laporan praktikum apus darah@laboratorium biologi unnes
TRANSCRIPT
KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
Dosen Pengampu: Ir. Nur Rahayu Utami, M. Si
Disusun Oleh:
Nama : Dewi Setiyana
NIM : 4401411058
Prodi : Pendidikan Biologi
Rombel : 03
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PREPARAT APUS DARAH MANUSIA
A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM
Senin, 24 Mei 2014
B. TUJUAN
1. Membuat preparat apus darah manusia menggunakan zat warna Giemsa
2. Menganalisis hasil preparat apus darah manusia
3. Mengetahui morfologi sel darah dan jenis-jenis sel darah
C. LANDASAN TEORI
Metode apus (smear method) adalah suatu pembuatan sediaan darah dengan jalan
mengoles atau membuat selaput (film) dari substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di
atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak, untuk selanjutnya kemudian difiksasi, diwarnai
dan ditutup dengan gelas penutup. Langkah yang penting di dalam pembuatan sediaan ini
adalah sebagai berikut:
a. Tebal film harus diperhatikan.
b. Film kemudian difiksasi agar melekat erat pada gelas benda sehingga yakin bawa sel-sel
yang ada di dalamnya tetap normal bentuknya.
c. Memberi warna.
d. Menutup dengan gelas penutup.
Biasanya yang sering dibuat sediaan apus adalah darah, walaupun cairan yang lain
juga dapat dibuat sediaan apus, misalnya nanah (eksudat) atau jaringan-jaringan tertentu.
Preparat apusan darah sangat diperlukan untuk pengamatan secara mikroskopis darah.
Preparat apusan darah digunakan untuk menentukan perbedaan leukosit, untuk menyelidiki
adanya eritrosit, platelet dan leukosit serta perhitungan leukosit (Medic, 2008).
Darah adalah cairan ekstra sel yang berperan dalam sistem sirkulasi yang menjamin
terdistribusinya semua kebutuhan sel sacara merata meliputi sari makanan, oksigen, panas
tubuh, dan pembuangan zat sisa. Darah terdiri dari dua bagian, yaitu sel-sel darah dan cairan
darah (plasma darah). Sel-sel darah terdiri dari: sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih
atau leukosit, dan keping darah atau trombosit.
a. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Dalam 1 mm³ darah terdapat 5 juta eritrosit. Dalam keadaan normal, eritrosit
berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter sekitar 7.2 μm tanpa memiliki inti.
Eritrosit mengandung hemoglobin yang berperan dalam mengikat oksigen. Sel darah
merah/eritosit merupakan sel darah yang berperan sebagai pengangkut oksigen, karena
adanya hemoglobin yang mengikat dan membebaskan kembali oksigen. Hampir semua
oksigen yang dibawa oleh darah terikat hemoglobin, hanya sedikit saja yang terlarut
dalam plasma darah. Volume eritrosit 1/3 -1/2 volume darah.
b. Leukosit (Sel Darah Putih)
Sel leukosit mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Rata-rata jumlah
sel darah putih yang normal pada manusia adalah rata-rata 5000-9000 sel/mm3.
Pengamatan sel darah putih secara mikroskopis akan terlihat seperti terdapat tetesan
setengah cair yang disebut granula spesifik (granulosit). Granulosit spesifik tersebut
memiliki sitoplasma dan bentuk inti yang bervariasi. Selain itu, ada juga yang tidak
bergranula yang dicirikan dengan sitoplasma yang homogen dengan inti berbentuk bulat
atau bentuk ginjal.
Leukosit bergranula terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Neutrofil
Persentase terbesar dalam leukosit adalah neutrofil yaitu sebanyak 60-70%.
Karakteristik neutrofil adalah bergaris tengah 12 µm, memiliki 1 inti dan 2-5 lobus.
Neutrofil berperan dalam pertahanan seluler dan fagositosis terhadap partikel kecil
dengan aktif. Sitoplasmanya banyak mengandung granula-granula spesifik.
2) Basofil
Basofil berjumlah sangat sedikit di dalam leukosit darah, bergaris tengah 12
µm, berinti 1, berbentuk ireguler. Sitoplasma basofil terdapat granula yang lebih besar
dan seringkali menutupi inti. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin
dan heparin. Basofil berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
3) Eosinofil (Asidofil)
Jumlah eosinofil hanya 1 - 3 % leukosit darah, bergaris tengah 9 µm (sedikit
lebih kecil dari neutrofil). Intinya berlobus dua dan mempunyai granula ovoid dengan
eosin asidofkik. Eosinofil bersifat amuboid dan mampu melakukan fagositosis yang
lebih lambat dibanding neutrofil. Eosinofil mengandung profibrinolisin yang berperan
sebagai pembekuan darah.
