laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan dengan aids

43
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN AIDS Diposkan oleh wahid | Sabtu, 25 Juni 2011 | 0 komentar Label: asuhan keperawatan LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN AIDS

Upload: vya-rasta-mania

Post on 12-Aug-2015

599 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan AidsLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN AIDS

Diposkan oleh wahid | Sabtu, 25 Juni 2011 | 0 komentar

Label: asuhan keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN AIDS

Page 2: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

25/08/2009

Nu_groz Computer [www.trinoval.web.id]

Trinoval Yanto Nugroho, S.Kep

Page 3: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

KONSEP DASAR

1. Pengertian

1. AIDS adalah sindrom yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang

tanpa adanya penyebab yang diketahui (Rampengan, 1993).

2. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan

tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz

Alimul Hidayat, 2006).

3. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir

dari infeksi HIV (Price, 2000 : 224)

4. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immodeficiency

Virus) ditandai dengan sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh. (Depkes RI,

1992 : 2)

5. AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat

yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan

kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)

6. AIDS adalah suatu syndrome atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik

defisiensi imune yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi

Human Immunedeficiency Virus (Syaefulloh, 1998)

7. AIDS merupakan syndrome defisiensi immune yang didapat, rute satu-satunya

teridentifikasi dari transmisi melalui darah dan semen yang terkontaminasi oleh

HIV (Engram, 1998)

Dari semua pengertian di atas dapat disimpulkan, AIDS adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus HIV yang ditandai dengan syndrome menurunnya sistem kekebalan

tubuh, sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker.

2. Etiologi

Menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral (HIV)

dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui

hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan

dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang menggunakan

Page 4: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi genetic dirinya

ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya.

Sedangkan menurut Long (1996) penyebab AIDS adalah Retrovirus yang telah

terisolasi cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi yaitu darah semen, sekresi vagina, ludah,

air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak (cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin.Darah,

semen, sekresi vagina dan ASI merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS.

Cairan transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah

jarum suntik yang di pakai bersama sama tusuk jarum) seksual (homo bisek/heteroseksual)

perinatal (intra plasenta dan dari ASI)

Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV :

1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga

transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang

berusia kurang dari 13 tahun.

2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofilia).

3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.

4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang)

3. Patofisiologi

Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk

dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus

tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan akan mengalami

destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang memperkuat dan mengulang respons

imunologik, dan bila sel-sel tersebut berkurang dan rusak, maka fungsi imunologik lain

terganggu.

HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic RANA. Pada saat virus

HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang mempunyai antigen CD4+ (Sel T

pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk ke dalam sel, virus akan membuka lapisan

protein sel dan menggunakan enzim Reserve transcriptase untuk mengubah RNA. DNA

virus akan terintergrasi dalam sel DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama proses

normal pembelahan.

Page 5: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak

dirinya sehingga akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4. kematian limfosit T4

membuat daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi dari luar (baik virus

lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal itu menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit

HIV/AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain.

Organ yang paling sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus AIDS diliputi

oleh suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap sel. Khususnya sel otak

dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat mengakibatkan kematian sel otak.

Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting dalam fungsi

system immune normal, mengenai antigen dan sel yang terinfeksi, dan mengaktifkan sel B

untuk memproduksi antibody. Juga dalam aktivitas langsung pada cell-mediated cell immune

(immune sel bermedia) dan mempengaruhi aktivitas langsung pada sel kongetitis duplikasi.

Menurut Long (1996) retrovirus /HIV dibawa oleh hubungan seksual, tranfusi darah

dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus. Pada saat virus HIV masuk ke dalam aliran darha

maka HIV mencari sel T4 dan pembantu sel virus melekat pada isyarat dari T4 dan masuk ke

dalam sel dan mengarahkan metabolisme agar mengabaikan fungsi normal (kematian sel T4)

dan memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel T4 dan menghancurkannya.

Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai berikut :

1. Infeksi Akut

Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam darah. HIV masih

negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah, berkeringat malam, batuk, nyeri

saat menelan dan faringgitis.

2. Infeksi kronik

Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi refleksi lambat pada

sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.

