah tergantung dari besar tekanan yang

diberikan. Disamping itu beberapa tipe zat cair jika tekanan tersebut

dihentikan viskositas cairan tidak segera kembali ke keadaan semula. Dalam

hal yang demikian, maka penetuan viskositas kurang sekali mnfaatnya,

sedangkan penentuan sifat alir justru banyak bermanfaat (Martin, 1993).

Penggolongan bahan menurut tipe alirnya dan deformasi yaitu

sistem Newton dan Non Newton. Pemilihan tergantung pada sifat alirnya,

apakah sesuai dengan hukum aliran dari Newton atau tidak. Newton adalah

orang yang pertama mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan secara

kualitatif. Dia menemukan bahwa semakin besar viskositasnya suatu cairan

akan makin besar pula gaya per satuan luas (shearing stress).

a. Sistem Newton (kekentalan ideal)

Kekentalan ideal memiliki suatu koefisien viskositas konstan yang

tidak tergantung dari jumlah absolut tegangan geser.

Page 4: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

b. Sistem Non Newton (kekentalan struktur)

Kekentalan struktur tergantung pada tegangan geser. Sistem aliran ini

meliputidispersi heterogen cairan pada padatan seperti koloid, emulsi,

suspensi cair, salep, dan produk serupa. Jika bahan Non Newton

dianalisis dalam suatu viskometer putar dan hasilnya diplot, diperoleh

berbagai kurva konsistensi yang menggambarkan adanya 3 kelas

cairan yaitu plastis, pseudoplastis dan dilatan.

Suatu cgs viskositas adalah poise, gaya gesek yang diperlukan untuk

mendapat hasil kecepatan 1 cm/detik antara 2 bidang paralel dari zat cair

yang luas 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm (Moechtar, 1990).

Hukum aliran newton diasumsikan sebagai sebuah balok cairan yang

terdiri dari lapisan-lapisan molekul paralel bagaikan setumpuk kayu.

Lapisan dasar dianggap menempel pada tempatnya. Jika bidang cairan

paling atas bergerak dengan suatu kecepatan konstan, setiap lapisan

bawahnya akan bergerak dengan suatu kecepatan konstan, setiap lapisan

bawahnya akan bergerak dengan suatu kecepatan yang berbanding lurus

dengan jarak dari lapisan dasar yang diam Perbedaan kecepatan (dv) antara

dua bidang cairan dipisahkan oleh suatu jarak yang kecil sekali (dr) adalah

“perbedaan kece patan” atau rate of shear, dv/dr. Gaya per satuan luas F’/A

diperlukan untuk menyebabkan aliran, ini yang disebut dengan shearing

stress. Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari

cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas

suatu cairan, maka makin besar pula gaya per satuan luas (shearing stress)

yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu (Martin,

1993).

Menentukan viskositas cairan Newton dapat digunakan semua alat

pengukur viskotitas, misalnya viscometer Oswald, Viscometer Hoppler,

Viscometer Brookfield, dan Viscometer Stomer. Dasar penentuan viskositas

dengan Viscometr Brookfield adalah “cone and plate” yaitu menggunakan

intrumen yang terdiri dari rotating cone dengan sudut tumpul dan flat plate

yang lebih rendah dan tidak bergerak. Lempeng dinaikkan sampai puncak

Page 5: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

kerucut benar-benar menyentuh permukaan. Cairan diisikan melalui celah

segitiga antara cone and plate. Tegangan permukaan mencegahnya dari

penyebaran pada plate. Plate dipertahankan sampai temperatur konstan

dengan membentuk sirkulasi air. Cone diatur dengan kecepatan yang teratur.

Tarikan kental pada putaran cone mendesak tenaga putaran pada

dinamometer dengan gaya gesekan. Sudut yang dibentuk oleh cone and

plate biasanya 30 dan rata-rata kedalaman celah 2 mm (Martin, 1993).

