laporan praktikum ko i percobaan ii rekristalisasi dan titik leleh.pdf

Upload: meitri-wulandari-kohar

Post on 02-Mar-2016

111 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 1

    REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH

    I. Tujuan

    Dapat memahami teknik teknik dasar dalam pemisahan dan pemurnian zat

    padat dengan rekristalisasi serta menentukan kemurniannya dengan titik leleh.

    II. Teori

    Zat padat umumnya mempunyai kelarutan terbatas dalam pelarut cair.

    Fraksi mol I2 dalam CCl4 mencapai jenuh pada 25 sekitar 0,011. Jika

    dibandingkan dengan Br2 yang berwujud cair pada suhu sama tidak

    mempunyai batas kelarutan dalam CCl4 sehingga Br2 dalam CCl4 tidak dapat

    membentuk larutan jenuh.

    Perbedaan gaya tarik antar molekul menyebabkan zat padat

    mempunyai kelarutan terbatas di dalam suatu pelarut. Gaya tarik antar

    molekul dalam zat padat lebih besar daripada gaya tarik antar molekul dalam

    zat cair untuk suhu yang sama, sehingga dapat diduga bahwa gaya tarik antar

    molekul I2(s) lebih besar daripada gaya tarik antarmolekul CCl4(l) . oleh sebab

    itu, kelarutan I2 dalam CCl4 relatif rendah. Keadaan ini didukung oleh fakta

    bahwa zat padat dengan titik leleh lebih rendah akan memiliki kelarutan yang

    lebih besar dibandingkan dengan zat padat dengan zat padat yang memiliki

    titik leleh lebih tinggi untuk struktur molekul yang serupa.

    Zat padat nonpolar atau sedkit polar memiliki kelarutan tinggi dalam

    zat cair yang memiliki kepolaran rendah, tettapi kelarutannya rendah dalam

    pelarut polar.

    Zat terlarut Titik leleh/ Fraksi mol terlarut

    Antrasen 218 0,008

    Fenantren 100 0,210

    Naftalen 80 0,260

    Bifenil 69 0,390

    Kelarutan hidrokarbon dalam benzene pada 25

    Yayan Sunarya.2012.hal:9

  • 2

    Pelelehan adalah konversi dari keadaan padat ke cair. Titik leleh

    normal suatu padatan ialah suhu pada saat padatan dan cairan berada dalam

    kesetimbangan dibawaha tekanan 1 atm. Titik leleh normal es adalah 0,00 ,

    sehingga air cair dan es berada bersama sama dalam waktu tak berhingga

    (dalam kesetimbangannya) pada suhu ini dan tekanan 1 atm. Jika suhu

    diturunkan sedikit saja, maka semua air akan membeku; jika suhu dinaikan

    sedikit saja , semua es akhirnya akan meleleh. Istilah normal sering

    ditiadakan dalam pembicaraan titik leleh sebab titik leleh kurang bergantung

    pada tekanan. Dibandingkan titik didih, titik leleh lebih bergantung pada

    bentuk molekul dan pada rincian interaksi molekul, jadi, keragaman titik leleh

    kurang sistematis bila dibandingkan dengan gaya tarik.

    Pengendepan terkontrol dengan memainkan kelarutan adalah teknik

    yang banyak digunakan untuk memurnikan produk reaksi dalam kimia

    sintesis. Menjalankan reaksi dapat memakan waktu barjam jam , tetapi kerja

    lanjutannya (pemisahan produk mentah) dan pemurnian berikutnya

    membutuhkan waktu sampai mingguan. Rekristalisasi, satu dari metode

    yang paling ampuh untuk pemurnian zat padat, didasarkan atas perbedaan

    antara kelarutan zat dan kotorannya. Sebuah produk tidak murni dilarutkan

    dan diendapkan kembali , berulang kali jika perlu, dengan pengawasan hati

    hati terhadap factor yang mempengaruhi kelarutan.

    Dalam rekristalisasi, sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah

    senyawa bila larutan tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut.

    Dalam pelarutan, pelarut menyerang zat padat dan mensolvatasinya pada

    tingkat partikel individu. Dalam pengendapan, terjadi kebalikannya: tarik

    menarik zat terlarut terjadi kembali saat zat terlarut meninggalkan larutan.