3. Pembengkakan kelenjar limfe

Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe dapat persisten

selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada masa ini terjadi progresi

terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam kelenjar limfe sampai dengan timbulnya

involusi dengan tubuh untuk menghancurkan sel dendritik pada otak juga sering terjadi,

pembesaran kelenjar limfa sampai dua tahun atau lebih dari nodus limfa pada daerah

Page 6: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

inguinal selama tiga bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada liquor

serebrospinal.

4. Penyakit lain akan timbul antara lain :

1. Penyakit kontitusional

Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak langsung berhubungan

dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1 bulan, berkeringat malam, terasa lelah

yang berlebih, berat badan yang menurun sampe dengan 10% yang mengindikasikan

AIDS (slim disease)

2. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS demensia

complex)

Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara lain mielopati,

neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak, kehilangan memori secara fluktoatik,

bingung, kesulitan konsentrasi, apatis dan terbatasnya kecepatan motorik. Demensia

penuh dengan adanya gangguan kognitif, verbalisasi, kemampuan motorik, penyakit

kontitusional.

3. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit : pneumonia carinii protozoa

(PCP), cryptosporidictis (etero colitis), toxoplasmosis (CNS dissemminated

desease), dan isoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi mikrobakteri, bakteriemi,

salmonella, tubercullosis), virus sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon;

herpes simplek) dan fungus (candidiasis pada oral, esofagus, intestinum)

4. Kanker sekunder

Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.

5. Penyakit lain

Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian dimana sistem

imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin habis sehingga HIV

menguasai tubuh.

4. Manifesasi Klinis

Page 7: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10

tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang

dewasa. Tanda-tanda yang di temui pada penderita AIDS antara lain:

1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke

dalam tubuh: sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan

38 C sampai 40 C dengan pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di

ketiak, disertai dengan timbulnya bercak kemerahan pada kulit.

2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah

infeksi, dapat muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis

yaitu pembesaran getah bening yang terus membesar lebih luas misalnya

di leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar keringat malam

tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan

berat badan sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-

bercak di kulit, timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas,

kelumpuhan, gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini di

indikasi adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh.

3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan

menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering di serang penyakit

berbahaya seperti kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak,

infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC), diare kronik, candidiasis

mulut dan pnemonia.

Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa

perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama

kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain :

1. Berat badan lahir rendah

2. Gagal tumbuh

3. limfadenopati umum

4. Hepatosplenomegali

5. Sinusitis

6. Infeksi saluran pernapasan atas berulang

7. Parotitis

Page 8: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

8. Diare kronik atau kambuhan

9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan

10. Infeksi virus Epstein-Barr persisten

11. Sariawan orofarings

12. Trombositopenia

13. Infeksi bakteri seperti meningitis

14. Pneumonia interstisial kronik

Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang

memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang terhambat, atau

hilangnya perkembangan motoris.

5. Komplikasi

1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC)

2. Pneumonia interstitial limfoid

3. Tuberkulosis (TB)

4. Virus sinsitial pernapasan

5. Candidiasis esophagus

6. Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)

7. Diare kronik

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium menurut Mansjoer (2000), dapat dilakukan dengan dua

cara :

1. Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan

menggunakan microskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah

satu cara deteksi antigen virus adalah dengan polymerase chain

reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk ;

1. Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga

menghambat pemeriksaan serologis.

2. Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif

3. Tes pada kelompok rasio tinggi sebelum terjadi sero konversi

Page 9: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

4. Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk rendah.

1. Cara tidak langsung yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik

tes, misalnya :

1. ELISA, sensitivitas tinggi (98,1-100%), biasanya memberikan hasil positif

2-3 buah sesudah infeksi. Hasil positif harus di konfirmasi dengan

pemeriksaan Western Blot.

2. Western Blot, spsifitas tinggi (99,6-100%). Namun, pemeriksaan ini cukup

sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan

untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.

3. Imonofivoresceni assay (IFA)

4. Radio Imuno praecipitation assay (RIPA)

2. Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa dan melacak virus HIV

1. Status imun

1. Tes fungsi sel CD4

2. Sel T4 mengalami penurunan kemampuan untuk reaksi terhadap antigen

3. Kadar imunoglobutin meningkat

4. Hitung sel darah putih normal hingga menurun

5. Rasio CD4 : CD8 menurun

3. Complete Blood Covnt (CBC)

Dilakukan untuk mendeteks adanya anemia, leukopenia dan thrombocytopenia yang

sering muncul pada HIV.

