laporan praktikum patologi benih kertas gulung

22
Laporan Praktikum Patologi Benih UJI DAYA KECAMBAH DAN IDENTIFIKASI PATOGEN TULAR BENIH DENGAN METODE PENGUJIAN KERTAS LIPAT, KERTAS GULUNG DAN PENANAMAN PADA MEDIA AGAR AIR ERYNA ELFASARI RANGKUTI A352140141 Kelompok 1 Dosen : Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M.Sc Agr Dr. Ir. Titik Siti Yuliani, SU Asisten : Ankardiansyah Pandu Pradana, SP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: eryna-elfasari-rangkuti

Post on 15-Sep-2015

385 views

Category:

Documents


62 download

DESCRIPTION

Blotter test

TRANSCRIPT

  • Laporan Praktikum Patologi Benih

    UJI DAYA KECAMBAH DAN IDENTIFIKASI PATOGEN TULAR

    BENIH DENGAN METODE PENGUJIAN KERTAS LIPAT, KERTAS

    GULUNG DAN PENANAMAN PADA MEDIA AGAR AIR

    ERYNA ELFASARI RANGKUTI

    A352140141

    Kelompok 1

    Dosen : Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M.Sc Agr

    Dr. Ir. Titik Siti Yuliani, SU

    Asisten : Ankardiansyah Pandu Pradana, SP

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2015

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan cara

    menilai struktur-struktur penting kecambah dan secara tidak langsung, yaitu

    dengan melihat gejala metabolismenya. Pada pengujian secara langsung, beberapa

    substrat pengujian yang dapat digunakan seperti kertas, kapas, pasir, tanah, dan

    lain-lain, namun substrat kertas lebih banyak digunakan karena lebih praktis dan

    memenuhi persyaratan-persyaratan dalam prosedur pengujian mutu benih secara

    modern (Kamil, 1979). Substrat kertas dapat digunakan untuk berbagai metode uji

    viabilitas benih, yaitu: 1) Uji Diatas Kertas (UDK), digunakan untuk benih-benih

    berukuran kecil yang membutuhkan cahaya dalam perkecambahannya; 2) Uji

    Antar Kertas (UAK), digunakan untuk benih-benih yang tidak peka cahaya dalam

    perkecambahannya; dan 3) Uji Kertas Digulung (UKD), digunakan untuk benih-

    benih berukuran besar yang tidak peka cahaya dalam perkecambahannya. Jika

    dalam pemakaiannya digunakan plastik sebagai alas kertas maka disebut Uji

    Kertas Digulung didirikan dengan Plastik (UKDdp) (Sadjad, 1993).

    Uji daya berkecambah bertujuan untuk mengetahui mutu fisiologis benih.

    Uji ini dapat dipergunakan untuk menilai mutu bibit di lapang. Umumnya

    pengujian dilakukan di laboratorium dengan menggunakan media standar, dan

    lingkungan yang optimum, sehingga seringkali dihasilkan data yang over estimate

    dan tidak sesuai dengan daya tumbuh di lapang. Menurut Kamil (1980) salah satu

    kesukaran pokok yang timbul dan sering diabaikan terutama oleh mahasiswa atau

    analis benih pada pengujian perkecambahan benih (seed germination test) ialah

    menentukan bibit atau kecambah yang termasuk normal (identification of normal

    seedling).

    Kriteria kecambah normal bervariasi antar jenis tanaman, untuk itu pada

    setiap tanaman diperlukan adanya penelitian yang nantinya menghasilkan suatu

    kriteria kecambah normal yang berkorelasi dengan vigor bibit di lapang. Kriteria

  • ini nantinya dapat digunakan sebagai pedoman analis benih, sebagai metode

    pengujian rutin di laboratorium benih dalam proses sertifikasi benih, dan untuk

    menduga performa pertumbuhan benih di lapang, sehingga perhitungan kebutuhan

    benih dapat lebih tepat. Pada penelitian Aisyah (2003) dihasilkan kriteria

    kecambah normal pada benih Pinus merkusii yaitu kecambah yang telah memiliki

    struktur penting antara lain kulit benih telah terbuka sempurna dan radikula mulai

    dewasa yang terlihat berbeda dengan hipokotil dan berwarna merah kecoklatan.

    Kriteria pada pinus ini menurut Aisyah (2003) berkorelasi dengan tolok ukur

    vigor bibit yaitu tinggi bibit, jumlah daun, panjang akar serta rasio tunas dan akar.

    Tujuan

    Untuk mengetahui teknik pengujian kesehatan benih serta daya kecambah

    dengan menggunakan metode penanaman benih kedelai, jagung, dan kacang tanah

    pada kertas dengan metode kertas lipat, kertas gulung dan penanaman pada media

    agar air serta mengidentifikasi patogen terbawa benih.

  • BAB 2

    BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Tempat

    Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 10-17 Maret 2015 di Laboratorium

    Pendidikan 1 Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian

    Bogor.

