laporan pengamatan perilaku rusa timor (cervus timorensis)
TRANSCRIPT
LAPORAN ETOLOGI
PENGAMATAN PERILAKU HEWAN
‘PERILAKU RUSA TIMOR (Cervus Timorensis)’
Anggota :
Pungki Akmalitasari (13304241001)
Nurma Fauziana (13304241003)
Fariha Suci Rahmasari (13304241005)
Aldila Kemas Agusta (13304241007)
Asih Rahayu (13304241008)
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
ABSTRAK
Tujuan dalam pengamatan ini adalah untuk mengamati aktivitas perilaku Rusa Timor
(Cervus Timorensis). Pengamatan Rusa Timor (Cervus Timorensis) di lakukan di
penangkaran Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Data dalam pengamatan di peroleh
dengan cara pengamatan langsung di lokasi penangkaran. Metode sampling waktu ini
digunakan untuk merekam kegiatan perilaku suatu pengamatan yang diulang setiap lima
menit, pengamatan tersebut dilakukan sampai lima menit ke 24. Dalam pengamatan di ambil
4 ekor rusa yaitu rusa jantan, rusa betina, rusa kecil tidak bertanduk,dan rusa mengandung.
Data yang diambil meliputi aktivitas perilaku yaitu makan, minum, berbaring, berdiri,
berjalan, berlari, bersuara, defekasi, dan urinasi.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Rusa timor (Cervus Timorensis) merupakan salah satu dari empat spesies rusa
asli Indonesia, yakni rusa sambar, rusa bawean, dan muncak. Satwa ini mempunyai
ukuran tubuh yang kecil, tungkai pendek, ekor panjang, dahi cekung, gigi seri relatif
besar, dan bulu atau rambut berwarna coklat kekuning-kuningan. Rusa jantan
memiliki ranggah yang relatif besar, ramping, panjang dan bercabang. Cabang yang
pertama mengarah ke depan, cabang belakang kedua terletak pada satu garis dengan
cabang belakang pertama, cabang belakang kedua lebih panjang dari cabang depan
kedua, cabang belakang kedua kiri dan kanan terlihat sejajar.
Rusa timor merupakan satwa asli Indonesia. Menurut Bemmel (1949) rusa
timor berasal dari Jawa, Kepulauan Sunda Kecil dan Malaka. Namun demikian
kalangan ahli lainnya menyatakan bahwa rusa timor hanya berasal dari Jawa dan Bali
(IUCN 2008). Dalam perkembangannya, rusa timor menyebar luas sampai ke bagian
timur wilayah Indonesia seiring dengan perpindahan manusia. Luasnya penyebaran
rusa timor terlihat dari banyaknya sub spesies yang dimiliki, yakni 8 sub-spesies.
Rusa timor dewasa mempunyai panjang badan berkisar antara 195-210 cm
dengan tinggi badan mencapai antara 91-110 cm. C. timorensis mempunyai berat
badan antara 103-115 kg walaupun rusa timor yang berada di penangkaran mampu
memiliki bobot sekitar 140 kg.
II. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis aktivitas keseharian rusa timor ( Cervus Timorensis ).
2. Untuk mengetahui perilaku rusa timor ( Cervus Timorensis ) yang dominan.
III. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari praktikum lapangan ini adalah mendapatkan
gambaran jenis aktivitas dan perilaku yang dominan keseharian rusa timor’
IV. Dasar Teori
A. Tingkah Laku Hewan
Perilaku satwa liar merupakan gerak gerik satwa liar untuk memenuhi
rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan yang diperoleh
dari lingkungannya Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang ditimbulkan
oleh semua faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari
luar yang berasal dari lingkungannya (Susanto, 1980)). Intinya tingkah laku dapat
diartikan sebagai gerak-gerik organism, sehingga perilaku merupakan perubahan
gerak termasuk perubahan dari bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau
membeku, dan perilaku hewan merupakan gerak-gerik hewan sebagai respon
terhadap rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi
lingkungannya
Untuk menentukan tingkah laku hewan, perlu diketahui pola tingkah laku.
Sedangkan pola tingkah laku (behaviour patterns) dapat didefinisikan: kumpulan
dari bagian-bagian perilaku yang mempunyai sebuah fungsi tertentu. Di alam, hal
ini terutama ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan, tetapi dapat juga
dibentuk karena latihan dan belajar. Faktor dari satwa itu sendiri (endogenous
factor) yang lebih menentukan tingkah laku hewan. Untuk mengontrol dan
mengembangkan tingkah laku hewan, ditentukan oleh kondisi refleks hewan yang
disebabkan oleh peranan dari lingkungan atau rangsangan dari luar menentukan.