4. CD4 cell count

Tes yang paling banyak digunakan untuk memonitor perkembangan penyakit dan terapi

yang akan dilakukan.

5. Blood Culture

6. Immune Complek Dissociaced P24 Assay

Untuk memonitor perkembangan penyakit dan aktivitas medikasi antivirus.

7. Tes lain yang biasa dilakukan sesuai dengan manifestasi klinik baik yang general

atau spesifik antara lain :

1. Tuberkulin skin testing

Mendeteksi kemungkinan adanya infeksi TBC.

Page 10: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

2. Magnetik resonance imaging (MRI)

Mendeteksi adanya lymphoma pada otak

3. Spesifik culture dan serology examination (uji kultur spesifik dan

scrologi)

4. Pap smear setiap 6 bulan

Mendeteksi dini adanya kanker rahim.

Mendiagnosisi infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah.

Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada

kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.

Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi

HIV :

1. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut

2. Penurunan persentase CD4

3. Penurunan rasio CD4 terhadap CD3

4. Limfopenia

5. Anemia, trombositopenia

6. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)

7. Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)

8. Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbilli, Haemophilus

influenzae tipe B)

Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, yang berusia kurang dari 18 bulan dan yang

menunjukkan uji positif untuk sekurang-kurangnya dua determinasi terpisah dari kultur HIV,

reaksi rantai polimerase-HIV, atau antigen HIV, maka ia dapat dikatakan “terinfeksi HIV”.

Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, berusia kurang dari 18bulan, dan tidak positif terhadap

ketiga uji tersebut dikatakan “terpajan pada masa perinatal”. Bayi yang lahir dari ibu

terinfeksi HIV, yang ternyata antibodi-HIV negatif dan tidak ada bukti laboratorium lain

yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV maka ia dikatakan “seroreverter”

Page 11: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

7. Penatalaksanaan

Hingga kini belum ada penyembuhan untuk infeksi HIV dan AIDS. Penatalaksanaan

AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan perkembangan penyakit dan

pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan menggunakan tiga parameter: status kekebalan,

status infeksi, dan status klinik. Seorang anak dengan tanda dan gejala ringan tetapi tanpa

bukti adanya supresi imun dikategorikan sebagai A2. status imun didasarkan pada jumlah

CD4 atau persentase CD4, yang tergantung usia anak.

Kategorisasi Anak Infeksi HIV dan AIDS

Kategori Imun Kategori Klinis

(N)

Tanpa

Tanda

dan

Gejala

(A)

Tanda

dan

Gejala

Ringan

(B)

Tanda

dan

Gejala

Sedang

(C) Tanda dan

Gejala Hebat

(1) Tanpa tanda supresi N1 A1 B1 C1

(2) Tanda supresi

sedang

N2 A2 B2 C2

(3) Tanda supresi berat N3 A3 B3 C3

Keterangan :

Kategori Klinis HIV

1. Kategori N : Tidak bergejala

Anak-anak tanpa tanda atau gejala infeksi HIV

2. Kategori A: Gejala ringan

Anak-anak mengalami dua atau lebih gejala berikut ini:

1. Limfadenopati

2. Hepatomegali

Page 12: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

3. Splenomegali

4. Dermatitis

5. Parotitis

6. Infeksi saluran pernapasan atas yang kambuhan/persisten, sinusitis, atau otitis

media.

3. Kategori B: Gejala sedang

Anak-anak dengan kondisi simtomatik karena infeksi HIV atau menunjukkan kekurangan

kekebalan karena infeksi HIV: contoh dari kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Anemia, neutropenia, trombositopenia selama > 30 hari

2. Meningitis bakterial, pneumonia, atau sepsis

3. Sariawan persisten selama lebih dari 2 bulan pada anak di atas 6 bulan

4. Kardiomiopati

5. Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia 1 bulan

6. Diare, kambuhan atau kronik

7. Hepatitis

8. Stomatitis herpes, kambuhan

9. Bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan awitan sebelum berusia 1

bulan.

