laporan praktikum biologi (plasmolisis)

14
LAPORAN PRAKTIKUM PLAMOLISIS BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel tumbuhan. Plamolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titik dimana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrim dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. Deplasmolisis merupakan kebalikan dari plasmolisis, yaitu menyatunya kembali membran plasma yang telah lepas 1

Upload: waidatin-azizah

Post on 09-Feb-2016

92 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

LAPORAN PRAKTIKUM

PLAMOLISIS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran plasma dari dinding sel

pada sel tumbuhan. Plamolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan

garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan

turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi

seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya

plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titik dimana protoplasma sel

terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan

membran. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrim dan jarang terjadi di alam.

Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan

bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis, seringkali

menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen

warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.

Deplasmolisis merupakan kebalikan dari plasmolisis, yaitu menyatunya

kembali membran plasma yang telah lepas dari dinding sel. Deplasmolisis terjadi jika

sel tumbuhan diletakkan di larutan hipotonik, sel tumbuhan akan menyerap air dan

juga tekanan turgor meningkat. Banyaknya air yang masuk ke dalam sel akan

menyebabkan terjadinya deplasmolisis. Membran plasma akan mengembang sehingga

akan melekat kembali pada dinding sel.

1

Page 2: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses plasmolisis dalam sel tumbuhan (daun Rheo discolor)?

2. Larutan manakah yang memiliki konsentrasi tinggi?

Maksud dan Tujuan Praktikum Untuk melihat terjadinya proses plasmolisis pada sel tumbuhan.

2

Page 3: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

BAB II

LANDASAN TEORI

Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membrane

plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan

garam lebih dari 1%).

Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel,

sebagai uni terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini

menjelaskan bahwa sel dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan suaru materi dari

luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengan mengatur

tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar bisa masuk. Plasmolisis

merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan

hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel

tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih

banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu

titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel. Sehingga dapat terjadi

cytorrhysis (yaitu, runtuhnya dinding sel). Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan

untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan,

tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.

Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim dan jarang terjadi di alam.

Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan

bersalinitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis.

3

Page 4: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

BAB III

METODOLOGI

Alat : 1. Mikroskop

2. Kaca preparat

3. Pipet tetes

4. Gelas kimia

5. Tissue (pengelap)

6. Kamera (alat foto lainnya)

Bahan : 1. Daun Rheo discolor (daun adam hawa)

2. Larutan A

3. Larutan B

4. Air (aquades)

Prosedur Kerja : 1. Mengatur mikroskop terlebih dahulu.

a. Mengatur perbesaran (dalam praktikum ini, kelompok kami menggunakan

perbesaran 4 x 10)

b. Mengatur pencahayaan

c. Membersihkan fisik mikroskop (agar dapat digunakan dengan nyaman)

2. Membuat preparat dari epidermis daun Rheo discolor yang berwarna ungu dengan

cara menyobek. Tetapi dalam tahap penyobekan, epidermis daun tidak boleh

disentuh benda apapun.

3. Meletakkan objek (sobekan epidermis daun) di atas kaca preparat yang sudah

dibersihkan dengan tisu (alat pengelap lainnya) tanpa menambah cairan / zat

apapun.

4. Kemudian, kaca preparat diletakkan di bawah lensa objektif (dimana

perbesarannya adalah 4x).

5. Setelah itu, mencari sel yang akan diamati (sel yang penuh dengan warna ungu).

4

Page 5: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

6. Kemudian, mengambil foto untuk keperluan laporan pengamatan.

7. Selanjutnya, sel epidermis bawah daun Rheo discolor ditetesi dengan larutan A

(belum diketahui berapa konsentrasinya).

8. Mengamati dengan cermat dan menghitung waktu (berapa detik) perubahan yang

terjadi pada sel yang diamati (pemudaran atau penghilangan warna ungu).

9. Mengambil foto hasil perubahan sel setelah ditetesi larutan A.

10. Preparat yang sudah ditetesi larutan A, ditetesi kembali dengan air (aquades).

11. Mengamati dengan cermat dan menghitung waktu (berapa detik) terhadap

perubahan yang terjadi pada sel yang diamati. Kemudian, mengambil foto hasil

perubahan.

12. Mencatat hasil pengamatan perlakuan I (ditetesi dengan larutan A) pada sel

epidermis bawah daun Rheo discolor.

13. Mengambil objek epidermis bawah daun Rheo discolor untuk preparat baru.

14. Meletakkan preparat di atas kaca preparat yang sudah dibersihkan.

15. Meletakkan preparat di bawah lensa objektif (preparat tidak ditambahi dengan

cairan / zat apapun).

16. Mencari sel yang akan diamati. Kemudian, mengambil foto sel tersebut.

17. Menetesi preparat dengan larutan B (belum diketahui konsentrasi larutannya)

dengan menggunakan pipet tetes.

18. Menghitung waktu perubahan yang terjadi pada sel. Kemudian, mengambil foto

perubahan sel saat ditetesi larutan B.

19. Mencatat hasil pengamatan perubahan sel saat ditetesi larutan B.

20. Preparat yang telah ditetesi larutan B, ditetesi kembali dengan air.

21. Mengamati dengan cermat dan menghitung waktu (detik) perubahan yang terjadi

pada sel tersebut.

22. Mengambil gambar perubahan sel yang diamati tersebut.

23. Mencatat hasil pengamatan perlakuan II (ditetesi larutan B) pada sel epidermis

bawah daun Rheo discolor.

Hasil pengamatan : 1. Sebelum ditetesi larutan A atau B, sel yang kami amati berwarna ungu penuh dan

merata.

5

Page 6: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

2. Setelah ditetesi larutan A atau B, sel yang kami amati warnanya tidak merata atau

tampak samar (tidak seperti sel sebelum ditetesi larutan A atau B), warna ungu

menjadi mengumpul di tengah atau tepi.

