laporan praktikum biokim urine

26
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR ACARA III LIPIDA Disusun oleh : Kelompok XXXII Muhammad Fiqi Ari Latif PT/6693 Citra Indriastuti PT/6743 Anjar Riyanto PT/6777 Elsa Dhesiyanna Dewi PT/6787 Firdha Aulia PT/6860 Asisten : Qorina LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Upload: citra

Post on 09-Nov-2015

312 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

biokimia

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASARACARA IIILIPIDA

Disusun oleh :Kelompok XXXIIMuhammad Fiqi Ari LatifPT/6693Citra IndriastutiPT/6743Anjar RiyantoPT/6777Elsa Dhesiyanna DewiPT/6787Firdha Aulia PT/6860Asisten : QorinaLABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISIBAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAKFAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2015 ACARA IVURINE KUALIITATIFTujuan PraktikumPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui senyawa organik yang terdapat dalam urine, mengetahui zat-zat anorganik dalam urine, dan mengetahui keadaan abnormal dalam urine.Tinjauan PustakaUrine adalah cairan esensial dari hasil metabolisme nirogen dan sulfur, garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen (zat warna). Biasanya diekskresikan secara rutin dan tiap hari. Jumlah dari pengeluaran ini bervariasi, biasanya tergantung : pakan, kerja, temperatur lingkungan, konsumsi air dan musim. Urine sebelum dikeluarkan, ditampung dalam kandung kemih melalui ureter. Kandung kemih ini bersifat mengembang. Keabnormalan urine ditandai dengan adanya kandungan glukosa, albumin, pigmen darah, pigmen empedu, garam kholat, dan adanya indikan dalam urine (Kustono,1997).Urine merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai kelebihan urine dan penyaringan unsur-unsur plasma. Ginjal merupakan bagian organ dalam tubuh yang terletak pada bagian dorsal dari rongga abdominal (Corwin,2000).Komposisi zat-zat dlam urine bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang diminumnya. Urine normal berwarna jernih transparan, sedang urine warna kuning muda tidak normal. Urine berasal dari zat warna empedu (bilirubin,biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam, dan zat-zat yang berlebihan di dala darah misalnya vitamin c dan obat-obatan. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting dalam tubuh, misalnya glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa (Syaifuddin, 2006).Ada 3 tahap pembentukan urine. Proses filtrasi, proses ini terjadi di glomerulus, proses ini terjadai karena permukaan aferen lebih besar daripada permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai Bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll, uang seterusnya ke tubulus ginjal (Syaifuddin, 2006).Proses reabsorpsi. Fungsi utama tubulus proksimal adalah rebsorpsi yaitu proses dikembalikannya air bersama dengan glukosa, asam amino, asam urat, dan protein yang berhasil menembus filtrat glomerulus, ke aliran darah. Tubulus proksimal juga mengembalikan elektrolit, natrium, klorida, dan bikarbonat, simpai Henle mereabsorpsi air dan natrium. Tubulus distal secara halus mengatur konsentrasi ion-ion natrium, kalium, bikarbonat, fosfat, dan hidrogen (Widman K, 1995).Proses Sekresi. Proses ini adalah proses penyerapan kembali urin sisa dari filtrasi dan reabsorpsi. Proses penyerapan urin ini terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria (Syaifuddin, 2006).Hasil-hasil pemecahan metabolisme paling banyak dikeluarkan dari tubuh lewat ginjal bersama urine, terutama berlaku untuk akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen. Pada keadaan sakit metabolisme terganggu, ginjal mengeluarkan hasil-hasil pemecahan metabolisme yang terganggu tersebut asalkan fungsi ginjal cukup baik, juga banyak racun-racun dan obat-obat yang dikeluarkan oleh urine dalam keadaan tidak diubah maupun dalam hasil pemecahannya (Stryer L, 1996).