10. Herpes zoster, dua atau lebih episode

11. Leiosarkoma

12. Penumonia interstisial limfoid atau kompleks hiperplasia limfoid pulmoner

(LIP/PLH)

13. Varisela zoster persisten

14. Demam persisten > 1 bulan

15. Toksoplasmosis awitan sebelum berusia 1 bulan

16. Varisela, diseminata (cacar air berkomplikasi)

4. Kategori C : Gejala Hebat

Anak dengan kondisi berikut ini:

1. Infeksi bakterial multipel atau kambuhan

2. Kandidiasis pada trakea, bronki, paru, atau esofagus

Page 13: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

3. Koksidioidomikosis, diseminata atau ekstrapulinoner

4. Kriptosporodisis, intestinal kronik

5. Penyakit, sitomegalovirus (selain hati, limpa, nodus), dimulai pada umur > 1

bulan.

6. Retinitis sitomegalovirus (dengan kehilangan penglihatan)

7. Ensefalopati HIV

8. Ulkus herpes simpleks kronik (durasi > 1 bulan) atau pneumonitis atau esofatis,

awitan saat berusia > 1 bulan.

9. Histoplasmosis diseminata atau ekstrapulmoner

10. Isosporiasis, intestinal kronik (durasi > 1 bulan)

11. Sarkoma Kaposi

12. Limfoma, primer di otak

13. Limfoma (sarkoma Burkitt atau sarkoma imunoblastik)

14. Kompleks Mycobacterium ovium atau mycobacterium kansasii, diseminata atau

ekstrapulmoner.

15. Penumonia Pneumocystis carinii

16. Leukoensefalopati multifokal progresif

17. Septikemia salmonela, kambuhan

18. Toksoplasmosis pada otak, awitan saat berumur >1 bulan.

19. Wasting syndrome karena HIV

Selain mengendalikan perkembangan penyakit, pengobatan ditujukan terhadap

mencegah dan menangani infeksi oportunistik seperti kandidiasis dan penumonia interstisial.

Azidotimidin (zidovudin), videks, dan zalcitabin (dcc) adalah obat-obatan untuk

infeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah. Videks dan ddc kurang bermanfaat untuk penyakit

sistem saraf pusat Trimetoprim sulfametoksazol (Septra, Bactrim) dan pentamadin digunakan

untuk pengobatan dan profilaksis pneumonia cariini Pneumocystis (PCP). Pemberian

imunoglobulin secara intravena setiap bulan sekali berguna untuk mencegah infeksi bakteri

berat pada anak, selain untuk hipogamaglobulinemia.

Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV. Sebagai ganti vaksin

poliovirus oral (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV).

Memulihkan sistem imun.

Page 14: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

1. Obat-obat yang telah dicoba dipakai adalah imunomodulator, seperti

isoprenosino, interferon (alfa dan gamma), interleukin 2. Namun, sampai

sekarang belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.

2. Transfusi limfosit dan transplantasi sumsum tulang.

Memberantas virusnya.

Salah satu cara untuk memutuskan rantai pembiakan virus AIDS adalah dengan “inhibiton

reserve transcriptace” dengan obat suramin untuk menghambat efek sitopatis virus terhadap

sel limposit-T helper, namun obat ini sangat toksik.

Menurut Long (1996) perawatan diri pasien dengan AIDS adalah :

1. Upaya preventif meliputi :

1. Penyuluhan kesehatan pada kelompok yang beresiko terkena AIDS.

2. Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan darah,

organ atau cairan semen.

3. Modifikasi tingkah laku dengan :

1. Membantu mereka agar bisa merubah perilaku resiko tinggi menjadi

perilaku yang beresiko atau yang kurang beresiko dengan mengubah

kebiasaan seksual guna mencegah terjadinya penularan.

2. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa

mempertahankan tubuh dengan baik yaitu dengan asupan nutrisi dan

vitamin yang cukup.

3. Pandangan hidup yang positif

4. Memberikan dukungan psikologis dan sosial

4. Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV

2. Edukasi yang bertujuan :

1. Mendidik pasien dan keluarganya tentang bagaimana menghadapi kenyataan

hidup bersama AIDS, kemungkinan didiskriminasikan dari masyarakat sekitar,

bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain.

2. Pendidikan bagaimana cara hidup sehat, dengan mengatur diet, asupan nutrisi dan

vitamin yang cukup, menghindari kebiasaan.

Page 15: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

H. Pencegahan

Langkah-langkah untuk mencegah penyebaran penyakit AIDS, adalah :

1. Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS

2. Mencegah hubungan seksual dengan partner banyak atau dengan orang yang mempunyai

banyak partner

3. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotik yang menggunakan obat suntik.