1. Viskometer Kapiler atau Viskometer Ostwald

Alat ini hanya dapat diguanakan untuk menentukan viskositas

cairan Newton, dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan cairan

tersebut melintas antara dua tanda, pada waktu ia mengalir karena

gravitasi melalui pipa kapiler vertikal. Maka dapat dirumuskan sebagai

berikut :

h1 r1 x t1 h1

= , Nilai = = hre

h2 r2 x t2 h2

Dimana :

h1 = viskositas zat cair 1

h2 = viskositas zat cair 2

r1 = kerapatan zat cair 1

r2 = kerapatan zat cair 2

t1 = suhu zat cair 1 (dalam 0K)

t2 = suhu zat cair 2 (dalam 0K)

hre = viskositas relatif dari zat cair yang diselidiki

2. Viskometer Cup and Bob atau Viskometer Stormer

Alat ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan

Newton dan cairan Non-Newton. Viskometer ini hendaknya jangan

digunakan untuk sistem-sistem yang mempunyai viskositas di bawah 20

cps. Kelemahan dari viskometer ini adalah adanya bermacam-macam

Page 6: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

tekanan geser dalam ruang antara bob dan cup. Yang dapat dirumuskan

sebagai berikut :

h = Kv w

v

Dimana :

h = viskositas zat cair

Kv = suatu tetapan untuk alat

w = beban (gram)

v = kecepatan putaran per menit (rpm)

3. Viskometer Bola Jatuh atau Viskometer Hoeppler

Alat ini juga hanya dapat digunakan untuk menentukan viskositas

cairan Newton saja. Dalam viskometer ini, bola gelas atau baja

menggelinding melalui tabung gelas yang hampir vertikal berisi zat cair

yang diselidiki pada temperatur konstan yang diketahui. Maka dapat

dirumuskan sebagai berikut :

h = t (Sb – Sf) B

Dimana :

h = viskositas zat cair

t = interval waktu dalam detik untuk bola yang jatuh antara 2

titik

Sb = bobot jenis bola

Sf = bobot jenis zat cair

B = suatu tetapan untuk bola tertentu, yang disediakan oleh

pabrik pembuatnya.

Bermacam-macam bola gelas dan bola baja dengan diameter

yang berbeda-beda, maka alat ini dapat digunakan meliputi jarak

viskositas 0,5 sampai 200.000 poise. Agar dapat diperoleh hasil yang

baik, bola hendaknya digunakan sedemikian hingga dan tidak kurang dari

30 detik.

Page 7: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

4. Viskometer Cone and Plate atau Viskometer Brookfield

Alat ini juga dapat digunakan untuk menentukan viskositas dari

cairan Newton dan cairan Non-Newton. Viskometer ini mempunyai

beberapa keuntungan, antara lain kecepatan gesernya konstan di semua

bagian dari sampel yang mengalami tekanan geser, terjadinya aliran

sumbat dapat dihindarkan, dan tidak tergantung lagi pada jari-jari

kerucut. Sudut kerucut pada umumnya berkisar antara 0,30 sampai 40,

sudut-sudut kecil lebih disukai. Keuntungan yang lain adalah menghemat

waktu dalam membersihkan dan mengisinya, dan selama percobaan,

temperatur stabil. Dapat ditentukan dengan rumus :

h = C T

v

Dimana :

h = viskositas zat cair

C = suatu tetapan untuk alat

T = pembacaan putaran

v = kecepatan putaran per menit (rpm) (Moechtar, 1990).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat :

- Bekerglass “Pyrex”

- Gelas Ukur “Pyrex”

- Pipet Volume 5 ml “Pyrex”

- Pipet Filler “Pyrex”

- Piknometer “Brand Duran Germany”

- Batang Pengaduk

- Viskometer Ostwald

- Klem, Statip

- Neraca Digital “Kern EMB 200-2”

Page 8: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

Bahan :

- Alkohol

- Aseton

- Alkohol 5%, 10%, X%

- Aquadest

- Air Es

IV. CARA KERJA

A. Pembuatan Larutan Gula 5 %, 10 %

Dihitung gula yang dibutuhkan untuk membuat larutan gula 5 % , 10 %

(2,5 g untuk 50 ml larutan gula 5 %, 5 g untuk 50 ml larutan gula 10 %)

