laporan praktek bengkel
DESCRIPTION
laporan bengkelTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTEK BENGKEL
INSPEKSI MESIN INDUSTRI
Disusun Oleh :
NAMA /BP : 1. EKO SYAPUTRA ( 1001013079 )
2. M. ANTARIDHO ( 1001013080 )
3. FERDIAN PUTRA ( 1001013081 )
KELAS : 3 M.B MANDIRI
JURUSAN : TEKNIK MESIN
INSTRUKTUR : Ir. Darman D.D m.si
POLITEKNIK NEGERI PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja bengkel ini dengan
baik dan benar serta tepat pada waktunya. Laporan ini wajib disusun oleh mahasiswa Politeknik
khususnya jurusan teknik mesin setelah menyelesaikan jobnya di bengkel, yang bertujuan
sebagai pemahaman yang lebih mendalam terhadap jobnya
Penulis mengucapkan terima kasih kepad bapak Ir.Darman D.D M.si selaku instruktur
kerja Inspeksi Mesin Industri dan juga kepada teman-teman kelompok job Inspeksi Mesin
Industri yang telah bekerja sama dalam penulisan laporan ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan laporan ini dimasa yang akan
datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan bagi penulis khususnya, dengan
kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih
Padang, Januari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, persaingan di dunia industri sangatlah ketat. Maka dari itu
mahasiswa harus mempunyai daya cipta yang tinggi sehingga dapat menjadi modal saat terjun ke
dunia kerja nantinya. Praktek kerja bengkel merupakan suatu proses pengaplikasian teori ke
dalam bentuk praktek dengan melalui prosedur yang baik dan benar sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Praktek kerja bengkel dapat mengasah dan melatih keterampilan mahasiswa sehingga
dapat menghasilkan produk yang berkualitas, bermanfaat dan bernilai jual tinggi. Namun jika
hanya mengandalkan keterampilan kerja saja tidaklah cukup, dibutuhkan juga kemampuan
menjelaskan pekerjaan tersebut secara lisan hal inilah yang melatar belakangi penulisan laporan
ini.
I.2 TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Dapat melakukan pengukuran ketelitian geometris mesin bubut.
Dapat melakukan analisis kerusakan perawatan, perawatan dan perbaikan
terhadap mesin bubut yang diukur.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUHUS
Dapat menjelaskan tujuan pengujian ketelitian geometris msin bubut.
Dapat melakukan pengukuran karatan pada mesin bubut.
Dapat melakukan pengukuran kelurusan pada mesin bubut.
Dapat melakukan pengukuran kesejajaran pada mesin kesejajaran pada
mesin bubut.
Dapat melakukan pengukuran ketegaklurusan pada mesin bubut.
Dapat melakukan pengukuran rotasi pada mesin bubut.
BAB II
TEORI DASAR
II. TEORI DASAR
Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas yang banyak digunakan pada
benngkel – bengkel mesin. Salah satu proses penggunaan mesin bubut yang telah cukup dikenal
dalam pembuatan suatu benda kerja (produk) adalah proses pemotongan logam (metal cutting
processes). Benda kerja yang dihasilkan oleh proses pemotongan tersebut memiliki kualitas
tertentu dan bisa diketahui dari ketelitian dimensi, ketelitian bentuk serta kehalusan permukaan
benda kerja tersebut. Salah satu factor yang mempengaruhi ketelitian benda kerja adalah
ketelitian mesin bubut yang dipergunakan dalam proses pemotongan benda kerja itu.
Ketelitian benda kerja yang dihasilkan oleh proses pemotongan tersebut tidak semata
diprngaruhi oleh ketelitian geometrik mesin bubut saja, tetapi masih ada pengaruh beberapa
factor lain, antaranya :
Keadaan proses pemotongan
Temperature lingkungan
Keadaan pahat
Pemasangan benda kerja pada pencekam
Gaya – gaya pemotongan
Ketelitian geometric mesin perkakas yang langsung mempengaruhi kualitas benda kerja
adalah :
Ketelitian permukaan referensi
Ketelitian gerak linier
Ketelitian putaran spindel
Ketelitian gerak pindah (displacement accuracy)
Konsep ketelitian geometric mesin perkakas sebenarnya telah lama dikembangkan dan
pemakaian istilah geometric sebenarnya sudah tidak tepat lagi digunakan karena dewasa ini
pengujian ketelitian meliputi pila aspek kinematik.