    2.1 Metode Penanaman pada Kertas Lipat

    Alat dan Bahan

    Adapun alat yang digunakan pada praktikum kertas lipat adalah nampan,

    kertas merang, pinset, botol handspray, dan plastik, sedangkan bahan yang

    digunakan adalah benih kedelai, jagung, dan kacang tanah masing-masing 50

    benih.

    Metode

    Dilipat kertas merang hingga menyerupai bentuk anak tangga, kertas

    merang yang telah dilipat masing-masing diletakkan pada baki, kemudian

    dilembabkan kertas merang dengan aquadest. Diletakkan benih pada masing-

    masing baki, sebanyak 50 buah, dimasukkan baki ke dalam plastik dan diinkubasi

    pada suhu ruang selama 7 hari. Diamati dan dicatat jumlah benih yang

    berkecambah normal, kecambah tidak normal, tidak berkecambah, dan

    pertumbuhan patogen pada masing-masing benih.

    2.2 Metode Penanaman pada Kertas Gulung

    Alat dan Bahan

    Adapun alat yang digunakan pada praktikum metode kertas gulung adalah

    kertas merang, plastik, pinset, botol handspray, dan nampan, sedangkan bahan

    yang digunakan adalah benih kedelai, jagung, dan kacang tanah masing-masing

    sebanyak 50 benih, akuades, alkohol 70 %.

  • Metode

    Disiapkan 5 lembar kertas merang dan dilembabkan dengan aquadest.

    Diletakkan benih kedelai, jagung, dan kacang tanah masing-masing sebanyak 50

    benih, masing-masing kertas merang yang telah ditanam dengan benih, lalu

    digulung secara perlahan dan dimasukkan kedalam plastik. Kemudian diinkubasi

    pada suhu ruang selama 7 hari. Diamati dan dicatat jumlah benih yang

    berkecambah normal, tidak normal, tidak berkecambah, dan amati pertumbuhan

    patogen pada masing-masing benih.

    2.3 Metode Penanaman pada Media Agar Air

    Alat dan Bahan

    Adapun alat yang digunakan pada praktikum penanaman pada media agar

    air adalah, cawan petri, bunsen, laminar air flow, pinset dan plastik, sedangkan

    bahan yang digunakan adalah media agar air (water agar), benih kedelai, jagung,

    dan kacang tanah masing-masing 10 benih, akuadest steril, dan spiritus.

    Metode

    Disiapkan cawan petri yang telah diisi dengan media agar air. Masing-

    masing benih ditanam pada media agar air secara aseptis. Cawan petri disungkup

    dengan plastik lalu diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. Diamati dan dicatat

    jumlah benih yang berkecambah normal, tidak normal, dan yang tidak

    berkecambah serta pertumbuhan patogen pada masing-masing benih.

  • BAB 3

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Penanaman Benih dengan Metode Kertas Lipat

    Tabel 1. Pengamatan Kondisi Umum Benih Komoditas Karakter Perkecambahan Benih GOT Kertas Lipat

    Kondisi umum benih Kondisi umum benih

    (tidak berkecambah)

    Kacang Tanah

    (berkecambah tidak

    normal)

    Kedelai Sebagian besar benih

    tidak berkecambah dan

    membusuk. Benih

    ditutupi oleh spora cendawan berwarna

    hijau, hitam dan cokat,

    benih ditutupi oleh spora cendawan berwarna

    hijau, hitam dan coklat.

    Sebagian besar benih

    membusuk dan ditutupi

    spora cendawan hijau,

    putih, hitam dan hanya sebagian kecil ditutupi

    spora berwarna coklat,

    cendawan dengan spora hitam tidak berada pada

    permukaan benih, tetapi

    lebih banyak terdapat pada media kertas.

    Terlihat seperti jaring

    laba-laba berwarna putih

    dengan bintik-bintik hitam.

    Pada ujung calon akar

    benih yang terbentuk

    membusuk dan pada

    permukaan kulit biji ditumbuhi sedikit

    cendawan berspora

    hijau kekuningan, tidak muncul

    tunas,kotiledon belum

    pecah, sebagian akar ada yang muncul,

    hipokotil muncul,

    namun kotiledon

    belum lepas,terdapat propagul cendawan

    hijau, putih kehitaman

    dan hitam, hipokotil ditumbuhi cendawan.

    Jagung Seluruh benih telah

    tumbuh menjadi

    kecambah (normal dan abnormal). Benih

    diselimuti oleh

    cendawan yang tumbuh pada setiap lipatan,

    sistem perakaran tidak

    normal dan terdapat miselium cendawan ber

    warna putih dan

    kehijauan.

    Seluruh benih berkecamb

    ah, ditutupi propagul

    cendawan berwarna hitam, terutama pada

    bagian kotiledon yang

    berwarna coklat

    Panjang akar dan bata

    ng atau akar saja

    kurang dari 2 kali ukuran benih.

    Terdapat akar atau

    batang yang tumbuh melingkar. Benih jagu

    ng berkecambah

    lambat

    Kacang Tanah

    Benih tidak seluruhnya berkecambah, terbentuk

    akar primer, diselimuti

    hifa cendawan berwarna

    putih, hitam, dan hijau dengan tekstur kasar.