¯

Ditimbang gula yang dibutuhkan

¯

Dilarutkan dalam aquadest sampai 50 ml

B. Pembuatan Larutan Alkohol 70 %

Dihitung alcohol 96 % yang dibutuhkan untuk membuat larutan alcohol 70 %

¯

Diukur alcohol 96% yang dibutuhkan

¯

Ditambahkan aquadest sampai 50 ml

C. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan

Di timbang piknometer kosong yang bersih dan kering dengan seksama

Isi piknometer dengan air hingga penuh → rendam dalam air es hingga suhu

± 2 0 di bawah suhu percobaan

Buka Tutup pinometer → biarkan pipa kapiler terbuka dan suhu air naik

sampai mencapai suhu percobaan (25°C) → tutup pipa kapiler piknometer

Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar (27°C) → Air yang

menempel diusap dengan tissue → timbang piknometer dengan seksama

Page 9: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

Lihat dalam tabel berapa kerapatan air pada suhu percobaan yang digunakan

untuk menghitung volume air = volume piknometer

Cara perhitungan :

Bobot piknometer + air = A (gram)

Bobot piknometer kosong = B ( gram) _

Bobot air = C (gram)

Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = ρ air

C (gram)

volume piknometer = ρair (gram/ml)

D. Penentuan kerapatan zat cair ( alkohol 70%, larutan gula 5%, 10%, X%)

Ditimbang piknometer kosong yang telah bersih dan kering, kemudian dicatat

bobotnya

Diisi piknometer dengan alkohol 70% hingga penuh, lalu direndam dalam air

es hingga suhu ± 2 di bawah suhu percobaan (23C)

Ditutup piknometer, dibiarkan pipa kapiler terbuka dan suhu parafin naik

sampai mencapai suhu percobaan (25C) lalu ditutup pipa kapiler piknometer

Dibiarkan suhu alkohol dalam piknometer mencapai suhu kamar (27C). Air

yang menempel diusap dengan tissue, ditimbang piknometer dengan seksama

dan dicatat bobotnya

Dihitung kerapatan alkohol 70%

Cara perhitungan :

Bobot piknometer + alkohol = A (gram)

Page 10: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

Bobot piknometer kosong = B (gram) -

Bobot alcohol 70% = C (gram)

Kerapatan Alkohol 70% dihitung dengan rumus :

ρ=C (gram)Vp(ml )

= ...... gram.ml-1

¯

Dengan cara yang sama, dilakukan penentuan kerapatan larutan gula 5%,

larutan gula 10%, larutan gula X%

E. Penentuan Viskositas Larutan

Disiapkan viscometer Ostwald dan dipasang di statip

¯

Dipipet 5 ml larutan yang akan ditentukan viskositasnya (air)

¯

Dimasukkan ke dalam viskometer ostwald lalu di sedot dengan vaccum

hingga larutan naik di atas batas atas viskometer ostwald

¯

Ditunggu hingga larutan turun di batas atas viskometer ostwald, dinyalakan

stopwatch

¯

Ditunggu hingga larutan sampai di batas bawah viskometer ostwald, catat

waktu yang dibutuhkan

¯

Dilakukan pengulangan hingga 3 kali uji coba

¯

Dihitung viskositas larutan dengan rumus

η ¿η air x t zat x ρ zat

t air x ρ air

¯

Dilakukan dengan cara yang sama untuk mengukur viskositas larutan gula

5%, 10%, larutan alcohol 70%

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

Page 11: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

V.1 Kelompok 1

Penentuan Kerapatan Larutan Alkohol 70%

Bobot Pikno + air = 55,99 g

Bobot Pikno kosong = 31,76 g

Bobot air = 24,23 g

Volume Air

Vp=m(gram)

ρ =

24,23 g0,996 g/ml

= 24,33 ml

Bobot pikno + alkohol 70% = 55,79 g

Bobot pikno kosong = 31,76 g

Bobot alkohol 70% = 24,03 g

Kerapatan alkohol 70%

ρ=m(gram)

Vp =

24,03 g24,33 ml

= 0,988 g/ml

Penentuan Kerapatan Larutan Gula X %

Bobot Pikno + air = 59,24 g

Bobot Pikno kosong = 35,12 g

Bobot air = 24,12 g

Volume air

Vp=m(gram)

ρ =

24,12 g0,996 g/ml

= 24,22 ml

Bobot pikno + larutan gula X% = 59,85 g

Bobot pikno kosong = 35,12 g

Bobot larutan gula X% = 23,73 g

Kerapatan larutan gula X% =

ρ=m(gram)

