laporan pendahuluan gangguan kornea

26
Laporan Pendahuluan Ulkus Kornea A. Konsep Dasar 1. Anatomi dan Fisiologi Kornea merupakan membran pelindung dan ‘jendela’ yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola mata. Kelengkungannya lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya. Perbatasan antara kornea dan sklera disebut sebagai limbus (ditandai dengan adanya sulkus yang dangkal– sulkus sklera). Kornea terdiri dari 3 lapisan yaitu epitel, substansi propria atau stroma dan endotel. Diantara epitel dan stroma terdapat lapisan atau membran Bowman dan diantara stroma dan endotel terdapat membran descemet. Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea

Upload: rai-sriyanti

Post on 09-Jul-2016

240 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

Laporan Pendahuluan

Ulkus Kornea

A.  Konsep Dasar

1.    Anatomi dan Fisiologi

Kornea merupakan membran pelindung dan ‘jendela’ yang dilalui berkas cahaya menuju

retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola mata. Kelengkungannya

lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya. Perbatasan antara kornea dan sklera

disebut sebagai limbus (ditandai dengan adanya sulkus yang dangkal– sulkus sklera). Kornea

terdiri dari 3 lapisan yaitu epitel, substansi propria atau stroma dan endotel. Diantara epitel

dan stroma terdapat lapisan atau membran Bowman dan diantara stroma dan endotel terdapat

membran descemet.

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam

tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada

persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm

di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior,

kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan

epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan

endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa

cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu

sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga

penderita akan melihat halo.

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1.    Lapisan epitel

a.         Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;

satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

b.        Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis

sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel

basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;

ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

c.         Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan

akan menghasilkan erosi rekuren.

d.        Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2.    Membran Bowman

Page 2: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

a.         Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun

tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

b.        Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3.    Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya,

Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini

bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang

sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak

diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen

dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4.    Membran Descement

a.         Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel

endotel dan merupakan membrane basalnya.

b.        Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

5.    Endotel

a.         Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm. Endotel melekat

pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.

b.        Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf

nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma

kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause

untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah

limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

2.    Definisi

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian jaringan

kornea. (Arif mansjoer, DKK,).

Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat

supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari

epitel sampai stroma. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat

Page 3: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

kematian jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan

cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel,

perforasi, endoftalmitis.

3.    Etiologi

Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam

penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Ulkus kornea merupakan hilangnya

sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus biasanya terbentuk

akibat infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur

virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba, selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi

toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler. Kekurangan vitamin A atau protein,

mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea).

Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan

iritasi akibat lensa kontak.

Penyebab ulkus kornea antara lain sebagai berikut :

1.      Infeksi bakteri

Bakteri yang sering menyebabkan ulkus kornea adalah Streptokokus alfa hemolitik,

Stafilokokus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas aeroginosa, Nocardia asteroids,

Alcaligenes sp, Streptokokus anaerobic, Streptokokus beta hemolitik, Enterobakter hafniae,

Proteus sp, Stafilokokus epidermidis, infeksi campuran Erogenes dan Stafilokokus aureus.

2.      Infeksi jamur

Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis

fungoides.

3.      Infeksi virus

4.      Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat

diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.

Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.

Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

5.      Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan

atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.

6.      Lagophtalmus akibat parese N. VII dan N.III

7.      Trauma yang merusak epitel kornea 1,2

8.      Idiopatik

Page 4: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

Misalnya: Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi

kornea, dengan bagian tepinya bergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan

perforasi

Faktor penyebabnya antara lain:

a.       Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan

saluran lakrimal), dan sebagainya

b.      Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa

kontak, luka bakar pada daerah muka

c.       Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis

(pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis

neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.

d.      Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom

defisiensi imun. bat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid,

IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif1.

4.    Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala Ulkus Kornea yang mungkin timbul:

a.         Bintik bulat berwarna putih atau abu-abu pada kornea

b.        Mata berair (epifora)

c.         Mata yang gatal

d.        Nyeri mata

e.         Pembengkakan kelopak mata

f.          Pembuluh darah yang bengkak atau melebar pada bagian putih mata, yang menyebabkan

mata terlihat merah (mata merah)

g.         Penglihatan kabur

h.        Sensitif terhadap cahaya

Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung dari

penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang ekstrirn oleh karena

paparan terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi

kornea menimbulkan rasa sakit dan fotopobia. Rasa sakit mi diperhebat oleh gesekan

palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena

kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea

umumnya agak mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat. Fotopobia pada

penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh darah Ms

Page 5: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Fotopobia yang

berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi

pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berairmata dan

fotopobia umunnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada

ulkus bakteri purulen.

Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel yang

nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda uveitis anterior seperti

miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan kemerahan pada mata. Refleks axon

berperan terhadap pembentukan uveitis, stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan

pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan

terhadap bola mata biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan

konjungtiva, injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus

konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan opasitas

kornea berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan batas yang tegas.

Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis dan hipopion.

5.    Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan

pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan

tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.

Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan

yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan

gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.

Patologi ulkus kornea tanpa perforasi dibagi dalam 4 Fase :

a.       Fase Infiltrasi Progresif

Karakteristik dari tingkat ini aialah infiltrasi sel – sel PMN dan atau limfosit ke dalam epitel

dari sirkulasi perifer. Selanjutnya dapat terjadi nekrosis dari jaringan yang terlibat bergantung

virulensi agen dan pertahanan tubuh host.

b.      Fase Ulserasi Aktif

Ulserasi aktif merupakan hasil dari nekrois dan pengelupasan epitel, membran Bowman, dan

stroma yang terlibat. Selama fase ulserasi aktif terjadi hiperemia yang mengakibatkan

akumulasi eksudat purulen di kornea. Jika organisme penyebab virulensinya tinggi atau

pertahanan tubuh host lemah akan terjadi penetrasi yang lebih dalam selama fase ulserasi

aktif.

Page 6: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

c.       Fase Regresi

Regresi ditimbulkan oleh sistem pertahanan natural (antibodi humoral dan pertahanan seluler)

dan terapi yang memperbesar respon host normal. Garis batas yang merupakan kumpulan

leukosit mulai timbul di sekitar ulkus, lekosit ini menetralisir bahkan memfagosit organisme

debris seluler. Proses ini disertai vaskularisasi superfisial yang yang meningkatkan respon

imun humoral dan seluler. Ulkus mulai menyembuh dan epitel mulai tumbuh dari tepi ulkus.

d.      Fase Sikatrisasi

Pada fase ini penyembuhan berlanjut dengn epitelisasi progresif yang membentuk sebuah

penutup permanen. Di bawah epitel baru terbentuk jaringan fibrosa yang sebagain berasal

dari fibroblas kornea dan sebagian lagi berasal dari sel endotel pembuluh darah baru. Stroma

menebal dan mendorong permukaan epitel ke anterior. Derajat sikatrik bervariasi, jika ulkus

sangat superfisial dan hanya melibatkan epitel maka akan menyembuh sempurna tanpa bekas.

Jika ulkus melibatkan memran Bowman dan sedikit lamela stroma superficial maka akan

terbentuk sikatrik yang disebut “nebula”. Apabila ulkus melibatkan hingga lebih dari

sepertiga stroma akan membentuk “makula”dan “leukoma”.

6.      Klasifikasi

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu :

a.    Ulkus Kornea Sentral

1.      Ulkus Kornea Bakterialis

         Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea

(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus

yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena

eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

         Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai

infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan

terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat

hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

         Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini

dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat

mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna

Page 7: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus

ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.

         Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus

akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik

yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna

kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung

dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak

selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan

dakriosistitis.

2.      Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah

trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih

dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat

penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal

penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-

kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak

lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.

Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

3.      Ulkus Kornea Virus

         Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu.

Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel

kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat

subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan

dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang

lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya

disertai dengan infeksi sekunder.

         Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex

dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang

kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk

dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian

menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil,

ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.

4.      Ulkus Kornea Acanthamoeba

Page 8: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan

fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat

perineural.

b.    Ulkus Kornea Perifer

      Ulkus Marginal

Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat

juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat

dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan

dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang

konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada

beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif;

penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan

fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus

yang sejajar dengan limbus.

Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi

dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya.

Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektif

      Ulkus Mooren

Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren

terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak

teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan

autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh

permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.

Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan

keratoplasti.

      Ring Ulcer

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk

melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul

perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring

ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.

Perjalanan penyakitnya menahun.

7.      Pemeriksaan Penunjang

a.       Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan )

Page 9: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

b.      Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg

c.       Pemeriksaan oftalmoskopi

d.      Pemeriksaan Darah lengkap, LED

e.       Pemeriksaan EKG

f.       Tes toleransi glukosa

8.      Penatalaksanaan

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar

tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung

penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur,

sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila

mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan

perlunya obat sistemik.