Sedangkan leukosit agranula terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1) Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk sferis,
berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Selain itu, limfosit
bergaris tengah 6-8 µm, 20-30% dari leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar,
bulat sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan kandungan basofilik dan
azurofiliknya sedikit.
2) Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang terbesar dengan jumlah 3-8% dari
seluruh leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter
mencapai 20 µm atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam
berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim
abu-abu pada sajian kering. Untuk imunoglobulin dan komplemen.
c. Trombosit (Keping-keping darah merah)
Trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah. Hal ini disebabkan
karena adanya ion Ca yang ada di dalamnya. Penggumpalan darah juga melibatkan suatu
bahan yang disebut serotonin yang berperan penting dalam reaksi alergi.
Film darah (sediaan oles) ini dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk
larutan-larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast, pewarnaan
gram, pewarnaan wright, dan lain-lain.Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan
Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel
darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal
Tripanosoma, Plasmodia danlain-lain dari golongan protozoa.
Hasil pewarnaan dengan Giemsa pada darah manusia akan memperlihatkan eritrosit
berwarna merah muda, nukleolus lekosit berwarna ungu kebiru-biruan, sitoplasma lekosit
berwarna sangat ungu muda, granula dari lekosit eosinofil berwarna ungu tua, granula dari
lekosit netrofil dan lekosit basofil berwarna ungu muda.
D. PROSEDUR KERJA
Pembuatan apus darah melalui dua tahapan utama yaitu tahap pembuatan film darah
tipis dan tahap pewarnaan dengan metode Romanowski. Tahap pembuatan film darah tipis,
bagian ujung jari manis tangan kiri yang telah disterilkan dengan alkohol 70% ditusuk dengan
jarum franke steril (blood lancet). Darah diteteskan pada gelas benda A yang bebas lemak
pada posisi 1 cm dari tepi kanan gelas benda. Meletakkan ujung pendek gelas benda B yang
bebas lemak di sebelah kiri tetesan darah dengan kemiringan 45 derajat kemudian dengan
cepat gelas benda B ditarik ke kanan hingga terjadi kapilaritas dan dengan cepat pula ditarik
kekanan dengan kecepatan konstan hingga terbentuk film darah yang tipis dan rata lalu di
keringanginkan di rak pewarnaan.
Tahap pewarnaan dengan metode Romanowski, apus darah yang telah kering difiksasi
dengan 2 tetes metil alkohol selama 5 menit pada apus darah tersebut lalu dikering anginkan
sampai kering. Setelah itu diwarnai dengan pewarna Giemsa 3% selama 30 menit dengan cara
meneteskan. Kemudian apus darah dicuci dengan air matang yang telah didinginkan. Setelah
selesai preparat diberi label dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat, difoto,
dan dianalisis hasilnya.
E. HASIL PENGAMATAN
Preparat Apus Darah
Manusia
(Giemsa)
24-03-2014
Keterangan:
1. Neutrofil
2. Limfosit
3. Eritrosit
Perbesaran 40 X 10
F. PEMBAHASAN
Preparat apus darah adalah preparat yang cara pembuatannya dengan cara diapus atau
dibuat film yang tipis kemudian difiksasi menggunakan metil alkohol dan diwarnai
menggunakan pewarna Giemsa. Tujuan dari pembuatan preparat apus adalah untuk melihat
struktur sel penyusun cairan darah juga untuk mengetahui berbagai parasit yang biasanya
berhubungan dengan diagnosis suatu penyakit.
Fiksatif yang digunakan dalam pembuatan preparat apus darah adalah fikasatif
sederhana, hanya menggunakan satu macam fiksatif yaitu metil alkohol (metanol). Fiksasi
pada sel darah bertujuan untuk mematikan elemen-elemen sel dengan mempertahankan
bentuk, struktur, maupun ukuran sel. Zat warna yang digunakan dalam pembuatan preparat
apus darah adalah giemsa 3% yang akan mewarnai membran sel dan inti sel darah, namun
dengan tingkat yang berbeda. Inti sel akan mempunyai daya ikat yang lebih tinggi terhadap zat
warna giemsa dibandingkan dengan daya ikat membran sel darah.
Hasil pengamatan preparat apus darah di bawah mikroskop, ditemukan sel-sel darah
yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) jenis neutrofil dan limfosit. Eritrosit
yang ditemukan mempunyai bentuk cakram bulat bikonkaf tanpa inti sel dan dibatasi oleh
membran plasma dibagian luarnya yang berfungsi untuk mencegah koloid yang ada
didalamnya keluar dari dalam sel. Kenampakan sel-sel eritrosit di bawah mikoroskop tampak
3 2 11
seperti bulatan-bulatan putih pipih dengan cekungan di bagian tengahnya. Eritrosit ini tidak
terwarna dengan baik oleh giemsa, karena struktur anatomi sel eritrosit tidak mempunyai inti
sel, sedangkan di dalam inti sel terkandung benang-benang kromatin yang sifatnya mampu
menyerap warna dari pewarna Giemsa dengan baik. Karena tidak ada bagian sel yang
berfungsi untuk menyerap pewarna giemsa dengan baik akibatnya sel eritrosit hanya terwarna
pada bagian membrannya saja.
