laporan pendahuluan asma bronkial indri.docx

Upload: alfiana-nur-sahri

Post on 09-Oct-2015

392 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

KONSEP TEORIA. DefinisiAsma bronkial merupakan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas, dan gejala pernafasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversibel tergantung berat dan lamanya penyakit. (Kapita Selekta Kedokteran, 1999)

B. EtiologiAsma selalu dihubungkan dengan bronko spasme yang reversibel dan sebagai faktor pencetus adalah :1. Alergi2. Infeksi dan iritasi3. Ketidakseimbangan saraf otonom4. Perubahan lingkungan dan suhu

C. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.2. Batuk produktif, sering pada malam hari.3. Nafas atau dada seperti tertekan. Gejalanya bersifat paroksismal,yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari. Penyebabnya tidak mengerti dengan jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan variasi sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan nafas. Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernafasan lambat dan mengi. Ekspirasi selalu lebih susah dan lebih panjang dari inspirasi membuat pasien untuk duduk tegak dan menggunakan otot-otot aksesori pernafasan jalan nafas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk semula ringan makin lama makin berat. Sputum makin kental dan susah dibatukkan sianosis sekunder bila terjadi hipoxia berat dan gejala-gejala retensi karbondioksida. Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan, kadang terjadi reaksi kontinue yang lebih berat yang disebut status asmatekus. Kondisi ini dapat mengancam kehidupan.

D. Patofisiologi (Pohon Masalah)

AlergiInfeksi dan iritasiKetidakseimbangan saraf otonom Perubahan lingkungan dan suhuInflamasi Hiperekskresi Akumulasi sekret (hiperskresi) Obstruksi jalan nafas Demam Infeksi saluran nafas atas Berkurangnya area permukaan alveoli yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinue Resti defisit vol. cairan Bersihan jalan nafas tidak efektif Bronko spasme Edempada saluran nafasSesak Kelemahan Intoleransi aktivitas Suplai O2 turun Ischemic Kerusakan dinding alveoliGangguan difusi O2Gangguan perfusi jaringanHiperventilasi Tidak ada pertukaran gasHipoksemia Kompensasi tubuh banyak mengeluarkan keringat Gangguan difusi O2Rusaknya eliminasi O2 Peningkatan tekanan CO2 (hiperkapnea)

`

E. Pemeriksaan Penunjang Melakukan pemeriksaan laboratorium antara lain :1. Pemeriksaan sputumPada pemeriksaan sputum ditemukan :a. Kristal-kristal charcot legden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.b. Terdapatnya spiral curshmann, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkusc. Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epithel bronkusd. Terdapatnya neutrofil eosinofil2. Pemeriksaan darah untuk melihata. Gas analisa darahTerdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2 maupun peningkatan Ph menunjukkan kondensasi prognosis yang buruk.b. Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi c. Hiponatremia, kadang-kadang PMN meningkat di atas 15.000/mm3 menandakan terdapatnya infeksid. Pada pemeriksaan alergi terdapat IgE yang meningkat pada waktu serangan dan menurun waktu bebas serangan 3. Foto rontgen untuk melihat keadaan paru-paru apakah terdapat komplikasi atau tidak.4. Pemeriksaan faal paru, untuk melihat adanya perubahan ventilasi perfusi, difusi udara selama serangan asma.5. Elektrokardiografi untuk melihat perubahan aksis jantung, melihat tanda-tanda hipertrofi jantung, melihat adanya tanda-tanda hipoksemia.6. Skaning paru untuk melihat ada tidaknya perubahan rasio ventilasi paru.

F. PenatalaksanaanTujuan terapi asma yaitu :1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma2. Mencegah kekambuhan3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankanny4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise5. Menghindari efek samping obat asma6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel Penatalaksanaan Therapi :1. Oksigen 4 6 liter/menit2. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau fereterol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian agnosis B2 dapat secara subkutan atau IV dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan.3. Aminofilin bolus IV 5 6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan dosis.4. Kortikosteroid hidrokortison 100 200 mg IV jika tidak ada respon segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

G. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung 1. Pertukaran gas, kerusakanData Dispnea, sianosisTakikardia Gelisah/perubahan mentalHipoksia 2. Bersihan jalan nafas, tak efektifData Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan Bunyi nafas tidak normal, penggunaan otot aksesori Dispnea, sianosisBatuk efektif atau tak efektif, dengan/tanpa produksiSputum 3. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadapData Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual 4. Cemas/ansietas/ketakutan (uraikan tingkatan)Data Gelisah, peka rangsangMenolak atau perilaku menyerangRangsangan simpatis, misal : eksitasi kardiovaskuler, dilatasiRepil, berkeringat, muntah, diareMenangis, suara menggigit H. Diagnosa Keperawatan1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi mukus, spasme bronkus.2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkus spasme, peningkatan produksi mukus, mukus bertahan tebal dan kental, penurunan energi/kelemahan untuk batuk.3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan demam, diaforesis dan hiperventilasi.4. Cemas berhubungan dengan hiperventilasi, ancaman kehidupan perubahan status kesehatan, hipoksemia.I. Rencana Asuhan Keperawatan1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi mukus, spasme bronkus.Tujuan :Mempertahankan suplai O2 dan ventilasi alveolus yang adekuat.Kriteria hasil :Bebas gejala distress pernafasan.Intervensi dan rasional :a. Kaji frekuensi, ke dalam pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas, bibir, ketidakmampuan berbicara.R/ :Untuk mengevaluasi derajat distrees pernafasanb. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.R/ :Distribusi O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk.c. Dorong pasien untuk mengeluarkan sputum, bila perlu lakukan penghisapan.R/ :Sputum yang tebal dan kental adalah sumber utama gangguan pertukaran gas, penghisapan dilakukan bila batuk tidak efektifd. Auskultasi bunyi nafas secara periodik.R/ :Masih adanya mengi mengidentifikasikan masih adanya spasmebronkus/tertahannya sekrete. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung R/ :Takikardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung f. Kolaborasi berikan O2 sesuai hasil GDA dan toleransi pasienR/ :Untuk memperbaiki hipoksia 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkus spasme, peningkatan produksi mukus, mukus bertahan tebal dan kental, penurunan energi/kelemahan untuk batuk.Tujuan :Mampu mengeluarkan sekret lebih efektif.Kriteria hasil : Sekresi dapat diluluhkan atau dihisap minimal Bunyi nafas terdengar bersih Intervensi dan rasional :a. Auskultasi bunyi nafas R/ :Mengetahui derajat spasmeb. Kaji pantau frekuensi pernafasanR/ :Takipnea sering terjadic. Catat adanya/derajat distres, misal : keluhan air hungry, gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu R/ :Disfungsi pernafasan adalah indikator kegagalan nafas d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman untuk bernafasR/ :Pasien dengan distress pernafasan akan mencari posisi yang nyaman dan mudah untuk bernafas, membantu menurunkan kelemahan otot dan mempermudah ekspansi dada

3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan demam, diaforesis dan hiperventilasiTujuan :Mempertahankan keseimbangan volume cairan dan elektrolit yang adekuat.Kriteria hasil : Tekanan darah dan nadi dalam batas normal Turgor kulit dalam batas normal Asupan dan haluaran seimbang BB stabil Berat jenis urine dalam batas normal (1,010 1,025) Intervensi dan rasional :a. Kaji perubahan tanda vital, contoh : suhu meningkat, takikardia, hipotensi ortostatikR/ :Indikator kekurangan cairan sistemikb. Kaji turgor kulit, membran mukosaR/ :Indikator kekurangan cairan c. Pantau masukan dan hantaran R/ :Indikator keadekuatan volume cairan tubuh d. Timbang BB setiap hariR/ :Indikator kekurangan cairan bila kehilangan berat BB secara individue. Tingkatkan asupan oral 2.500 ml/hari atau sesuai kondisi individuR/ :Untuk pemenuhan kebutuhan dasar mengurangi resiko dehidrasi lebih lanjut f. Kolaborasi : Berikan cairan perparenteral sesuai indikasiR/ :Penggunaan cairan parenteral berguna memperbaiki dehidrasi Pantau BJ urineR/ :Indikator kekurangan cairan bila BJ urine meningkat Pantau kadar elektrolit R/ : Indikator adanya asidosis akibat dehidrasi 4. Cemas berhubungan dengan hiperventilasi, ancaman kehidupan perubahan status kesehatan, hipoksemia.Tujuan :Mengalami penurunan tingkat kecemasan.Kriteria hasil :Melaporkan penurunan tingkat kecemasan sampai tingkat yang dapat ditangani dengan managemen koping.Intervensi dan rasional :a. Kaji tingkat ansietas dan yakinkan bahwa perasaannya adalah normal dan dorong pasien/orang terdekat untuk mengungkapkan perasaannya.R/ :Dapat membantu untuk mengontrol emosinya sendiri.b. Berikan lingkungan yang tenang dan nyamanR/ :Dapat menurunkan tingkat ansietas c. Bantu pasien mencari posisi yang nyaman untuk bernafas, fokus bernafas, relaksasiR/ :Untuk mengontrol dan menurunkan tingkat ansietasd. Dukung pasien/orang terdekat untuk menerima situasi dan libatkan pasien dalam perencanaan keperawatanR/ :Merupakan mekanisme koping yang adaptif

Daftar Pustaka

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (2005). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (2009). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (2003). l.uckman & Sorensens Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.

Marylin E doengoes. (2004). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Mansjoer, Arif M (dkk). (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Rab. Tabrani. (2006). Prinsip Gawat Paru ed. 2. Jakarta : EGC.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (2004). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (2006). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.