Materi dan MetodeMateriAlat. Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain tabung reaksi, cawan porselin, pipet tetes, kertas saring sepotong kaca, penjepit tabung, penangas air, mangkuk dan gelas ukur.Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain ureum, larutan natrium hidroksida encer, larutan tembaga sulfat, urine, fenol merah, larutan natrium bikarbonat, tepung kedelai, air, asam asetat, asam asenofosfo-wolframat, natrium bikarbonat bebas air, asam fosfotungsiat, asam nitrat, asam urat padat, larutan perak nitrat, asam pikrat jenuh, Na-nitroprusida, asam asetat glasial, fenolftaleina, asam asetat panas, amonium molibdat, larutan kalium oksalat, larutan asam klorida, larutan barium diklorida (BaCl2), asam nitrat pekat, larutan Benzidin, larutan hidrogen peroksida (H2O2), serbuk belerang, pereaksi obermeyer, dan larutan kloroform.MetodeSenyawa Organik dalam UreumUji Biuret terhadap Ureum. Dua ml ureum dipanaskan dalam sebuah tabng dan api kecil hingga lebur dan kemudian memadat lagi. Ureum didinginkan. Satu ml NaOH encer dan 1 ml CuSO4 ditambahkan ke dalam tabung. Warna yang timbul dicatat.Uji Enzimatik terhadap Ureum. Sebanyak 2 tabung disiapkan. Dua ml urine dimasukkan ke dalam tabung 1, kemudian beberapa tetes fenol merah dan 1 ml larutan Na2CO3 2% ditambahkan. Warna yang timbul dicatat. Tepung kedelai ditambahkan pada tabung 1, lalu tabung 1 dipanaskan pada suhu 60C. Warna yang timbul dicatat. Dua ml urine dimasukkan ke dalam tabung 2, kemudian beberapa tetes fenol merah dan 1 ml larutan Na2CO3 2% ditambahkan. Warna yang timbul dicatat. Tepung kedelai ditambahkan pada tabung 2, lalu tabung 2 dipanaskan pada suhu 60C. Warna yang timbul dicatat. Perbedaan antara kedua tabung dicatat.Uji Benedict terhadap Garam Urat. Beberapa tetes pereaksi Benedict dan sedikit Na2CO3 bebas air ditambahkan ke dalam tabung yang berisi 2 ml urine. Warna yang timbul dicatat.Uji Folin. Sebanyak 3 ml urine dicampurkan dengan pereaksi Folin dan 2 ml 20% Na2SO3. Warna yang timbul dicatat.Uji Murexida. Tiga tetes HNO3 pekat dan sedikit asam urat padat ditambahkan ke dalam cawan porselin. Cawan dipanaskan pada penangas air sampai kering, kemudian amoniak ditambahkan ke dalam cawan. Warna yang tibul dicatat.Uji Daya Mereduksi Asam Urat. Asam urat dilarutkan dengan 1 ml larutan Na2CO3. Larutan diteteskan ke atas kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan AgNO3. Warna yang terjadi dicatat.Uji Pikrat. Sebanyak 1 ml asam pikrat jenuh ditambahkan 0,5 ml larutan NaOH 10%. Larutan dibagi ke dalam 2 tabung. Tiga ml air ditambahkan ke dalam tabung 1, sedangkan 3 ml urine ditambahkan ke dalam tabung 2. Warna yang timbul dibandingkan dan dicatat.Uji Nitroprusida terhadap Kreatin. Beberapa tetes Na-Nitroprusida ditambahkan ke dalam tabung yang telah diisi 5 ml urine. Larutan NaOH dituangkan ke dalamnya supaya reaksi bersifat basa (sampai timbul warna merah). Tabung dipanaskan dan warna yang timbul dicatat. Larutan tersebut diasamkan dengan asam asetat glasial, lalu dipanaskan selama 1 menit dan perubahan yang terjadi dicatat.Uji terhadap Garam Amonium. Sebanyak 2 ml urine ditambahkan dengan sedikit larutan Na2CO3 2% sampai berwarna merah muda terhadap Fenolftaleina lalu larutan dipanaskan. Timbulnya amoniak dari larutan dapat diuji menggunakan sepotong kaca yang telah dibasahi Fenolftaleina.Zat-zat AnorganikUji Klorida. Sebanyak 1 ml urine ditambahkan dengan beberapa tetes HNO3 dan 1 ml Ag NO3. Warna endapan yang timbul dicatat. Larutan ditambahkan dengan NH4OH dan perubahan yang terjadi diamati.Uji Fosfat dan Kalsium. Sebanyak 10 ml urine dibuat menjadi alkali dengan ditetesi larutan NH4OH. Larutan tersebut dididihkan, maka akan terjadi endapan Ca-Mg-Fosfat yang kemudian disaring. Endapan dicuci dengan air, lalu dilarutkan dengan 1 ml asam asetat panas 2%. Larutan dibagi ke dalam 2 tabung. Satu tetes HNO3 pekat dan beberapa tetes amonium molibdat diteteskan ke dalam tabung 1, lalu dipanaskan. Endapan diamati dan warna yang timbul dicatat. Beberapa tetes kalium oksalat ditambahkan ke dalam tabung 2. Endapan diamati dan warna yang timbul dicatat.Uji Sulfat. Sebanyak 1 ml urine ditambah dengan beberapa tetes HCl encer dan 1 ml BaCl2. Perubahan yang terjadi diamati (adanya ion sulfat ditandai dengan timbulnya endapan putih).Keadaan Abnormal dalam Urine.Uji Benedict. Sebanyak 0,5 ml urine abnormal ditambahkan dengan 3 ml pereaksi Benedict. Larutan dipanaskan dengan menggunakan api spiritus, lalu larutan didinginkan. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.Uji Heller. Sebanyak 1 ml HNO3 pekat ditambahkan urine dengan cara dialirkan melalui dinding tabung. Lapisan yang terbentuk diamati dan perubahan yang terjadi dicatat.Uji Benzidin terhadap Pigmen Darah. Sebanyak 1 ml Benzidin dicampurkan dengan 1 ml H2O2, lalu dibagi ke dalam 2 tabung. Larutan dalam tabung 1 ditambahkan dengan 1 ml urine abnormal, kemudian warna yang timbul dicatat. Larutan dalam tabung 2 ditambahkan dengan 1 ml urine, kemudian warna yang timbul dicatat. Kedua tabung dibandingkan dan warna yang timbul dicatat.Uji Gmelin terhadap Pigmen Empedu. Sebanyak 1 ml urine ditambahkan dengan 1 ml HNO3 hingga menjadi dua lapisan. Perubahan warna yang terjadi dicatat.Uji Hay untuk Garam Kholat. Sebanyak 2 tabung disiapkan. Tabung 1 diisi dengan urine, lalu serbuk belerang ditaburkan di atas permukaannya. Perubahan yang terjadi diamati. Tabung 2 diisi dengan air suling, lalu serbuk belerang ditaburkan di atas permukaannya. Perubahan yang terjadi diamati.Uji Obermeyer terhadap Indikan. Sebanyak 4 ml urine dicampurkan dengan 5 ml pereaksi Obermeyer dan 2 ml kloroform. Larutan digojok baik-baik. Larutan dibiarkan dan warna yang terjadi diamati.