    Saat Litium Sulfat (Li2SO4) mengedap dalam air, satu molekul air ikut

    terbawa persatuan rumus :

    2Li+

    (aq) +

    (aq) + H2O Li2SO4.H2O(s)

    Pelarut yang mempunyai ikatan longgar seperti ini dikenl dengan pelarut

    kristalisasi. Dengan melarutkan dan kemudian mengendapkan suatu senyawa

    dapat juga menghasilkan bahan dengan rumus kimia berbeda dan massa

  • 3

    berbeda. Sebagai akibatnya, proses rekristalisasi untuk pemurnian produk

    hasil reaksi harus direncanakan dengan harti hati.

    David W Oxtoby.2001.Hal 144&344

    Jika suatu reagensia dengan kemurnian yang memadai untuk suatu penetapan

    tertentu tidak tersedia , maka produk termurni yang tersedia harus

    dimurnikan. Zat padat dengan bobot yang diketahui dilarutkan dalam air

    dengan volume cukup untuk memperoleh jenuh atau hamper jenuh pada titik

    didih: dapat dihunakan piala, labu Erlenmeyer, ataupun pinggan porselen. Zat

    padat itu kemudian dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan dengan

    menggunakan salah satu tipe corong Buchner yang ditunjukan dalam gambar

    Beberapa zat padat atau terlalu dapat larut , atau kelarutannya tidak

    cukup berubah oleh temperature, sehingga kristalisasi langsung dari dalam

    suatu pelarut menjadi tidak praktis. Dalam banyak hal, dapat diendapkan dari,

    katakan suatu larutan air yang pekat dengan penambahan suatu cairan, yang

    dapat campur dengan air, dalam mana zat padat itu kurang dapat larut.

    Umumnya digunakan etanol dalam mana banyak senyawa anorganic hamper

    tak larut, harus dijaga agar banyknya etanol atau pelarut lain yang

    ditambahkan tidak terlalu banyak sehingga kotoran ikut mengendap. Kalium

    hydrogen karbonat dan stibium kalium tartrat dapat dimurnikan dengan

    metode ini.

    J. Bassett.1994. Hal:108&111-112

  • 4

    III. PROSEDUR PERCOBAAN

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat

    - Corong tangkai pendek 15 cm

    - Corong Buchner 15 cm

    - Erlenmeyer 125 dan 200 ml

    - Karbon / arang / norit

    - Etanol 95%

    - Pembakar Bunsen

    - Labu isap 250 ml

    - Kaca arloji

    - Kertas saring

    - Alat thiele

    3.1.2 Bahan

    - Asam benzoat murni

    - Asetanilida

    - Naftal

    3.2 Skema Kerja

    3.2.1 Penentuan Titik Leleh

    -

    Digerus sebagian sampai halus

    Dimasukkan kedalam tabung

    kapiler hingga tingginya sekitar

    0,5 cm

    Dipanaskan dengan api kecil

    hingga meleleh

    Diperhatikan dan dicatat hasilnya

    Kristal Benzoat Murni

    Hasil

  • 5

    3.2.2 Rekristalisasi

    Kristalisasi dari pelarut air

    Dimasukkan ke dlaam

    Erlenmeyer 250ml

    Ditambahkan air panas 50 ml

    secara bertahap sambil diaduk

    sampai larut

    Ditambahkan sedikit berlebih 5

    7 ml air panas

    Didihkan campuran ini diatas

    kasa asbes dengan Bunsen

    Ditambahkan sedikit demi sedikit

    0,5 1 gr karbon/norit sambil

    diaduk

    Didihkan beberapa saat supaya

    penyerapan warna lebih

    sempurna

    Dituang ke atas corong yang

    telah disediakan sebelumnya

    tanpa menunggu dingin

    Diulangi pemanasan dan

    penyaringan jika larutan terlanjur

    dingin

    Asetinilida Kotor 5 gr

    Larutan

    Filtrat

  • 6

    Dibiarkan dingin dengan

    penurunan suhu secara perlahan

    hingga terbentuk kristal

    Disaring dengan menggunakan

    corong Buchner yang telah

    dilengkapi dengan peratalan

    pengisapan

    Dicuci dengan sedikit air dingin

    sebanyak satu sampai dua kali

    Ditekan dengan spatula sekering

    mungkin

    Ditimbang dan ditentukan titik

    lelehnya.

