lp ulkus kornea

22
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH ULKUS KORNEA 1.1 KONSEP DASAR A. Anatomi Fisiologi Kornea merupakan membran pelindung dan ‘jendela’ yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola mata. Kelengkungannya lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya. Perbatasan antara kornea dan sklera disebut sebagai limbus (ditandai dengan adanya sulkus yang dangkal– sulkus sklera). Kornea terdiri dari 3 lapisan yaitu epitel, substansi propria atau stroma dan endotel. Diantara epitel dan stroma terdapat lapisan atau membran Bowman dan diantara stroma dan endotel terdapat membran descemet. Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo. Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

Upload: astut-de-luphe

Post on 16-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

lp ulkus kornea

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH ULKUS KORNEA

1.1 KONSEP DASARA. Anatomi FisiologiKornea merupakan membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola mata. Kelengkungannya lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya. Perbatasan antara kornea dan sklera disebut sebagai limbus (ditandai dengan adanya sulkus yang dangkal sulkus sklera). Kornea terdiri dari 3 lapisan yaitu epitel, substansi propria atau stroma dan endotel. Diantara epitel dan stroma terdapat lapisan atau membran Bowman dan diantara stroma dan endotel terdapat membran descemet.Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:1.Lapisan epitela) Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.b) Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.c) Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.d) Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2.Membran Bowmana) Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.b) Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.3.Jaringan StromaTerdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.4.Membran Descementa) Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.b) Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.5.Endotela) Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.b) Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.B. PengertianUlkus kornea adalah suatu infiltrate pada kornea dengan kerusakan permukaan diatas infiltrate pada kornea, pada umumnya didapati lakrimasi infeksi silias (Mansjoer, 1999). Ulkus kornea yaitu nekrose pada jaringan karena akibat trauma (radang) yang terdapat dipermukaan atau menyusup kejaringan yang lebih dalam (C.Long, 1999). Tukak/Ulkus karena merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea (Ilyas, 1999). Ulkus kornea adalah luka yang terdapat terjadi akibat infeksi kornea (Smiltzer, 2001). Ulkus kornea adalah tukak selaput bening mata (Remair, 2002). Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi, endoftalmitis.C. KlasifikasiBerdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu :1. Ulkus Kornea Sentrala) Ulkus Kornea BakterialisUlkus Streptokokus :Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.Ulkus Stafilokokus: Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.Ulkus Pseudomonas: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.Ulkus Pneumokokus: Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.b) Ulkus Kornea FungiMata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.c) Ulkus Kornea Virus Ulkus Kornea Herpes Zoster: Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder. Ulkus Kornea Herpes simplex :Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.d) Ulkus Kornea AcanthamoebaAwal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.2. Ulkus Kornea Perifera) Ulkus MarginalUlkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus.Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektifb) Ulkus MoorenMerupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti.c) Ring UlcerTerlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.

D. EtiologiPenyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus biasanya terbentuk akibat infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba, selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler. Kekurangan vitamin A atau protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea). Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak.Penyebab ulkus kornea antara lain sebagai berikut :a) Infeksi bakteriBakteri yang sering menyebabkan ulkus kornea adalah Streptokokus alfa hemolitik, Stafilokokus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas aeroginosa, Nocardia asteroids, Alcaligenes sp, Streptokokus anaerobic, Streptokokus beta hemolitik, Enterobakter hafniae, Proteus sp, Stafilokokus epidermidis, infeksi campuran Erogenes dan Stafilokokus aureus.b) Infeksi jamurDisebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.c) Infeksi virusd) Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).e) Defisiensi vitamin AUlkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.f) Lagophtalmus akibat parese N. VII dan N.IIIg) Trauma yang merusak epitel kornea 1,2h) IdiopatikMisalnya:Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea, dengan bagian tepinya bergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasiFaktor penyebabnya antara lain:a) Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal),dan sebagainyab) Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah mukac) Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.d) Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi imun. bat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresifE. Manifestasi Klinis1. Sakit kepala ringan hingga berat2. Foto fobia3. Penglihatan menurun dan kadang kotor4. Kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan flouresin akan berwarna hijau ditengahnya5. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema6. Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea,reaksi jaringan uvea berupa suara

F. PatofisiologiKornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. Patologi ulkus kornea tanpa perforasi dibagi dalam 4 Fase :1. Fase Infiltrasi ProgresifKarakteristik dari tingkat ini aialah infiltrasi sel sel PMN dan atau limfosit ke dalam epitel dari sirkulasi perifer. Selanjutnya dapat terjadi nekrosis dari jaringan yang terlibat bergantung virulensi agen dan pertahanan tubuh host.2. Fase Ulserasi AktifUlserasi aktif merupakan hasil dari nekrois dan pengelupasan epitel, membran Bowman, dan stroma yang terlibat. Selama fase ulserasi aktif terjadi hiperemia yang mengakibatkan akumulasi eksudat purulen di kornea. Jika organisme penyebab virulensinya tinggi atau pertahanan tubuh host lemah akan terjadi penetrasi yang lebih dalam selama fase ulserasi aktif.3. Fase RegresiRegresi ditimbulkan oleh sistem pertahanan natural (antibodi humoral dan pertahanan seluler) dan terapi yang memperbesar respon host normal. Garis batas yang merupakan kumpulan leukosit mulai timbul di sekitar ulkus, lekosit ini menetralisir bahkan memfagosit organisme debris seluler. Proses ini disertai vaskularisasi superfisial yang yang meningkatkan respon imun humoral dan seluler. Ulkus mulai menyembuh dan epitel mulai tumbuh dari tepi ulkus.4. Fase SikatrisasiPada fase ini penyembuhan berlanjut dengn epitelisasi progresif yang membentuk sebuah penutup permanen. Di bawah epitel baru terbentuk jaringan fibrosa yang sebagain berasal dari fibroblas kornea dan sebagian lagi berasal dari sel endotel pembuluh darah baru. Stroma menebal dan mendorong permukaan epitel ke anterior. Derajat sikatrik bervariasi, jika ulkus sangat superfisial dan hanya melibatkan epitel maka akan menyembuh sempurna tanpa bekas. Jika ulkus melibatkan memran Bowman dan sedikit lamela stroma superficial maka akan terbentuk sikatrik yang disebut nebula. Apabila ulkus melibatkan hingga lebih dari sepertiga stroma akan membentuk makuladan leukoma.G. Komplikasi Komplikasi yang paling sering timbul berupa:1. Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat2. Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis3. Prolaps iris4. Sikatrik kornea5. Katarak6. Glaukoma sekunder

H. Pemeriksaan Penunjang1. Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan )2. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg3. Pemeriksaan oftalmoskopi4. Pemeriksaan Darah lengkap, LE5. Pemeriksaan EKG6. Tes toleransi glukosaI. PenatalaksanaanUlkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.1. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumaha. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannyab. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradangc. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersihd. Berikan analgetik jika nyeri2. Penatalaksanaan medisa. Pengobatan konstitusiOleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurangdari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.b. Pengobatan local.Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.Infeksi pada mata harus diberikan :1. Sulfas atropine sebagai salap atau larutan, Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropine :a. Sedatif, menghilangkan rasa sakit.b. Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.c. Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.d. Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru2. Skopolamin sebagai midriatika.3. Analgetik.Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering. Paracetamol dan ibuprofen dapat menghilangkan rasa sakit dan mengurangi edema Atau dapat pula diberikan tetes mata pantokain atau tetrakain4. AntibiotikAnti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.a. Antibiotik topicalTerapi inisial (sebelum didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas) hendaknya diberikan antibiotik spektrum luas. Dianjurkan tetes mata gentamycin (14 mg/ml) atau tobramycin (14mg/ml) bersama dengan cephazoline (50mg/ml), setiap setengah hingga satu jam untuk beberapa hari pertama kemudian dikurangi menjadi per dua jam . Setelah respon yang diinginkan tercapai, tetes mata dapat diganti dengan Ciprofloxacin (0.3%), Ofloxacin (0.3%), atau Gatifloxacin (0.3%).b. Antibiotik sistemikBiasanya tidak diperlukan. Akan tetapi, cephalosporine dan aminoglycoside atau oral ciprofloxacin (750 mg dua kali sehari) dapat diberikan pada kasus berat dengan perforasi atau jika sklera ikut terkena.5. Anti jamurTerapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagia. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazoleb. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazolc. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazold. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotik6. Anti ViralUntuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi. Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer. Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.c. Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :1. Kauterisasia) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat 20.b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.2. Pengerokan epitel yang sakitParasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali. Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :1. Iridektomi dari iris yang prolaps2. Iris reposisi3. Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva4. Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuatBila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.5. KeratoplastiKeratoplasti adalah jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :a. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderitab. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.c. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia3. Tindakan bedah meliputia. Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membrane Bowmanb. Tissue adhesive atau graft amnion multilayerc. Flap konjungtivad. Patch graft dengan flap konjungtivae. Keratoplasti tembusf. Fascia lata graft

