laporan praktikum patologi klinik(2)
DESCRIPTION
laporan praktikum patologi klinik nih hwehehehehehehehheheTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
BLOK ENDOCRINE AND METABOLISM SYSTEM
Oleh : Kelompok 2.1
Lucky Mariam G1A009005
Muarif G1A009013
Rostikawaty Azizah G1A009022
Windy Nofiatri Ristha G1A009035
Willy Gustafianto G1A009058
Karina Adzani Herma G1A009059
Rahma Dewi A G1A009081
Asisten :
Yonifa Anna Wiasri
G1A008045
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2010
BAB 1
PENDAHULUAN
A. JUDUL PRAKTIKUM
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (metode Finger prick dan menggunakan
metode benedic) dan Pemeriksaan protein urin dengan asam sulfosalisilat dan asam
asetat.
B. TANGGAL PRAKTIKUM
Selasa, 19 Oktober 2010
C. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu dan
mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan glukosa darah sewaktu.
b. Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan pemeriksaan protein urin
dengan asam sulfosalisilat dan asam asetat.
c. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan protein urin dengan
asam sulfosalisilat dan asam asetat.
d. Mahasiswa mampu mengaplikasikan pemeriksaan protein urin dengan asam
sulfosalisilat dan asam asetat dalam mengambil sebuah diagnosis penyakit.
D. DASAR TEORI
Protein adalah setiap kelompok senyawa organic kompleks yang mengandung
karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur (Santana, 2007)
Glukosa adalah aldosa karbon enam yang terdapat sebagai bentuk D dan
ditemukan sebagai monosakarida bebas pada buah-buahan dan tanaman lain atau
dikombinasi dengan glukosida serta disakarida, oligosakarida, dan polisakarida
(Santana, 2007). Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem
saraf dan eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adiposa sebagai
sumber gliserida-gliserol dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar
senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh. Glukosa
berasal sebagian besar diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai
senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat dibentuk dari
glikogen hati melalui glikogenolisis (Murray, 2003).
Setelah makan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah akan meningkat dari
kadar puasa sekitar 80-100 mg/dl ke kadar sekitar 120-140 mg/dl dalam kurun
waktu 30 menit sampai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah kemudian mulai
menurun kembali ke rentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah puasa
(Murray, 2003).
Sebagian besar glukosa didapatkan dari makanan. Selain itu glukosa juga dapat
diperoleh dari glikogenolisis dari glikogen di hati, serta perubahan berbagai
senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis.
E. ALAT DAN BAHAN
a. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Finger Prick :
- Larutan antiseptic
- Kapas steril
- Jarum/stilet steril
b. Pemeriksaan Glukosa Urin Metode Benedict :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Pemanas
- Penjepit tabung
- Reagen Benedict
c. Pemeriksaan Protein Urin Dengan Asam Sulfosalisilat :
- 2 tabung reaksi
- Pipet tetes
- Pemanas
- Penjepit tabung
- Reagen sulfosalisilat 20%
d. Pemeriksaan Protein Urin Dengan Asam Asetat :
- tabung reaksi
- pipet tetes
- pemanas
- penjepit tabung
- reagen asam asetat 6%
F. CARA KERJA
a. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Finger Prick
- Operator mencuci tangannya sebelum melakukan tindakan.
- Ujung distal jari tangan yang akan diambil darahnya di pijat-pijat dengan
arah dari proksimal ke distal sehingga tampak ujung distal jari kemerahan
penuh dengan darah.
- Membersihkan ujung distal jari yang akan ditusuk dengan kapas dibasahi
larutan antiseptik.
- Menusukkan lokasi yang sudah diberikan tersebut dengan ujung jarum steril
secara cepat.darah yang keluar segera ditampung atau diteteskan pada alat
pembaca gula darah digital.
- Lokasi penusukan jarum segera ditekan dengan kasa steril dibasahi larutan
antiseptik selama kira-kira 1 menit.