Selanjutnya, hewan tersebut akan mengembangkan sendiri tingkah lakunya
(Susanto, 1980).
B. Deskripsi Rusa Timor
Rusa timor dewasa mempunyai panjang badan berkisar antara 195-210 cm
dengan tinggi badan mencapai antara 91-110 cm. Cervus timorensis mempunyai
berat badan antara 103-115 kg walaupun rusa timor yang berada di penangkaran
mampu memiliki bobot sekitar 140 kg. Rusa jantan memiliki tanduk (ranggah)
yang bercabang. Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak jantan saat umur 8
bulan. Setelah dewasa, tanduk menjadi sempurna yang ditandai dengan
terdapatnya 3 ujung runcing. Tubuhnya ditumbuhi oleh rambut berwarna coklat
kemerah-merahan hingga abu-abu kecoklatan dengan bagian bawah perut dan
ekor berwarna putih (Gembiraloka.com)
Klasifikasi :
Rusa Timor (Cervus timorensis) di klasifikasikan dalam kindom sebagai berikut:
Filum : Kordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Sub Ordo : Ruminansia
Famili : Cervidae
Genus : Cervus
Spesies : Cervus timorensis.
C. Bioekologi Rusa Timor
Rusa timor (Cervus timorensis Blainville, 1822) merupakan salah satu dari
empat spesies rusa asli Indonesia, yakni rusa sambar, rusa bawean, dan muncak.
Satwa ini mempunyai ukuran tubuh yang kecil, tungkai pendek, ekor panjang, dahi
cekung, gigi seri relatif besar, dan bulu atau rambut berwarna coklat kekuning-
kuningan. Rusa jantan memiliki ranggah yang relatif besar, ramping, panjang dan
bercabang. Cabang yang pertama mengarah ke depan, cabang belakang kedua
terletak pada satu garis dengan cabang belakang pertama, cabang belakang kedua
lebih panjang dari cabang depan kedua, cabang belakang kedua kiri dan kanan
terlihat sejajar (Schroder 1976).
Rusa timor merupakan satwa asli Indonesia. Menurut Bemmel (1949) rusa
timor berasal dari Jawa, Kepulauan Sunda Kecil dan Malaka. Namun demikian
kalangan ahli lainnya menyatakan bahwa rusa timor hanya berasal dari Jawa dan
Bali (IUCN 2008). Dalam perkembangannya, rusa timor menyebar luas sampai ke
bagian timur wilayah Indonesia seiring dengan perpindahan manusia. Luasnya
penyebaran rusa timor terlihat dari banyaknya sub spesies yang dimiliki, yakni 8
sub-spesies. Menurut Bemmel (1949), penamaan sub-spesies ini didasarkan atas
daerah penyebarannya, yakni:
a. Cervus t. russa, terdapat di Jawa dan Kalimantan (S.E. Borneo).
b. Cervus t. laronesiotes, terdapat di Pulau Peucang.
c. Cervus t. renschi, terdapat di Bali.
d. Cervus t. timorensis, terdapat di Timor, Roti, Semau, Pulau Kambing, Alor,
Pantar, Pulau Rusa.
e. Cervus t. macassaricus, terdapat di Sulawesi, Banggai, Selayar.
f. Cervus t. jonga, terdapat di Pulau Buton dan Pulau Muna.
g. Cervus t. moluccensis, terdapat di Ternate, Mareh, Moti, Halmahera, Bacan,
Parapotan, Buru, Seram dan Ambon.
h. Cervus t. florensiensis, terdapat di Lombok, Sumbawa, Rinca, Komodo, Flores,
Adonara, Solor dan Sumba.
Berdasarkan kategori IUCN Red List, sejak tahun 2008 rusa timor termasuk
dalam kategori rentan (vulnerable). Sebelumnya rusa timor berstatus resiko
rendah/kurang perhatian (lower risk/least concern) sejak tahun 1996. Perubahan
status ini disebabkan total populasi asli rusa timor di daerah penyebaran aslinya
diperkirakan kurang dari 10.000 individu dewasa, dengan perkiraan penurunan
sekurangnya 10% selama tiga generasi sebagai akibat dari hilangnya habitat,
degradasi habitat, dan perburuan (IUCN 2008).