    Benih tetap seperti kondisi awal, benih tidak

    diselimuti hifa/miselium

    cendawan apapun, namun

    terdapat juga cairan pada benih dan membusuk,

    terdapat bercak coklat

    pada kulit benih, diselimuti oleh miselium

    putih, hijau, hitam, abu-

    abu kehitaman.

    Benih bergejala busuk, diselimuti

    miselium berwarna

    putih, namun terlihat

    struktur bakal akar telah menjulur,

    terdapat nekrotik pada

    bagian akar, akar melengkung dan

    membusuk, diselimuti

    miselium berwarna hijau di permukaan

  • benih. Benih bertunas

    tidak normal,

    diselimuti miselium

    cendawan dan tunasnya layu.

    Tabel 2. Data Daya Kecambah Benih Pengamatan Jumlah benih yang berkecambah kertas lipat

    Kedelai Jagung Kacang Tanah

    Tidak berkecambah 50 45

    34

    50

    -

    1

    -

    3

    11

    1

    2

    3

    Persentase tidak berkecambah

    (%)

    89,5 2 8,5

    Berkecambah normal - 1 -

    -

    33

    49 50

    47

    33

    48 40

    35

    Persentase kecambah (%) 0,5 89,5 78

    Berkecambah tidak normal - 4

    16

    -

    17

    -

    -

    1

    6

    1

    8

    12

    Persentase kecambah (%) 10 9 13,5

    Ket: Daya kecambah= Jumlah total benih yang berkecambah (kel. 1-4) x 100 %

    Jumlah total benih yang ditanam (kel.1-4)

    Tabel 3. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kedelai Nama

    Cendawan

    Deskripsi

    Cendawan

    Gejala Makroskopik Mikroskopik

    Aspergillus

    flavus

    Spora berwarna

    hijau kekuningan hanya tumbuh

    disekitar benih

    Benih

    membusuk dan tidak

    berkecambah

    Aspergillus

    niger

    Spora berwarna

    hitam , hanya

    tumbuh disekitar benih

    Benih

    membusuk

    dan tidak berkecambah

    Rhizopus sp Miselium

    berwana putih

    Spora berwarna

    hitam, hanya tumbuh disekitar

    benih

    Benih

    membusuk

    dan tidak

    berkecambah

  • Aspergillus

    sp

    Spora berwarna

    coklat, hanya

    tumbuh disekitar

    permukaan benih

    Benih

    berkecambah

    tidak normal

    akibat, hambatan

    cendawan

    Tabel 4. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Jagung Nama

    Cendawan

    Deskripsi

    Cendawan

    Gejala Makroskopik Mikroskopik

    Aspergillus flavus

    Miselium berwarna

    kuning

    kehijauan

    Benih diselimuti cendawan berwarna

    hijau kekuningan,

    terutama pada bagian kotiledon

    Aspergillus niger

    Miselium berwarna

    hitam

    Benih diselimuti cendawan berwarna

    hitam, terutama

    pada bagian

    kotiledon

    Aspergillus

    sp.

    Miselium

    berwarna

    putih beludru

    Pada permukaan

    benih terdapat

    konidia Aspergillus berwarna hijau

    Rhizopus

    sp.

    Cendawan

    memiliki

    sporangiu

    m, dan memiliki

    rhizoid

    Pada permukaan

    benih terdapat

    miselium berwarna

    putih dan spora hitam

    Tabel 5. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kacang Tanah Nama

    Cendawan

    Deskripsi

    Cendawan

    Gejala Makroskopik Mikroskopik

    Aspergillus

    niger

    Miselia

    berwarna hitam

    Benih diselimuti

    masa cendawan berwarna hitam

    Aspergillus

    flavus

    Miselia

    berwarna kuning

    kehijauan

    Benih diselimuti

    berwarna kuning kehijauan

  • Dari tabel 1 sampai dengan 5 diamati bahwa kondisi umum benih yang

    ditanam pada media kertas lipat sebagian besar berkecambah abnormal.

    Perkecambahan abnormal ditandai dengan munculnya radikula (calon akar) yang

    berukuran abnormal dan pada benih masih terdapat koleoptil (pembungkus benih),

    sedangkan persentase benih yang tidak berkecambah tertinggi yaitu pada kedelai

    sebesar 89,5 % dan terendah yaitu jagung sebesar 2 %, persentase benih yang

    berkecambah normal yaitu pada jagung sebesar 89,5 % dan yang terendah yaitu

    kedelai sebesar 9,5 %, persentase benih yang berkecambah tidak normal tertinggi

    yaitu pada kacang tanah sebesar 13,5 % dan yang terendah yaitu jagung sebesar 9

    %, dan cendawan terbawa benih pada masing-masing benih yaitu sebagian besar

    termasuk kedalam kelompok Aspergillaceae dan Mucoraceae.