3. Dan setelah ditetesi larutan A atau B kemudian ditetesi kembali dengan air

(aquades), sel yang kami amati warna ungunya menjadi pudar (tidak ada), berubah

warna putih.

Berikut gambar sel epidermis daun Rheo discolor menggunakan mikroskop dengan

perbesaran 4 x 10.

Gambar Keterangan

(I.i)

Gambar sel epidermis bawah daun

Rheo discolor sebelum ditetesi cairan

apapun.

Tampak warna ungu (sitoplasma)

memenuhi setiap bilik (ruang – ruang

berdinding).

(I.ii)

Gambar disamping merupakan gambar

sel epidermis Rheo discolor setelah

ditetesi larutan A selama 2 detik.

Tampak warna ungu (sitoplasma

bergerak ke kiri).

6

Page 7: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

(I.iii)

Gambar di samping merupakan gambar

sel epidermis daun Rheo discolor

setelah ditetesi dengan air (aquades).

Dan terjadi perubahan selama 6 detik.

Tampak warna ungu (sitoplasma)

memudar, di dalam bilik tampak warna

putih (tanpa warna ungu / sitoplasma).

(II.i)

Gambar di samping merupakan gambar

asli sel epidermis bawah daun Rheo

discolor setelah penyobekan kedua

(preparat kedua).

Gambar di samping juga masih tampak

warna ungu yang memenuhi bilik.

(II.ii)

Gambar di samping merupakan tampak

sel setelah ditetesi larutan B. Perubahan

terjadi selama 5 detik.

Perubahan yang dimaksud adalah

warna ungu (sitoplasma) yang terdapat

di dalam bilik, menjadi tidak penuh

(artinya, sitoplasma bergerak ke kanan

– menurut pengamatan kelompok kami

–).

7

Page 8: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

(II.iii)

Gambar di samping merupakan

keadaan sel setelah ditetesi dengan air

(aquades). Perubahan terjadi selama 9

detik.

Perubahan yang terjadi sama dengan

perubahan pada gambar ketiga

praktikum perlakuan pertama, yaitu

tampak warna sel menjadi pudar, tidak

dipenuhi dengan warna ungu

(sitoplasma).

Pembahasan : Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap daun Rheo discolor,

bahwa sebelum ditetesi cairan apapun (setelah disobek dari daun), sel epidermis

bawah daun masih dalam keadaan normal, yaitu berbentuk segi lima dengan

sitoplasma berwarna ungu memenuhi dinding sel. Ketika sel epidermis bawah daun

ditetesi dengan larutan A dengan waktu 2 detik dan larutan B yaitu selama 5 detik,

terjadi plasmolisis pada sel epidermis bawah daun Rheo discolor. Hal ini dikarenakan

sel pada daun Rheo discolor diletakkan pada larutan yang berkonsentrasi tertentu

(tinggi), sedangkan konsentrasi di dalam sel dalam keadaan hipotonik. Sehingga,

menyebabkan sel tersebut akan kehilangan air (air akan keluar) dan juga tekanan

turgor yang menyebabkan tumbuhan menjadi lemah. Tumbuhan dengan sel dalam

kondisi seperti itu akan layu dan akan lebih banyak kehilangan air yang menyebabkan

terjadinya plasmolisis.

Tekanan terus berkurang pada suatu titik dimana protoplasma sel terkelupas

dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antardinding sel dan membrane.

Akhirnya, terjadi cytorrhysis atau terjadi runtuhnya seluruh dinding sel.

Pada saat sel tumbuhan Rheo discolor yang telah ditetesi larutan A atau B dan

kemudian ditetesi dengan air, maka yang terjadi adalah sitoplasma tidak memenuhi

dinding sel lagi. Hal ini dikarenakan karena adanya perbedaan konsentrasi, dimana

konsentrasi di dalam sel tinggi sedangkan sel berada dalam larutan hipotonik

(konsentrasi larutan rendah). Sehingga, air akan masuk ke dalam sel dan sel akan

8

Page 9: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

terlihat putih (sitoplasma yang berwarna ungu menghilang). Itulah proses plasmolisis

dan deplasmolisis pada sel daun Rheo discolor yang kami amati.

Sesuai dengan data yang kami ambil, yaitu proses plasmolisis dengan

menggunakan larutan A adalah 2 detik dan menggunakan larutan B adalah 5 detik.

Sehingga, dapat kami simpulkan bahwa larutan yang memiliki konsentrasi tinggi

(hipertonik) adalah larutan A. Sedangkan larutan B merupakan larutan hipotonik

(yang berkonsentrasi rendah).

9

Page 10: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan : Plasmolisis terjadi bila sel tumbuhan berada pada larutan yang berkonsentrasi

tinggi (hipertonik). Sehingga, air akan keluar dari sel karena tekanan osmosis. Dan

larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) akan membuat proses plasmolisis

menjadi cepat (dengan catatan waktu yang cepat).

Sedangkan deplasmolisis akan terjadi jika suatu sel diletakkan di dalam

larutan yang berkonsentrasi rendah (hipotonik). Sehingga yang akan terjadi adalah air

(zat pelarut) akan masuk ke dalam sel. Oleh karena itu, keadaan sel akan menjadi

mengembang, dimana air akan memberikan tekanan kepada membrane sel, sehingga

tekanan turgor akan meningkat.

Daftar Pustaka : 1. http://noberanagbio.blogspot.com/2012/08/bab-i-pendahuluan-latar-

belakang.html?m=1

2. http://shafira-fadlilah.blogspot.com/2012/09/contoh-laporan-keg-praktikum-

biologi.html?m=1

10

Page 11: Laporan Praktikum Biologi (Plasmolisis)

11