laporan praktikum hematologi kelainan morfologi eritrosit

24
LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI KELAINAN MORFOLOGI SEL DARAH MERAH OLEH : A.A. LIDYA NIRMALA DEWI (P07134014008) SEMESTER IV KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Upload: lidya-nirmala

Post on 09-Jul-2016

1.335 views

Category:

Documents


182 download

DESCRIPTION

Hematologi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI

KELAINAN MORFOLOGI

SEL DARAH MERAH

OLEH :

A.A. LIDYA NIRMALA DEWI

(P07134014008)

SEMESTER IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Page 2: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

PRAKTIKUM II

KELAINAN MORFOLOGI SEL DARAH MERAH

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Untuk dapat mengetahui kelainan warna, ukuran dan bentuk eritrosit.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan pada sediaan hapusan darah

2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dan mengamati kelainan warna, ukuran,

dan bentuk eritrosit pada sediaan hapusan darah.

III. METODE

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Indirect Preparat.

IV. PRINSIP

Sediaan apusan darah diamati pada lensa objektif pembesaran 100x dengan penambahan

oil immersi pada counting area.

V. DASAR TEORI

A. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap

sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan

oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang

yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.

B. Kelainan Morfologi Sel Darah Merah

Eritrosit normal berukuran 6-8 µm. Dalam sediaan apusan, eritrosit normal

berukuran sama dengan inti limposit kecil dengan area ditengah berwarna pucat.

Kelainan morfologi eritrosit berupa kelainan ukuran (size), bentuk (shape), warna

(staining characteristics) dan benda-benda inklusi.

Page 3: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

a. Kelainan ukuran eritrosit :

1. Mikrositer

Diameter < 7 mikron, biasa disertai dengan warna pucat (hipokromia). Sel ini

dapat berasal dari fragmentasi eritrosit yang normal seperti pada anemia

hemolitik, anemia megaloblastik dan dapat pula terjadi pada anemia defisiensi

besi.

2. Makrositer

Makrosit adalah eritrosit yang berukuran lebih dari 8 µm. Sel ini didapatkan

pada anemia megaloblastik.

3. Anisositosis

Anisositosis adalah suatu keadaan dimana ukuran diameter eritrosit yang

terdapat di dalam suatu sediaan apusan berbeda-beda (bervariasi). Anisositosis

tidak menunjukkan suatu kelainan hematologik yang spesifik. Keadaan ini

ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam

sediaan apus darah tepi. Anisositosis jelas terlihat pada anemia mikrositik yang

ada bersamaan dengan anemia makrositik seperti pada anemia gizi. ( Arjatmo

Tjokronegoro dan Hendra Utama, 1996 )

b. Kelainan bentuk eritrosit :

1. Ovalosit

Ovalosit adalah eritrosit yang berbentuk lonjong. Dapat dilihat pada ovalositosis

herediter.

2. Sperosit

Sperosit adalah eritrosit yang berbentuk lebih bulat, lebih kecil dan lebih tebal

dari eritrosit normal.

3. Schitosit atau fragmentosit

Sel ini merupakan pecahan eritrosit.

4. Sel target atau leptosit atau sel sasaran

Eritrosit yang mempunyai masa kemerahan di bagian tengahnya, disebut juga

sebagai sel sasaran.

Page 4: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

5. Sel sabit atau sickle cell

Sel seperti ini didapatkan pada penyakit sel sabit yang homozigot (SS). Sickle cell

adalah eritrosit yang bentuknya seperti bulan sabit atau clurit cell.

6. Krenasi

Krenasi sel adalah eritrosit yang kelihatan dengan dinding “bergerigi” karena

adanya tonjolan-tonjolan sitoplasma yang tumpul dan tersebar merata di

permukaan sel, umumnya terjadi karena kesalahan teknik dalam pembuatan

sediaan apusan. Sel seperti ini merupakan artefak, dapat dijumpai dalam sediaan

apus darah tepi yang telah disimpan 1 malam pada suhu 20°C atau eritrosit yang

berasal dari “washed packed cell”.

7. Sel Burr

Sel ini adalah eritrosit yang kecil atau fragmentosit yang mempunyai duri satu

atau lebih pada permukaan eritrosit yang tumpul dan teratur.

8. Akantosit

Sel ini disebabkan oleh metabolisme fosfolipid dari membran eritrosit. Pada

keadaan ini tepi eritrosit mempunyai tonjolan-tonjolan berupa duri yang runcing

dan tersebar tidak merata di permukaan sel.

9. Tear drop cells

Eritrosit yang mempunyi bentuk seperti tetesan air mata.