Hasil dan PembahasanSenyawa Organik dalam UrinUji Biuret terhadap Ureum. Didalam pengujian terhadap kandungan ureum didalam urin didapatkan hasil bahwa tidak terjadi endapan, serta warna yang terbentuk adalah hijau lumut.Hal ini dikarenakan kandungan N didalam urin sangat sedikit. Sehingga menyebabkan tidak terpentuknya endapan maupun perubahan warna menjadi ungu. Padahal seharusnya terbentuk warna ungu didalam percobaan ini. Oleh karenanya didalam literature yang ada seharusnya terbentuk warna ungu. Walaupun begitu sesungguhnya didalam urin tetap terdapat ureum akan tetapi sesuai dengan kadar N yang terdapat didalamnya. . Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg tiap 100 cc darah, namun hal ini juga tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum (Evelyn, 1993). Uji Enzimatik terhadap Ureum. Pada saat dilakukan pengujian terhadap kandungan enzimatik didalam urin dilakukan dua jenis percobaan. Percobaan pertama dan kedua memiliki perbedaan pada bahan yang diuji. Pada percobaan pertama yang dijadikan bahan uji adalah urin sedangkan pada percobaan kedua adalah air. Didapatkan bahwa terjadi endapan putih didalam percobaan pertama sedangkan pada percobaan kedua tidak terdapat endapan. Endapan dikarenakan tepung kedelai yang mengandung enzim urease bereaksi dengan urea yang terdapat pada urine. Sehingga terjadi reaksi enzimatik, yaitu hidrolisis urea dalam urine oleh urease yang terdapat pada tepung kedelai (Poedjiadi,2009).Reaksi yang terjadi tabung 1, urin

urease NH2 C = O 2NH2 + CO2(NH4)2CO3 NH2(H2O) (urea) (Poedjiadi,2009)Sedangkan pada tabung 2 setelah penambahan tepung kedelai tidak mengalami perubahan warna karena di dalam air tidak terkandung urea sehingga tidak ada reaksi enzimatik antara urease pada tepung kedelai dengan air. Pada percobaan ini digunakan suhu 60C karena suhu ini merupakan suhu optimum dari enzim urease (Poedjiadi,2009).