    Gambar 1. Penanaman Benih pada Media Kertas Lipat

    Hasil penelitian Sadjad (1972) menyatakan bahwa kertas merang dapat

    digunakan sebagai substrat perkecambahan dalam pengujian viabilitas benih di

    Indonesia. Selain sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia, warna kertas

    merang yang coklat muda, polos dan tidak luntur akan memudahkan para penguji

    dalam mengamati dan menilai kecambah yang tumbuh. Menurut Sadjad (1993),

    kertas merang dipilih karena warnanya mirip dengan kertas towel di Amerika,

    memiliki daya absorpsi air yang tinggi seperti lazimnya kertas saring serta

    harganya yang murah. Meskipun demikian, pemanfaatan kertas merang secara

    luas saat ini menemui beberapa kendala. Pembuatan kertas merang yang masih

    dalam skala industri rumah tangga serta kelangkaan bahan baku merang

    menyebabkan terbatasnya produksi kertas merang dan harganya menjadi semakin

    mahal.

  • Hasil penelitian Purbojati & Suwarno (2006), substrat kertas memberikan

    pengaruh yang berbeda terhadap hasil pengujian DB (daya berekecambah) benih.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Tim Peneliti (1991) yaitu metode uji serta media

    tumbuh yang digunakan dalam pengujian viabilitas benih sering memberikan hasil

    pengujian yang berbeda. Oleh karena itu pemilihan metode uji serta media

    tumbuh harus dilakukan dengan hati-hati. Adapun perbedaan kisaran nilai DB

    antar benih disebabkan oleh keadaan benih tersebut sebelum ditanam. Menurut

    Justice dan Bass (1994), laju penurunan vigor dan viabilitas benih dipengaruhi

    oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik dari spesies atau kultivarnya,

    kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan

    gudang, bila kondisi penyimpanannya memungkinkan pertumbuhannya.

    Aspergillus flavus merupakan koloni cendawan yang dapat menyerang

    benih (Bhat et al., 2011). Fusarium sp. merupakan salah satu jenis jamur yang

    menyebabkan penyakit semai pada biji yang sedang berkecambah, sehingga

    kecambah membusuk dan tidak dapat muncul ke permukaan tanah (Semangun,

    2000). Penicillium sp. dapat mengurangi viabilitas benih dan vigor bibit terutama

    pada kondisi kelembaban yang sesuai (Sutherland et al., 2002).

    Cendawan terbawa benih kedelai yaitu Aspergillus spp., Fusarium spp.,

    dan Colletotrichum spp. Taufiq (2004), menyatakan bahwa daya kecambah benih

    kedelai dapat menurun akibat serangan Rhizopus sp., Aspergillus spp. dan

    Penicillium spp., di penyimpanan. Selain itu benih yang sedang berkecambah

    terancam busuk atau rebah kecambah yang disebabkan oleh Ralstonia solani,

    Sclerotium rolfsii, dan Colletotrichum truncatum

  • 3.2 Penanaman Benih dengan Metode Kertas Gulung

    Tabel 1. Pengamatan Kondisi Umum Benih Komoditas Karakter Perkecambahan Benih GOT Kertas Gulung

    Kondisi umum benih Kondisi umum benih

    (tidak berkecambah)

    Kacang Tanah

    (berkecambah

    tidak normal)

    Kedelai Sebagian besar benih

    kedelai tidak berkecambah

    dan membusuk, terdapat 5

    benih berkecambah normal dan

    tumbuhnya radikula, sedan

    gkan 7 benih berkecambah tidak normal ditandai

    dengan tidak munculnya

    radikula dan ukuran yang kecil. Seluruh cendawan

    diselimuti cendawan

    berwarna kuning,

    kehijauan, dan hitam.

    Benih diselimuti oleh

    cendawan berwarna hijau,

    benih yang tidak berkecam

    bah menunjukkan gejala busuk pada kotiledon dan

    benih ditutupi oleh

    miselium cendawan.

    Hipokotil

    tumbuh tidak

    normal dan

    tidak terdapat calon

    akar disebabka

    n kolonisasi cendawan

    berwarna hijau,

    dapat berkecambah

    namun

    terhambat oleh

    miselia cendawan.

    Jagung Terdapat 38 benih berkeca

    mbah normal, 5 benih tidak berkecambah dan 7 benih

    berkecambah tidak normal.

    Terdapat pada benih yaitu

    cendawan dengan miselium berwarna hijau coklat dan

    hitam. Banyak benih yang

    berkecambah, benih yang tidak berkecambah normal

    menghasilkan plumula

    yang pendek

    Benih pecah, tidak

    terbentuk bakal tunas dan bakal akar, benih diselimuti

    propagul cendawan

    berwarna hijau kekuningan.

    Tidak

    terbentuk bakal tunas

    dan bakal akar,

    pada kotiledon

    ditutupi propagul

    cendawan

    berwarna hijau kekuningan,

    warna batang

    dan daun

    berwarna kuning, batang

    dan akar

    melingkar.

    Kacang

    Tanah

    Secara umum kacang tanah

    berkecambah dan sebagian

    benih ditutupi miselium,

    Aspergillus flavus. Struktur perakaran benih sudah

    terbentuk, sebagian besar

    benih berkecambah dengan normal, muncul akar

    primer dan sekunder, benih

    berkecambah mendekati sempurna karena akar

    sekunder sudah tumbuh.

