laporan pendahuluan asma bronkhial.doc

48
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ADENIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER disusun untuk memenuhi tugas pada Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah oleh Ely Rahmatika Nugrahani, S.Kep NIM 112311101038

Upload: ely-rahmatika-nugrahani

Post on 27-Jan-2016

481 views

Category:

Documents


101 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ADENIUM

RSD dr. SOEBANDI JEMBER

disusun untuk memenuhi tugas pada Pendidikan Profesi NersStase Keperawatan Medikal Bedah

olehEly Rahmatika Nugrahani, S.Kep

NIM 112311101038

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER2015

Page 2: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

LAPORAN PENDAHULUANASMA BRONKHIAL

Ely Rahmatika Nugrahani

A) KASUS

Asma Bronkhial

B) PROSES TERJADINYA MASALAH

A. PENGERTIAN

Pengertian terkait dengan asma bronkhial menurut beberapa ahli adalah

sebagai berikut:

1) Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,

reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif

terhadap stimulasi tertentu (Smeltzer dan Bare, 2001)

2) Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang

mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. Tingkat penyempitan jalan

nafas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi. Asma

berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal bahwa asma adalah

proses reversible. (Brunnert & Suddarth, 2001)

3) Asma brokial adalah obstruksi nafas akut, episodic yang disebabkan

oleh rangsangan yang tidak menimbulkan respon pada orang sehat

(allergen ) yang ditandai dengan mengi dan dipsnea, yang tidak

disertai oleh penyakit jantung atau penyakit lain (Tambayong, 2000).

Beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa asma bronkial

adalah suatu penyempitan jalan nafas intermiten, reversibel, dan episodic,

yang disebabkan oleh rangsangan allergen serta ditandai dengan adanya

mengi dan dyspnea.

Page 3: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

Gambar 1. Perbedaan Otot Pernafasan Normal danOtot Pernafasan saat Asma

Gambar 2. Perbedaan Bronkiolus normal dan Bronkiolus Asma

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya

berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru

terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan

mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus.

Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi

Page 4: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang

disebut bronchopulmonary segments.

Gambar 3. Gambaran Lobus Paru

Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut

mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura

terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu

selaput yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu

selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat

rongga yang disebut kavum pleura (Guyton, 2007).

Gambar 4. Gambaran Pleura Viseral dan Pleura Parietal

Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring,

laring, trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2

Page 5: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

bagian, yakni saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah.

Pernafasan bagian atas meliputi, hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan

faring. Pernafasan bagian bawah meliputi, laring, trakea, bronkus, bronkiolus

dan alveolus paru (Guyton, 2007). Pada pernafasan melalui paru-paru atau

pernafasan external, oksigen di ambil melalui hidung dan mulut. Pada waktu

bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan

dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris.

Gambar 5. Proses Pernafasan

Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen

dan darah oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel

darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri

kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen

100 mmHg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru, karbon

dioksida, salah satu hasil buangan. Metabolisme menembus membran alveoli,

kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial,

trakea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Page 6: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

Gambar 6. Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan

normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada

sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada

ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer

(Guyton, 2007). Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara

darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan

oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen

dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan

metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara

kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut.

Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit

(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama

(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung gelembung paru-paru (alveoli)

yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida

dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta

alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara tersebut

dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat

menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis.

Page 7: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi

empat mekanisme dasar menurut Guyton (2007), yaitu sebagai berikut:

a. ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan

atmosfer;

b. difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah;

c. transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh

ke dan dari sel;

d. pengaturan ventilasi .

C) ETIOLOGI

Dudut (2003) mengatakan bahwa, ada beberapa hal yang merupakan

faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial.

a. Faktor Predisposisi

a. Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan

penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita

penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat

mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor

pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa

diturunkan.

b. Faktor Presipitasi

a. Alergen

Alergen dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti debu, bulu

binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

b. Ingestan, yang masuk melalui mulut, misalnya makanan dan obat-

obatan

c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, misalnya

perhiasan, logam dan jam tangan

Page 8: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

b. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan

faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan

berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,

musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga

dan debu.

c. Stress

Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,

selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.

Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita

asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat

untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum

diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

d. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab

terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia

bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri

tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu

libur atau cuti.

e. Olah raga atau aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat

paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena

aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Page 9: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

Gambar 7. Etiologi Asma Bronkhial

D) KLASIFIKASI DAN TINGKATAN

Klasifikasi asma bronchial menurut Dudut (2003), dapat dibagi menjadi

3 yaitu sebagai berikut:

a. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor

pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-

obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering

dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang

disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

b. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus

yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga

disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan

Page 10: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu

dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa

pasien akan mengalami asma gabungan.

c. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari

bentuk alergik dan non-alergik.

Tingkatan asma bronchial adalah sebagai berikut:

1. Tingkat I

Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.

Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan

testprovokasi bronkial di laboratorium.

2. Tingkat II

Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru

menunjukkanadanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai

pada klien setelah sembuh serangan.

3. Tingkat III

Tanpa keluhan. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya

obstruksi jalan nafas. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak

diteruskan mudah diserang kembali.

4. Tingkat IV

Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan

nafas.

5. Tingkat V

Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma

akutyang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim

dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas

yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :

Kontraksi otot-ototpernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita

tampak letih, takikardi.

Page 11: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

E) MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronchial menurut

Smeltzer dan Bare (2005), adalah batuk, dispnea, dan mengi. Biasanya pada

penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada

saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk

dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja

dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi

(whezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.

Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma

yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain silent

chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan

pernafasan cepat dangkal. Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

Selain gejala tersebut, ada beberapa gejala menyertainya antarala lain sebagai

berikut:

a. Takipnea

b. Gelisah

c. Diaphorosis

d. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan

e. Fatigue ( kelelahan)

f. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara. 

g. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada

disertaipernafasan lambat.

h. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi

i. Sianosis sekunder

j. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan

pelebaran tekanan nadi

k. Seragan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat

hilang secara spontan

F) PATOFISIOLOGI

Page 12: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada

asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut, seorang yang

alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E

abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila

reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama

melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan

erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen

maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan

antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan

mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang

bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik

dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan

menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi

mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos

bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat

meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi

daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama

eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah

tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan

eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada

penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,

tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.

Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat

meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara

ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

Page 13: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

Gambar 8. Algoritma Patofisiologi Penyakit

G) KOMPLIKASI

Berbagai komplikasi yang mungkin muncul menurut Mansjoer (2000)

adalah sebagai berikut:

a. Pneumo thoraks

b. Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang

dicurigaibila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat

menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan

kegagalan nafas. Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat.

Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi

yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus,

pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat

menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan

ventilasi.

c. Pneumomediastinum

Pneumomediastinum dari  bahasa Yunani pneuma  “udara”, juga dikenal

sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadirdi

mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh  Rene Laennec, kondisi

inidapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke

udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada

d. Emfisema subkutis

Page 14: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

e. Ateleltaksis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatansaluran udara (bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat

pernafasan yang sangat dangkal.

f. Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur

dan tersifatoleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga

dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak

dan mata. Istilah Aspergilosis dipakaiuntuk menunjukkan adanya

infeksi Aspergillus sp. Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA )

adalah suatu reaksi alergi terhadap jamuryang disebut aspergillus, yang

menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan dankantong

udara.6.Bronkopulmonar alergik

g. Gagal nafas

h. Bronchitis

Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian

dalam darisaluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronchiolis)

mengalami bengkak. Selainbengkak juga terjadi peningkatan produksi

lendir (dahak). Akibatnya penderita merasaperlu batuk berulang-ulang

dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, ataumerasa sulit

bernafas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir

i. Fraktur iga

H) PEMERIKSAAN PENUNJANG

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan yang dapat dilakaukan menurut Dudut (2003) adalah sebagai

berikut:

a. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

Page 15: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

a. kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari

kristal eosinopil.

b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)

dari cabang bronkus.

c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya

bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat

mucus plug.

b. Pemeriksaan darah

e. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula

terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

f. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

g. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas

15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

h. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E

pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2) Pemeriksaan Penunjang

a. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang

paling cepat dansederhana diagnosis asma adalah melihat respon

pengobatan dengan bronkodilator.Pemeriksaan spirometer dilakukan

sebelum dan sesudah pamberian bronkodilatoraerosol (inhaler atau

nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVCsebanyak

lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma. Tidak adanya respon

aerosolbronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja

penting untukmenegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai

berat obstruksi dan efekpengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan

tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

Page 16: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

b. Uji Provokasi bronkus

Sundaru (2001) mengatakan bahwa, dapat dilakukan jika spirometri

normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan allergen, dan

hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji.

c. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

i. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari

kristal eosinopil.

j. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari

cabang bronkus.

k. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

l. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus

plug.

d. Uji kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang

dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

e. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat

dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang

terjadi pada empisema paru yaitu :

m. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis

deviasi dan clock wise rotation.

n. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya

RBB (Right bundle branch block).

o. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,

SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

f. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum

Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan

diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari

30 % menderita alergi.