Di Indonesia, rusa timor termasuk jenis yang dilindungi berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan
dan Satwa. Namun demikian, rusa dapat dimanfaatkan melalui penangkaran
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang
Perburuan Satwaliar, dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pada tahun 1928-an, oleh pemerintah kolonal Belanda beberapa ekor rusa
timor dibawa ke luar habitat aslinya termasuk ke Papua. Rusa timor yang dibawa ke
Papua merupakan sub spesies dari rusa timor yang berasal dari Maluku (Rusa
timorensis moluccenssis Muller 1836). Pada habitat yang baru, rusa timor
berkembangbiak dengan pesat bahkan menjadi hama bagi penduduk di sekitarnya.
Semiadi (2006) mengatakan rusa timor di Kalimantan, berasal dari anak jenis rusa
timor di Nusa Tenggara Timur yang dibawa oleh tentara dari Timor Timur pada
tahun 1980-an.
D. Perilaku Rusa Timor (Cervus timorensis)
Tingkah laku hewan adalah ekspresi suatu hewan yang ditimbulkan oleh
semua faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar yang
berasal dari lingkungannya. Untuk praktisnya, tingkah laku dapat diartikan sebagai
gerak-gerik organisme. Sehingga perilaku merupakan perubahan gerak termasuk
perubahan dari bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau membeku, dan
perilaku hewan merupakan gerak-gerik hewan sebagai respon terhadap rangsangan
dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi lingkungannya.
Satwa liar memiliki berbagai perilaku dan proses fisiologi untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Dalam mempertahankan hidup, rusa
melakukan kegiatan-kegiatan yang agresif, melakukan persaingan, dan bekerjsama
untuk mendapat makanan, perlindungan, pasangan untuk kawin, reproduksi dan
sebagainya. Semua jenis rusa secara alami memiliki sifat yang selalu waspada. Pada
saat rusa terganggu, biasanya mata dan telinga tertuju pada sumber gangguan.
Semakin Rusa merasa terancam atau terganggu, maka kaki depan terlihat
dihentakkan ke tanah, bulu di sekujur tubuh berdiri, dan diakhiri dengan
mengeluarkan suara lengkingan sambil terus melarikan diri. Pada saat ketakutan,
rusa timor akan lebih suka melarikan diri dengan sikap kepala yang menyeruduk.
Rusa timor merupakan jenis hewan nocturnal (aktif pada malam hari).
terkadang mereka juga aktif pada siang hari, tergantung kondisi lingkungan dan
predator nya. Rusa jantan bersifat agresif, sedangkan betinanya tidak. Rusa jantan
akan berebut pasangan dengan pejantan lain saat musim kawin dengan mengadu
tanduk mereka. Yang terkuatlah yang akan mendapatkan betina dan kawin. Rusa
menandai daerah teritorinya dengan menggosok-gosokkan tanduk atau badannya
pada pohon, terkadang mereka juga mengencingi suatu pohon untuk menandai batas
teritorinya (Gembiraloka.com).
E. Tingkah Laku Makan (Ingestive)
Secara umum baik rusa timor jantan maupun betina melakukan aktivitas
ingestive (makan-minum) lebih banyak pada pagi dan sore hari, sedangkan pada
siang hari lebih banyak waktu digunakan untuk istirahat. Secara relatif ada
perbedaan alokasi waktu yang digunakan untuk aktivitas harian diantara rusa jantan
dan betina. Untuk aktivitas makan, terlihat rusa betina relatif menggunakan waktu
lebih lama dibanding rusa jantan baik pagi maupun sore hari, begitu pula untuk
aktivitas lainnya (Ishak, 1996).
Pada waktu merumput ini rusa akan lebih memilih hijauan yang paling
disukai disekitar areal tempat habitat rusa sampai batas tertentu, kemudian akan
kembali ketempat semula memilih jenis hijauan lainya. Rusa timor menyukai
hijauan berdaun lunak dan basah serta bagian yang muda seperti jenis legum dan
rumput-rumputan. Saat merumput terdapat rusa yang menjadi ketua rombongan
yaitu betina tua. Hal ini dikarenakan rusa betian lebih tanggap dalam memilih
rumput. Betina juga lebih tanggap terhadap bahaya luar dengan memberi tanda atau
isyarat kepada anggotanya dengan mengeluarkan suara atau berhenti sejenak
merumput. Jika telah aman betina akan menuntun kembali dalam merumput
(Wirdateti,et al.2000).