Uji Benedict terhadap Garam Urat. Saat dilakukan percobaan terhadap garam urat tidak terbentuk warna merah bata, namun yang terbentuk adalah warna kuning.Selain terbentuk warna kuning juga terjadi endapan pada saat percobaan. Padahal seharusnya terbentuk warna merah bata dari mereduksinya benedict. Akan tetapi jika dilihat lebih teliti endapan yang terjadi berwarna merah bata. Namun dikarenakan sangat sedikitnya endapat yang terjadi menyebabkan kaburnya warna endapan yang terjadi. Metode Benedict kualitatif terjadi reaksi redoks antara reagen CuSO4 yang digunakan dengan glukosa dalam sampel urine.Benedict : CuSO4. 5H2Oglukosa:C6H12O6Reaksi: 2 CuSO4. 5H2O +C6H12O6 ------>C6H12O7 + Cu2O + 2H2SO4+ 8 H2O warna larutan yang tebentuk tergantung jumlah Cu2O yang terbentuk (Sunarya,2007).Uji Murexida. Dalam percobaan pengujian murexida terjadi perubahan warna yang semula asam urat berwarna putih berubah menjadi kuning. Perubahan warna ini terjadi karena terjadinya reduksi asam urat oleh HNO3. Selanjutnya terjadi perubahan warna kembali menjadi ungu. Hal ini kembali dipengaruhi oleh terjadinya reduksi kembali pada dialurat dan alloxan yang merupakan hasil reduksi dari asam urat oleh NH4OH. Percobaan ini sesuai karena didalam urin terkandung asam urat yang juga turut larut dari dalam tubuh. Larutnya dikarenakan tidak seimbangnya atau berlebihnya asam urat didalam tubuh. Reaksi yang terjadi adalah Asam urat dioksidasi oleh HNO3 pekat mengahsilkan asam dialurat dan alloxan. Asam dialurat dan alloxan akan berkondensasi membentuk alloxantin. Alloxantin akan berubah menjadi amonium purparat (murexida) setelah ditambah dengan amoniak (Poedjiadi,2009).Uji Daya Mereduksi Asam Urat. Didapatkan hasil dalam percobaan ini terjadi perubahan warna menjadi putih dan terdapat endapan. Setelah dilakukan penyaringan terdapat noda berwarna hitam. Dimana asam urat didalam urin asam apabila dibiarkan akan mengendap. Hal ini menunjukkan bahwa asam urat mampu mereduksi Ag+ dari AgNO3 menjadi Ag. Kadar normal asam urat dalam darah adalah 2-3 mg tiap 100 cc, sedangkan yang diekskresikan ke dalam urine adalah 1,5-2 mg (Ganong, 2003).Uji Pikrat. Terjadi perubahan warna pada tabung kedua yang ditambahkan urine menjadi jingga. Sedangkan pada tabung pertama yang ditambahkan air tetap berwarna kuning seperti semula. Hal ini menunjukan bahwa didalam urin terkandung keratin sedangkan pada air tidak terdapat keratin. Warna yang terbentuk karena reaksi asam pikrat dalam suasana basa sehingga terbentuklah kompleks keratin pikrat yang ditandai dengan terbentuknya warna jingga. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya kreatinin dalam urine. Kreatin adalah hasil buangan kreatinin dalam otot. Produk metabolisme lain mencakup benda-benda purine, oxalat, fosfat, dan sulfat (Ganong, 2003).Uji terhadap Garam Amonium. Pada saat percobaan terjadi perubahan warna dari berwarna jingga menjadi merah muda hal itu terjadi karena garam amonium yang terdapat dalam urine ketika dipanaskan akan melepaskan NH3 yang kemudian ditangkap oleh indikator PP sehingga membentuk warna merah atau merah muda dalam hasil percobaan ini, Sehingga dengan percobaan ini kita dapat mengetahui bahwa didalam urin tersebut mengandung garam amonium. Urine