1.        Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

      Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

      Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

      Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan

mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

      Berikan analgetik jika nyeri

2.        Penatalaksanaan medis

a.    Pengobatan konstitusi

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari

normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang

baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B

kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak

sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril

yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan

akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan

bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.

b.    Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil

apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus

diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus

segera dihilangkan.

Page 10: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

Infeksi pada mata harus diberikan :

1.    Sulfas atropine sebagai salap atau larutan, Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja

lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

      Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

      Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

      Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

      Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan

keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga

sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior

yang baru

2.    Skopolamin sebagai midriatika.

3.    Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi jangan

sering-sering.

Paracetamol and ibuprofen dapat menghilangkan rasa sakit dan mengurangi edem.4 Atau

dapat pula diberikan tetes mata pantokain atau tetrakain

4.    Antibiotik

Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan

sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak

diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan

erosi kornea kembali.

a.       Antibiotik topikal

Terapi inisial (sebelum didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas) hendaknya diberikan

antibiotik spektrum luas. Dianjurkan tetes mata gentamycin (14 mg/ml) atau tobramycin

(14mg/ml) bersama dengan cephazoline (50mg/ml), setiap setengah hingga satu jam untuk

beberapa hari pertama kemudian dikurangi menjadi per dua jam . Setelah respon yang

diinginkan tercapai, tetes mata dapat diganti dengan Ciprofloxacin (0.3%), Ofloxacin (0.3%),

atau Gatifloxacin (0.3%).

b.      Antibiotik sistemik

Biasanya tidak diperlukan. Akan tetapi, cephalosporine dan aminoglycoside atau oral

ciprofloxacin (750 mg dua kali sehari) dapat diberikan pada kasus berat dengan perforasi atau

jika sklera ikut terkena.

5.    Anti jamur

Page 11: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang

tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :

           Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml,

Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole

           Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol

           Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

           Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotik

6.    Anti Viral

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk

mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik

bila terdapat indikasi.

Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.

Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi

pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap

perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih

tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.

c.    Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :

1.      Kauterisasi

           Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat 20.

           Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan

instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus

sampai berwarna keputih-putihan.

2.      Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan

dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung

antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva,

dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus

dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat

penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine,

antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila

perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :

Page 12: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

         Iridektomi dari iris yang prolaps

         Iris reposisi

         Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

         Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti ulkus

biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma

adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

3.      Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi

keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang

menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

           Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

           Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

           Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia

3.        Tindakan bedah meliputi

a.       Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membrane Bowman

b.      Tissue adhesive atau graft amnion multilayer

c.       Flap konjungtiva

d.      Patch graft dengan flap konjungtiva

e.       Keratoplasti tembus

f.       Fascia lata graft

9.      Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

a.       Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

b.      Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis

c.       Prolaps iris

d.      Sikatrik kornea

e.       Katarak

f.       Glaukoma sekunder

B.  Konsep Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a.    Aktifitas istirahat

Page 13: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

Gejala : perubahan aktifitas sehubungan dengan gangguan penglihatan

Gangguan istirahat karena nyeri dan ketidaknyamanan.

b.    Intregitas ego

Kecemasan tentang status kesehatan  dan tindakan pengobatan.

c.    Neurosensor

Gejala: gangguan penglihatan, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap

tentang penglihatan perifer dan lakrimasi.

Tanda: kornea keruh, iris, dan pupil tidak kelihatan serta peningkatan air mata.

d.   Keamanan

Terjadi trauma karena penurunan penglihatan.

e.    Nyeri

Gejala;: ketidak nyamanan ringan, mata berair dan merak, myeri berat disertai tekanan pada

sekitar bola mata dan menyebabkan sakit kepala.

f.     Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga glukoma, DM, gangguan sustem vaskuler, riwayat stress, alergi,

ketidak seimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,polusi, steroid.

g.    Rencana pemulangan

Memerlukan bantuan tranportasi, penyediaan makanan, perawatan diri, pemeliharaan rumah.

(Doenges, 2000)

h.    Pemeriksaan Fisik

1.      Insfeksi

Amati :

      Kelopak mata .Apakah ada bengkak, benjolan,ekimosis,ekstropion, entropion,pseudoptosis

dan kelainan kelopak mata lainnya.