F. Tingkah Laku Sosial
Pada kondisi alam rusa timor merupakan hewan yang hidup berkelompok,
aktif pada siang dan malam hari. Jumlah kelompok rusa dapat mencapai ratusan ekor
apabila musim kawin. Rusa timor sangat sensitive pada keadaan. Tingkah laku
investigative merupakan tingkah laku waspada terhadap gangguan yang
mencurigakan, ditandai dengan menegakkan kepala tanpa bersuara serta
memandang lurus kesatu arah yang dianggap berbahaya. Rusa betina lebih tanggap
terhadap bahaya dan memberikan isyarat pada lainnya . Tingkah laku sosial rusa
timor lainnya adalah sulitnya mendekati rusa jantan apabila ranggah sudah matang.
Dalam hal ini rusa jantan menjadi lebih galak dan liar, jika didekati selalu ingin
menyerang. Pada musim kawin rusa liar akan bergabung dengan rusa yang
dipelihara. Rusa jantan akan beriringan dengan betina serta mengelilingi betina.
Untuk mendapatkan betina, rusa jantan berkelahi sampai muncul pemenang, dan
yang lemah akan tersingkir. Perkelahian berlangsung 3 jam, tergantung banyaknya
saingan. Setelah perkawinan selesai, maka rusa-rusa tersebut akan berkumpul dan
bermain seperti semula ( Wirdateti et.al.2000).
G. Tingkah Laku Harian Lainnya
Aktivitas istirahat biasanya dilakukan sebagai aktivitas yang menyelingi
aktivitas makan, yang dilakukan dengan berbaring di bawah pohon, semak atau
hutan sambil memamahbiak. Aktivitas ini juga dilakukan untuk berteduh dan
berlindung dari teriknya sinar matahari pada siang hari, untuk menjaga kestabilan
suhu tubuh. Aktivitas bergerak (movement) biasa dilakukan rusa untuk berpindah
dari satu tempat ke tempat lain, umumnya dari satu areal vegetasi ke areal vegetasi
lainnya untuk mencari makan, atau untuk mencari tempat berlindung yang lebih
aman akibat ada gangguan. Aktivitas membersihkan diri (grooming) biasanya
dilakukan antar induk betina dengan anak rusa, antara jantan dengan betina atau
bahkan dilakukannya sendiri disela-sela aktivitas makan dan istirahat. Grooming
biasa dilakukan rusa dengan cara menjilat-jilat bagian tubuhnya untuk
menghilangkan kotoran yang melekat di bagian tubuhnya ( Burhanudin Masy’ud
et.al. 2007).
H. Habitat Rusa
Habitat adalah suatu kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun
abiotik yang merupakan suatu kesatuan yang dipergunakan sebagai tempat hidup
serta berkembang biaknya satwa liar. Habitat dapat juga diartikan sebagai suatu
kesatuan tempat yang memiliki fungsi-fungsi bagi satwa untuk mendapatkan pakan,
air, perlindungan, tempat bermain dan berkembang biak. Kondisi habitat harus
mencakup luas dan kualitas yang sesuai dengan tuntutan hidup marga satwa. Habitat
yang sesuai untuk satu jenis belum tentu sesuai dengan jenis yang lain karena setiap
satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda. Rusa adalah satwa liar yang
memerlukan air setiap harinya untuk mandi dan berkubang (Susanto, 1980).
Habitat yang disukai rusa timor adalah hutan yang terbuka, padang rumput,
savana, semak, bahkan sering dijumpai juga pada aliran sungai (sumber air) dan
daerah yang berawa (Garsetiasih 1996). Hoogerwerf (1970), Semiadi dan Nugraha
(2004) serta IUCN (2008) mengatakan, apabila berada di padang rumput rusa
termasuk grasser sedangkan pada areal semak dan hutan, rusa merupakan browser.
Sebagai satwa herbivora, rusa timor mengkonsumsi berbagai jenis rumput, herba dan
buah-buahan yang jatuh atau berserakan di permukaan tanah. Rusa timor di SM
Pulau Menipo di NTT, memanfaatkan tegakan lontar dan hutan bakau sebagai
tempat beristirahat (Sutrisno 1993). Cover merupakan komponen habitat yang
mampu memberikan perlindungan dari cuaca, predator atau kondisi yang lebih baik
dan menguntungkan. Vegetasi merupakan cover penting dalam kehidupan satwa,
karena bukan hanya pakan saja yang termasuk didalamnya tetapi perlindungan
terhadap cuaca dan predator juga merupakan bagian dari vegetasi.
V. Metode Praktikum
1. Waktu Pelaksanaan
Hari : Jumat
Tanggal : Mei 2015
Tempat : Kebun Binatang Gembiraloka
Metode : Sampling
2. Alat dan Bahan
- Alat tulis (bolpoin)
- Lembar kegiatan pengamatan dengan metode sampling
- Kamera
3. Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan seperti lembar kegiatan metode sampling, kamera dan
bolpoin.