10. Poikilositosis

Poikilositosis adalah istilah yang menunjukkan bentuk eritrosit yang bermacam-

macam dalam sediaan apus darah tepi.

11. Rouleaux atau auto aglutinasi

Reuleaux tersusun dari 3-5 eritrosit yang membentuk barisan sedangkan auto

aglutinasi adalah keadaan dimana eritrosit bergumpal. ( Arjatmo Tjokronegoro

dan Hendra Utama, 1996 )

Page 5: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

c. Kelainan warna eritrosit :

1. Hipokrom

Eritrosit yang tampak pucat. Eritrosit hipokrom disebabkan kadar hemoglobin

dalam eritrosit berkurang.

2. Hiperkrom

Hiperkrom adalah eritrosit yang tampak lebih merah/gelap dari warna normal.

Keadaan ini kurang mempunyai arti penting karena dapat disebabkan oleh

penebalan membrane sel dan bukan karena naiknya Hb (oversaturation).

Kejenuhan Hb yang berlebihan tidak dapat terjadi pada eritrosit normal

sehingga true hypercromia tidak dapat terbentuk.

3. Polikromasia

Polikromasia adalah keadaan dimana terdapat bebrapa warna di dalam sebuah

lapangan sediaan apus. Misalnya ditemukan basofilik dan asidofilik dengan

kwantum berbeda –beda karena ada penambahan retikulosit dan defek maturasi

eritrosit. Dapat ditemukan pada keadaan eritropoesis yang aktif misalnya anemia

pasca perdarahan dan anemia hemolitik. Juga dapat ditemukan pada gangguan

eritropoesis seperti mielosklerosis dan hemopoesis ekstrameduler.

d. Benda-Benda Inklusi dalam Eristrosit :

1. Benda Howell Jolly

Benda howell jolly adalah sisa inti eritrosit.

2. Parasit malaria

3. Titik basofil

Terdapatnya titik biru yang difus dalam eritrosit dikenal sebagai titik basofil atau

basophilic stippling. Titik-titik basofil ini tidak dapat dijumpai dalam sdiaan apus

darah EDTA. ( Arjatmo Tjokronegoro dan Hendra Utama, 1996 )

4. Eritrosit berinti

VI. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

- Mikroskop Binokuler

Page 6: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Eritrosit Hipokrom

Eritrosit Normokrom

b. Bahan

- Preparat apusan darah

- Oil immerse

- Tissue lensa

VII. CARA KERJA

1, Alat dan bahan disiapkan

2. Mikroskop disetting

3. Preparat diletakkan di meja mikroskop

4. Lensa objektif diarahkan ke pembesaran 10x untuk mencari lapang pandang

5. Preparat ditetesi oil imersi, lalu pembesaran lensa objektif diubah ke 100x

6. Diamati kelainan warna, ukuran, dan bentuk eritrosit yang ada

VIII. HASIL PENGAMATAN

a. Pengamatan Kelainan Warna Pada Eritosit

Gambar Keterangan

Kode preparat : 460

Page 7: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Eritrosit Hiperkrom

Limfosit matur

Eritrosit makrositer

Eritrosit mikrositer

Eritrosit normositer

Lapang Pandang IX

Lapang Pandang X

b. Pengamatan Kelainan Ukuran Pada Eritrosit

Gambar Keterangan

Kode preparat : 460

Page 8: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Eritrosit makrositer

Eritrosit mikrositer

Eritrosit normositer

Lapang Pandang I

Lapang Pandang II

Lapang Pandang IV

c. Pengamatan Kelainan Bentuk Pada Eritrosit (Poikilositosis)

Gambar Keterangan

Kode preparat : 460

Eritrosit makrositer

Limfosit matur

Eritrosit mikrositer

Eritrosit normositer

Page 9: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Sferosit

Burr Cell

Hellment Cell

Akantosit

Ovalosit

Burr Cell

Teardrop Cell

Rouleaux

Target Cell

Lapang Pandang I

Lapang Pandang II

Lapang Pandang III

Page 10: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Rouleaux

Ovalosit

Burr Cell

Burr Cell

Stomatosit

Ovalosit

Lapang Pandang IV

Lapang Pandang VI

Lapang Pandang VII

IX. PEMBAHASAN

Stomatosit

Rouleaux

Page 11: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Penilaian elemen seluler darah secara cermat merupakan langkah awal di dalam

menentukan fungsi hematologik dan diagnosis penyakit. Pemeriksaan darah dapat

memberikan informasi diagnostik dan memungkinkan untuk melakukan diagnosis

banding sehingga membantu di dalam melakukan pemilihan tes yang lebih spesifik. Oleh

karena itu, pemeriksaan morfologi sel darah dan kuantifikasi setiap elemen sangat

diperlukan.