- Memastikan darah tidak keluar lagi dari lokasi penusukan jarum.
b. Pemeriksaan Glukosa Urin Metode Benedict
1. Masukkan 2,5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi.
2. Teteskan 4 tetes urin ke dalam tabung tersebut.
3. Panaskan tabung selama 2 menit sampai perlahan-lahan mendidih.
4. Angkat tabung, baca hasilnya.
Interpretasi hasil :
Negatif - : larutan tetap biru jernih atau sedikit kehijauan
Positif + (1+) : hijau kekuningan dan sedikit keruh
( ~ kadar 0,5 – 1% glukosa)
Positif ++ (2+) : kuning keruh
( ~ kadar 1 – 1,5% glukosa)
Positif +++ (3+) : jingga/oranye keruh
( ~ kadar 1,5 – 3,5% glukosa)
Positif ++++ (4+) : merah keruh
( ~ kadar > 3,5% glukosa)
c. Pemeriksaan Protein Urin Dengan Asam Sulfosalisilat
1. Masukkan masing-masing 2 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2. Teteskan 8 tetes asam Sulfosalisilat 20% ke dalam salah satu tabung,
kemudian dikocok. Tabung kedua sebagai kontrol.
3. Bandingkan tabung pertama dengan kedua, jika tetap sama jernihnya hasil
tes dianggap negatif.
4. Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panaskan tabung
pertama sampai mendidih, kemudian dinginkan.
5. Jika kekeruhan tetap ada setelah tabung pertama dipanaskan dan
didinginkan, maka hasil tes protein positif.
6. Jika kekeruhan di tabung pertama hilang saat dipanaskan namun muncul lagi
estelah didinginkan, mungkin urin mengandung protein Bence Jones dan
perlu pemeriksaan lebih lanjut.
d. Pemeriksaan Protein Urin Dengan Asam Asetat
1. Masukkan urin ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
2. Panaskan bagian atas urin di atas nyala api sampai mendidih selama 30
detik.
3. Bandingkan kekeruhan yang terjadi di bagian atas urin dengan bagian bawah
yang tidak dipanasi.
4. Jika terjadi kekeruhan, teteskan 3-5 tetes asam asetat 6%, kemudian
panaskan lagi bagian atas urin sampai mendidih.
5. Jika kekeruhan tetap ada, maka hasil tes protein positif.
Interpretasi hasil :
Negatif ( - ) : larutan jernih tidak ada kekeruhan
Positif + (1+) : kekeruhan ringan, tidak tampak butir-butir dalam
kekeruhan
( ~ kadar 0,01 – 0,05% protein)
Positif ++ (2+) : kekeruhan mudah dilihat, tampak butir-butir dalam
kekeruhan
( ~ kadar 0,05 – 0,2% protein)
Positif +++ (3+) : kekeruhan nyata, tampak keping-keping dalam
kekeruhan
( ~ kadar 0,2 – 0,5% protein)
Positif ++++ (4+) : urin sangat keruh, tampak gumpalan-gumpalan dalam
kekeruhan
( ~ kadar > 0,5% protein)
BAB II
PEMBAHASAN
A. HASIL PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Finger Pricks
Probandus : Lucky mariam harison
Umur : 19 thn
Hasilnya : 196 mg/dl → normal
Nilai normalnya : <200 mg/dl
2. Pemeriksaan Glukosa Urin
Probandus : Wily gustafianto
Umur : 19 thn
Hasilnya : (+1) warna hijau kekuningan
kadar 0,5 – 1% glukosa
3. Pemeriksaan Protein Urin menggunakan Asam Sulfosalisilat
Probandus : Wily Gustafianto
Umur : 19 thn
Hasilnya : (+3) keruh nyata, ada keeping-keping
kadar 0,2 – 0,5% protein
4. Pemeriksaan Protein Urin menggunakan Asam Asetat
Probandus : Wily Gustafianto
Umur : 19 thn
Hasilnya : (+4) sangat keruh, ada gumpalan
kadar 0,5% protein
B. PEMBAHASAN
1 Pemeriksaan kadar glukosa sewaktu (finger prick)
Hasil :196 mg/dl
(N: jika menggunakan sampel vena < 100, dan <90 jika menggunakan darah
kapiler)
Landasan teori:
Karbohidrat yang ada ddalam diet sebagian besar adalah polimer heksosa,
diantaranya yang paling penting adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Produk
utama pencernaan karbohidrat dan gula sirkulasi utama adalah glukosa. Dalam
darah vena perifer, kadar normal glukosa plasma adalah 70-110 mg/dl, dan
dalam darah arteri, kadar glukosa plasma adalah 15-30 mg/dl lebih tinggi
daripada dalam darah vena.