Satu orang praktikan melakukan dokumentasi dengan memotret kegiatan rusa
tersebut ketika sedang makan-minum, berdiri, berlari, berjalan, bersuara, dan saat
urinasi maupun defekasi.
Mengisi lembar kegiatan pengamatan pada setiap interval 5 menit pada kolom
sesuai dengan kegiatan rusa yang sedang berlangsung saat makan-minum, berjalan,
berlari, dsb.
Empat orang praktikan mengamati empat rusa antara lain rusa betina mengandung,
rusa jantan, rusa jantan kecil, rusa betina.
Empat orang praktikan mengamati empat rusa antara lain rusa betina mengandung,
BAB II
ISI
I. Hasil Pengamatan
Species : Rusa Timor
Species ID : Jantan
Waktu mulai : 09.35 WIB
Waktu selesai : 11.35 WIB
Waktu
(menit)
Perilaku Yang Diamati
Makan-
minum
(A)
Berbaring
(B)
Berdiri
(C)
Berjalan
(D)
Berlari
(E)
Bersuar
a (F)
Defekasi
(G)
Urinasi
(H)
5 V
10 V
15 V
20 V V
25 V
30 V
35 V
40 V
45 V
50 V
55 V
1:00 V V V
5 V
10 V
15 V
20 V
25 V V V V
30 V
35 V V
40 V
45 V
50 V V
55 V
2:00 V
Species : Rusa Timor
Species ID : Betina
Waktu mulai : 09.35 WIB
Waktu selesai : 11.35 WIB
Waktu
(menit)
Perilaku Yang Diamati
Makan-
minum
(A)
Berbaring
(B)
Berdiri
(C)
Berjalan
(D)
Berlari
(E)
Bersuar
a (F)
Defekasi
(G)
Urinasi
(H)
5 V
10 V
15 V
20 V
25 V
30 V
35 V
40 V
45 V V
50 V
55 V
1:00 V V
5 V
10 V
15 V
20 V V
25 V V V V
30 V
35 V
40 V
45 V
50 V
55 V V
2:00 V
Species : Rusa Timor
Species ID : Kecil Tidak Bertanduk
Waktu mulai : 09.35 WIB
Waktu selesai : 11.35 WIB
Waktu
(menit)
Perilaku Yang Diamati
Makan-
minum
(A)
Berbaring
(B)
Berdiri
(C)
Berjalan
(D)
Berlari
(E)
Bersuar
a (F)
Defekasi
(G)
Urinasi
(H)
5 V
10 V V
15 V V
20 V
25 V
30 V V
35 V V V
40 V V V V
45 V V V
50 V V
55 V V
1:00 V V V
5 V V V
10 V V V
15 V V V
20 V
25 V V
30 V V V V
35 V V
40 V V
45 V V
50 V V
55 V V V
2:00 V
Spesies : Rusa Timor
Spesies ID : Betina mengandung
Waktu mulai : 09.35 WIB
Waktu selesai : 11.35 WIB
Waktu
(menit)
PERILAKU YANG DIAMATI
Makan –
Minum
(A)
Berbaring
(B)
Berdiri
(C)
Berjalan
(D)
Berlari
(E)
Bersuara
(F)
Urinasi –
Defekasi
(G)
5 ✔
10 ✔
15 ✔
20 ✔
25 ✔
30 ✔
35 ✔
40 ✔
45 ✔
50 ✔
55 ✔
1:00 ✔
5 ✔ ✔
10 ✔ ✔
15 ✔ ✔
20 ✔ ✔ ✔ ✔
25 ✔ ✔
30 ✔ ✔ ✔
35 ✔ ✔
40 ✔ ✔
45 ✔ ✔
50 ✔
55 ✔
2:00 ✔
II. Pembahasan
Praktikum etologi yang dilakukan merupakan pengamatan perilaku harian Rusa
Timor ( Cervus tomorensis). Pengamatan dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka pada
hari Jumat, 1 Mei 2015 pukul 09.00 – 12.00 WIB. Pengamatan yang dilakukan
menggunakan teknik scan sampling dimana praktikum menggunakan 4 individu Rusa
Timor sebagai objek pengamatan. Rusa tersebut adalah rusa jantan, rusa betina, rusa muda
((kecil tidak bertanduk) dan rusa gemuk (hamil). Dalam kegiatan ini, praktikan mengamati
perilaku harian Rusa Timor yaitu perilaku makan – minum, berbaring, berdiri, berjalan,
berlari, bersuara, urinasi dan defekasi.