1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajiana.Aktifitas istirahatGejala : perubahan aktifitas sehubungan dengan gangguan penglihatanGangguan istirahat karena nyeri dan ketidaknyamanan.b.Intregitas egoKecemasan tentang status kesehatan dan tindakan pengobatan.c.NeurosensorGejala: gangguan penglihatan, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap tentang penglihatan perifer dan lakrimasi.Tanda: kornea keruh, iris, dan pupil tidak kelihatan serta peningkatan air mata.d.KeamananTerjadi trauma karena penurunan penglihatan.e.NyeriGejala;: ketidak nyamanan ringan, mata berair dan merak, myeri berat disertai tekanan pada sekitar bola mata dan menyebabkan sakit kepala.f.Penyuluhan / PembelajaranGejala : Riwayat keluarga glukoma, DM, gangguan sustem vaskuler, riwayat stress, alergi, ketidak seimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,polusi, steroid.g.Rencana pemulanganMemerlukan bantuan tranportasi, penyediaan makanan, perawatan diri, pemeliharaan rumah. (Doenges, 2000)B. Pemeriksaan Fisik1.InsfeksiAmati : Kelopak mata .Apakah ada bengkak, benjolan,ekimosis,ekstropion, entropion,pseudoptosis dan kelainan kelopak mata lainnya. Konjungtiva. Apakah warnanya lebih pucat dari warna normalnya merah muda pucat mengkilat. Apakah ada kerehanan / pus mungkin karena alergi / konjungtivitis Sclera. Apakahapakah ikterik atau unikterik, adanya bekas trauma Iris. Apakah ada ke abnormalan seperti iridis, atropi (pada DM, glaucoma, ishkemi,lansia) dll Kornea. Apakah ada arkus senilis (cincin abu abu dipinggir luar kornea),edema/ keruh /menebalnya kornea atau adanya ulkus kornea. Pupil. Apakah besarnya normal (3-5 mm/ isokor), atau amat kecil (pin point), miosis (< 2 mm), midriasis (>5mm) Lensa. Apakah warnanya jernih (normal), atau keruh (katarak)2.PalpasiSetelah inspeksi, lakukan palpasi pada mata dan struktur yang berhubungan. Digunakan untuk menentukan adanya tumor. Nyeri tekan dan keadaan tekanan intraokular (TIO). Mulai dengan palpasi ringan pada kelopak mata terhadap adanya pembengkakan dan kelemahan. Untuk memeriksa TIO dengan palpasi, setelah klien duduk dengan enak, klien diminta melihat ke bawah tanpa menutup matanya. Secara hati hati pemeriksa menekankan kedua jari telunjuk dari kedua tangan secara bergantian pada kelopak atas. Cara ini diulangi pada mata yang sehat dan hasilnya dibandingkan. Kemudian palpasi sakus lakrimalis dengan menekankan jari telunjuk pada kantus medial. Sambil menekan, observasi pungtum terhadap adanya regurgitasi material purulen yang abnormal atau airmata berlebihan yang merupakan indikasi hambatan duktus nasolakrimalis.2.Diagnose Keperawatana. Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatanb. Nyeri b.d trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilatorc. Risiko cedera b.d kerusakan penglihatand. Ketakutan atau ansietas b.d kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obate. Potensial terhadap kurang perawatan diri b.d dengan kerusakan penglihatanf. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit.3.Intervensia) Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatanTujuan: Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.Kriteria Hasil :1. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.2. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.Intervensi:1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat2. Orientasikan klien tehadap lingkungan.3. Observasi tanda-tanda disorientasi4. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.5. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.6. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.b) Diagnosa keperawatan :Nyeri akut/kronis b.d dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator.NOC:-Tingkat kenyamanan perasaan senang secara fisik & psikologis-Prilaku mengendalikan nyeri-Nyeri: efek merusak terhadap emosi dan prilaku yang diamati-Tingkat nyeri: jumlah nyeri yang dilaporkanKriteria evaluasi: Menunjukkan perilaku bebas nyeri Menunjukkan teknik relaksasi secara individu yang efektif Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri. Durasi nyeri berkurang Pola tidur yang baik Tidak mengalami gangguan dalam tanda-tanda vitalIntervensi NIC:1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,awitan, durasi dan frekuensi ,kulaitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.2. Minta pasien untukmenilai nyeri pada skala 0-103. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, beberapa lama akan menyesal dan antisipasi ketidaknyamananakibat prosedur 4. Ajarkan pengunaan teknik non farmakologis (relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik dan lain-lain.5. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas dan rasa tidak nyaman, dengan pengalihan melalui televisi ,radio, tape dan interaksi dengan pengunjung.

c) Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahanNOC: 1. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya2. Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.3. Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan NIC :1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.2. Beri kesempatan Pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.3. Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien Edukasi1. Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.2. Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan3. Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan peralatan yang akan digunakan