    Kristalisasi dalam pelarut organic

    Dimasukkan ke dalam

    Erlenmeyer 100 ml

    Ditambahkan 20 ml etanol 95%

    secara bertahap sambil diaduk

    Dipanaskan dan dididihkan

    didakam penangas air

    Kristal

    Hasil Pengamatan

    Naftalena kotor 5 gr

  • 7

    Diangkat dan ditambahkan 0,5 gr

    karbon / norit sambil diaduk

    Dididihkan kembali sebentar di

    atas penangas air,

    Disaring selagi panas di atas

    corong kaca kertas saring lipat,

    Didinginkan hinga terbentuk

    Kristal

    Disaring dengan menggunakan

    corong Buchner yang telah

    dilengkapi pengisapan

    Dicuci dengan 2-3 ml etanol

    dingin

    Dikeringkan dengan cara

    menekan sekering mungkin

    Ditimbang dan ditentukan titik

    lelehnya,

    Filtrat

    Hasil

  • 8

    IV. Hasil dan Pembahasan

    4.1 Hasil

    No Perlakaun Hasil

    1 Penentuan Titik Leleh

    Kristal benzoate murni dimasukkan

    kedalam tabung reaksi dan

    dipanaskan diatas penangas air,

    dicatat suhunya ketika benzoat tepat

    meleleh.

    Percobaan ini tidak dilakukan

    hingga selesai, karena dibutuhkan

    waktu yang cukup lama hingga

    benzoate meleleh semuanya,

    menurut literature titik leleh

    benzoal yaitu 122,4 dan

    thermometer yang dipergunakan

    hanya sampai 100

    2 Kristalisasi dari pelarut air

    5 gr asetinilida dilarutkan dengan 50

    ml air panas dan didihkan kemudian

    ditambahkan 0,5 gr karbon,

    kemudian disaring , filtratnya

    dibiarkan hingga membentuk

    Kristal. Kristal yang terbentuk

    kemudian di keringkan dan

    ditimbang

    - Massa Kristal + kertas saring =

    5,399 gram

    - Massa kertas saring = 1 gram

    - Massa Kristal = 4,399 gram

    3 Kristalisasi denga pelarut organik

    5 gr naftalena kotor, 2o ml etanol

    95% dipanaskan hingga mendidih,

    diangkat dan ditambahkan 0,5 gr

    karbon dan dipanaskan kembali lalu

    disaring selagi panas, filtratnya

    didiamkan hingga terbentuk Kristal.

    Kristal yang terbentuk dikeringkan

    dan ditimbang.

    - Massa Kristal + kertas saring =

    5,939 gr

    - Massa kertas saring = 1 gr

    - Massa Kristal = 4,939 gr

  • 9

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Titik Leleh dan Cara Penentuannya

    Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fasa padat dan fasa cair

    senyawa tersebut berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1 atm. Titik leleh

    suatu zat padat tidak mengalami perubahan yang berarti dengan adanya perubahan

    tekanan. Oleh karena itu tekanan biasanya tidak dilaporkan pada penentuan titik

    leleh , kecuali kalau perbedaan dengan tekanan normal terlalu besar. Pada

    umumnya titik leleh senyawa organic mudah diamati sebab temperatur dimana

    pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah meleleh

    semuanya. Trayek suhu leleh senyawa murni biasanya tidak lebih dari satu

    derajat, sedangkan senyawa tidak murni trayek leleh lebih makin lebar.

    Pada percobaan penentuan titik leleh ini, praktikan belum berhasil

    menentukan titik leleh dari Kristal benzoate, karena pada saat penentuan titik

    leleh ini, praktikan melakukannya secara manual dan tidak menggunakan alat

    penentuan titi leleh seperti metling point apparatus, hal ini disebabkan karena alat

    melting point apparatus tidak berfungsi dengan baik, sehingga praktikan

    melakukan secara manual dengan menggunakan penangas air. Dengan

    menggunakan penangas air pun praktikan masih belum berhasil untuk

    menentukan titik leleh dari asam benzoate karena thermometer yang digunakan

    yaitu thermometer dengan skala 100 , hal ini bertolak belakang dengan apa yang

    akan dilakukan, asam benzoate memiliki titik leleh 122 , sehingga untuk

    menentukan titik leleh asam benzoate diperlukan thermometer dengan skala lebih

    dari 100 .