1. Perilaku makan – minum
Perilaku makan – minum merupakan aktivitas dimana rusa memamah biak
serta memasukkan makanan dan minuman ke dalam mulut mereka. Di tempat
pengamatan terdapat dua jenis makanan yaitu rumput dan ransum (dedak). Berikut
adalah grafik perilaku makan – minum Rusa Timor :
Jantan Betina Kecil (tdk bertanduk) Gemuk0
20
40
60
80
100
120
Perilaku Makan-minum
Perilaku Makan-minum
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa rusa gemuk (hamil) melakukan
aktivitas makan – minum yang paling tinggi, diikuti oleh rusa jantan, rusa betina, dan
rusa muda. Jenis makanan yang paling banyak dimakan oleh empat rusa tersebut
adalah rumput sedangkan ransum (dedak) hanya sebagai makanan pendamping. Hal
ini sesuai dengan riset yang telah dilakukan oleh Wulandari (2011), yang menyatakan
bahwa rata –rata rusa mengkonsumsi rumput sebanyak 20,9 kg per hari, sedangkan
ransum (dedak) hanya 2,4 kg per hari.
Menurut Takatsuki (1980), perilaku makan seekor rusa akan berbeda
berdasarkan komposisi pakan dan perbedaan tipe habitat. Pakan utama rusa adalah
rumput dan daun –daunan yang mengandung protein dan energi. Sedangkan ransum
( dedak) ditambahkan pada makanan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan gizi rusa
tersebut. Rusa gemuk (hamil) paling banyak melakukan aktivitas makan – minum
karena individu tersebut harus memenuhi kebutuhan gizi untuk janin yang ada pada
rahim induk tersebut.
Ukuran tubuh mempengaruhi aktivitas makan – minum. Pada rusa dewasa,
proses metabolisme sel tubuhnya berjalan lebih tinggi sehingga untuk dapat
memenuhi kebutuhan sel tubuh dalam bermetabolisme rusa dewasa lebih banyak
makan. Kapasitas lambung rusa juga berperngaruh pada tingginya perilaku makan.
Semakin dewasa kapasitas lambung rusa akan semakin besar sehingga jumlah
makanan yang dikonsumsi lebih banyak.
2. Perilaku berbaring
Perilaku berbaring merupakan aktivitas beristirahat dengan duduk – duduk
dan berbaring pada tanah atau di bawah pohon yang teduh. Aktivitas isritahat dengan
berbaring ini biasanya dilakukan sebagai aktivitas yang menyelingi aktivitas makan,
yang dilakukan dengan berbaring dibawah pohon, semak, dan hutan sambil
memamahbiak. Berikut ini adalah grafik perilaku berbaring yang dilakukan oleh
empat individu Rusa Timor yang telah diamati :
Jantan Betina Kecil (tdk bertanduk) Gemuk0
2
4
6
8
10
12
14
Perilaku Berbaring
Perilaku Berbaring
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa rusa dewasa (rusa jantan, rusa betina,
dan rusa gemuk/hamil) melakukan aktivitas berbaring yang tertinggi, sedangkan rusa
muda melakukan aktivitas berbaring dengan intensitas yang rendah.
Menurut Masy’ud (2007), aktivitas berbaring dilakukan untuk berteduh dan
berlindung dari teriknya sinar matahari pada siang hari, dan untuk menjaga kestabilan
suhu tubuh. Pada saat dilakukan pengamatan, aktivitas berisitirahat dengan berbaring
dan duduk banyak dilakukan pada siang hari dimana saat itu sedang hujan. Hal itu
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Masy’ud dimana aktivitas beristirahat
dengan berbaring dilakukan untuk menlindungi diri dari cuaca dan menstabilkan suhu
tubuh.
3. Perilaku berdiri
Perilaku berdiri merupakan aktivitas dimana rusa berdiam diri di
tempatnya. Perilaku ini biasanya dilakukan rusa jika ada sesuatu yang mencurigakan
bagi rusa seperti gerakan, bau, dan suara yang muncul akibat aktivitas manusia atau
hal – hal lain. Berikut adalah grafik perilaku berdiri Rusa Timor :
Jantan Betina Kecil (tdk bertanduk) Gemuk0
10
20
30
40
50
60
70
Perilaku Berdiri
Perilaku Berdiri
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa persentase tertinggi perilaku berdiri
dilakukan oleh rusa muda, kemudian diikuti oleh rusa betina, rusa gemuk (hamil) dan
yang terakhir adalah rusa jantan.