    Benih terlihat seperti

    normal, tanpa ada

    kontaminasi cendawan

    namun tidak menunjukkan daya kecambah, benih yang

    tidak berkecambah dan

    diselimuti oleh hifa cendawan berwarna hitam

    dan terjadi diskolorisasi

    Benih diselimu

    ti oleh hifa

    berwarna abu-

    abu kehitaman.

    Terdapat benih

    yang terkontaminasi

    cendawan

    berwarna hijau, putih,

    Benih

    berkecambah

    tetapi tunas dan akar

  • membusuk dan

    bagian

    hipokotil

    membengkok.

    Tabel 2. Data Daya Kecambah Benih

    Pengamatan

    Jumlah benih yang berkecambah kertas gulung

    Kedelai Jagung Kacang Tanah

    Tidak berkecambah 38 42

    26

    48

    -

    5

    -

    4

    5

    4

    6

    15

    Persentase tidak ber kecambah

    (%)

    77 4,5 15

    Berkecambah normal 5 -

    7

    -

    19

    38

    43

    37

    16

    7

    38

    20

    Persentase kecambah (%) 6 68,5 40,5

    Berkecambah tidak normal 7 8

    17

    2

    31

    7

    7

    9

    29

    39

    6

    15

    Persentase kecambah (%) 17 27 44,5

    Ket: Daya kecambah= Jumlah total benih yang berkecambah (kel. 1-4) x 100 % Jumlah total benih yang ditanam (kel.1-4)

    Tabel 3. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kacang Tanah Nama

    Cendawan

    Deskripsi

    Cendawan

    Gejala Makroskopik Mikroskopik

    Aspergillus flavus

    Spora berwarna hijau

    kekuningan

    Hanya tumbuh

    disekitar benih

    Benih diselimuti

    masa

    cendawan

    berwarna kehijauan,

    benih

    berkecambah tidak normal

    Miselia

    sterilia

    Miselium

    berwarna putih

    terdapat pada permukaan

    benih

    Kecambah

    membusuk,

    hipokotil membengkak

    Rhizopus sp Miselium berwana putih

    abu-abu, spora

    berwarna

    hitam

    Akar membusuk

  • Aspergillus

    sp

    Spora

    berwarna

    coklat

    Kecambah

    membusuk,

    benih

    diselimuti miselium

    Tabel 4. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Jagung

    Nama

    Cendawan

    Deskripsi

    Cendawan

    Gejala Makroskopik Mikroskopik

    Aspergillus

    flavus

    Miselium

    berwarna

    kuning

    kehijauan

    Benih diselimuti

    cendawan berwarna

    hijau kekuningan,

    terutama pada bagian kotiledon

    Aspergillus

    niger

    Miselium

    berwarna

    hitam

    Benih diselimuti

    cendawan berwarna

    hitam, terutama pada bagian

    kotiledon

    Aspergillus

    sp.

    Miselium

    berwarna putih

    beludru

    Pada permukaan

    benih terdapat konidia Aspergillus

    berwarna hijau

    Rhizopus sp. Cendawan memiliki

    sporangium,

    dan memiliki

    rhizoid

    Pada permukaan benih terdapat

    miselium berwarna

    putih dan spora hitam

    Tabel 5. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kedelai Nama

    Cendawan

    Deskripsi

    Cendawan

    Gejala Makroskopik Mikroskopik

    Aspergillus

    niger

    Miselia

    berwarna hitam

    Benih diselimuti

    masa cendawan berwarna hitam

    Aspergillus

    flavus

    Miselia

    berwarna kuning

    kehijauan

    Benih diselimuti

    berwarna kuning kehijauan

  • Dari tabel 1 sampai dengan 5 diamati bahwa kondisi umum benih yang

    ditanam pada media kertas gulung sebagian besar berkecambah tidak normal,

    benih yang berkecambah tidak normal diselimuti dengan miselium cendawan

    berwarna hijau dan hitam. Persentase benih yang tidak berkecambah tertinggi

    yaitu pada kedelai sebesar 77 % dan terendah yaitu jagung sebesar 4,5 %,

    persentase benih yang berkecambah normal yaitu pada jagung sebesar 68,5 % dan

    yang terendah yaitu kedelai sebesar 6 %, persentase benih yang berkecambah

    tidak normal tertinggi yaitu pada kacang tanah sebesar 44,5 % dan yang terendah

    yaitu jagung sebesar 17 %, dan cendawan terbawa benih pada masing-masing

    benih yaitu sebagian besar termasuk kedalam kelompok Aspergillaceae dan

    Mucoraceae.

    Gambar 2. Penanaman Benih pada Media Kertas Gulung

    Struktur penting kecambah seperti struktur perakaran (radikula), daun

    (plumula), hipokotil, dan kotiledon merupakan suatu hal yang mutlak digunakan

    untuk menilai kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang di lapangan.