Elemen seluler darah yang merupakan penilaiaan secara morfologik adalah eritrosit,

leukosit dan trombosit. Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan pada kelainan

morfologi eritrosit. Eritrosit merupakan sel terbanyak yang ditemukan di dalam darah dan

diperlukan untuk respirasi jaringan. Eritrosit matang tidak mempunyai inti dan

didalamnya terdapat hemoglobin (Hb) yaitu suatu protein yang mengandung Fe yang

berfungsi untuk transport oksigen dan karbondioksida. Eritrosit atau sering disebut sel

darah merah merupakan sel yang berbentuk bikonkaf dengan jumlah: 4,5-6.100.000 per

mikro liter, berat jenis 1,090 dengan pH 7,33-7,51 (rata- rata 7,4). Komposisi eritrosit

terdiri dari 60% air, 28% hemoglobin yang terdiri dari pigmen darah, sarana transport O2,

96% rantai globin dan 4% heme, 7% lemak serta sisa yang ada merupakan karbohidrat,

elektrolit, enzim, metabolit.

Jumlah eritrosit dalam darah ditentukan oleh :

1.Umur eritrosit dalam aliran darah

2.Jumlah eritrosit yang hilang waktu perdarahan

3.Jumlah eritrosit yang dihasilkan oleh sumsum tulang

Dalam keadaan patologis tertentu seperti anemia, tidak hanya jumlah eritrosit atau

hemoglobin yang berkurang namun juga dapat ditemukan berbagai kelainan morfologi

eritrosit, baik kelainan pada warna, ukuran maupun bentuk eritrosit. Pada sampel dengan

kode 460 ini ditemukan beberapa kelainan setelah diamati sebanyak 10 lapang pandang,

antara lain :

Jenis Kelainan Hasil Yang Ditemukan

Kelainan Warna Dalam 10 LP ditemukan dominan Hipokrom

Kelainan Ukuran Dalam 10 LP ditemukan dominan Mikrositer

Kelainan Bentuk Dalam 10 LP ditemukan beberapa kelainan bentuk eritrosit :

Page 12: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

1. Sferosit

2. Burr Cell

3. Helment Cell

4. Akantosit

5. Ovalosit

6. Teardrop Cell

7. Target Cell

8. Stomatosit

9. Rouleaux

Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa preparat dengan kode 460

memiliki gambaran darah tepi eritrosit : Anisositosis, Mikrositer, Sferosit, Burr Cell,

Helment Cell, Ovalosit, Teardrop Cell, Target Cell, Stomatosit, Rouleaux, Hipokromik,

Polikromasi.

Kelainan warna hipokrom pada eritrosit adalah suatu keadaan dimana konsentrasi

Hb kurang dari normal sehingga sentral akromia atau sentral palor melebar (>1/2 sel).

Pada hipokromia yang berat lingkaran tepi sel sangat tipis disebut dengan eritrosit

berbentuk cincin (anulosit). Hipokromia ditemukan pada:

Anemia defesiensi fe

Anemia sideroblastik

Penyakit menahun (misalnya Gagal ginjal kronik)

Talasemia

Hemoglobinopati (C dan E)

Kelainan ukuran mikrositer merupakan keadaan eritrosit dengan diameter rata-rata

< 7 mikron. Kelainan ini dapat terjadi pada semua keadaan dimana terdapat gangguan

pembentukan hemoglobin, seperti :

Gangguan absorpsi, penggunaan atau pelepasan zat besi

Anemia defisiensi besi

Anemia sideroblastik

Page 13: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Kelainan bentuk yang ditemukan pada sampel preparat kode 460 pada 10 lapang

pandang berjumlah 9 macam bentuk, antara lain :

1. Sferosit

Sferosit cell berbentuk seperti bola, dimana ukurannya lebih kecil dari eritrosit

normal, tidak ada daerah pucat atau sentral palor pada bagian tengahnya. Sferosit

terjadi akibat kelainan atau kerusakan membran eritrosit baik kongenital maupun

didapat. Sferosit dapat ditemukan pada:

Sferositosis herediter

Luka bakar

Anemia hemolitik

2. Burr Cell

Burr cell merupakan eritrosit dengan tonjolan sitoplasma yang lebih banyak ( 10 – 30

buah), berukuran sama, jarak antara tonjolan satu dengan lainnya sama, dan tersebar

merata pada permukaan sel. Kelainan ini terjadi akibat mekanisme fragmentasi, dapat

ditemukan pada :