      Konjungtiva. Apakah warnanya lebih pucat dari warna normalnya merah muda pucat

mengkilat. Apakah ada kerehanan / pus mungkin karena alergi / konjungtivitis

      Sclera. Apakahapakah ikterik atau unikterik, adanya bekas trauma

      Iris. Apakah ada ke abnormalan seperti iridis, atropi (pada DM, glaucoma, ishkemi,lansia) dll

      Kornea. Apakah ada arkus senilis (cincin abu – abu dipinggir luar kornea),edema/ keruh

/menebalnya kornea atau adanya ulkus kornea.

      Pupil. Apakah besarnya normal (3-5 mm/ isokor), atau amat kecil (pin point), miosis (< 2

mm), midriasis (>5mm)

      Lensa. Apakah warnanya jernih (normal), atau keruh (katarak)

2.      Palpasi

Page 14: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

Setelah inspeksi, lakukan palpasi pada mata dan struktur yang berhubungan. Digunakan

untuk menentukan adanya tumor. Nyeri tekan dan keadaan tekanan intraokular (TIO). Mulai

dengan palpasi ringan pada kelopak mata terhadap adanya pembengkakan dan kelemahan.

Untuk memeriksa TIO dengan palpasi, setelah klien duduk dengan enak, klien diminta

melihat ke bawah tanpa menutup matanya. Secara hati – hati pemeriksa menekankan kedua

jari telunjuk dari kedua tangan secara bergantian pada kelopak atas. Cara ini diulangi pada

mata yang sehat dan hasilnya dibandingkan. Kemudian palpasi sakus lakrimalis dengan

menekankan jari telunjuk pada kantus medial. Sambil menekan, observasi pungtum terhadap

adanya regurgitasi material purulen yang abnormal atau airmata berlebihan yang merupakan

indikasi hambatan duktus nasolakrimalis.

2.      Diagnose Keperawatan

1.      Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatan

2.      Nyeri b.d trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau pemberian tetes mata

dilator

3.      Risiko cedera b.d kerusakan penglihatan

4.      Ketakutan atau ansietas b.d kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai

perawatan pasca operatif, pemberian obat

5.      Potensial terhadap kurang perawatan diri b.d dengan kerusakan penglihatan

6.      Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit.

3.      Intervensi

1.      Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatan

Tujuan: Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan

Kriteria hasil :

           Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan

           Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat

Intervensi:

a.       Perkenalkan pasien dengan lingkungannya

b.      Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak mengalami gangguan

c.       Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan ansietas

d.      Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas

e.       Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang

Page 15: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

2.      Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau

pemberian tetes mata dilator.

Intervensi :

a.       Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep

b.      Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul

c.       Kurangi tingkat pencahayaan

d.      Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat

3.      Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan

Intervensi :

a.       Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil

b.      Orientasikan pasien pada ruangan

c.       Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperlukan

d.      Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma

e.       Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata

4.      Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman

mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat.

Intervensi :

a.       Kaji derajat dan durasi gangguan visual

b.      Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru

c.       Jelaskan rutinitas perioperatif

d.      Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu

e.       Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.

5.      Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan

Intervensi :

a.         Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala, komplikasi yang

harus segera dilaporkan pada dokter

b.        Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai teknik yang

benar dalam memberikan obat

c.         Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan

d.        Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan

6.      Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit

Tujuan: Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya

Page 16: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea

Kriteria hasil:

      Pasien memahami instruksi pengobatan

      Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan

Intervensi:

a.       Beritahu pasien tentang penyakitnya

b.      Ajarkan perawatan diri selama sakit

c.       Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan

keluarga

d.      Diskusikan gejala-gejala terjadinya kenaikan TIO dan gangguan penglihatan

4.      Implementasi

Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan

tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan

dan mencapai tujuan yang diharapkan.

5.      Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan

tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan

pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya

Daftar Pustaka

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan

pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta, 2000

Dwi Ruly.2013. Asuhan Keperawatn Ulkus Kornea.

http://ruliiyyhealthylife.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-ulkus-

kornea.html .diakses pada tanggal 31 mei 2014 pukul 20.00 WIB.

Shafariyah.2011. Ulkus Kornea.

http://shafamedica.wordpress.com/2011/12/17/ulkus-kornea/ . diakses pada tanggal 31 mei

2014 pukul 20.00 WIB.

Nanika.2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Gangguan Kornea (Ulkus / Ulserasi

kornea).http://naa-nanika.blogspot.com/2011/09/laporan-pendahuluan-asuhan-

keperawatan.html. diakses pada tanggal 31 mei 2014 pukul 20.00 WIB.

Page 17: Laporan Pendahuluan Gangguan Kornea