laporan pendahuluan asuhan keperawatan glaucoma jupri

16
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GLAUCOMA DI POLI MATA RSUP DR KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Ahmad Jupri (10.7.004) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG 2012/2013

Upload: joepri-ahmad

Post on 21-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GLAUCOMA

DI POLI MATA RSUP DR KARIADI SEMARANG

Disusun oleh :

Ahmad Jupri (10.7.004)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG

2012/2013

Page 2: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GLAUCOMA

DI POLI MATA RSUP DR KARIADI SEMARANG

A. DEFINISIGlaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata meningkat sehingga

terjadi kerusakan saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. 

Glaukoma adalah sekelompok kelainan/kerusakan mata yang ditandai dengan berkurangnya peningkatan tekanan (Barbara C. Long)Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini berhubungan dengan peningkatan TIO yang terlalu tinggi. (Brunner & Suddarth)

Glaucoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).

Glaucoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler / tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan pupil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang ( ekantini, 2003 ).

B. ETIOLOGIBilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor aqueus.

Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.

Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan. 

C. MANIFESTASI KLINIK1. Glaukoma Sudut Terbuka

Page 3: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

Pada glaukoma sudut terbuka, saluran tempat mengalirnya humor aqueus terbuka, tetapi cairan dari bilik anterior mengalir terlalu lambat. Secara bertahap akan meningkat (hampir selalu pada kedua bola mata) dan menyebabkan kerusakan saraf optikus serta penurunan fungsi penglihatan yang progresif. Hilangnya fungsi penglihatan pada bagian lapang pandang dan jika tidak diobati pada akhirnya akan menjalar keseluruh bagian lapang pandang, meyebabkan kebutaan. 

Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 35 tahun, tetapi kadang terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan pada penderita diabetes atau myopia. Glaukoma sudut terbuka lebih sering terjadi biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh orang kulit hitam. 

Pada awalnya, peningkatan tekanan didalam mata tidak menimbulkan gejala. Lama kelamaan timbul gejala : a. Penyempitan lapang pandang tepi.b. Sakit kepala ringan c. Gangguan penglihatan yag tidak jelas (misalnya : melihat lingkaran di sekeliling cahaya lampu atau sulit beradaptasi pada kegelapan).

Pada akhirnya terjadi peyempitan lapang pandang yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak disisi lain ketika penderita melihat lurus kedepan (disebut penglihatan terowongan). Glaukoma sudut terbuka mungkin baru menimbulkan gejala setelah terjadinya kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. 

2. Glaukoma Sudut TertutupGlaukoma sudut tertutup terjadi jika saluran tempat mengalirnya humor aqueus

terhalang oleh iris. Setiap hal yang menyebabkan pelebaran pupil (misalnya : cahaya redup, tetes mata pelebaran pupil yang digunakan untuk pemeriksaan atau obat tertentu) bisa menyebabkan penyumbatan aliran cairan karena terhalang oleh iris. Iris bisa menggeser kedepan dan secara tiba-tiba menutup saluran humor aqueus sehingga terjadi peningkatan tekanan didalam mata secara mendadak. 

Serangan bisa dipicu oleh pemakaian tetes mata yang melebarkan pupil atau bisa juga timbul tanpa adanya pemicu. Glaukoma akut bisa sering terjadi karena pupil secara alami akan melebar dibawah cahaya yang redup.Episode akut dari glaukoma sudut tertutup dapat menyebabkan: 

a. Penurunan fungsi penglihatan ringan b. Terbentuknya lingkaran berwarna di sekeliling cahaya.c. Nyeri pada mata dan kepala.

Gejala tersebut berlangsung hanya bebrapa jam sebelum terjadinya serangan lebih lanjut. Serangan lanjutan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan secara mendadak dan nyeri mata yang berdenyut. Penderita juga mengalami mual dan muntah. Kelopak

Page 4: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

mata membengkak, mata berair dan merah. Pupil melebar dan tidak mengecil jika diberi sinar yang terang. Sebagian besar gejala akan menghilang setelah pengobatan, tetapi serangan tersebut bisa berulang. Setiap serangan susulan akan semakin mengurangi lapang pandang penderita. 