Secara global terlihat bahwa ketelitian geometric mesin perkakas dipengaruhi oleh :
rancangan mesin perkakas tersebut yakni kekakuannya baik yang static maupun dinamik,
ketelitian geometric masing – masing komponen mesin perkakas dan deformasi karena gaya
pemotongan maupun temperature lingkungan. Rancangan mesin perkakas memberikan pengaruh
terhadap kefungsiannya, sedang kekakuannya akan mempengaruhi defleksi yang terjadi baik
karena berat sendiri maupun defleksi pencekam (chuk) karena berat getaran paksa dan kesalahan
dinamik pada kontruksi system tersebut.
I.2 STANDAR PENGUJIAN
Organisasi internasional untuk standarisasi telah menetapkan beberapa rekomendasi yang
berguna untuk prosedur pengujian mesin bubut. Dasar-dasar pengertian yang tercakup dalam
pengujian ketelitian geometric mesin perkakas tercantum dalam kode “tes mesin perkakas R
230”. Disamping itu ISO telah pula menetapkan rekomendasi : ISO-1708 untuk pengujian
ketelitian geometric mesin bubut.
I.3 TAHAP AWAL PENGUJIAN
Adapun hal-hal yang dilakukan sebelum pengukuran ketelitian geometric mesin bubut
dilakukan sebagai berikut :
Penyelarasan
Sebelum tahap pengujian ketelitian geometric dimulai maka perlu diperhatikan
terlebih dahulu keadaan penempatan mesin bubut tersebut pada fondasinya. Tempat-
tempat tumpuan mesin bubut yang bersangkutan diatur sedemikian rupa sehingga bidang
referensinya tidak ada yang mengalami puntiran dan sebisa mungkin horizontal.
Penempatan mesin yang tidak baik sehingga mengakibatkan puntiran pada bidang
referensinya bias berakibat buruk misalnya :
a) Dalam pengujian ketelitian geometric mesin bubut, penempatan peralatan
ukur maupun alat bantu adalah pada bidang referensi tersebut. Keadaan
bidang referensi yang terpuntir berakibat hasil-hasil pengukuran itu tidak
bias diandalkan.
b) Pembebenan statik maupun dinamik yang tidak seimbang pasa tempat-
tempat tumpuan maupun di bidang-bidang lintasan ( misalnya lintasan
luncur) sehingga bias mengakinatkan keausan yang tidak merata maupun
gerakan yang tersendak (stick-sli).
Untuk menghindari hal itu maka mesin bubut itu terlebih dahulu diselaraskan(leveling).
Penyelarasan mesin bubut dikerjakan dengan menggunakan water-pas (spirit-level) yang
diletakkan pada tempat-tempat tertentu sesuai dengan bidang referensi pada mesin bubut yang
bersangkutan.
Pengkondisian Temperatur Komponen-komponen sebelum Pengujian
Tujuan pengkondisian ini adalah supaya temperatur beberapa komponen mesin
bubut yang diuji itu mendekati keadaan normal pemakaiannya sehari-hari. Keadaan ini
terjadi misalnya pada kepala diam (head-stock) tempat dirakitnya spindel utama (main-
spindle) dan bantalnya,serta tempat berbagai roda gigi reduksi. Dalam pemakaannya
maka temperatur komponen-komponen mesin bubut tersebut relative lebih tinggi dari
komponen lainnya dan mengalami pemuaian yang memungkinkan perubahan bentuk
maupun pergeseran posisi komponen tersebut.
Pengkondisian temperatur tersebut dikerjakan dengan menjalankan mesin butut
itu dalam keadaan tanpa beban ( idle-running) . Kecepatan putar spindle utama dipilih
yang termasuk kelompok putaran yang tinggi dan untk selang waktu tertentu sehingga
dicapai keadaan temperatur yang mapan (steady-state). Lama pemutaran tanpa beban
biasanya 60 menit dan temperature rata-rata kepala diam adalah 56 derajat Celcius
Lembar Uji ( Test-Chart)
Dalam pasal yang lau telah disebutkan bahwa pabrik pembuat mesin bubut
(perkakas) mencantumkan angka-angka hasil pengetesan ketelitian mesin bubutnya pada
lembar uji. Pemakai ataupun pembeli mesin bubut bias mengetahui kualitas mesin
bubutnya itu dengan mengkaji data yang tercantum pada lembar uji yang disertakan pada
dokumen mesin bubut yang bersangkutan.
BAB III
ALAT YANG DI GUNAKAN
III.1 Alat
Adapun alat yang kita gunakan pada praktek inspeksi mesin industri ini adalah :
Water pas.
Dial indicator.
Lengan pemegang.
Cairan pembersih (bensin / solar).
Ballpoint.
Majun (kain pembersih).
Mesin bubut
BAB IV
DATA
1. Penyimpangan dial indkator secara horizontal.
NO DATA1 0,52 0,53 0,54 0,55 0,56 0,57 0,58 0,59 0,510 0,5
2. Penyimpangan dial indkator secara vertikal.
NO DATA1 0,32 0,33 0,34 0,35 0,36 0,37 0,38 0,39 0,310 0,3
3. Penyimpangan dial indicator geometri rahang chuk
NO DATA
1 0,3
2 0,3
3 0,3
4 0,3
5 0,3
6 0,3
7 0,3
8 0,3
9 0,3
10 0,3
4. Penyimpangan menggunakan dial indicator (silinder)
NO DATA
1 0,4
2 0,4
3 0,4
4 0,4
5 0,4
6 0,4
7 0,4
8 0,4
9 0,4
10 0,4
BAB V
LANGKAH KERJA
V.I langkah kerja
Adapun langkah kerjanya adalah :
Persiapkan peralatan yang digunakan.
Tentukan mesin bubut serta bidang-bidang yang akan di ukur (tipe dan nomor
mesin sesuaikan dengan nomor mesin pada setiap pengukuran).
Bersihkan silinder referensi dan penyenter dengan bensin.
Pasang silinder referensi antara head stock dan tail stock.
Pasangkan jam ukur ( dial indicator ) dengan dudukannya pada bidang kaku.
Tempelkan stillus pada silinder referensi.
Lakukan pengukuran sesuai standar yang digunakan. Toleransi yang di izinkan
untuk masing-masing pengukuran adalah sebagai berikut :
a) Kesejajaran gerak pindah tail stock relative terhadap gerak pindah carriage
toleransi maksimum 0,03 mm.
b) Kesejajaran sumbu spindle utama terhadap gerak carriage dalam arah
longitudinal toleransi mamksimum 0,015 mm per 300 mm.
c) Kesejajaran sumbu peluncur luar tail stock terhadap gerakan carriage toleransi
maksimum 0,02 mm per 300 mm.
d) Kesejajaran lubang konis peluncur tail stock terhadap gerakan carriage
toleransi maksimum 0,02 mm per 300 mm.
e) Kesejajaran gerak peluncur atas terhadap sumbu spindle utama toleransi
maksimum 0,04 mm per 300 mm.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan.
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dalam praktek bengkel inspeksi mesin industry
ini adalah :
Mahasiswa dapat melakukan perawatan pada mesin industry.
Mahasiswa dapat mengetahui kesalahan pada mesin industry.
Mahasiswa dapat menghitung toleransi pada mesin industry.
VI.2 Saran.
Adapun saran yang dapat kita sampaikan dalam praktek bengkel inspeksi mesin industry
ini adalah :
Sebelum melaksanakan praktek mulailah dengan berdoa terlebih dahulu.
Periksa kelengkapan alat.
Serius dan konsentrasi dalam praktek.
Telitilah dalam pengambilan data.
Bersihkan tempat praktek setelah selesai melaksanakan praktek.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan
BAB II TEORI DASAR
II.1 Teori Dasar
II.2 Standar Pengujian
II.3 Tahap Awal Pengujian
BAB III ALAT YANG DIGUNAKAN
III.1 Alat
BAB IV DATA
IV.1 Data
BAB V LANGKAH KERJA
V.1 Langkah Kerja
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
VI.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Course note bengkel mesin, semester V, jurusan teknik mesin, politeknik negeri padang. 2012,
padang.