    Menurut Kamil (1980) pertumbuhan akar adalah sangat penting, semakin cepat

    semakin baik untuk pertumbuhan bibit atau tanaman tersebut. Bramasto et al.

    (2006) menyatakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana pembentukan struktur

    penting itu sempurna dan mampu berkembang menjadi semai bibit dan anakan

    yang vigor di lapangan, perlu adanya suatu penelitian yang nantinya dapat

    menghasilkan suatu kriteria kecambah normal yang juga bisa diuji pada tingkat

    semai atau bibit, hingga ditanam di lapangan.

    Pada penanaman benih dengan kertas yang digulung harus dilakukan

    secara hati-hati, umumnya uji kertas gulung akan membatasi perkecambahan

  • benih ataupun kecambah yang akan dilakukan uji selanjutnya. Penggulungan yang

    terlalu ketat akan mmenyebabkan perkecambahan benih abnormal, sehingga

    mendukung pemencaran fungi, dan seringkali terjadi kerusakan pada benih.

    Kertas gulung dapat menyebabkan perpindahan benih, benih mengalami kontak

    dengan benih lain yang mungkin terinfeksi cendawan, dan evaporasi air lebih

    tinggi. Pembukaan gulungan dan penggulungan kembali kertas merang pada

    penghitungan awal harus lebih diperhatikan ketelitiannya. Hidrasi air dapat

    membuat pembengkakan pada jaringan kecambah yang sukulen dan secara

    ekstrim kelunakan benih akan memudahkan benih rusak selama proses pengujian

    (Copeland & Mc Donald, 1997)

    Menurut Handajani dan Purwoko (2008) menyebutkan bahwa salah satu

    penyebab kerusakan bahan pangan , khususnya biji-bijian adalah aflatoksin dan

    fumonisin. Aspergillus flavus, A. niger, dan A. terreus merupakan jamur yang

    dapat menimbulkan aspergillosis. Fungi-fungi tersebut dominan ditemukan pada

    jagung dalam penyimpanan (Muis et al. 2002). Infeksi awal terjadi pada fase

    silking di lapang, kemudian terbawa oleh benih ke tempat-tempat penyimpanan

    (Schutless et al. 2002).

    3.3 Penanaman Benih dengan Metode Agar Air

    Tabel 1. Pengamatan Kondisi Umum Benih Komoditas Karakter Perkecambahan Benih GOT Agar Air

    Kondisi umum benih Kondisi umum benih

    (tidak berkecambah)

    Kacang Tanah

    (berkecambah tidak

    normal)

    Kedelai Benih berkecambah secara

    normal terdapat calon akar

    (radikula) dan calon daun (plumula), terdapat benih

    berkecambah tidak normal

    ditandai dengan ukuran yang abnormal, diselimuti hifa

    cendawan berwarna hijau,

    putih dengan spora kehitaman.

    Benih kedelai

    diselimuti hifa

    cendawan berwarna hijau dan terdapat

    miselium berwarna

    putih dengan spora kehitaman, benih

    membusuk.

    Benih diselimuti

    hifa cendawan

    dengan spora berwarna hitam dan

    kehijauan, terdapat

    calon akar (radikula), dan

    calon daun

    (plumula) kurang lebih 1 cm.

    Jagung Pertumbuhan benih lambat,

    diselimuti hifa cendawan

    berwarna kuning kehijauan dan

    hitam, terdapat 1 benih yang

    pertumbuhannya lebih cepat

    Benih diselimuti

    miselium berwarna

    hijau, kuning dan hitam

    Benih diselimuti

    miselium

    Kacang

    Tanah

    Secara umum benih

    berkecambah dengan baik,

    Benih terlihat seperti

    benih normal (kondisi

    Benih berkecambah

    tidak normal, pada

  • namun masih terdapat benih

    yang tidak berkecambah dan

    yang terkontaminasi cendawan,

    seluruh benih berkecambah

    namun dalam keadaan

    abnormal, radikula sudah

    muncul dan benih masih

    diselimuti testa/kulit benih,

    beberapa benih diselimuti

    miselium berwarna putih

    awal) tanpa

    kontaminasi cendawan,

    permukaan benih

    terdapat miselium

    berwarna hijau

    bagian radikula

    diselimuti miselium

    cendawan berwarna

    putih, pada ujung

    bagian (bakal akar)

    dan bagian

    kecambah, terlihat

    gejala busuk.

    .