Begitu masuk kedalam sel, secara normal difosforilasi untuk membentuk
glukosa 6 fosfat. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah heksokinase. Di
hati, disamping enzim tersebut juga terdapat glukokinase yang mempunyai
spesifisitas yang lebih tinggi untuk glukosa, dan tidak seperti heksokinase,
kadarnya meningkat oleh insulin dan menurun pada keadaan kelaparan dan
diabetes. Glukosa 6 fosfat kemudian akan dipolimerisasi menjadi glikogen atau
dikatabolisme.
Tingginya kadar glukosa dalam plasma dapat dikatakan sebagai kondisi
hiperglikemia (ganong, 2003)
Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan :
Kemampuan praktikan dalam mengoperasikan alat (glukometrik)
2. Glukosa Urin Metode Benedict
Hasil : Hijau kekuningan ( +1)
(N: larutan tetap biru jernih atau sedikit kehijauan)
Menandakan kadar glukosa urin dalam kisaran (0,5-1) %
Landasan teori :
Glukosa, asam amino dan bikarbonat direabsorbsi bersama-sama dengan
Na+ di bagian awal tubulus proksimal glukosa merupakan contoh zat yang
direabsorbsi secara transport aktif sekunder laju filtrasi kira-kira 100mg/menit
hampir semua glukosa direabsorbsi, dan hanya beberapa milligram saja yang
dapat dijumpai di urin dalam 24 jam. Jumlah yang diabsorbsi sebanding dengan
jumlah yang difiltrasi, atau kadar glukosa dalam plasma (Pc) dikalikan dengan
LFG hingga batas transport maksimum (TmG); tetapi bila batas TmG telah
dilampaui, jumlah glukosa yang terdapat di urin akan meningkat batas TmG kira-
kira 375 mg/menit pada laki-laki, dan 300 mg/menit pada perempuan
Ambang ginjal untk glukosa ialah kadarnya di plasma yang pertama kali
menyebabkan glukosa ditemukan di urin dalam jumlah yang melebihi jumlah
kecil yang biasanya dieksresi. Ambang ginjal kira-kira 300mg/dl (ganong, 2003)
Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat
terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah; oleh karena
itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes
mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah
normal menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria
ginjal (Colby, 1988).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji glukosa benedict adalah
- Ketepatan dalam memipet urin
- Ketajaman mata pengamat dalam mengamati perubahan warna larutan uji
3. Protein Urin dengan Reagen Asam Sulfosalisilat
Hasil : Keruh nyata dengan kepingan dalam kekeruhan (+3)
(N: jika tetap sama jernihnya hasil tes dianggap negatif .
Menandakan kadar protein urin dalam kisaran 0,2 – 0,5%.
4. Protein dengan Reagen asam asetat
Sangat keruh dengan gumpalan dalam kekeruhan (+4)
(N: larutan jernih tidak ada kekeruhan)
Menandakan kadar protein urin dalam kisaran > 0,5%
Landasan teori
Pada beberapa penyakit ginjal dan kelainan ginjal lainnya yang tidak
berbahaya, permeabilitas kapiler glomerulus meningkat, dan protein dapat
ditemukan di urin dalam jumlah yang lebih besar daripada normal (proteinuria).
Sebagian besar protein ini berupa albumin, dan kelainannya bisanya disebut
albuminuria. Jumlah protein di urin bias sangat besar, dan terutama pada
nefrosis, kehilngan protein melalui urin dapat melampaui kemampuan hati
mensintesis protein plasma. Hipoproteinemia yang timbul ini akan menurunkan
tekanan onkotik, dan volume plasma akan berkurang, yang kadang-kadang
dapat sangat rendah sehingga membahayakan, disertai dengan terkumpulnya
cairan edema di jaringan.
Kelainan yang tidak berbahaya yang juga menimbulkan proteinuria terjadi
akibat perubahan hemodinamika ginjal yang masih belum sepenuhnya
dimengerti. Pada orang-orang sehat ini ditemukan protein urin bila mereka
dalam posisi berdiri (albuminuria ortostatik). Urin yang yang terbentuk bila
orang-orang ini dalam posisi berbaring tidak mengandung protein (ganong,
2003).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji glukosa benedict adalah
- Ketepatan dalam penentuan kadar reagen dan sampel urin
- Ketajaman mata praktikan dalam mengamati perubahan-perubahan
dalam reaksi pengujian
-
5. Aplikasi Klinis
Diabetes melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hyperglikemia (kadar gula darah tinggi)
yang kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal.
b.