4. Orang-orang dari kelompok resiko tinggi dicegah menjadi donor darah.

5. Pemberian transfusi darah hanya untuk pasien-pasien yang benar-benar perlu

6. Pada setiap suntikan harus terjamin sterilitas atau suntiknya

7. Penularan pada bayi dan anak dapat terjadi pada waktu hamil, melahirkan maupun

postpartum, maka sebaiknya wanita dengan resiko tinggi AIDS jangan hamil dan jangan

melahirkan.

PATHWAY

Page 16: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AIDS

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Data Subjektif, mencakup:

1. Pengetahuan klien tentang AIDS

2. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun

3. Dispneu (serangan)

4. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)

2. Data Objektif, meliputi:

1. Kulit, lesi, integritas terganggu

2. Bunyi nafas

3. Kondisi mulut dan genetalia

4. BAB (frekuensi dan karakternya)

5. Gejala cemas

3. Pemeriksaan Fisik

1. Pengukuran TTV

2. Pengkajian Kardiovaskuler

3. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung kongestif

sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.

4. Pengkajian Respiratori

5. Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada, napas

pendek waktu istirahat, gagal napas.

6. Pengkajian Neurologik

7. Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-kejang,

enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium, meningitis,

keterlambatan perkembangan.

Page 17: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

8. Pengkajian Gastrointestinal

9. Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih

kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis mulut,

selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronis,

pembesaran limfa.

10. Pengkajain Renal

11. Pengkajaian Muskuloskeletal

12. Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)

13. Pengkajian Hematologik

14. Pengkajian Endokrin

4. Kaji status nutrisi

5. Kaji adanya infeksi oportunistik

6. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan

Uji Laboratorium dan Diagnostik

1. ELISA : Enzyme-linked immunosorbent assay (uji awal yang umum) untuk

mendeteksi antibody terhadap antigen HIV(umumnya dipakai untuk skrining HIV

pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun).

2. Western blot (uji konfirmasi yang umum) untuk mendeteksi adanya antibodi

terhadap beberapa protein spesifik HIV.

3. Kultur HIV untuk memastikan diagnosis pada bayi.

4. Reaksi rantai polimerase (Polymerase chain reaction)/PCR untuk mendeteksi

asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk

mendiagnosis HIV pada bayi dan anak).

5. Uji antigen HIV untuk mendeteksi antigen HIV.

6. HIV, IgA, IgM untuk mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara

eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).

Temuan laboratorium yang terdapat pada bayi dan anak yang terinfeksi HIV :

1. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut

2. Penurunan persentase CD4

Page 18: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

3. Penurunan rasio CD4 terhadap CD8

4. Limfopenia

5. Anemia, trombositopenia

6. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)

7. Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)

8. Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbili, Haemophilus

influenzae tipe B)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun

2. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun

3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)

4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar sering (diare)

7. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

9. Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan

10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius

11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

3. INTERVENSI

1. Diagnosa 1 : Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi

NOC : immune status

Kriterias hasil :

1. Status gastrointestinal normal

2. Status respirasi norml

3. Status BB normal

4. Status integritas kulit normal

Page 19: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

5. Tidak menunjukan kelemahan

6. Menunjukan kekebalan tubuh

Skala penilaian :

1 = Extreme

2 = Berat

3 = Sedang

4 = Ringan

5 = Tidak kompromi

NIC : imunisation / vaccination administration

Intervensi :

1. Ajarkan orang tua untuk mengikuti jadwal administerasi

2. Ajarkan individu keluarga untuk melakukan vaksinasi

seperti kolera, influenza, rabies, demam typoid, typus, TBC

3. Sediakan informasi mengenai imunisasi

4. Pantau pasien setelah mendapat imunisasi

5. Identifikasi kontraindikasi dari imunisasi seperi panas.

2. Diagnosa II : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukan tanda

pertumbuhan yang normal

NOC : pertumbuhan

Kriteria hasil:

1. Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan

2. Turgor kulit baik

3. Tanda-tanda vital baik

Skala penilaian:

1 = Tidak ada penyimpangan dari yang diharapkan

2 = Penyimpangan ringan

Page 20: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

3 = Penyimpangan sedang

4 = Penyimpangan berat

5 = Extrim

NIC : Peningkatan pertumbuhan

Intervensi:

1. Lakukan pemeriksaan kesehatan dengan saksama ( tanda-tanda vital dan pemeriksaan

fisik )

2. Tentukan makanan yang disukai klien

3. Pantu kecenderungan peningkatandan penurunan berat badan

4. Kaji keadekuatan asupan nutrisi

5. Demonstrasikan aktivitas yang meningkatkan perkembangan

3. Diagnosa III : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan

NOC : fluid balance

Kriteria hasil :

1. Tekanan darah normal

2. Keseimbangan masukan dan haluaran selama 24 jam

3. Tidak ada distensi vena jugularis

4. Hidrasi kulit

5. Membran mukosa normal

6. Turgor kulit baik

Skala penilaian :

1 = Tidak pernah menunjaukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

Page 21: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

NIC : fluid management

Intervensi :

1. Timbang popok jika diperlukan

2. Pertahankan intake dan output

3. Monitor status hidrasi

4. Monitor vital sign

5. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

4. Diagnosa IV : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas efektif

NOC : Respitarory status

1. RR alam batas normal

2. Irama nafas normal

3. Ekspansi dada simetris

4. Tidak ada dispneu

5. Tidak ada traktil fremitus

6. Auskultasi bunyi nafas normal

Skala penilaian :

1 = Extreme

2 = Berat

3 = Sedang

4 = Ringan

5 = Tidak kompromi

NIC : Oxygen terapy

Intervensi :

1. Bersihkan mulut, hidung, dan secret trakea

2. Pertahankan jalan nafas yang paten

3. Atur peralatan oxygenasi

4. Monitor aliran oxygen

5. Petahankan posisi pasien

Page 22: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

NIC : Vital Sign Monitoring

Intervensi :

1. Monitor TD, nadi, suhu dan dan RR

2. Monitor frekuensi dan irama pernafasan

3. Monitor suhu warna dan kelembaban kulit

5. Diagnosa V : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi

NOC : Nutritional status

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Skala penilaian :

1= Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

NIC : nutrition management

Intervensi :

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake seperti Fe, vitamin, dan protein

3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

NIC : nutrition monitoring

1. Monitor adanya penurunan berat badan

2. Monitor interaksi anak / orang tua selama makan

3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

4. Monitor turgor kulit

Page 23: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

5. Monitor mual dan muntah

6. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

6. Diagnosa VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar

sering (diare)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kulit anak tetap bersih, utuh

dan bebas iritasi

NOC : Tissue integrity

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature dan

pigmentasi )

2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Mampu melindungi kulit

5. Mampu mempertahankan kelembaban kulit

Skala penilaian :

1 = Selalu

2 = Sering

3 = Kadang-kadang

4 = Jarang

5 = Tidak pernah

NIC : Exercise Therapy

1. Inspeksi permukaan kulit secara teratur untuk adanya tanda-tanda iritasi

kemerahan

2. Lindungi permukaan kulit yang bergesekan

3. Masase kulit dengan lembut menggunakan lotion di area yang iritasi

7. Dignosa VII : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Page 24: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh normal

NOC : Thermoregulation

1. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan

2. Suhu tubuh dalam batas normal

3. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan

4. Perubahan warna kulit tidak ada

Skala penilaian :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Selalu menunjukan

5 = Sering menunjukan

NIC : Fever management

Intervensi :

1. Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan

2. Pantau warna kulit dan suhu

3. Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini

hipertermia

4. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi klien dengan hanya selembar pakaian

5. Berikan cairan intravena

8. Dignosa VIII : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat beraktifitas seperti

biasa

NOC : Penghematan energi

Kriteria hasil :

1. Menyadari kjeterbatasan energi

2. Menyeimbangkan aktifitas dan energi

3. Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas

Skala penilaian :

Page 25: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

1 = Tidak sama sekali

2 = Jarang

3 = Kadang

4 = Sering

5 = Selalu

NIC : Pengelolaan enegi

1. Tentukan penyebab keletihan

2. Pantau asupan untuk mamastikan keadekuatan sumber energi

3. Batasi rangsangan lingkungan

4. Bantu dengan aktifitas fisik teratur

9. Diagnosa IX : Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapar berkurang

NOC : Anxiety control

Kriteria hasil :