Sel darah putih (leukosit) yang ditemukan adalah jenis neutrofil dan limfosit. Neutrofil
berbentuk bulat dengan inti di bagian tengah-tengahnya, terwarna baik dan menunjukkan
adanya inti sel yang berlokus-lokus sebanyak 3 lokus. limfosit yang ditemukan berbentuk
bulat dengan inti sel tunggal yang tampak gelap yang memenuhi seluruh isi sel. Inti sel
tampak berwarna gelap karena kromatin yang terkandung di dalamnya berkelompok dan
memadat sehingga tidak nampak adanya nukleolus.
Secara keseluruhan sel darah putih (leukosit) yang ditemukan, intinya kurang terwarna
dengan baik oleh giemsa, sehingga praktikan sedikit kesulitan untuk menentukan jenis
leukosit yang ditemukan. Kurang terwarnanya sel leukosit disebabkan karena waktu
pewarnaan apus darah yang kurang lama, sehingga inti sel leukosit belum mengikat kuat zat
warna giemsa, akibatnya jenis leukosit yang satu dengan yang lainnya sulit untuk dibedakan.
Selain itu, kemungkinan inti leukosit belum terwarna dengan baik karena pewarna giemsa
yang digunakan sudah dalam kondisi kurang baik (tidak baru).
Tahap pencucian apus darah dari pewarna giemsa dilakukan dengan mengalirkan air
matang yang sudah didinginkan, hal ini bertujuan agar preparat apus darah yang dibuat tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme yang mungkin hidup pada air mentah. Pada air matang,
sebagian besar mikroorganisme yang dikandungnya telah dibunuh selama proses perebusan.
Tampakan secara keseluruhan dari preparat apus darah belum menunjukkan bagian-
bagian penyusun cairan darah secara baik. Pada pengamatan, sel-sel darah yang terlihat sudah
terpisah-pisah antara sel yang satu dengan sel-sel yang lain, tetapi masih ditemukan bagian-
bagian sel yang menumpuk, terutama eritrosit. Hal ini disebabkan karena praktikan kurang
sempurna dalam melakukan pengapusan, sehingga sel-sel darah masih tumpang tindih satu
dengan yang lain. Pewarnaan belum dilakukan dengan sempurna, hal ini terlihat dengan
membran sel dan inti sel belum menyerap zat warna dengan sempurna, sehingga kenampakan
sel belum terlihat jelas. Inti sel-sel leukosit belum terlalu kuat menyerap zat warna sehingga
jenis leukosit cukup sulit untuk diidentifikasi. Namun secara umum, preparat apus darah
sudah baik karena sel-sel penyusun cairan darah sudah kontras dan dapat dipisahkan serta
dibedakan satu dengan yang lainnya.
G. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik simpulan:
1. Preparat apus darah manusia telah berhasil dibuat oleh praktikan
2. Secara fisik preparat apus darah masih memperlihatkan sel-sel darah yang menumpuk
terutama sel darah merah (eritrosit), selain itu membran sel dan inti sel belum menyerap zat
warna secara sempurna pada sel darah putih (neutrofil)
3. Hasil pembuatan preparat apus darah manusia ditemukan sel-sel penyusun darah yaitu : sel
darah merah (eritrosit) dengan ciri tidak mempunyai inti sel dan berbentuk cakram bulat
bikonkaf, sel darah putih (leukosit) yaitu jenis netrofil yang intinya berlobus 3 dan limfosit
yang intinya bulat penuh.
H. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas saran yang dapat direkomendasikan adalah:
1. Teknik pengapusan darah sebaiknya dilakukan dengan sempurna. Pada saat
menggesekkan kedua gelas benda dilakukan dengan cepat dengan kecepatan konstan dan
benar-benar membentuk sudut 450 agar preparat apus yang dihasilkan tidak terlalu tipis
ataupun terlalu tebal.
2. Pewarnaan dengan giemsa sebaiknya dilakukan merata pada seluruh permukaan apus
darah. Selain itu, waktu pewarnaa juga perlu diperhatikan, jangan terlalu lama atau terlalu
sebentar, bertujuan agar preparat dapat terwarna dengan optimal dengan kontras yang
baik, sehingga penyusun cairan darah dapat dibedakan antara sel satu dengan sel lainnya.
Selain itu pewarna giemsa yang digunakan sebaiknya dalam keadaan baik (baru).
I. DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Djoko.1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabaya:IKIP Surabaya
Rudyatmi, Ely. 2013. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Soemadji. 1995. Zoologi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta: PT.Bumi Aksara.