3. Glaukoma Sekunder Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat : a. Infeksib. Peradanganc. Tumord. Katarak yang meluase. Penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor aqueus dari bilik anterior.

Penyebab paling sering ditemukan adalah uveitis. Penyebab lainnya adalah penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan pendarahan kedalam mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.

4. Glaukoma KongenitalisGlaukoma kongenitalis sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan

perkembangan saluran humor aqueus. Glaukoma seringkali diturunkan. 

D. TANDA DAN GEJALA1. Glaucoma akut primer

• Awitan gejala akut/mendadak• Nyeri hebat di sekitar mata yang menjalar pada daerah yang dilewati saraf otak V• Nyeri kepala atau dahi• Mual, muntah, dan ketidaknyamanan abdomen• Melihat lingkaran berwarna di sekitar sinar dan pandangan kabur mendadak dengan penurunan persespsi cahaya

2. Glaucoma kronik Primer• Bilateral• Herediter• TIO meninggi• COA terbuka• Bola mata yang tenang• Lapang pandang mengecil dengan macam-macam skotoma yang khas• Perjalanan penyakit progresif lambat

3. Glaucoma skunder• Peningkatan nyeri dan simpton spesifik tergantung pada penyebab penyakit okuler

Page 5: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

4. Glaucoma congenital• Fotofobia• Blefarospasme• Epifora• Mata besar• Kornea keruh

E. KLASIFIKASI GLAUCOMA1. Glukoma primer: Glukoma sudut terbuka terjadi karena tumor aqueus mempunyai

pintu terbuka ke jaringan trabekular kelainannya berkenang lambat. Glaukoma sudut tertutup. Glaukoma sudut tertutup terjadi karena ruang anterior menyempit, sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqoeus mengalir ke saluran schlemm.

2. Glaukoma sekunder: Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata dapat diakibatkan oleh: perubahan lensa, Kelainan uvea, Trauma, Bedah

3. Glaukoma kongenital: Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular

4. Glaukoma absolut: Hasil akhir dari suatu glaukoma yang tidak terkontrol yaitu mengerasnya bola mata, berkurangnya penglihatan sampai dengan nol, dan rasanyeri. Glaukoma absolute merupakan keadan terakhir dari semua macam glaucoma dimana ketajaman penglihatan sudah menjadi nol, rata-rata terjadi setelah satu atau dua tahun serangan pertama glaucoma apabila tidak mendapat pengobatan, tidak dioperasi, salah diagnosis, salah penanganan atau tekanan intra okuler dibiarkan meninggi.

F. KOMPLIKASIa. Peningkatan TIO

Ditandai dengan nyeri okular, nyeri di atas alis dan mual. Ceegah klien membungkuk, mengankat banda berat , mengejan saat buang air besar, batuk dan muntah. 

b. Hipotoni (penurunan TIO)Dapat mentebabkan perdarahan koroid, atau lepasnya korod, ditandai dengan nyeri yang dalam di dalam mata dengan awitan pasti, diaphoresis atau perubahan tanda vital.

Page 6: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

c. InfeksiPantau tanda vital. Infeksi harus di cegah karena klien dapat menghalangi pandangan atau kehilangan mata itu sendiri.

d. Jaringan parutDapat mengurangi keefektifan jalur baru. Steroid topikal dapat digunakan karena efek samping menggunakan steroid adalah memperpanjang kesembuhan luka.

G. PATOFISIOLOGITekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran

keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor diproduksi di dalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.

Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.

H. PATHWAY GLAUKOMA

Page 7: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

Usia > 40 thDM

Kortikosteroid jangka panjangMiopia

Trauma mata

Obstruksi jaringan peningkatan tekanan Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepanCairan humor aqueous

TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan saraf optik tindakan operasi

Perubahan penglihatan Perifer

Kebutaan

I. PEMERIKSAAN FISIK MATA YANG NORMAL

Gangguan persepsi sensori

Anxietas Kurang pengetahuan

Nyeri

Page 8: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

1. Palpebra : Penderita melihat lurus ke depan maka pinggir palpebra atas akan menutupi limbus atas (pinggir kornea) selebar 1 – 2 mm.