Vp =

23,73 g24,22ml

= 0,980 g/ml

Page 12: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

Pengukuran Viskositas Pada suhu 27 R C

No Nama Larutan Replikasi Rata-rata

1(detik) 2(detik) 3(detik)

1 Air 25,10 25,96 26,10 25,72

2 Alkohol 70% 29,22 28,97 28,62 28,94

3 Larutan Gula X % 29,94 28,91 28,12 29,00

Perhitungan Viskositas Alkohol 70%

η¿ η air x t zat x ρ zatt air x ρ air

η¿ 0,8904 x28.94 x0,98825,72 x0,996

η¿0,9938 cp

Perhitungan Viskositas Larutan Gula X%

η¿ η air x t zat x ρ zatt air x ρ air

η¿ 0,8904 x29,00 x 0,98025,72 x0,996

η¿0,9878 cp

V.2 Kelompok 2

Penentuan Kerapatan Larutan Gula 5%

Larutan gula 5% b/v

Gula = 5% x 100 ml = 5 gram

Aquadest ad 100 ml

Bobot Pikno+ air = 58,77 g

Bobot Pikno kosong = 34,20 g

Bobot air = 24,57 g

Volume Air

Vp=m(gram)

ρ =

24,57 g0,996 g/ml

= 24,67 ml

Page 13: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

Bobot pikno + larutan gula 5% = 59,32 g

Bobot pikno kosong = 34,20 g

Bobot larutan gula 5% = 25,12 g

Kerapatan larutan gula 5%

ρ=m(gram)

Vp =

25,12g24,67ml

= 1,018 g/ml

Penentuan Kerapatan Larutan Gula X %

Bobot Pikno + air = 58,94 g

Bobot Pikno kosong = 34,21 g

Bobot air = 24,73 g

Volume air

Vp=m(gram)

ρ =

24,73 g0,996 g/ml

= 24,83 ml

Bobot pikno + larutan gula X% = 59,60 g

Bobot pikno kosong = 34,21 g

Bobot larutan gula X% = 25,39 g

Kerapatan larutan gula X%

ρ=m(gram)

Vp =

25,39 g24,83 ml

= 1,023 g/ml

Pengukuran Viskositas Pada suhu 27 R C

No Nama Larutan Replikasi Rata-rata

1(detik) 2(detik) 3(detik)

1 Air 25,59 26,59 26,63 26,27

2 Larutan Gula 5 % 30,16 30,43 29,88 30,16

3 Larutan Gula X % 31,37 31,20 31,47 31,35

Perhitungan Viskositas Larutan Gula 5%

η¿ η air x t zat x ρ zatt air x ρ air

Page 14: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

η¿ 0,8904 x30,16 x 1,01826,27 x0,996

η¿1,044 cp

Perhitungan Viskositas Larutan Gula X%

η¿ η air x t zat x ρ zatt air x ρ air

η¿ 0,8904 x31,35 x 1,02326,27 x0,996

η¿1,091 cp

V.3 Kelompok 3

Penentuan Kerapatan Larutan Gula 10%

Larutan gula 10% b/v

Gula = 10% x 100 ml = 10 gram

Aquadest ad 100 ml

Bobot Pikno + air = 57,91 g

Bobot Pikno kosong = 33,24 g

Bobot air = 24,67 g

Volume Air

Vp=m(gram)

ρ =

24,67 g0,996 g/ml

= 24,77 ml

Bobot pikno + larutan gula 10% = 58,80 g

Bobot pikno kosong = 33,24 g

Bobot larutan gula 10% = 25,56 g

Kerapatan larutan gula 10%

ρ=m(gram)

Vp =

25,56 g24,77 ml

= 1,032 g/ml

Penentuan Kerapatan Larutan Gula X %

Bobot Pikno + air = 57,61 g

Page 15: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

Bobot Pikno kosong = 33,26 g

Bobot air = 24,35 g

Volume air

Vp=m(gram)

ρ =

24,35 g0,996 g/ml

= 24,45 ml

Bobot pikno + larutan gula X% = 58,25 g

Bobot pikno kosong = 33,26 g

Bobot larutan gula X% = 24,99 g

Kerapatan larutan gula X% =

ρ=m(gram)

Vp =

24,99 g24,45 ml

= 1,022 g/ml

Pengukuran Viskositas Pada suhu 27 R C

No Nama Larutan Replikasi Rata-rata

1(detik) 2(detik) 3(detik)