Menurut Masy’ud (2007), perilaku berdiri ditandai dengan sikap
menghentikan aktivitas yang dilakukannya kemudian diam beberapa saat sambil
menunjukkan sikap waspada memperhatikan sumber yang mencurigakan atau yang
mengganggu tersebut. Sikap waspada dan curiga tersebut juga biasa ditunjukkan
apabila ada gangguan pada saat sedang berpindah tempat, yakni diam sesaat untuk
memastikan gangguan atau ada tidaknya ancaman untuk kemudian bergerak kembali
ke tempat yang aman.
Rusa muda melakukan aktivitas berdiri paling tinggi dibanding rusa – rusa
yang lain. Hal ini diduga karena waktu hidup yang masih pendek ( usia hidup masih
muda) sehingga rusa muda tersebut masih dalam masa beradaptasi dengan lingkungan
Kebun Binatang Gembira Loka yang sering dipenuhi pengunjung serta aktivitas
hewan – hewan yang lain . Suara serta aktivitas pengunjung dan hewan lain masih
dianggap sebagai ancaman atau gangguan bagi rusa muda sehingga individu tersebut
lebih waspada dan sering melakukan aktivitas berdiri.
4. Perilaku berjalan
Perilaku berjalan merupakan aktivitas rusa berpidah tempat dari tempat
sumber makanan menuju tempat beristirahat (berbaring) atau sebaliknya. Berikut ini
adalah grafik perilaku berjalan Rusa Timor :
Jantan Betina Kecil (tdk bertanduk) Gemuk0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Perilaku Berjalan
Perilaku Berjalan
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa perilaku bergerak dengan berjalan
paling banyak dilakukan oleh rusa gemuk (hamil), kemudian diikuti oleh rusa muda,
rusa jantan dan yang paling rendah adalah rusa betina.
Menurut Wulandari (2007), perilaku bergerak dengan berjalan biasa
dilakukan rusa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, umumnya dari
satu areal vegetasi ke areal vegetasi lainnya untuk mencari makan, atau untuk mencari
tempat berlindung yang lebih aman akibat adanya gangguan.
Perilaku begerak dengan berjalan paling banyak dilakukan oleh rusa gemuk
(hamil) dan rusa muda. Kondisi tersebut sesuai dengan teori yang telah dikemukakan.
Rusa gemuk (hamil) memerlukan lebih banyak asupan makanan karena individu
tersebut harus memebuhi kebutuhan gizi dan energi janin yang ada pada rahimnya,
sehingga rusa gemuk banyak melakukan aktivitas berjalan mengelilingi area kandang
untuk mencari makan berupa rumput dan dedaunan. Sedangkan pada rusa muda,
individu tersebut banyak melakukan aktivitas berjalan diduga sebagai suatu respon
dari proses adaptasi terhadap lingkungan, aktivitas hewan lain, serta gerakan
pengunjung Kebun Binatang Gembira Loka. Rusa muda masih menganggap suara dan
gerakan dari hewan serta pengunjung kebun binatang sebagai sebuah ancaman
gangguan, serta individu tersebut cenderung banyak berjalan menuju area yang lebih
aman dan jauh dari jangkauan manusia dan hewan lain.
5. Perilaku Berlari
Aktivitas berlari adalah salah satu contoh perilaku bergerak dari Rusa
Timor selain berjalan dan mendatangi pakan (untuk makan). Aktivitas berlari pada
Rusa Timor dapat diartikan sebagai suatu aktivitas berpindah tempat dengan
menggunakan keempat tungkai yang dilakukan dengan irama yang lebih cepat dari
aktivitas berjalan. Dalam interval waktu pengamatan yang telah ditentukan, ada rusa
timor yang berlari, namun ada juga yang sama sekali tidak berlari. Hasil analisis
menunjukkan rata-rata frekuensi relatif dari perilaku berlari yang dilakukan oleh rusa
timor berbeda-beda setiap individunya, yaitu rusa jantan, rusa betina dan rusa kecil
(tidak bertanduk) 0% (tidak berlari sama sekali selama interval waktu pengamatan).
Sedangkan rusa gemuk melakukan aktivitas berlari (4,17%).
Jantan Betina Kecil (tdk bertanduk) Gemuk0
0.51
1.52
2.53
3.54
4.5
Perilaku Berlari
Aktivitas berlari dilakukan rusa gemuk ketika akan makan atau minum.
Menurut Novriyanti (2011), aktivitas berjalan/berlari menuju tempat pakan atau
minum dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang cukup tinggi dan sebagai salah satu
bentuk adaptasi tingkah laku terhadap perubahan suhu pada pagi, siang, dan sore hari
serta suatu mekanisme untuk mengimbangkan suhu tubuh dengan lingkungan.