sebagai limbah nitrogen yang mengandung urea tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Akan tetapi, pada kondisi tertentu dalam air urea mempunyai ion ammonium yang dapat berubah menjadi nitrit yang bersifat racun atau berubah menjadi ammoniak yang dapat mencemari udara. Untuk mencegah masalah lingkungan tersebut dan efisiensi pupuk maka digunakan zeolit untuk memperlambat dan mencegah perubahan ion ammonium menjadi ion yang bersifat racun (Sumarlin et all ,2008).Zat-zat Anorganik dalam UrinUji Khlorida. Saat percobaan terbentuk endapan berwarna putih namun, endapan tersebut kembali larut. Terjadinya endapan karena terjadinya reaksi yang menandakan bahwa terkandung khlorida didalam urin. Serta larut karena terjadi peluruhan terhadap khlorida. HNO3 pada percobaan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya perak fosfat. Terbentuknya endapan AgCl (endapan putih) menunjukkan adanya ion Cl- yang berasal dari urine diikat oleh Ag+ dari AgNO3. Penambahan amoniak akan mengurangi endapan AgCl (Ganong, 2003).AgCl + NH4OHAgOH + NH4Cl (Ganong, 2003) Uji Fosfat dan Kalsium. Didalam perlakukan pertama terjadi perubahan warna menjadi putih. Kemudian dalam perlakuan kedua terjadi perubahan warna kembali menjadi putih agak keruh dan berubah menjadi warna kuning. Setelah diberi perlakukan yang ketiga didapatkan endapan (Amonium molibdat) yang berwarna kuning. Hal ini menandakan bahwa didalam urin tersebut terkandung fosfat. Sedangkan untuk membuktikan adanya kasium terjadi endapan yang berwana putih keruh yang dikenal dengan kalsium oksalat. Uji Sulfat. Pada percobaan ini didapatkan endapan berwarna putih dan terjadi perubahan warna menjadi putih. Hal inilah yang menandakan bahwa didalam urin terdapat sulfat. Serta terkandungnya sulfat dalam urin dapat dikatakan normal, karena memang seharunya mengandung sulfat. Jika urine direaksikan dengan HCl dan BaCl2 maka sulfat yang terdapat di dalam urine akan dilepas oleh HCl dan sulfat tersebut akan diikat oleh Ba sehingga membentuk endapan BaSO4 (Ganong, 2003).Keabnormalan UrinUji Benedict terhadap Urin Abnormal. Percobaan ini dilakukan dengan mengunakan dua buah tabung reaksi dan didapatkan bahwa terjadi perubahan warna menjadi biru pada urin abnormal. Kemudian terjadi endapan merah bata. Hal ini dikarenakan terjadi reduksi dari Cu2+ menjadi Cu+ oleh glukosa, sehingga menandakan bahwa pada urin abnormal terkandung glukosa. Menurut referensi yang didapat pada pemeriksaan glukosa urine, metode Benedict kualitatif terjadi reaksi redoks antara reagen CuSO4 yang digunakan dengan glukosa dalam sampel urine.Benedict : CuSO4. 5H2Oglukosa:C6H12O6Reaksi: 2 CuSO4. 5H2O +C6H12O6 ------>C6H12O7 + Cu2O + 2H2SO4+ 8 H2O warna larutan yang tebentuk tergantung jumlah Cu2O yang terbentuk. Berdasarkan reaksi antara CuSO4dengan glukosa dalam urine, dimana CuSO4 berperan sebagai oksidator karena mengoksidasi glukosa dan mengalami proses reduksi dibuktikan dengan penurunan bilangan oksidasi dari CuSO4menjadi Cu2O dimana ion Cu dari +2 menjadi +1 Sedangkan yang berperan menjadi rekduktor adalah glukosa yang terdapat dalam urine karena mereduksi CuSO4 dan mengalami proses oksidasi dibuktikan dengan peningkatan bilangan oksidasi dari C6H12O6menjadi C6H12O7 dimana