1 Air 26,00 26,00 25,55 25,83

2 Larutan Gula 10 % 32,71 34,75 34,29 33,92

3 Larutan Gula X % 32,72 32,04 31,90 31,95

Perhitungan Viskositas Larutan Gula 10%

η¿ η air x t zat x ρ zatt air x ρ air

η¿ 0,8904 x33,92 x1,03225,83 x 0,996

η¿1,2115cp

Perhitungan Viskositas Larutan Gula X%

η¿ η air x t zat x ρ zatt air x ρ air

η¿ 0,8904 x31,95 x 1,02225,83 x0,996

η¿1,130 cp

Page 16: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

TABEL DATA VISKOSITAS

No Larutan

(kelompok)

Replikasi Rata-rata η

1 2 3

1 Air (1) 25,10 25,96 26,10 25,72 0,8904

Air (2) 25,59 26,59 26,63 26,27 0,8904

Air (3) 26,00 26,00 25,55 25,83 0,8904

2 Larutan Gula X% (1) 29,94 28,91 28,12 29,00 0,988

Larutan Gula X% (2) 31,37 31,20 31,47 31,35 1,091

Larutan Gula X% (3) 32,72 32,04 31,90 31,95 1,130

3 Larutan Gula 5 % (2) 30,16 30,43 29,88 30,16 1,045

4 Larutan Gula 10 %(3) 32,71 34,75 34,29 33,92 1,2115

5 Alkohol 70% (1) 29,22 28,97 28,62 28,94 0,9938

KADAR LARUTAN GULA X%

Data Fiktif Larutan Gula

Kadar / % (x) Viskositas / η (cps) (y)

5 % 1,045

X % Rata-rata : 1,070

10 % 1,2115

15 % 1,2810

20 % 1,3051

25 % 1,3575

A = 1,0244

B = 0,0144

r = 0,9390

Kadar larutan gula X%

Page 17: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

y = Bx + A

1,070 = 0,0144x + 1,0244

x = 1,070 – 1,0244

0,0144

= 3,16 %

% Penyimpangan : (3,16 % - 7,5 %) : 7,5 % x 100 % = 57,86 %

VI. PEMBAHASAN

Praktikum farmasi fisika penentuan viskositas larutan newton ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana cara penentuan viskositas suatu larutan dengan

menggunakan viskometer Ostwald dan untuk memahami pengaruh kadar terhadap

viskositas suatu larutan. Larutan newton adalah larutan yang mengandung zat

tunggal terlarut yang ukuran molekulnya kecil sehingga memiliki sifat mudah

mengalir dalam pipa sempit. Penentuan Viskositas larutan newton dilakukan

dengan menggunakan viskometer Oswald. Keuntungan dari penggunaan

viskometer Ostwald dibandingkan dengan viskometer lain, yaitu cara penggunaan

viskometer Ostwald mudah dan tidak rumit serta viskometer ostwald mudah

didapatkan.

Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar

resistensi suatu zat untuk  mengalir  semakin  besar  pula  viskositasnya sehingga

semakin tinggi kekentalan dari suatu zat maka daya alirnya semakin lambat

karena viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya

gesekan antar lapisan material, viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu

cairan untuk mengalir.

Penentuan viskositas suatu cairan dengan menggunakan viskometer Ostwald

dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi, karena merupakan penggabungan

antara prosedur penentuan kerapatan suatu zat dan penentuan waktu alir suatu zat.

Titik kritis prosedur pelaksanaannya diantaranya adalah suhu pengujian pada saat

penentuan kerapatan suatu zat harus bena-benar tepat karena suhu berpengaruh

terhadap viskositas suatu larutan, dimana semakin tinggi suhu suatu zat maka

viskositasnya semakin rendah dan sebaliknya. Volume suatu zat uji juga sangat

Page 18: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

berpengaruh terhadap besarnya viskositas sehingga pada saat pengisian zat pada

piknometer harus dipastikan terisi penuh dan massa zat pada saat penimbangan

benar-benar valid. Selain itu, pengukuran 5 ml volume zat uji untuk pengujian

viskositas juga harus benar-benar teliti, ketinggian mata harus sejajar dengan pipet