    Asam benzoat adalah senyawa turunan benzena yang salah satu atom

    hidrogennya tersubstitusi oleh gugus asam karboksilat (-COOH). Dengan

    demikian asam benzoat mempunyai rumus molekul C6H5COOH. Produk ini

    merupakan bahan kimia yang berupa asam organik padat berbentuk kristal putih,

    mudah terbakar, larut dalam alkohol, ether, mudah menguap, dan mudah meledak.

    Asam benzoat dengan nama dagang benzenecarboxylic acid atau carboxybenzene

    merupakan carboxylic acid aromatik yang paling sederhana.

  • 10

    Asam benzoat dan garamnya digunakan untuk mengawetkan makanan,

    yang biasanya mempunyai kode E210, E211, E212, and E213. Kadar asam

    benzoat dalam makanan berkisar antara 0,05-0,1%. Asam benzoat terbukti mampu

    menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Asam benzoat juga digunakan

    sebagai larutan standar untuk mengtahui kapsitas kalor pada kalorimeter bom. Di

    bidang medis, asam benzoat digunakan untuk perawatan kulit akibat jamur.

    4.2.2 Rekristalisasi

    Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dari campurannya atau

    pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali setelah dilarutkan dalam pelarut

    yang cocok. Prinsip rekristalisasi itu sendiri yaitu perbedaan kelarutan anatara zat

    yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampurnya. Metoda rekristalisasi

    didasarkan pada prinsip bahwa zat tertentu mempunyai sifat kelarutan tertentu

    yang berbeda dari campuran lainnya, dalam suatu system pelarut tertentu. Ada

    tiga tahapan dasar rekristalisasi yaitu :

    1. Melarutkan zat padat campuran dalam pelarut yang minimal, biasanya pada

    titik didihnya.

    2. Kristalisasi selektif dalam suatu pelarut tertentu, dengan cara menurunkan

    suhu larutan secara perlahan.

    3. Penyaringan terhadap Kristal murninya dipisahkan dari larutannya.

    4.2.2.1 Kristalisasi dari pelarut air

    Kristalisasi dengan pelarut air yakni melarutkan zat padat yang akan

    direkristalisasi dengan menggunkan air. Zat padat yang digunakan adalah

    asetinilida. Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang

    digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin

    digantikan dengan satu gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih

  • 11

    (kristal) tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan

    kloral anhidrat. Asetanilida atau sering disebut phenilasetamida mempunyai

    rumus molekul C6H5NHCOCH3.

    Pada percobaan ini digunakan air panas agar zat padat dapat melarut

    sempurna karena asetinilida tidak dapat larut dalam air pada suhu kamar,

    asetinilida dapat larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Ketika dilakukan

    pemanasan ditambahkan karbon yang bertujuan untuk menyerap atau

    menghilangkan warna yang terdapat dalam campuran. Kemudian dipanaskan agar

    karbon aktif tersebut dapat melakukan penyerapan warna lebih sempurna.

    Campuran disaring selagi panas untuk memisahkan karbon aktif dari campuran.

    Residu yang dihasilkan dari penyaringan berwarna hitam dan filtrat berwarna

    bening yang setelah didinginkkan terbentuk kristal. Kristal yang terbentuk

    disaring dengan corong Buchner yang telah dilengkapi dengan alat penghisap,

    Kristal yang terbentuk dicuci dengan air agar didapatkan kristal yang lebih murni.

    Kristal yang didapat pada percobaan ini sebanyak 4,399 gram dengan

    kemurnian 87,98% ini menunjukan Kristal yang didapat cukup murni karena

    setelah dilakukan perhitungan zat pengotor yang didapat sebesar 0,601 gram.

    Akan tetapi, pada percobaan ini pengeringan Kristal yang didapat tidak maksimal

    karena proses pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari dan hanya dilakukan

    sebentar sehingga kemungkinan Kristal masih mengandung zat pelarut dan zat

    pengotornya, walaupun setelah dilakukan perhitungan zat pengotornya tidak

    terlalu banyak.pada percobaan ini seharusnya praktikan juga melakukan

    penentuan titik leleh dari asetinilida, namun karena keterbatasan waktu jadi

    penentuak titik leleh tidak dilakukan. Menurut literature, titik leleh dari asetinilida

    sebesar 114,16 oC.