    Tabel 2. Data Daya Kecambah Benih

    Pengamatan

    Jumlah benih yang berkecambah kertas lipat

    Kedelai Jagung Kacang Tanah

    Tidak berkecambah 5 7

    4

    9

    -

    1

    -

    1

    -

    4

    -

    2

    Daya kecambah (%) 62,5 5 15

    Berkecambah normal 4 -

    1

    -

    10

    9

    9

    9

    -

    3

    10

    5

    Daya kecambah (%) 12,5 92,5 45

    Berkecambah tidak normal 1 3

    5

    1

    -

    -

    1

    -

    10

    3

    -

    3

    Daya kecambah (%) 25 2,5 40

    Ket: Daya kecambah= Jumlah total benih yang berkecambah (kel. 1-4) x 100 % Jumlah total benih yang ditanam (kel.1-4)

    Tabel 3. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kedelai Nama

    Cendawan

    Deskripsi

    Cendawan

    Gejala Makroskopik Mikroskopik

    Aspergillus flavus

    Spora berwarna hijau

    kekuningan

    Hanya tumbuh disekitar benih

    Benih membusuk dan

    tidak

    berkecambah

    Aspergillus

    niger

    Spora berwarna

    hitam

    Hanya tumbuh disekitar benih

    Benih

    membusuk dan

    tidak berkecambah

    Rhizopus sp Miselium

    berwana putih Spora berwarna

    hitam

    Hanya tumbuh

    disekitar benih

    Benih

    membusuk dan tidak

    berkecambah

  • Aspergillus

    sp

    Spora berwarna

    coklat

    Hanya tumbuh

    disekitar permukaan

    benih

    Benih

    berkecambah

    tidak normal

    akibat hambatan

    cendawan

    Tabel 4. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Jagung Nama

    Cendawan Deskripsi Cendawan

    Gejala Makroskopik Mikroskopik

    Aspergillus

    flavus

    Miselium

    berwarna

    kuning kehijauan

    Benih diselimuti

    cendawan berwarna

    hijau kekuningan, terutama pada

    bagian kotiledon

    Aspergillus

    niger

    Miselium

    berwarna

    hitam

    Benih diselimuti

    cendawan berwarna

    hitam, terutama pada bagian

    kotiledon

    Rhizopus sp. Cendawan

    memiliki sporangium

    , dan

    memiliki rhizoid

    Pada permukaan

    benih terdapat miselium berwarna

    putih dan spora

    hitam

    Tabel 5. Pengamatan Cendawan Terbawa Benih Kacang Tanah Nama

    Cendawan

    Deskripsi

    Cendawan

    Gejala Makroskopik Mikroskopik

    Aspergillus

    niger

    Miselia

    berwarna hitam

    Benih diselimuti

    masa cendawan berwarna hitam

    Aspergillus

    flavus

    Miselia

    berwarna kuning

    kehijauan

    Benih diselimuti

    berwarna kuning kehijauan

    Miselia sterilia

    Miselia berwarna

    putih di

    permukaan

    benih

    Benih busuk

  • Dari tabel 1 sampai dengan 5 diamati bahwa kondisi umum benih yang ditanam

    pada media agar air sebagian besar berkecambah, terdapat miselium cendawan

    pada benih yang tidak berkecambah dan membusuk. Persentase benih yang tidak

    berkecambah tertinggi yaitu pada kedelai sebesar 62,5 % dan terendah yaitu

    jagung sebesar 5 %, persentase benih yang berkecambah normal yaitu pada

    jagung sebesar 92,5 % dan yang terendah yaitu kedelai sebesar 2,5 %, persentase

    benih yang berkecambah tidak normal tertinggi yaitu pada kacang tanah sebesar

    40 % dan yang terendah yaitu jagung sebesar 2,5 %, dan cendawan terbawa benih

    pada masing-masing benih sebagian besar termasuk kedalam kelompok

    Aspergillaceae dan Mucoraceae.

    Gambar 3. Penanaman Benih pada Media Agar air

    Media agar adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara

    (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan

    bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat

    fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik

    dalam suatu media, maka media tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara

    lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba,

    harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai

    dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang

    dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril

    sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik

    (Sutedjo, 1990).

    Mardinus (2003) menyatakan bahwa patogen terbawa benih dapat

    mengakibatkan beberapa hal yaitu turunnya kualitas benih yang disebbakan oleh

  • rusaknya bentuk fisik dan warna benih, menurunnya persentase perkecambahan

    disebabkan oleh benih abnormal atau adanya gejala damping off pada kecambah,

    adanya toksin (racun). Patogen yang menyerang benih tidak hanya merusak

    endosperm, tetapi juga akan mengganggu titik tumbuh atau embrio. Akibatnya

    bibit yang baru tumbuh tidak mampu untuk menembus dan muncul ke permukaan

    tanah.

    Agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium

    menjadi padat. Media yang paling umum digunakan adalah agar. Bahan utama

    agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari

    alga marin genus gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat

    menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya

    sebagai pemadat (Hadioetomo,1993). Di alam populasi mikroba tidak terpisah

    sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Di

    dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang

    terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan

    biokimiawinya (Pradika, 2008). Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau

    memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur

    murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya

    berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Kultur murni atau biakan murni

    diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah

    dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural,

    morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri

    dari satu macam mikroorganisme saja (Hadioetomo, 1993)

  • BAB 4

    KESIMPULAN

    a. Metode Penanaman Benih pada substrat berupa kertas lipat merupakan salah

    satu cara pengujian patogen terbawa benih. Tujuan menggunakan media adalah

    menjaga kelembaban dan aerasi yang optimum. Daya kecambah benih lebih

    tinggi dibandingkan dengan metode dengan substrat kertas yang digulung.