Akibat gangguan hormonal tsb dapat menimbulkan komplikasi pada mata
seperti katarak ,ginjal (nefropati) ,saraf dan pembuluh darah. Ada dua type
DM ,yang pertama adalah yang tergantung dengan insulin ,type ini biasanya
disebabkan karena destruksi dari sel beta langerhans akibat proses auto imun.
c.
Sedangkan type yang kedua adalah DM yang tidak tergantung pada insulin
akibat dari kegagalan relatif sel beta langerhans.
Gejalanya :
Biasanya akan terdapat gejala banyak buang air kecil ,terutama pada malam hari
,sehingga penderita akan berulang kali bangun sebelum pagi hanya untuk ke
kamar kecil.Selain itu juga akan merasa cepat lapar dan akan merasa lapar lagi
walau belum beberapa lama.Merasa haus walau belum beberapa lama kamu
minum .Gejala lain yang sering juga dikeluhkan adalah sering
kesemutangatal ,mata kabur sehingga cepat gati kacamata , disfungsi
ereksi ,gatal-gatal pada vulva vagina.Banyak makan tapi badan menjadi kurus ,
orang gemuk dengan
cepat menjadi kurus.
Pemeriksaan Penunjang :
Biasanya Dokter akan mengaunjurkan pemeriksaan gula darah puasa ,untuk
menentukan kadar gula dalam darah. Gula darah puasa ,normal < 110 mg/dl .2
jam sesudah makan
normal < 200 mg/dl.
Bila nilai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal ,maka
ia dapat dinyatakan menderita DM.
Pengobatan :
Bila hasil laboratorium gula darah tidak terlalu jauh dari angka normal , maka
dokter akan menganjurkan diet rendah kalori terlebih dahulu dan olah raga
secara teratur.
Bila telah melakukan diet dan olah raga kadar gula darah masih juga tinggi ,ma
ka biasanya dokter akan memberikan obat anti diabet atau OAD.
Gagal Ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalamipenurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urine.Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius
yang diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada
kerusakan organ ginjal.
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk
dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya.
Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis serangan gagal ginjal, akut dan
kronik.
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara
akut antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang hebat (kolik), kencing
sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah /darah, sering kencing. Kelainan
Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal
kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah,
bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Kelainan urin:
Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine
darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.
BAB III
KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan Finger Pricks dan nilai normal <200mg/dl dan hasil
pemeriksaan yakni sebesar 196 mg/dl dapat disimpulkan bahwa probandus dalam
keadaan normal.
2. Berdasarkan pemeriksaan glukosa urin dengan menggunakan metode Benedict,
dapat disimpulkan bahwa probandus dalam keadaan positif satu dengan estimasi
kadar glukosa sebesar 0,5-1 %.
3. Berdasarkan pemeriksaan protein urin dengan menggunakan Asam Sulfosalisilat,
dapat disimpulkan bahwa probandus dalam keadaan positif tiga dengan estimasi
kadar protein sebesar 0,2 - 0,5 %.
4. Berdasarkan pemeriksaan protein urin dengan menggunakan Asam Asetat, dapat
disimpulkan bahwa probandus dalam keadaan positif tiga dengan estimasi kadar
protein sebesar >0,5%.
5. Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksan adalah :
- Ketepatan dalam penentuan kadar reagen dan sampel urin
- Ketajaman mata praktikan dalam mengamati perubahan-perubahan dalam reaksi
pengujian
6. Aplikasi Klinis :
Diabetes Melitus dan gagal ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Colby, Diane S. 1988. Ringkasan Biokimia Harper. Jakarta: EGC
Gandasoebrata. 2001. Penuntun Laboratorium Klinik Edisi 10.. Jakarta: penerbit Dian
Rakyat
Ganong, William. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hardjoeno. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Makasar: Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin.
Santana, Daniel. 2007. Kamus Lengkap Kedokteran. Jakarta: Mega Aksara
Sherwood, Laurelee. 2001. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC
LAMPIRAN