Kondisi kebun binatang memang cukup panas, mengingat saat itu pengamatan
dilakukan siang hari sekitar pukul 09.35 sampai 11.35 WIB.
Aktivitas bersuara jarang dilakukan rusa timor. Saat pengamatan hanya
terdengar satu atau dua kali suara rusa timor. Hasil analisis menunjukkan rata-rata
frekuensi relatif aktivitas bersuara yang dilakukan oleh rusa timor jantan dan rusa
gemuk 0%, sedangkan rusa betina dan rusa kecil (tidak bertanduk) 4,17%.
Jantan Betina Kecil (tdk bertanduk)
Gemuk0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Perilaku Bersuara
Aktivitas defekasi dan urinasi jarang dilakukan oleh rusa timor. Hasil
pengamatan menunjukkan tidak semua spesies atau individu melakukan defekasi atau
urinasi. Kadang ada individu yang melakukan defekasi atau urinasi saja, atau
keduanya, namun tidak secara bersamaan.
Jantan Betina Kecil (tdk bertanduk) Gemuk0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Defekasi
Hasil analisis menunjukkan rata-rata frekuensi relatif defekasi yang
dilakukan oleh rusa timor jantan, betina, kecil (tidak bertanduk) dan gemuk adalah
4,17%. Feses yang terlihat saat defekasi berbentuk bulat. Saat pengamatan dilakukan,
ketika rusa timor sedang berkumpul makan bersama, tampak ada satu rusa yang
berhenti makan, kemudian menjauh sedikit dari kerumunan makan, lalu berdiri saja
dan melakukan defekasi. Setelah cukup, ia akan kembali masuk kerumunan untuk
makan. Begitupula saat urinasi, mereka akan keluar dari kerumunan makan, menjauh
sedikit, baru kemudian melakukan urinasi. Hasil analisis menunjukkan rata-rata
frekuensi relatif urinasi yang dilakukan oleh rusa timor jantan, kecil (tidak bertanduk),
dan rusa gemuk sama yaitu 4,17%. Sedangkan rusa betina 0%.
Jantan Betina Kecil (tdk bertanduk) Gemuk0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Urinasi
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. jenis aktivitas keseharian rusa timor ( Cervus Timorensis ) yaitu:
makan-minum, minum, berbaring, berdiri, berjalan, berlari, bersuara, defekasi dan
urinasi.
2. perilaku atau jenis aktifitas rusa timor yang dominan adalah aktifitas makan. Jenis
makanan yang paling banyak dimakan adalah rumput sedangkan ransum (dedak)
hanya sebagai makanan pendamping.
Daftar Pustaka
Burhanuddin Masy’ud, Ricky Wijaya dan Irawan Budi Santoso. 2007. Pola
Distribusi, Populasi, dan Aktivitas Harian Rusa Timor (Cervus timorensis)
di Taman Nasional Bali Barat.
Garsetiasih R. 1996. Studi habitat dan pemanfaatannya bagi rusa (Cervus
timorensis) di Taman Wisata Alam Pulau Menipo Nusa Tenggara Timur
[tesis]. Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hoogerwerf A. 1970. Ujung Kulon: the land of the last Javan Rhinos. Part V. The
Javan Deer. Leiden E. J. Brill.
Ishak M. 1996. Analisis Pola Penggunaan Waktu Populasi Rusa Jawa (Cervus
timorensis) Menurut Jenis Kelamin dan Kelas Umur di Pulau Rinca Taman
Nasional Komodo. Skripsi Bogor, Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Reserves. 2008.
The Redlist of Threathened Species. http://www.iucnredlist.org.
Novriyanti. (2011). Kajian manajemen penangkaran, tingkat konsumsi, palatabilitas
pakan, dan aktivitas harian trenggiling (Manis javanica) di penangkaran
UD. Multi Jaya Abadi (Skripsi). Depatemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Semiadi G, RTP Nugraha. 2004. Panduan pemeliharaan rusa tropis. Pusat
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.
Susanto, M. 1980. Habitat dan Tingkah Laku Satwa Liar. Kerjasama antara
Training School for Animal Management (ATA, 1980) dan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Wirdateti dan Muhammad Mansyur. 2000. Pengamatan Tingkah Laku Rusa Timor
(Cervus timorensis) di PT Kuala Tembaga. Jurnal Penelitian Animal
Production Vol. 7 : 121-126.
http://gembiralokazoo.com/collection/rusa-timor.html#sthash.o5Wi3H8m.dpuf