laporan praktikum patologi klinik hitung jumlah leukosit

20
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK BASIC SCIENCE OF BLOOD, SUPPORT, AND MOVEMENT SYSTEM Oleh Kelompok 5B Intan M. Ulla G1A014012 Nur Annisa L. G1A014013 Puji Margiharsari G1A014102 Caroline Astrid G1A014103 Fiqrotul Umam G1A014108 Tasya Sri Cahyani S. G1A014109 Asisten Yefta G1A011066

Upload: caroline-astrid

Post on 14-Jul-2016

198 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Blok Basic Science of Blood, Support, and Movement System

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

BLOK BASIC SCIENCE OF BLOOD, SUPPORT, AND MOVEMENT SYSTEM

OlehKelompok 5B

Intan M. Ulla G1A014012Nur Annisa L. G1A014013Puji Margiharsari G1A014102Caroline Astrid G1A014103Fiqrotul Umam G1A014108Tasya Sri Cahyani S. G1A014109

Asisten

YeftaG1A011066

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERANJURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2014

Page 2: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

I. PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

1. Pemeriksaan Hemoglobin

2. Pemeriksaan Hematokrit

3. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit

4. Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit

B. Tanggal Praktikum

Rabu, 24 Desember 2014

C. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat mengetahui metode-metode pemeriksaan hemoglobin.

2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan hematokrit.

3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jumlah leukosit dengan menggunakan

bilik hitung.

4. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jumlah eritrosit dengan menggunakan

bilik hitung.

5. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan

hematocrit, pemeriksaan hitung jumlah leukosit, dan pemeriksaan hitung jumlah

eritrosit.

.

Page 3: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

II. TINJAUAN PUSTAKA

3. PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Di

dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila

jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut

leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula

spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam

sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai

granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal ( Karnen,

1996).

Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit

sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler:

Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas

granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara

tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya).

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap

zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis

lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan

menembus kedalam jaringan penyambung. Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada

orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke

empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif

dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15

tahun persentase khas dewasa tercapai. Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-

sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit

volume darah harus diambil (effendi, 2003).

1. Neutrofil

Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-

sel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12

um, satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula

spesifik (0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pink

oleh campuran jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua :

a. Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.

Page 4: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

b. Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat

bakteri sidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin ( Karnen, 1996).

Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad

renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D oksidase

dalam granula azurofilik penting dalam penceran dinding sel bakteri yang

mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase.

Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrophil berikatan dengan peroksida

dan halida bekerja pada molekul tirosin dinding sel bakteri dan

menghancurkannya. Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin

toksin streptokokus membran granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan

proses pembengkakan diikuti oleh aglutulasi organel- organel dan destruksi

neutrofil. Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu

melakukan glikolisis baik secara aerob maupun anaerob. Kemampuan

neutropil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan,

karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris

pada jaringan nekrotik. Fagositosis oleh neutrofil merangsang aktivitas

heksosa monofosfat shunt, meningkatkan glicogenolisis (Karnen, 1996).

2. Eosinofil

Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um

(sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, Retikulum

endoplasma mitokonria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai

granula ovoid yang dengan eosin asidofilik, granula adalah lisosom yang

mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung

lisosim. Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan

fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrofil. Eosinofil

memfagositosis komplek antigen dan antibodi, ini merupakan fungsi eosinofil

untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibodi.

Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan

darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-

proses Patologi. Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah eosinofil

darah dengan cepat (Karnen, 1996).

3. Basofil

Basofil jumlahnya 0-1% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti

satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma

Page 5: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

basophil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti,

granul bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis

Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi

histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada

tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini

menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan ( Karnen, 1996).

4. Limfosit

Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit

darah. Normal, inti relatif besar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi,

kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan mikroskop elektron.

Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula

azurofilik. Yang berwarna ungu dengan Romonovsky mengandung ribosom

bebas dan poliribisom. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan

ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel

tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptor seperti imunoglobulin yang

mengikat antigen spesifik pada membrannya. Limfosit dalam sirkulasi darah

normal dapat berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar disebabkan

sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut dengan limfosit

sedang. Sel limfosit besar yang berada dalam kelenjar getah bening dan akan

tampak dalam darah dalam keadaan Patologis, pada sel limfosit besar ini inti

vasikuler dengan anak inti yang jelas. Limfosit-limfosit dapat digolongkan

berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat

imunologisnya, siklus hidup dan fungsi (Karnen, 1996).

5. Monosit

Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal,

diameter 9-10µm tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20µm

atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal

kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap

monosit. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu

pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak

tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom,

pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus Golgi berkembang dengan

baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti.

Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh.

Page 6: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

Monosit tergolong fagositik mononuklear (sistem retikuloendotel) dan

mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk

imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah,

menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung. DaIam

darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang

peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel immunocmpetent

dengan antigen ( Karnen, 1996).

Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau mikroliter

darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda

asing, mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung jumlah leukosit merupakan

indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi (Dharma, 1983).

Leukosit merupakan petanda sensitif pada proses inflamasi. Karena selain anamnesa

dan pemeriksaan fisik, hitung leukosit dapat digunakan sebagai informasi yang bermanfaat

dalam mendiagnosis appendisitis akut dan appendisitis perforasi. (Marisa, 2012)

Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara

automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara

manual dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop (Dharma,

1983).

Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu

yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara

manual kesalahannya sampai ± 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal

dan sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang

memakai alat ini (Dharma, 1983).

Page 7: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

III. METODE PEMERIKSAAN

3. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit

A. Alat dan Bahan

Alat :

1. Hemositometer :

Bilik hitung

Pipet Leukosit

Page 8: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

2. Kaca penutup

3. Mikroskop

Bahan :

1. Larutan Turk

2. Sample darah vena atau kapiler

B. Cara Kerja

1. Bilik hitung dicari dengan mikroskop, cari kotak sedang di pojok ujung bilik hitung.

2. Hisap darah dengan pipet leukosit sampai angka 1 ( pengenceran = 10 kali ) atau

sampai 0,5 ( pengenceran = 20 kali ).

3. Hapus darah yang melekat pada ujung pipet.

4. Kemudian dengan ujung pipet yang sama hisap larutan Turk sampai garis tanda 11.

5. Hati – hati jangan sampai ada gelembung udara

Page 9: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

6. Angkatlah pipet dari cairan tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet

penghisap.

7. Kocok dengan arah horizontal selama 15 – 30 detik.

8. Buang 3 tetesan yang pertama.

9. Tuang pada bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup dan diletakan di

mikroskop.

10. Lakukan penghitungan sel leukosit dengan pembesaran obyektif 10x atau 40x.

Perhitungan :

Jumlah Leukosit = Jumlah leukosit x 16 x 10 (tinggi bilik hitung) x 20 (pengenceran)

Jumlah kotak

Page 10: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit

a. Hasil

Nama                   : Dyah Ayu

Umur                   :

Jenis Kelamin     : Perempuan

Dari hasil penghitungan leukosit dengan melihat jumlah leukosit di kotak sedang

dalam bilik hitung NI didapatkan jumlah leukosit sebanyak 21 buah dengan rincian

sebagai berikut :

Dari hasil pengamatan dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Jumlah Leukosit = 24816 x 16 x 10 (tinggi bilik hitung) x 10 (pengenceran)

= 24.800 /mm3 Jumlah leukosit pada perempuan dewasa adalah 4-11 ribu/mm3, ini menunjukan

bahwa Nn. Dyah Ayu mengalami leukositosis.

b. Pembahasan

Nama                   : Dyah Ayu

Umur                   :

Jenis Kelamin     : Perempuan

Dari hasil penghitungan leukosit dengan melihat jumlah leukosit di 16 kotak sedang

dalam bilik hitung NI didapatkan jumlah leukosit sebanyak 248 buah dengan rincian

sebagai berikut :

10 11 14 19

11 14 15 18

16 17 15 18

15 18 19 18

Page 11: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

Dari hasil pengamatan dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Jumlah Leukosit = 24816 x 16 x 10 (tinggi bilik hitung) x 10 (pengenceran)

= 24.800/mm3

Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui bahwa jumlah leukosit Nn. Dyah Ayu

sebanyak 24.800/ mm3 dan itu menandakan jumlah yang masih dalam keadaan tidak

normal. Sedangkan keadaan yang normal yaitu berkisar antara 4000-11000/ mm3.

Dari hasil tersebut, manifestasi klinik untuk sementara Nn. Dyah Ayu dapat terkena

penyakit leukositosis yaitu keadaan dimana jumlah leukositnya lebih tinggi dari

jumlah normal.

Stem cell yang menjadi induk dari pertumbuhan leukosit dapat menjadi faktor yang

sangat beresiko dalam terjadinya leukopenia apabila terjadinya gangguan, begitu

pula jika adanya defesiensi zat besi atau pasien mengalami pendarahan yang hebat.

Namun, pada pemeriksaan ini dengan ditemukannya hasil jumlah leukosit yang tidak

normal maka pasien dapat terdapat kelainan yang mengakibatkan leukopenia.

Leukopenia ini bisa terjadi akibat adanya infeksi virus, yang akhirnya menyebabkan

penurunan jumlah leukosit.

Namun pada praktikum kali ini juga ada factor perancu, yaitu bila pada pengocokan

dengan larutan hayem tidak merata, sehingga ada massa sel darah putih yang

terdeposit sehingga bisa menyebabkan leukosit turun palsu. Dan bisa juga terjadi

karena proses sampling yang cukup lama sehingga terjadi kongesti berlebihan yang

menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi. Dan juga dari sikap pada pengambilan

10 11 14 19

11 14 15 18

16 17 15 18

15 18 19 18

Page 12: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

sample yang mempengaruhi, pada sikap duduk, leukosit lebih banyak terkumpul

dibandingkan dengan berdiri.

Page 13: Laporan Praktikum Patologi Klinik Hitung Jumlah Leukosit

DAFTAR PUSTAKA

Dharma R, Immanuel S, Wirawan R.1983. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin.

Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T.

Kalbe Farma

Effendi, Zukesti. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.

Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karnen, Baratawijaya. 1996. Immunologi Dasar. Ilmu penyakit Dalam, edisi 2. Jakarta:

Gaya Baru.

Marisa, Haryadi I, Muhammad R. 2012. Batas Angka Leukosit Antara Appendisitis Akut

dan Appendisitis Perforasi Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

selama Januari 2009-2011. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Volume 1,

Nomor 1.