Penyakit ginjal menahun (uremia)

Karsinoma lambung

Hepatitis

‘Bleeding peptic ulcer’

‘Pyruvate kinase deficiency’

Sirosis hepatic

Anemia hemolitik

3. Helment Cell

Helment cell merupakan ritrosit yang berbentuk seperti helm. Terjadi akibat

mekanisme fragmentasi. Dapat dijumpai pada:

Emboli paru

Metaplasia meiloid

4. Akantosit

Page 14: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Merupakan eritrosit yang memiliki 3-12 duri dengan ujung tumpul dan tidak sama

panjang. Dapat dijumpai pada :

Abetalipoproteinemia congenital

Penyakit hati kronik

Hipotiroidisme

Defisiensi vitamin E

5. Ovalosit

Bentuk sangat bervariasi seperti oval, pensil dan cerutu dengan konsentrasi Hb

umumnya tidak menunjukkan hipokromik. Hb berkumpil pada kedua kutub sel.

Ditemukan pada:

Elliptositosis herediter ( 90 – 95% eritrosit berbentuk ellips)

Anemia megaloblastik dan anemia hipokromik (gambaran elliptosit tidak > 10 %)

Elliptositosis dapat menyolok pada mielosklerosis

6. Teardrop Cell

Eritrosit memperlihatkan tonjolan plasma yang mirip ekor sehingga seperti  tetes    air

mata atau buah pir. Ditemukan pada:

Anemia megaloblastik

Myelofibrosis

Hemopoesis ekstramedullar

Kadang-kadang pada talasemia

Metaplasia meiloid

7. Target Cell

Merupakan eritrosit yang berbentuk seperti lonceng, dimana pada bagian tengah dari

sentral palor terdapat bagian yang lebih gelap atau merah. Dapat terjadi pada :

Peningkatan kadar kolesterol dan fosfolipid pada membrane eritrosit misalnya

pada penyakit hati kronik

Talasemia

Hemoglobinopati

Pasca splenektomi

8. Stomatosit

Page 15: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Eritrosit dengan sentral akromia tidak berbentuk lingkaran tetapi memanjang seperti

celah bibir mulut. Jumlahnya biasanya sedikit, apabila jumlahnya banyak disebut

stomatositosis. Ditemukan pada:

Stomasitosis herediter

Keracunan timah

Alkoholisme akut

Penyakit hati menahun

Talasemia

Anemia hemolitik

9. Rouleaux

Merupakan suatu eritrosit yang kelihatn tersusun  seperti mata uang logam, oleh

karena peninggian kadar hemoglobin yang normal, karena artefak. Harus dibedakan  

dari aglutinasi yang dijumpai pada AIHA. Ditemukan pada:

Multiple myeloma

Makroglobulonemia

Gambaran sediaan hapusan darah tepi biasa digunakan dalam mengklasifikasikan

anemia. Penyebab anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah

pada apusan darah tepi dan parameter automatic cell counter. Sel darah merah normal

mempunyai volume 80-96 femtoliter (1 fL = 10-15 liter) dengan diameter kira-kira 7-8

micron, sama dengan inti limfosit kecil. Sel darah merah yang berukuran lebih besar dari

inti limfosit kecil pada apus darah tepi disebut makrositik. Sel darah merah yang

berukuran lebih kecil dari inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic cell counter

memperkirakan volume sel darah merah dengan sampel jutaan sel darah merah dengan

mengeluarkan angka mean corpuscular volume (MCV) dan angka dispersi mean tersebut.

Angka dispersi tersebut merupakan koefisien variasi volume sel darah merah atau RBC

distribution width (RDW). RDW normal berkisar antara 11,5-14,5%. Peningkatan RDW

menunjukkan adanya variasi ukuran sel. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia

diklasifikasikan menjadi:

• Anemia makrositik

Page 16: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

• Anemia mikrositik

• Anemia normositik

Pada praktikum ini didapatkan kesimpulan gambaran hapusan darah tepi probandus

dengan preparat kode 460 adalah mikrositik hipokrom. Dimana diduga probandus

mengalami anemia mikrositik hipokrom. Anemia mikrositik merupakan anemia dengan

karakteristik sel darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik

biasanya disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit. Dengan penurunan MCH ( mean

concentration hemoglobin) dan MCV, akan didapatkan gambaran mikrositik hipokrom

pada apusan darah tepi. Penyebab anemia mikrositik hipokrom :

• Berkurangnya Fe: anemia defisiensi Fe, anemia penyakit kronis/anemia inflamasi,

defisiensi tembaga.