  • 12

    Pada percobaan ini pelarut yang digunakan adalah air, karena :

    1. Pelarut air tidak melarutkan asam benzoat pada suhu kamar, tetapi dapat

    melarutkan setelah dipanaskan.

    2. Titik didih air lebih rendah dibandingkan asam benzoat.

    3. Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang dimurnikan karena titik didih air lebih

    rendah daripada titik leleh zat terlarut asam benzoat.

    4.2.2.2 Kristalisasi dalam pelarut Organik

    Kristalisasi dengan menggunkan pelarut organik, disini digunakan

    etanol sebagai pelarut organiknya dan zat padat yang dikristalisasi adalah

    naftalena. Naftalena adalah hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan

    berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena

    yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk

    padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar.

    Pada percobaan ini, naftalena dilarutkan dalam etanol dan menghasilkan

    larutan yang keruh. Kemudian dipanaskan dan semua naftalena larut dengan

    larutan berwarna bening. Untuk menghilangkan pengotor yang mungkin ada pada

    naftalena maka ditambahkan carbon sebagai penyerap zat pengotor yang

    terkandung. Penambahan arang aktif membuat larutan berwarna hitam. Larutan

    disaring selagi masih panas agar zat padat yang tersuspensi dalam larutan dapat

    dipisahkan dari naftalena, sehigga dari penyaringan didapatkan filtrat yang murni.

    Setelah semua kristal terbentuk, mencuci kristal dengan etanol agar kristal yang

    dihasilkan lebih bersih.

    Pada kristalisasi naftalena ini digunakan etanol karena etanol mempunyai

    sifat-sifat yang cocok sebagai pelarut dalam rekristalisasi ini yaitu :

    1. Tidak dapat melarutkan naftalena pada suhu kamar, tetapi dapat

    melarutkannya setelah dipanaskan.

  • 13

    2. Titik didih etanol lebih rendah yaitu 78oC yang mempermudah pengeringan

    kristal naftalena yang ternemtuk, karena etanol mudah menguap.

    3. Etanol tidak bereaksi dengan naftalena karena titik didih etanol lebih rendah

    daripada naftalena, sehingga naftalena mudah terurai menjadi senyawa lain.

    Dari hasil perhitungan didapatkan hasil kadar kemurnian naftalena sebesar

    98,78%. Ini menunjukan naftalena yang diperoleh melalui rekristalisasi ini hampir

    mendekati murni, dengan zat pengotor sebanyak 0,061 gram. Pengeringan Kristal

    yang terbentuk hanya dengan bantuan sinar matahari sehingga kemungkinan besar

    naftalena yang ditimbang masih mengandung air. Disini seharusnya praktikan

    melakuakn penentuan titik leleh dari naftalena, akan tetapi penentuan titik leleh

    ini tidak dilakukan, menurut literature nilai titik leleh naftalena yaitu 80.2C

    V. Kesimpulan dan Saran

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah

    1. Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fasa padat dan fasa cair

    senyawa tersebut berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1 atm.

    Penentuan titik leleh dapat dilakukan dengan menggunakan alat penentuan

    titik leleh seperti melting point apparatus

    2. Titik leleh asam benzoate menurut literature yaitu 122

    3. Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dari campurannya atau

    pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali setelah dilarutkan dalam

    pelarut yang cocok.

    4. Kadar kemurnian asetinilida sebesar 87,98% dan Menurut literature titik

    leleh dari asetinilida sebesar 114,16 oC.

    5. Kadar kemurnian naftalena sebesar 98,78% dan menurut literature nilai

    titik leleh naftalena yaitu 80.2C

    5.2 Saran

    Untuk kelancaran jalannya praktikum, diharapkan kelengkapan alat dan

    bahan yang akan dipergunakan, sehingga praktikan dapat melakukan

    percobaan sebagaimana mestinya.

  • 14

    VI. DAFTAR PUSTAKA

    Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi

    Keempat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Oxtoby, David. 2001. Prinsip Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga

    Sunarya, Yayan. 2012. Kimia Dasar 2. Bandung : Yrama Widya