1. Monitor intensitas cemas

2. Mengurangi penyebab cemas

3. Penurunan rangsang lingkungan ketika cemas

4. Memberikan informasi untuk mengurangi cemas

5. Melaporkan penurunan cemas

6. Melaporkan keadekuaan tidur

Skala penilaian :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

NIC : penurunan cemas

Page 26: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

1. Gunakan pendekatan yang menangkan

2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

3. Pahami persepsi pasien terhadap stress

4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi keemasan

5. Identifikasi tingkat kecemasan

6. Dorong untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan

10. Diagnosa X : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita

penyakit serius

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan orang tua dan anak menunjukan

perilaku kedekatan

NOC : Koping keluarga

Kriteria hasil :

1. Saling percaya dan dapat manghadapi masalah

2. Mengatasi masalah

3. Pedui terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga

4. Tetapkan prioritas

Skala penilaian :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Selalu menunjukan

5 = Sering menujukan

NIC : Support keluarga

Intervensi :

1. Yakinkan keluarga bahwa pasien akan diberi perawatan terbaik

2. Hargai reaksi pasien terhadap kondisi pasien

3. Berikan timbal balik atas koping keluarga

4. Terangkan menhenai rencana medis dan perawatan pasien terhadap keluarga

5. Berikan informasi tentang perkembangan pasien sesuai dengan kondisi

Page 27: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

11. Dignosa XI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan keluarga

pengetahuannya bertambah

NOC : Proses penyakit

Kriteria hasil :

1. Mengenal nama penyakit

2. Deskripsi proses penyakit

3. Deskripsi factor penyebab

4. Deskripsi tanda dan gejala

5. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit

Skala penilaian :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

NIC : Pembelajaran proses penyakit

1. Jelaskan tanda dan gejala

2. Identifikasi penyebab penyakit

3. Beri informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik

Page 28: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

3. EVALUASI

1. Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun

1. Status gastrointestinal normal 4

2. Status respirasi normal 3

3. Status BB normal 3

4. Status integritas kulit normal 3

5. Tidak menunjukan kelemahan 3

6. Menunjukan kekebalan tubuh

2. Dx II : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun

1. Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan 2

2. Turgor kulit baik 3

3. Tanda-tanda vital baik 2

3. Dx III : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)

1. Tekanan darah normal 3

2. Keseimbangan masukan dan haluaran selama 24 jam 3

3. Hidrasi kulit 3

4. Membran mukosa normal 3

5. Turgor kulit baik 3

4. Dx IV : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu

1. RR alam batas normal 3

2. Irama nafas normal 3

3. Ekspansi dada simetris 3

4. Tidak ada dispneu 3

Page 29: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

5. Tidak ada traktil fremitus 3

6. Auskultasi bunyi nafas normal 3

5. Dx V : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan 3

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4

4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5

6. Dx VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar sering

(diare)

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature dan

pigmentasi ) 3

2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 5

3. Perfusi jaringan baik 4

4. Mampu melindungi kulit 3

5. Mampu mempertahankan kelembaban kulit 3

7. Dx VII : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

1. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan 3

2. Suhu tubuh dalam batas normal 4

3. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan 4

4. Perubahan warna kulit tidak ada 4

8. Dx VIII : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

1. Menyadari keterbatasan energi 2

Page 30: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

2. Menyeimbangkan aktifitas dan energi 3

3. Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas 3

9. Dx IX : Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan

1. Monitor intensitas cemas 4

2. Mengurangi penyebab cemas 4

3. Penurunan rangsang lingkungan ketika cemas 3

4. Memberikan informasi untuk mengurangi cemas 5

5. Melaporkan penurunan cemas 3

6. Melaporkan keadekuaan tidur 3

10. Dx X : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit

serius

1. Saling percaya dan dapat manghadapi masalah 5

2. Mengatasi masalah 5

3. Pedui terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga 5

4. Tetapkan prioritas 5

11. Dx XI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

1. Mengenal nama penyakit 4

2. Deskripsi proses penyakit 4

3. Deskripsi factor penyebab 4

4. Deskripsi tanda dan gejala 4

5. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit 4

Page 31: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids
Page 32: Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Aids

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Muma, Richard D. 1997. HIV : manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.

Rampengan. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta

Source: www.trinoval.web.id