2. Konjungtiva : Hiperemi pada glaukoma, Normalnya tidak berwarna.3. Kornea : normalnya bening4. BMD ( Bilik Mata Depan ) normalnya cukup dalam dan jernih5. Pupil : Normalnya mata kiri dan kanan sama lebarnya dan simetris6. Lensa mata : Normalnya Jernih

J. PENGKAJIAN FISIK MATA YANG BISA DILAKUKAN1. Tanometer

Tanometer Schiotz alat ini paling sering dipakai dan mudah penggunaanya.Tanometer aplanasi dengan alat ini didapatkan hasil yang lebih cermat,

tetapi memelurkan slitlamp biomikroskop (mahal).2. Periksa papil syaraf optic

Alat oftalmoskopDilihat papil syaraf optik apakah ada cekungan akibat tekanan yang tinggi (“excavatio” = “cupping”).Luas cekungan dibanding dengan keseluruhan disk=cup / disc ratio (c/d ratio).Normal : c/d ratio 0- 0,3> 0,3 curiga adanya kelainan (kemungkinan juga kongenital).

3. Pengkajian Ketajaman PenglihatanDilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen. Pasien

duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata ditutup. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas kebawah, dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar

V = D/dV = VisusD = Jarak yang dapat dilihat oleh mata normald = jarak yang dapat dilihat oleh penderita

4. Pengkajian Gerakan MataUji Menutup, salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan

pemeriksa, dan pasien di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di tutup karton atau tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan nampak gerakan abnormal mata

5. Pengkajian Lapang PandangPemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling

berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung pemeriksa.

Pemeriksaan lapang pandang teknik konfrontasi dengan pemeriksa dalam jarak 60cm, pasien meminta pandangan fokus ke depan lalu tangan pemeriksa kesamping dan klien diminta untuk memberi tanda jika bisa melihat.

Page 9: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

K. PENATALAKSANAANTujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten

dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit dan respons terhadap terapi:

1. Terapi obat: Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral. Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam.

2. Bedah lazer: Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan tio.

3. Bedah konfensional: Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke anterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran balu melalui sclera.

L. ASUHAN KEPERAWATANProses Keperawawatan1. Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji pada asuha keperawatan dengan Glaukoma adalah1. Riwayat perjalanan penyakita. Pola aktivitas/istirahat

Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hoby sehubungan dengan gangguan       penglihatan.

b. Pola nutrisiGejala : Mual/muntah (glaukoma akut)

c. Pola neurosensori Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan   silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, potofobia (glaukoma akut).Tanda : Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat), peningkatan air mata.

d. Rasa nyaman/nyeriGejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis), sakit kepala, tekanan pada sekitar mata. 

e. Pola penyuluhan/pembelajaranGejala : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler, riwayat stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

2. Riwayat penyakit sebelumnya3. Riwayat pengobatan sebelumnya4. Riwayat sosial ekonomi

Page 10: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

5. Faktor pendukung6. Pemeriksaan diagnostik

2. Diagnosa KeperawatanA. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan

muntah. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria hasil :

- pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri- pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang- ekspresi wajah rileks

Intervensi :- kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri- kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik- anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang- atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.- Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO- Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan- Berikan analgesik sesuai anjuran

B. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal Kriteria Hasil:

- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.

Intervensi :- Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan- Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan- Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis- Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.- Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi

Page 11: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri

C. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.

Tujuan : Cemas hilang atau berkurang Kriteria Hasil:

- Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.- Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah- Pasien menggunakan sumber secara efektif

Intervensi :- Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.- Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.- Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.- Identifikasi sumber/orang yang menolong.

D. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya. Kriteria Hasil:

- pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi :- Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,- Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.- Izinkan pasien mengulang tindakan.- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.- Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,jantung tak teratur dll.- Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup- Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.- Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.- Tekankan pemeriksaan rutin.- Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.

Page 12: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Glaucoma Jupri