• Berkurangnya sintesis heme: keracunan logam, anemia sideroblastik kongenital

dan didapat.

• Berkurangnya sintesis globin: talasemia dan hemoglobinopati.

Dalam mendiagnosis suatu anemia tidak cukup hanya dengan evaluasi gambaran

hapusan darah tepi probandus, melainkan harus dikonfirmasi juga dengan alat

pemeriksaan darah lengkap hematology analyzer untuk mengetahui hasil MCV dan

MCH. Hasil MCV akan berkolerasi dengan ukuran eritrosit dan MCH berkolerasi dengan

warna eritrosit. Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan gambaran sel

darah tepi salah satunya adalah pengecatan.

Syarat agar evaluasi morfologi sel darah dapat dilakukan dengan baik adalah

sediaan apus (preparat) harus baik. Morfologi dan pewarnaan yang optimal dapat

diperoleh dari sampel darah yang tanpa koagulasi baik dari darah vena maupun kapiler.

Apabila menggunakan antikoagulan, maka yang terbaik adalah EDTA, sangat dianjurkan

karena mempunyai efek antikoagulasi sempurna dengan efek minimal terhadap seluruh

sel-sel darah. Heparin tidak berpengaruh terhadap ukuran sel maupun bentuk, namun

dapat menyebabkan warna latar belakang kebiruan apabila sediaan diwarnai dengan

Romanovsky. Heparin sering dipergunakan untuk mencegah hemolisis eritrosit, tes

fragilitas osmotic dan tes-tes hemostasis seperti trombosit dan faktor-faktor koagulasi.

Page 17: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Selain antikoagulan, pemilihan jenis cat juga akan mempengaruhi hasil pengecatan.

Misalnya pada anemia mikrositik hipokrom, dimana akan diikuti oleh adanya fenomena

polikromasi yang disebabkan peningkatan pembentukan retikulosit. Retikulosit tersebut

apabila tidak dalam pengecatan supravital, misalkan pada pengecatan wright atau giemsa

maka akan berwarna abu-abu dan berukuran lebih besar, sehingga dapat saja dibaca

sebagai eritrosit makrositer. Maka dari itu perlu ketelitian dan keahlian yang tinggi dalam

pembuatan hapusan juga dalam pembacaan sediaan hapusan tersebut agar nantinya tidak

terjadi kesalahan dalam pelaporan. Dan juga sebaiknya tetap dikonfirmasi dengan

pemeriksaan darah lengkap menggunakan hematology analyzer serta disesuaikan dengan

gejala klinis pasien, sehingga diagnosis menjadi tepat.

X. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum pemeriksaan hapusan darah tepi probandus dengan kode

preparat 460, didapat hasil mikrositik hipokromik dimana dalam 10 lapang pandang sel

darah merah ditemukan dominan berukuran lebih kecil dari limfosit matur dan

hipokromik dimana eritrosit memiliki daerah pucat >1/2 bagian eritrosit. Selain itu juga

ditemukan berbagai kelainan bentuk eritrosit seperti : Sferosit, Burr Cell, Helment Cell,

Ovalosit, Teardrop Cell, Target Cell, Stomatosit, dan Rouleaux. Diduga probandus

mengalami anemia mikrositik hipokromik.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Laporan Praktikum Hematologi Kelainan Morfologi Eritrosit

Amaylia Oehadian. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. [online] tersedia : http://www.kalbemed.com/Portals/6/04_194CME-Pendekatan%20Klinis%20dan%20Diagnosis%20Anemia.pdf (diakses : 7 Mei 2016 ; 10:11)

Arief Nurul. 2015. Kelainan Morfologi Eritrosit. [online] tersedia : http://dokumen.tips/documents/kelainan-morfologi-eritrosit.html (diakses : 6 Mei 2016 ; 09:08)

Arista Kurn. BAB II Tinjauan Pustaka. [online] tersedia : http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4544 (diakses : diakses : 6 Mei 2016 ; 09:10)

Dardin Zakaria. 2012. Kemampuan Bentuk Eritrosit. [online] tersedia : https://zakariadardin.wordpress.com/2012/01/09/morfologi-sel-darah-merah/ (diakses : 6 Mei 2016 ; 09:08)

Fredirikus Ponce. 2013. Darah. [online] tersedia : https://plus.google.com/111182275438355707982/posts/Xyyd7EmdiA4 (diakses : 6 Mei 2016 ; 09:12)

Komang Juni. 2011. Hapusan Darah Tepi. [online] tersedia : http://junikomang.blogspot.co.id/2011/01/laporan-hematologi-semester-iii.html (diakses : 6 Mei 2016 ; 09:09)