volume dalam pengambilan sampel zat uji. Pemasangan viskometer Ostwald pada

klem dan statif juga mempengaruhi viskositasnya. Keadaan viskometer Ostwald

harus terpasang tegak lurus dan tidak dalam keadaan miring, karena tegak-

miringnya pemasangan alat berpengaruh pada waktu alir zat uji. Pandangan mata

juga harus sejajar dengan viskometer Ostwald pada saat penentuan mulai dan

berakhirnya waktu alir zat cair. Prosedur pembersihan alat juga harus dilakukan

hingga benar-benar bersih tanpa menggunakan proses pemanasan agar suhu

pengujian tetap stabil dan tidak mempengaruhi kondisi alat dan zat uji.

Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Temperatur

Semakin tinggi temperatur maka viskositasnya semakin rendah dan semakin

rendah temperatur maka viskositasnya semakin kental.

b. Gaya tarik antar molekul

Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik

menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas

disebabkan oleh tumbukan antara molekul.

c. Konsentrasi larutan

Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka kerapatan jenisnya semakin

tinggi dan semakin tinggi pula viskositasnya dan sebaliknya.

Dari data percobaan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa suatu larutan

sejenis apabila konsentrasinya meningkat, maka viskositasnya akan meningkat

pula, hal ini dikarenakan adanya peningkatan gaya tarik antar molekul apabila

konsentrasinya besar. Terbukti pada larutan gula 5% dan 10%, viskositas larutan

gula 10% lebih besar daripada larutan gula 5%.

Suatu larutan yang tidak diketahui konsentrasinya (X%) dapat ditetapkan

konsentrasinya dengan cara membandingkan viskositas larutan X% dengan

larutan sejenis yang konsentrasinya telah diketahui, kemudian dilakukan

Page 19: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

penentuan konsentrasi dengan regresi linear. Untuk menentukan kadar dengan

regresi linear diperlukan minimal data percobaan adalah 5, namun pada percobaan

praktikum hanya dilakukan 2 kadar yang berbeda, yakni larutan gula 5% dan

10%. Oleh karena itu, sebagai pembanding diberikan data fiktif yang sesuai

dengan yang dibutuhkan. Sehingga dari hasil perhitungan kadar larutan gula

dengan regresi linear didapatkan hasil bahwa kadar gula X% sesuai percobaan

adalah 3,16 %, padahal sesungguhnya kadar gula X % adalah 7.5 %.

Penyimpangan kadar ini dapat terjadi karena beberapa factor, antara lain

dikarenakan kemurnian suatu zat, pengaruh suhu, pengaruh kerapatan zat . Dalam

pembuatan larutan gula, ada kemungkinan gula yang digunakan kemurniannya

rendah, sehingga tidak dapat dihasilkan larutan gula dengan kadar yang tepat

sesuai dengan perhitungan yang dilakukan.

VII. KESIMPULAN

a. Dari hasil praktikum penentuan viskositas larutan Newton dapat

diketahui data viskositas larutan sebagai berikut :

No

Nama Larutan

Replikasi η kelompok : Rata-rata

η1 2 3

1 Air 0,8904 0,8904 0,8904 0,8904

2 Larutan Gula X% 0,988 1,091 1,130 1,070

3 Larutan Gula 5 % (2) - 1,045 - 1,045

4 Larutan Gula 10 %(3) - - 1,2115 1,2115

5 Alkohol 70% (1) 0,9938 - - 0,9938

b. Pada perhitungan kadar larutan gula X% dengan menggunakan

bantuan data fiktif secara regresi linear didapatkan kadar larutan gula

X% adalah 3,16 %, padahal sesungguhnya kadar gula X % adalah 7.5

%.

c. Hubungan konsentrasi atau kadar suatu larutan dengan viskositas

larutan adalah semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka kerapatan

Page 20: Laporan Praktikum - Viskositas Edit

jenisnya semakin tinggi dan semakin tinggi pula viskositasnya dan

sebaliknya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Martin, A. 1993.Farmasi Fisik Edisi III. Jakarta : UI Press

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem

Dispersi. Jogjakarta : Gajah Mada University Press.

Semarang, 14 Desmber 2012

Dosen Pengampu Praktikan

Paulina Maya O., S.Farm., Apt Imas Rilo Pambudi