    Patogen yang terdapat pada metode ini adalah sebagian besar kelompok

    Aspergillaceae, Mucoraceae, dan Miselia Sterilia

    b. Metode Penanaman Benih pada substrat berupa kertas lipat merupakan salah

    satu cara pengujian patogen terbawa benih. Tujuan menggunakan media adalah

    menjaga kelembaban dan aerasi yang optimum, akan tetapi pengujian dengan

    metode ini rentan akan kerusakan benih dan kontak antar benih lebih tinggi

    sehingga infeksi cendawan lebih menyeluruh pada benih. Untuk itu dapat

    disimpulkan daya kecambah benih lebih rendah dibandingkan dengan metode

    kertas lipat. Patogen yang terdapat pada metode ini adalah sebagian besar

    kelompok Aspergillaceae, Mucoraceae, dan Miselia Sterilia

    c. Metode Penanaman Benih pada substrat berupa media agar merupakan salah

    satu cara pengujian patogen terbawa benih. Tujuan menggunakan media adalah

    memberikan kondisi dan nutrisi yang optimum pada benih. Daya kecambah

    benih lebih tinggi dibandingkan dengan kedua metode sebelumnya. Patogen

    yang terdapat pada metode ini adalah sebagian besar kelompok Aspergillaceae,

    Mucoraceae, dan Miselia Sterilia

  • DAFTAR PUSTAKA

    Aisyah, PS. 2003. Penentuan kriteria kecambah normal yang berkorelasi dengan

    vigor bibit tusam (Pinus merkursii Jungh et de Vriese) di persemaian.

    Skripsi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 44 hal.

    Bramasto, Y, T Suharti, R Kurniaty, Samuel RS dan B Budiman. 2006. Klasifikasi

    kecambah normal untuk semai siap sapih hingga bibit siap tanam. Buletin

    Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan

    Perkebunan. Bogor. 461: 1 - 32.

    Copeland & Mc Donald, 1997. Seed Testing and Practices. Michigan. Michigan

    State University press. Hal. 60

    Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik

    dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

    Handajani, N.S. dan T. Purwoko. 2008. Aktivitas ekstrak rimpang lengkuas

    (Alpinia galanga) terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus spp. penghasil

    aflatoksin dan Fusarium moniliforme. BIODIVERSITAS. 9(5): 161-164.

    Kamil, J. 1979. Teknologi Benih. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian.

    Universitas Andalas. Padang, Indonesia.

    Kamil, J. 1980. Teknologi Benih I. Universitas Andalas. Angkasa Raya. Padang.

    224 hal

    Lay, W. 1992. Mikrobiologi . Rajawali Pers, Jakarta

    Lim, D. 1998. Microbiology, 2nd

    Edition. McGrow-hill book. New York.

    Mardinus. 2003. Patologi Benih dan Jamur. Jakarta. Andalas Press

    Muis, A., S. Pakki, dan A.H. Talanca. 2002. Inventarisasi dan identifikasi

    cendawan yang menyerang biji jagung di Sulawesi Selatan. Hasil Penelitian

    Hama dan Penyakit, Balitsereal, Maros. p. 21-30.

    Nurdin, M. 2003. Inventarisasi Beberapa Mikroorganisme Terbawa benih Padi

    yang Berasal dari Talang Padang, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Jurnal

    penyakit Tumbuhan dan Tropika Vol 3(2):47-50)

    Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University. Milton

    Keynes, Philadelphia

    Pradhika, E. I. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. http://ekmon-

    saurus.blogspot.com/2008/11/bab-1-pengenalan-alat.html.Diakses tanggal

    12 Oktober 2010.

    Purbojati, L., Suwarno, C.F. 2006. Studi alternatif substrat kertas untuk pengujian

    viabilitas benih dengan metode uji diatas kertas. Bogor. Buletin Agronomi

    (34) (1) 55-61(2006)

    Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Grasindo. Jakarta. 144 hal.

  • Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan

    Subtropis. Danida Forest Seed Centre

    Schutless, F., K.F. Cardwell, and S. Gounou. 2002. The effect of endhophytic

    Fusarium verticilliodes on investasion of two maize variety by lepidoptera

    stemborer and coleoptera grain feeders. The American Phytophatologycal

    Society.

    Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.

    Gadjah Mada University press. Yogyakarta

    Sutedjo, dkk. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.

    Sutherland, J.R.M. Diekmann and P. Berjark. 2002. Forest Tree Seed Health for

    Germplash Conservation. IPGRI Technical Bulletin No.6

    Sutjiati, M. dan M.S. Saenong. 2002. Infeksi cendawan Aspergillus sp. pada

    beberapa varietas/galur jagung hibrida umur dalam. Proseding Seminar

    Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI dan HPTI XV Sul-Sel. Maros, 29

    Oktober 2002.

    Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Radja Persada. Jakarta

    Taufiq. 2004. Aplikasi Ekstrak Tumbuhan Untuk Perlakuan Benih Padi dan

    kedelai. Medan. Usu Press

    Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang