laporan praktek las asetiline

31
laporan praktek las asetiline Diposkan oleh donie MACAM-MACAM KAMPUH DAN SAMBUNGAN I. DASAR TEORI : Pengelasan dengan oksi – asetilin adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Untuk memperoleh nyala pembakaran yang baik perlu pengaturan campuran gas yang dibakar. Jika jumlah gas O2 di tambah maka akan dihasilkan suhu yang sangat tinggi, lebih tinggi dari pada suhu lebur baja atau metal lainnya, sehingga dalam waktu sekejap mampu mencairkan logam tersebut yang cukup tebal. Pemakaian jenis las ini misalnya untuk keperluan pengelasan produksi, kerja lapangan dan reparasi. Umumnya las asetilin sangat baik untuk mengelas baja karbon, terutama yang berbentuk lembaran-lembaran dan pipa berdinding tipis. Pada umumnya semua jenis logam fero dan non fero dapat dilas dengan las jenis lain, baik dengan fluks maupun tanpa fluks. II.TUJUAN : Setelah menyelesaikan job ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk : 1.Mengenal dan terampil dalam menggunakan peralatan las oxy- acetylene. 2.Membuat jalur pencairan bahan dasar tanpa bahan tambah dalam posisi baswah tangan. Hal diatas dilakukan dengan cara dan sikap ang benar. III.PERALATAN DAN PERLENGKAPANNYA : 1. Peralatan Las oxy-acetylendengan brander no 1. 2. Mistar baja, penggores, penitik, palu. 3. Supit (Smeeth Tang) dan sikat baja.

Upload: ardian-erik

Post on 25-Jun-2015

1.631 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktek Las Asetiline

laporan praktek las asetiline

Diposkan oleh donie

MACAM-MACAM KAMPUH DAN SAMBUNGAN

I. DASAR TEORI :Pengelasan dengan oksi – asetilin adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi.Untuk memperoleh nyala pembakaran yang baik perlu pengaturan campuran gas yang dibakar. Jika jumlah gas O2 di tambah maka akan dihasilkan suhu yang sangat tinggi, lebih tinggi dari pada suhu lebur baja atau metal lainnya, sehingga dalam waktu sekejap mampu mencairkan logam tersebut yang cukup tebal.Pemakaian jenis las ini misalnya untuk keperluan pengelasan produksi, kerja lapangan dan reparasi. Umumnya las asetilin sangat baik untuk mengelas baja karbon, terutama yang berbentuk lembaran-lembaran dan pipa berdinding tipis. Pada umumnya semua jenis logam fero dan non fero dapat dilas dengan las jenis lain, baik dengan fluks maupun tanpa fluks.

II.TUJUAN :Setelah menyelesaikan job ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk :1.Mengenal dan terampil dalam menggunakan peralatan las oxy-acetylene.2.Membuat jalur pencairan bahan dasar tanpa bahan tambah dalam posisi baswah tangan.Hal diatas dilakukan dengan cara dan sikap ang benar.

III.PERALATAN DAN PERLENGKAPANNYA :

1. Peralatan Las oxy-acetylendengan brander no 1.2. Mistar baja, penggores, penitik, palu.3. Supit (Smeeth Tang) dan sikat baja.

IV.BAHAN :1.Plat Eyzer ukuran 100 mm x 50 mm x 1mm.2.Plat Eyzer ukuran 100 mm x 30 mm x 1mm sebanyak 2 buah.

V.PETUNJUK UMUM :1.Aturlah regulator untuk mendapatkan tekanan kerja gas acetylene 0,2 s/d 0,3 kg/cm² dan tekana Oksigen 2 – 3kg/cm².2.Berlatih terlebih dahulu dengan menggunakan pelat-pelat bekas serupa,sebelum mengerjakan pada benda kerja.3.Pahami job sheet sebelum mulai pengelasan.

VI.TINDAKAN KEAMANAN KERJA :

Page 2: Laporan Praktek Las Asetiline

1.Pakailah pakaian kerja dan alas kaki yang lengkap.2.Periksa bahwa tidak ada kebocoran acetylene ada tabung gas, katub tabung, regulator, brander maupun salurannya.3.Gunakan selalu kaca mata las (masker) saat melakukan pengelasan.4.Gunakan tang penjepit (Smeeth Tang) untuk memegang benda kerja yang panas.5.Waspadalah dengan benda-benda ang mudah terbakar.

VII.JOB SHEET :

1.LANGKAH PENGERJAAN JALUR LAS PENDEK :1.Siapkan tempat dan peralatan yang digunakan.2.Periksa ukuran bahan yang akan digunakan.3.Buatlah pemandu jalur pengelasan dengan penitik dan kapur putih.4.Letakkan benda kerja pada posisi yang benar dan nyaman.5.Nyalakan api pengelasan yang tepat.6.Mulailah dengan memanaskan benda kerja sampai mencair.7.Arahkan ujung brander (pengelasan) pada jalur yang telah dipersiapkan.8.Bersihkan benda kerja dari kotoran dan rapikan.9.Beri identitas pada benda kerja dan serahkan pada pembimbing praktek

2.PEMBAHASAN PENGERJAAN JALUR LAS PENDEK :1.Terlebih dahulu cek semua peralatan yang akan digunakan apakah sudah lengkap sesuai dengan daftar yg tersedia, dan letakkan semua peralatan ditempatnya dengan rapi. Dan atur regulator pada tabung gas, untuk gas asetilin 2 – 3 bar, dan untuk gas Oksigen 3 – 5 bar.2.Sebelum proses pengerjaan ukur terlebih dahulu bahan plat mentah, pastikan ukuran nya cukup untuk membuat benda jadi yaitu 100 mm x 50 mm.3.Buatlah garis untuk pemandu pengelasan, dengan cara buat garis sepanjang 80 mm dengan jarak 20 mm diukur dari samping kanan dan kiri.4.Letakkan plat diatas bidang datar untuk mulai dilakukan pengelasan. Posisi plat jangan sampai miring dan bergoyang.5.Nyalakan api pengelasan dan atur hingga memperoleh nyala api netral.6.Mulailah pengelasan plat tanpa bahan dasar, arahkan brander pada jalur yang telah dipersiapkan tadi, dan geser hinnga ke ujung garis secara pelan-pelan dan konstan. Penggeseran dilakukan setelah plat mencair, sehinnga terbentuk alur pengelasan yang baik.7.Setelah selesai proses diatas, lanjutkan ke proses pengelasan plat dengan bahan tambah / kawat. Caranya sama dengan pengelasan tanpa bahan dasar, tetapi setelah plat mencair lalu diikuti dengan pencairan kawat hingga meleleh dan menempel kuat pada plat, dan membentuk jalur pengelasan yang rapi dan baik.8.Setelah selesai, bersihkan plat dari terak akibat pengelasan dengan sikat las / sikat baja.9.Beri identitas pada benda kerja dan serahkan pada pembimbing praktek

3.LANGKAH PENGERJAAN MENYAMBUNG 2 PLAT :1.Siapkan tempat dan peralatan yang digunakan.2.Periksa ukuran bahan yang akan digunakan.3.Letakkan benda kerja pada posisi yang benar dan nyaman.4.Nyalakan api pengelasan yang tepat.

Page 3: Laporan Praktek Las Asetiline

5.Mulailah proses pengelasan.6.Bersihkan benda kerja dari kotoran dan rapikan.7.Beri identitas pada benda kerja dan serahkan pada pembimbing praktek

4.PEMBAHASAN PENGERJAAN MENYAMBUNG 2 PLAT :

1.Terlebih dahulu cek semua peralatan yang akan digunakan apakah sudah lengkap sesuai dengan daftar yang tersedia, dan letakkan semua peralatan ditempatnya dengan rapi. Dan atur regulator pada tabung gas, untuk gas asetilin 2 – 3 bar, dan untuk gas Oksigen 3 – 5 bar.2.Sebelum proses pengerjaan ukur terlebih dahulu bahan plat mentah, pastikan ukurannya cukup untuk membuat benda jadi yaitu 100 mm x 30 mm x 1 mm.3.Letakkan plat diatas bidang datar untuk mulai dilakukan pengelasan (bagian samping plat 1 berimpit dengan bagian samping plat 2 untuk penyambungan). Posisi plat jangan sampai miring dan bergoyang.4.Nyalakan api pengelasan dan atur hingga memperoleh nyala api netral.5.Proses pengelasan dilakukan dengan cara, arahkan ujung brander pada jalur yang akan dilakukan penyambungan. Panaskan plat hingga meleleh dan dilanjutkan dengan melelehkan kawat diatas plat yang sudah meleleh tadi hingga menempel kuat pada plat dan terjadi penyambungan, sambil brander dan kawat digeser sampai keujung plat (ujung pengelasan).6.Setelah selesai, bersihkan plat dari terak akibat pengelasan dengan sikat las / sikat baja.7.Beri identitas pada benda kerja dan serahkan pada pembimbing praktek.

5.KESIMPULAN :Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam melakukan pengelasan. Penyetelan tekanan gas dan juga nyala api pada brander sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Untuk pengelasan dengan bahan tambah (kawat), yaitu plat harus benar-benar meleleh terlebih dahulu kemudian baru diberi bahan tambah. Untuk penyambungan 2 plat, dibutuhkan tempat yang rata agar diperoleh sambungan yang lurus dan presisi. Pengelasan tanpa bahan tambah, dalam menggeser brander harus memperhatikan bagian plat yang sudah dilas apakah sudah benar-benar meleleh, sehingga terbentuk alur pengeladan yang rapi.

Page 4: Laporan Praktek Las Asetiline

LAS OKSI ASITELIN

Dalam praktikum Proses Produksi ada 7 modul. Ini adalah modul keenam. Isi selengkapnya dapat dilihat di bawah ini….

bahan yang saya posting ini referensinya adalah buku petunjuk praktikum Proses Produksi yang di sususn oleh tim asisten praktikum Proses Produksi.

6.1. Tujuan

a. Memperkenalkan cara pengelasan dengan gas asetilen.

b. Memperkenalkan alat-alat pengelasan gas asetilen.

c. Memberikan ketrampilan dasar pengelasan gas asetilen.

6.2. Dasar Teori

Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur dengan

oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang mampu mencairkan

logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang digunakan asetilen, propan atau

hidrogen, sehingga cara pengelasan ini dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal dengan nama las karbit.

Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen yang digunakan untuk

memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau

tanpa logam pengisi.

Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil

umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini

disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium

karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor.

Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :

CaC2 + 2H2O Ca(OH)2 + C2H2

kalsium

karbidaair tohor Kapur gas asetilen

Page 5: Laporan Praktek Las Asetiline

Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350 C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).

Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa.

Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala.

Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus).

Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-asetilen seperti ditunjukkan pada gambar di bawah :

a. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.

b. Nyala netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas

kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.

Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai

3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.

c. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)

Page 6: Laporan Praktek Las Asetiline

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.

Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja.Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000 C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500 C.

Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik pengelasan dikenal beberapa cara yaitu :

a. Pengelasan di bawah tangan

Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60 dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30 – 40 dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.

b. Pengelasan mendatar (horisontal)

Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70 dan miring kira-kira 10 di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10 di atas garis mendatar.

c. Pengelasan tegak (vertikal)

Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45-60 dan sudut brander sebesar 80.

d. Pengelasan di atas kepala (over head)

Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10 dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45-60.

e. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)

Page 7: Laporan Praktek Las Asetiline

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.

f. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.

Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain :

o peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.

o Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.

o Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana.

o Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.

6.3. Alat dan Bahan

1. Satu unit peralatan gas oksi-asetilen, terdiri dari:

o tabung gas oksigen dan regulatornya

o tabung gas asetilen dan regulatornya

o selang

o brander (torch)

2. Bahan pengisi (kawat)

3. Alat pengaman (sarung tangan, kaca mata las)

4. Korek api dan oncor

5. stopwatch

Page 8: Laporan Praktek Las Asetiline

6. Sikat baja

7. Alat-alat kerja bangku bila diperlukan.

Gambar peralatan las

6.4. Cara Pelaksanaan

a. Menyiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan.

b. Memeriksa brander harus dalam keadaan tertutup.

c. Membuka tabung gas oksigen dan asetilen dengan cara mengendorkan baut penutupnya dengan

kunci pembuka.

d. Memeriksa isi tabung gas dengan melihat manometer penunjuk tekanan yang terpasang pada

regulator.

e. Mengatur tekanan kerja dengan memutar handel pada regulatornya (putaran ke kanan untuk

memperbesar tekanan gas).

f. Membuka sedikit gas asetilen pada brander dan menyalakannya dengan api.

g. Membuka dan sekaligus mengatur besar kecilnya gas oksigen pada brander sampai diperoleh

nyala netral.

h. Mulai melakukan pengelasan dengan mengarahkan nyala api brander pada logam induknya.

i. Bila logam induk sudah mulai mencair, kemudian mengarahkan logam pengisi pada bagian logam

induk yang mencair dan mengayunkan brander sampai terbentuk rigi-rigi las yang diinginkan.

j. Mengulangi nomor h sampai nomor i sampai didapat rigi-rigi las yang baik.

k. Latihan menyambung bermacam-macam bentuk benda kerja.

l. Melaksanakan praktikum dengan serius dan berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.

Page 9: Laporan Praktek Las Asetiline

m. Setelah praktikum selesai, membersihkan tempat dan peralatan praktikum serta

mengembalikannya pada tempat semula.

Laporan Praktikum Proses Produksi 1 LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES PRODUKSI IDi susun untuk memenuhi tugas proses produksi I fakultas teknik jurusan mesin

Disusun Oleh :ANIKA YUDI HANDOKO

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN MESINUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

Jalan Budi Utomo Nomor 10 Ponorogo2008 / 2009

BAB IPENDAHULUAN

Page 10: Laporan Praktek Las Asetiline

A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin maju dan berekembang dengan pesat sehingga menimbulkan persaingan yang ketat. Secara otomatis ada tuntutan agar selalu berkreatifitas dan terus mengikuti perkembangan tersebut, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada disekelilingnya, hingga menjadi sesuatu yang layak pakai dan memiliki guna serta nilai jual yang tinggi. Oleh karena itu, perlu diadakannya kuliah praktikum sebagai tindak lanjut dari teori yang telah diberikan di dalam ruangan.

B. Tujuan Dengan diberikannya tugas pembuatan laporan ini, diharapkan mahasiswa mengerti tentang proses produksi dan semua hal yang berhubungan dengan proses produksi serta dapat mempraktekkannya pada kehidupan sehari-hari yang mana dikemudian hari bisa menciptakan lapangan pekerjaan dibidang pengelasan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelasan Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakn dalam keadaan turner atau cair. Sedangkan pengelasan adalah proses menyambung logam yang sejenis atau hamper sejenis dengan bantuan panas. Ada beberapa klasifikasi cara pengelasan berdasarkan cara kerja, diantaranya adalah sebagai berikut :a. Pengelasan cairPengelasan cair adalah pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar.b. Pengelasan tekanPengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana kedua logam yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu kemudian ditekan hingga menyatu.c. PematrianPematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan disatukan dan diikat menggunakan paduan

Page 11: Laporan Praktek Las Asetiline

logam yang mempunyai titik cair lebih rendah dibanding logam yang akan disambung.

B. Cara PengelasanCara-cara pengelasan ada beberapa macam, diantaranya adalah sebagai berikut :1. Las busur listrikCara mengelas yang sering digunakan dalam praktikum dan termasuk klasifikasi las busur listrik adalah : las elektroda terbungkus, las busur dengan perlindungan gas, dan las busur dengan perlindungan bukan gas.a. las elektroda terbungkusLas elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yang banyak digunakan. Dalam pengelasan ini digunakan kawat elektroda logam yang terbungkus fluks. Fluks sendiri berguna untuk melindungi cairan logam dari oksidasibusur listrik terbentuk diantara logam induk dan ujung elektroda.Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan membentuk butiran-butiran yang terbawa oleh arus listrik yang mengalir. Semakin besar arus yang mengalir semakin halus butiran yang terbawa.b. las busur gasLas busur gas adalah cara pengelasan dimana gas dihembuskan ke daerah las untuk melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfer. Gas yang dipakai sebagai pelindung adalah gas helium, argon, dan gas karbon dioksida atau campuran dari gas-gas tersebut. Las busur gas ada 2 macam :1. elektroda tak terumpan ( TIG : tungsten inert gas ) adalah dengan menggunakan batang wolfram.2. elektroda terumpan ( MIG : metal inert gas ) adalah menggunakan kawat las.c. las busur CO2Las yang termasuk las MIG tapi gas pelindungnya atau komponen utamanya adalah CO2. las ini digunakn untuk mengelas konstruksi baja. Biaya operasi lebih murah dari pada dengan las argon. Itu dikarenakan perbedaan harga kedua gas tersebut.d. las busur rendamAdalah suatu cara mengels dimana logam cair ditutup dengan fluks yang berupa kawat pejal diumpan secara terus menerus. Dalam pengelasan ini busur listrik terendam dalam fluks.e. las listrikLas listrik terak menggunakn panas yang dihasilkan karena resistensi listrik dari terak cair. Kawat elektroda diumpan secar terus menerus ke dalam terak yang mencair dan karena panas yang timbul maka logam dasar dan kawat las mencair bersama. Las ini sangat efisien untuk mengelas sambungan-sambungan tebal dengan posisi tegak.f. las listrik gasHampir sama denagn las listrik terak, hanya fluks pada las listrik terak diganti denagn gas CO2 yang dihembuskan melalui lubang-lubang pada sepatu yang dapat digeser. Fungsi CO2 melindungi busur listrik yang timbul antara logam cair dan elektroda. Kelebihan :1. jarak kampuh dapat dipersempit2. dapat digunakan untuk plat-plat yang lebih tipis3. kekurang sempurnaan kontak antara sepatu tembaga dan logam induk banyak berpengaruh terhadap sifat mampu lasg. las resistansi listrik

Page 12: Laporan Praktek Las Asetiline

Adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan plat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistansi listrik.h. pematrianAdalah cara penyambungan dengan penambahan logam pengisi atau logam patri diantara logam induk yang akan disambung.

C. Daerah LasanDaerah lasan ada beberapa macam, yaitu :1. Logam lasAdalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan mencair dan kemudian membeku.2. Heat Affected Zone ( HAZ ) atau daerah pengaruh panasAdalah logam dasar yang bersebelahan denagn logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus ternal pemanasan dan pendinginan cepat.3. Logam induk Adalah bagian logam dasar dimana panas dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahna struktur-struktur dan sifat.4. Batas lasAdalah daerah yang membatasi antara logam las dan daerah pengaruh panas (HAZ).

2 4 3

D. Persiapan Pengelasan1. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi :a. penyediaan bahanb. pemilihan bahanc. penunjukan juru lasd. penentuan alat perakit2. Persiapan bahan yang akan dilasa. Persiapan sisi laspada plat yang tebal anatara 6 mm – 20 mm digunakan alur V tunggal. Kemudian untuk plat yang lebih tebal digunakan alur V atau U tunggalb. Posisi pengelasanPosisi pengelasan yang terbaik dari sudut kualitas sambungan dan efisiensi pengelasan adalah posisi datar.c. Las ikatLasan pendek pada tempat-tempat tertentu dan bersifat sementara. Sebaiknya las ikat ditempatkan

Page 13: Laporan Praktek Las Asetiline

pada tempat yang nantinya tidak dilas.d. Pemeriksaan danperbaikan alurKotoran seperti karat, debu, gemuk, bila bila tercampur denagn logam dapat menimbulkan cacat las. Maka cara pembersihan kotoran sebelum pengelasan ada 3 macam :1. cara mekanik menggunakan sikat baja penyemprotan pasir2. cara kimia penggunaan aseton soda api3. cara penyemprotan dengan api pada daerah las

E. Retak pada Daerah LasRetak pada hasil las ada 2, yaitu sebagai berikut :1. Retak dinginAdalah retak yang terjadi di daerah las pada suhu di bawah suhu tranformasi martensit ± 300o C. retak dingin terjadi di daerah HAZ dan logam las. Retak dingin utamanya adalah retak bawah manik las, retak akar retak kaki. Retak dingin disebabkan oleh :a. Struktur dari daerah panas.b. Hydrogen difusi di daerah lasc. Tegangan 2. Retak panasAda 2 macam retak panas, yaitu :a. retak panas pada suhu ± 500o - 700o Cb. retak panas terjadi pada suhu lebih 900o CRetak panas pada logam las berbentuk retak kawah, memanjang.

F. Usaha – Usaha Penanggulangan Retak Las1. menggunakan elektroda dengan fluks.2. menghilangkan kristal air yang terkandung dalam fluks basa yang sering digunakan dalam las busur rendam.3. elektroda yang akan digunakan harus dipanggang terlebih dulu.4. sebelum mengelas, pada daerah sekitar kampuh harus dibersihkan dari air, karat, debu, minyak dan zat organic yang dapat menjadi sumber hydrogen.5. pengunaan CO2 sebagai gas pelindung akan sangat mengurangi terjadinya difusi hydrogen.6. untuk melepaskan kadar hydrogen difusi dapat digunakan dengan memasukkan panas tinggi.7. menghindari pengelasan pada hujan.

G. Kualitas Las-lasanKualitas las-lasan dipengaruhi oleh :1. kuat arus 1 ( besarnya power source )2. tekanan yang diperkerjakan pada elektroda lamanya waktu las berlangsung

Page 14: Laporan Praktek Las Asetiline

H. Unsur – Unsur Penentu Las – lasanUnsur –unsur yang mempengaruhi kekuatan las dan struktu kristal logam las diantaranya :1. karakteristik arus2. kecepatan pendinginan3. bersih tidaknya gap dari kontaminator4. pemberian tekanan pada elektroda

I. Mesin LasJenis-jenis mesin las adalah sebagai berikut :a. Jenis inti bergerakb. Jenis kumparan bergerakc. Jenis reactor jenuhd. Jenis saklarUntuk mesin jenis reactor jenuh pengaturannya lebih mudah, lebih teliti dan dapat jarak jauh. Sehingga mesin las ini banyak digunakan. Bagian-bagian mesin las jenis reactor jenuh adalah :a. Sumber tenaga b. Tranformatorc. Penyearah arus d. Resistor berubahe. Reactor jenuhf. Elektrodag. Logam indukPenyearah arusresistor berubah

reactor jenuh

tranformator

elektroda

sumber tegangan benda kerjaJ. Perlakuan Akhir dalam PengelasanPerlakuan akhir dalam pengelasan adalah perbaikan cacat las. Berikut adalah beberapa macam cacat las dan perbaikannya :

Page 15: Laporan Praktek Las Asetiline

1. cacat rongga halus atau torak yang tercampur perbaikannya dengan menyambung bagian tersebut dengan pemotong gap.2. cacat tukik perbaikannya denagn mengelas tambahan yang menggunakan elektroda yang lebih kecil.3. cacat lipatan perbaiakannya dengan menyambung bagian tersebut dengan pahat.

K. Perangkat PraktikumDalam praktikum Proses Produksi I ini menghasilkan produk berupa tatakan untuk diesel Jiang Dong yang dilengkapi roda. Sedangkan peralatan dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :1. mesin las 2. cutting weld (gergaji gerinda)3. gerinda tangan 4. mistar5. kaca mata alas6. spidol7. mistar siku8. bor listrik9. mata bor 3,5 mm10. palu11. kunci ring 19 dan 12

L. Langkah PraktikumAdapun langkah-langkah pengerjaan adalah sebagai berikut :1. lihat gambar kerja.2. ukur dan tandai bahan-bahan kerja.3. potong bahan kerja sesuai gambar kerja dengan menggunakan cutting weld (gergaji gerinda) dan gunakan kaca mata pengaman.4. rangkai dan las bahan kerja sesuai dengan gambar kerja.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDari praktikum serta uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa :1. Dalam mengelas logam ada banyak cara, salah satu diantaranya dengan las elektroda terbungkus.2. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam mengelas guna mendapatkan hasil las yang baik.3. Mesin las terbagi menjadi 4. Dari 4 tersebut, yang paling banyak digunakn termasuk yang saya gunakan adalah jenis reactor jenuh.4. Mengelas membutuhkan ketelatenan serta kesabaran guna mendapatkan hasil las yang baik serta minim cacat.

Page 16: Laporan Praktek Las Asetiline

B. SaranUntuk mendukung keamanan serta kelancaran selama praktikum, maka saya mengusulkan bebrapa hal. Antara lain sebagai berikut :1. Untuk keselamatan kerja perlu adanya peralatan keselamatan semisal kaca mata atau topeng las yang standarisasi.2. Perlu adanya kerja sama yang baik antar mahasiswa dan dosen peembimbing, sehingga pekerjaan cepat selesai dan memuaskan.3. Kalau bisa, perlu sesering mungkin diadakan praktikum yang mandiri guna peningkatan SDM. Khususnya mahasiswa teknik mesin UNMUH Ponorogo.

Demikian laporan ini saya buat guna mendapat persetujuan. Atas dukungan dan bantuan dari segala pihak, kami sampaikan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi dan merestui apa yang kita kerjakan, dan semoga apa yang kita lakuakn menjadi ibadah. Amien Ya Robbal ‘Alamin.

DAFTAR PUSTAKA

Mata kuliah Pengelasan Logam.Universitas Muhammadiyah PonorogoMata kuliah Proses Produksi I. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.Panduan Praktikum Proses Produksi I. universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Page 17: Laporan Praktek Las Asetiline

LAS BUSUR LISTRIK

Dalam praktikum Proses Produksi terdapat 7 modul. Ini adalah modul kelima. Isi selengkapnya dapat

dibaca di bawah ini…

bahan yang saya posting ini referensinya adalah buku petunjuk praktikum Proses Produksi yang di

sususn oleh tim asisten praktikum Proses Produksi.

5.1. Tujuan

Melatih ketrampilan praktikan di bidang las busur listrik dan memberikan pengetahuan dasarnya sehingga dapat memahami prosedur pelaksanannya dengan benar.

5.2. Dasar Teori

Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala

busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung.

Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang

menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.

Page 18: Laporan Praktek Las Asetiline

Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi

celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam

tersebut.

Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang

aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi

sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan

keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.

Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi

antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan

diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara

elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar

timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500

C.

Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.

5.2.1. Pembentukan busur listrik proses penyulutan

5.2.1.1. Pembentukan Busur Listrik

Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir

dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).

Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara

diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik

(diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan

ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka

arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur

sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).

Page 19: Laporan Praktek Las Asetiline

1. kawat inti

2. selubung elektroda

3. busur listrik

4. pemindahan logam

5. gas pelindung

6. terak

7. kampuh las

Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan.

Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las.

Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.

5.2.1.2. Proses penyulutan

Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).

5.2.1.3. MenyalaKan busur listrik

Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan menghubungkan singkat ujung elektroda

dengan logam induk (yang akan dilas) dan segera memisahkan lagi pada jarak yang pendek, hal tersebut

dapat dilakukan dengan 2 cara seperti pada gambar di bawah ini :

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama

dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk.

Page 20: Laporan Praktek Las Asetiline

b. Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam

induk.

c. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah

penampang tadi.

5.2.1.4. Memadamkan busur listrik

Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas.

Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk

sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah

agak miring.

Pemadaman busur sebaiknya tidak dilakukan ditengah-tengah kawah las tetapi agak berputar

sedikit seperti pada gambar di bawah ini :

5.3. Alat dan Bahan

a. Mesin las listrik b. Palu lasc. Tangd. Tang penjepite. Elektrodaf. Kacamata las listrikg. Mistar bajah. Penyikui. Stopwatchj. Sarung tangan k. Sikat besi

5.4. Cara Kerja

5.4.1. Persiapan

a. Sebelum pekerjaan dimulai, menyiapkan dan memeriksa alat utamanya dan semua peralatan

bantunya.

b. Memakai alat-alat pelindung yang sudah disediakan yaitu kacamata las listrik.

c. Menyiapkan benda kerja dan elektrodanya.

Page 21: Laporan Praktek Las Asetiline

d. Memasang elektroda pada penjepitnya dan memasang penjepit benda kerja pada benda kerja

(bisa pada meja kerjanya). Memperhatikan sebelum mesin las dihidupkan, letak dari penjepit

elektroda jangan sampai menempel penjepit logam atau logam induknya.

e. Mengatur besarnya arus dengan memutar handel pada mesin las, dengan memperhatikan

besarnya diameter elektroda, sesuai dengan tabel yang sudah ada.

5.4.2. Pelaksanaan

(1) Latihan menyalakan busur listrik dan membuat rigi-rigi las serta mengatur panjang busur (jarak

antara ujung elektroda ke benda kerja).

a. Bila panjang busur tepat (kurang lebih garis tengah elektroda) dan kecepatan pengelasan yang

tepat maka akan menghasilkan bunyi mendesis yang tetap dan halus (tidak meledak-

ledak) dengan lebar jalur las sebesar kurang lebih dua kali garis tengah elektroda, karena

cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik.

Hasilnya rigi-rigi las yang halus dan baik, tembusan las yang baik, dan terak halus dan

mengkilat.

b. Bila busur terlalu panjang, maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola (percikan-percikan kecil) dari cairan elektroda.

Hasilnya rigi-rigi las kasar, tembusan las dangkal (melebar), dan percikan teraknya kasar.

c. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, kalau terjadi kontak butiran logam cair yang menyambung elektroda dan logam induknya maka akan terjadi hubungan singkat dan busur akan mati, sehingga elektroda akan menempel kuat pada benda kerja.

(2) Posisi Elektroda

Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus yang biasanya dengan mesin las konvensional

maka posisi elektroda terhadap benda kerja berdasarkan eksperimen dan pengalaman yang

paling baik hasilnya adalah yang sebagai berikut :

a. Posisi elektroda bersudut 70 -80 dengan arah memanjang las dan bersudut 90 arah

melintang las.

Page 22: Laporan Praktek Las Asetiline

b. Melatih gerakan-gerakan tangan dengan arah. memutar arah kanan maupun kiri dengan diameter yang relatif kecil.

c. Elektroda pada ujungnya akan mencair secara kontinyu sehingga perlu digerakkan searah

dengan sumbunya secara kontinyu pula.

(3) Gerakan Elektroda.

Gerakan-gerakan elektroda pada pengelasan ada dua cara yaitu :

a. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.

b. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.

Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak (panjang busur) agar tetap, hal tersebut

disebabkan karena busur pada ujungnya mencair terus menerus sehingga mengalami

pemendekan.

c. Gerakan ayunan elektroda.

Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.

(4) Pengaruh kecepatan elektroda.

Kecepatan menggerakkan elektroda harus stabil, sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata

dan halus.

a. Jika elektroda digerakkan terlalu lambat akan didapatkan jalur yang lebar, kasar dan kuat tetapi

dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya).

b. Jika elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal karena kurangnya waktu

pemanasan bahan dasar dan kurangnya waktu untuk cairan elektroda menembus bahan

dasar.

c. Jika kecepatan geraknya elektroda tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar dan tembusan

lasnya baik.

5.4.3. Kesehatan dan keselamatan kerja

Page 23: Laporan Praktek Las Asetiline

a. Arus Listrik

Bekerja dengan menggunakan energi listrik kita tidak perlu takut tetapi jangan sembrono. Hal-hal

yang perlu mendapatkan perhatian :

1. Harus dijaga agar jangan sampai terjadi korslet (hubungan singkat) arus listrik, hindarkan agar

kabel tidak terluka oleh benda tajam atau api, jauhkan penjepit elektroda dari logam lain,

sambung-sambungan dan terminal-terminal kabel harus benar-benar kuat.

2. Bahaya terkena sengatan arus listrik oleh alat las relatif kecil karena tegangan yang dihasilkan

cukup rendah (pada alat ini 30-78 volt).

b. Nyala Busur Listrik

Busur listrik yang terjadi akan menghasilkan panas yang cukup besar sehingga logam yang dilas akan

mencair dengan cepat pada bagian yang terkena busur listrik.

Yang perlu diperhatikan adalah :

1. Busur listrik akan disertai percikan-percikan api yang dapat melukai kulit.

2. Busur listrik akan juga mengeluarkan sinar ultraviolet dan infra merah denga intensitas yang cukup tinggi.

Kedua sinar tersebut sangat membahayakan bagi kesehatan mata dan kulit jika lama-lama terkena

langsung. Akibat dari radiasi kedua sinar tersebut adalah mata akan pedih dan akan mengeluarkan

air mata, jika lebih lanjut mata akan rusak bahkan akan terjadi iritasi dan kebutaan. Dengan

demikian memakai pelindung mata adalah keharusan.

c. Gas atau Asap Pengelasan

Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus ini akan dihasilkan asap atau gas yang cukup banyak.

Asap tersebut berfungsi untuk melindungi logam cair terhadap oksidasi oksigen dari udara. Gas atau

asap tersebut jika dihirup dalam waktu yang panjang akan merusak kesehatan bahkan dapat

meracuni darah. Oleh sebab itu harus ada pelindung terhadap gas tersebut untuk mengusir gas

tersebut dari ruang pengelasan yang tertutup dengan blower.

Page 24: Laporan Praktek Las Asetiline