ion O mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 menjadi 1/3 (Sunarya ,2007).Uji Heller. Didapatkan bahwa terjadi cincin yang berwarna putih keruh. Hal ini dikarenakan terjadinya koagulasi albumin dari penambahan asam nitrat. Sehingga dapat membentuk cincin putih keruh. Albumin adalah protein yang dapat larut air serta dapat terkoagulasi oleh panas dimana terdapat dalam serum darah dan bagian putih telur (Yuniarti,2013). Koagulasi dapat ditimbulkan dengan pemanasan, penambahan asam dan perlakuan alkali. Koagulasi ini merupakan suatu bentuk albumin mengalami denaturasi. Menurut teori Ophart, C.E (2003), Denaturasi yang umum ditemui adalah proses presipitasi dan koagulasi protein.Uji Benzidin terhadap Pigmen Darah. Didapatkan pada tabung yang diberi urin normal tetap berwarna bening. Sedangkan yang diberikan urin abnormal terjadi warna keruh. Warna keruh ini adalah berwarna kuning pekat. Sedangkan yang berwarna bening adalah berwarna kuning bening. Berdasarkan referensi yang didapat, Uji Benzidin akan menghasilkan warna biru. Warna biru berasal dari H2O2 yang mengalami dekomposisi menjadi 2H2O dan O2 karena adanya Hb. Senyawa O2 yang bebas akan mengoksidasi benzidin menjadi benzidin blue (HbO2). Fungsi air dalam reaksi adalah untuk mengencerkan darah. Menurut Stocket al.(2005), H2O2 dapat didekompisisi oleh darah. Menurut Moudgil (2010), reaksi dekomposisi berlangsung sebagai berikut : H2O2 (aq) H2O + 1/2 O2.Uji Gmelin terhadap Pigmen Empedu. Saat percobaan didapatkan pada urin normal tidak terjadi perubahan warna. Sedangkan pada urin abnormal terjadi perubahan warna menjadi kuning. Perubahan warna ini disebabkan oleh terkondensasinya pigmen empedu didalam urin. Berdasarkan referensi yang didapat, Empedu mengandung bermacam-macam pigmen. Pigmen empedu yang utama adalah biliverdin yang berwarna hijau dan bilirubin yang berwarna jingga atau kuning coklat. Oksidasi pigmen-pigmen empedu oleh oksidator kuat seperti HNO3akan menghasilkan turunan senyawa yang berwarna. Misalnya:Messobiliverdin: hijau-biruMesobirubin: kuningMesobilisianin: biru-ungu atau violet (Yazid,2006). Uji Hay untuk Garam Kholat. Percobaan ini mengunakan serbuk belerang sebagai parameternya. Serta didapatkan bahwa pada urin abnormal serbuk belerang tengalam hal ini dikarenakan terdapat garam kholat dalam urin. Terdapatnya garam kholat menyebabkan terjadinya penurunan tegangan permukaan. Sedangkan pada urin normal maupun air serbuk belerang akan tetap terapung. Hal itu disebabkan karena tidak terdapat asam kholat yang dapat menurunkan tegangan permukaannya. Menurut teori GaramUji Obermeyer terhadap Indikan. Disaat dilakukan percobaan didapatkan bahwa terjadi perubahan warna menjadi biru. Adanya perubahan tersebut dikarenakan adanya penambahan obermmeyer maka indikan berubah menjadi ingo blue yang larut dalam khloroform. Indikan berasal dari penguraian Tryptophan yang masuk dalam darah lalu diekskresikan melalui urine. Menurut Poedjadi (2009), Deteksi indican dalam urin tergantung pada dekomposisi dan oksidasi dari indoxyl biru nila dan penyerapan ke dalam lapisan kloroform. Warna yang dihasilkan secara visual dibandingkan dengan bagan warna dan dinilai sebagai berikut:HasilNegative (Normal)=Clear or blue tinge

1+ (Slightly Positive)=Slight blue, yellow, mint green

2+ (Positive)=Dark blue, light green, golden brown

3+ (High Positive)= Violet, indigo, dark brown

4+ (Very High Positive)=Jet black

KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pengujian mengenai senyawa organik dalam urine dapat dilakukan dengan melakukan uji biuret pada ureum, uji enzimatik terhadap senyawa ureum, uji Benedict terhadap garam urat, uji daya mereduksi asam urat, uji pikrat, dan uji terhadap garam amonium. Pada Uji Biuret terhadap ureum tidak terjadi endapan, serta warna yang terbentuk adalah hijau lumut.Hal ini menandakan kandungan N didalam urin sangat sedikit, sehingga menyebabkan tidak terpentuknya endapan maupun perubahan warna menjadi ungu. Uji enzimatik terhadap ureum yang menggunakan urine terjadi hidrolisis urea dalam urine oleh enzim urease dari tepung kedelai sehingga terbentuk endapan putih, sedangkan pada percobaan kedua tidak terdapat endapan. Hal ini dikarenakan bahwa pada air tidak terjadi hidrolisis urea karena di dalam air tidak terdapat urea. Pada uji Benedict terhadap garam urat menunjukkan hasil yang berbeda dengan teori yaitu terbentuknya warna kuning yang menandakan hanya sedikit kandungan gugus reduksi pada garam urat. Pengujian Murexida bertujuan untuk mengetahui adanya murexida (amonium purparat) pada asam urat pada pengujian ini dihasilkan hasil yang positif yaitu urine mengandung asam urat. Uji Daya Mereduksi Asam urat, dihasilkan hasil yang positif yaitu Urine mengandung Asam urat yang memiliki daya mereduksi. Uji pikrat, dihasilkan hasil positif yaitu dalam urine mengandung kreatinin. Pengujian terhadap garam amonium menunjukkan bahwa adanya garam amonium dala urine yang ditandai dengan adanya gas NH3.Pengujian mengenai zat-zat anorganik yang terkandung di dalam urine dilakukan dengan uji khlorida, uji fosfat dan kalsium, dan uji sulfat. Pada uji khlorida didapatkan endapan putih yang menandakan adanya Khlorida dalam urine. Pada uji fosfat dan kalsium pada tabung 1 dihasilkan endapan kuning (amonium fosfo molibdat) dan pada tabung 2 dihasilkan endapan putih (kalsium oksalat). Pada uji sulfat dihasilkan endapan BaSO4 yang berarti didalam urine mengandung sulfat.Pengujian keabnormalan urine dilakukan dengan uji Benedict terhadap urine abnormal, uji Heller, uji Benzidin terhadap pigmen darah, uji Gmelin terhadap pigmen empedu, uji hay untuk garam kholat, dan uji Obermeyer terhadap indikan. Pada uji Benedict hasilnya positif dengan ditemukannya endapan merah bata yang menunjukkan adanya gugus reduksi dalam urine abnormal. Uji Heller ditandai dengan terbentuknya cincin putih di permukaan larutan yang menandakan adanya albumin dalam urine abnormal. Uji Benzidin menunjukkan bahwa di dalam urine abnormal masih ditemukan pigmen darah. Uji Gmelin menunjukkan adanya pigmen empedu dalam urine abnormal. Pada uji hay terbentuk endapan belerang yang menandakan adanya garam kholat yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Uji Obermeyer menunjukkan hasil positif yang menandakan bahwa ditemukannya indikan di dalam urine abnormal. Percobaan mengenai kualitas dalam urine ini dilakukan pada dua sampel urine sapi yang berbeda, yakni sapi Peranakan Friesian Holdstein(PFH) dan sapi Peranakan Ongole(PO). Pada percobaan ini kurang lebih dari semua pengujian mendapatkan hasil yang sama.

DAFTAR PUSTAKACorwin Elisabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC, Jakarta.Dwi, K. 2013. Darah. Diambil dari http://bisakimia.com diakses pada 3 Maret 2015, 22.38 WIBEvelyn, C.P. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia, Jakarta.Ganong. 2003. fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Kustono. 1997. Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Moudgil, H.K. 2010. The Text Book of Physical Chemistry. Prentice-Hall ofIndia Private Limited, New Delhi.Poedjiadi, A. 2009.Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.Stock, Jhon T., James D. Stuart. 2005. The Decomposition Of Hydrogen Peroxide By Blood. George Senters Discovery Of The Enzzyme Involved. Bull. Hist. Chem., Volume 30.Stryer L. 1996. Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia FKUI). EGC, Jakarta.Sumarlin, La Ode ., Muharam, Salih.,dan Vitaria, Andhi.2008. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Ilmu Kimia. Pemerangkapan Ammonium (NH4 + ) dari Urine Dengan Zeolit Pada Berbagai Variasi Konsentrasi Urine. Vol 1(3). Hal 101.Sunarya, Yayan dan Setyabudi, Agus. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. PT Setia Purna Inves, Bandung. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi Ketiga. EGC, Jakarta. Widman, K.F. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi Kesembilan. EGC, Jakarta. Hal 518-528Yazid,Estien. 2006.Penuntun Praktikum Biokimia. ANDI, Yogyakarta.Yuniarti, Desy W., Sulistiyati, Titik D.,dan Suprayitno, Eddy.,2013. Pengaruh Suhu Pengeringan Vakum terhadap Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). THPi STUDENT JOURNAL.vol 1 (1). Hal 1