Page 17: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

g. Foto dada (scanning paru)

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa

redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-

paru.

h. Analisis gas darah

p. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula

terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah

terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

q. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas

15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

I) PENATALAKSANAAN

Dudut (2003) mengatakan, bahwa prinsip umum pengobatan asma

bronchial adalahs ebagai berikut:

a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

b. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan

asma

c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai

penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan

penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang

diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.

1) Penatalaksanaan Medis

a. Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2

golongan:

- Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin). Nama obat:

Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), Terbutalin (bricasma).

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,

sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI

(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang

dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan

Page 18: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang

oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang

sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

- Santin (teofilin). Nama obat: Aminofilin (Amicam supp),

Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex) Efek dari teofilin

sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya

berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya

saling memperkuat. Cara pemakaian: bentuk suntikan teofillin /

aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan

perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering

merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya

diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang

mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat

ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara

pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini

digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum

teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

b. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah

serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi

terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat

anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu

bulan.

c. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.

Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg/hari. Keuntungnan obat

ini adalah dapat diberika secara oral.

2) Penatalaksanaan Keperawatan

- Memberikan pendidikan kesehatan terkait asma bronkhial

- Mengenalkan dan memotivasi untuk menghindari faktor pencetus

Page 19: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

- Pemberian cairan

- Fisiotherapy untuk membantu menghilangkan secret

- Beri O2 untuk mengatasi sesak nafasnya

- Memanajemen lingkungan untuk mencegah komplikasi sekunder

- Memotivasi pasien dengan melalui dukungan keluarga

Page 20: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

PATHWAYS

Faktor Ekstrisik Faktor Intrinsik

Bronkial menjadi sensitive Penurunan stimulasi reseptorterhadap Ig E iritan pada trakeobronkhial

Peningkatan cell mast merangsang reflek reseptor pada trakeobronkhial trakeobrokhial

Stimulasi reflek pelepasan histamine stimulasi bronkospasme danreseptor syaraf terjadi stimulasi pada kontraksi otor bronkhiolusparasimpatis pada bronkospasme sehinggamuskosa bronchial terjadi kontraksi bronkus

peningkatan permeabilitasvaskuler sebagai keocoran protein dan cairan didalamjaringan

perubahan jaringan dan peningkatan IgE dalam serum

respon dinding bronkus

Bronkospasme oedema mukosa hipersekresi mukosa

Wheezing penyempitan bronkus penumpukan secret kental

Ventilasi terganggu secret tidak bisa keluar

Hiperkapnia penurunan penurunan Menyumbat jalan nafassuplai O2 suplai O2

Hipoksemia kejaringan ke otak

Gelisah

Krisissituasinal

metabolisme menurun

energi menurun

kelemahan fisik

Ketidakefektifan bersihan jalan

nafasGanguanperfusi jaringan

Ganguan perfusi serebral

Ansietas

Gangguan pola nafas

Intoleransi Aktivitas

Page 21: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

C) ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBERFORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Ely Rahmatika NugrahaniNIM : 112311101038Tempat Pengkajian : Ruang Adenium RSU Dr. Soebandi JemberTanggal : -

I. Identitas Pasien

Nama : - No. RM : -Umur : segala usia Pekerjaan : pekerjaan yang meningkatkan

asma bronkhial dapat memicu lebih banyak terjadinya misalnya pekerjaan yang setiap hari terpapar dengan AC, lingkungan udara yang kurang sehat, cuaca dingin, atau berdebu

Jenis Kelamin

: Laki laki dan perempuan Status Perkawinan

: -

Agama : Agama tidak mempengaruhi terjadinya pneumonia

Tanggal MRS

: -

Pendidikan : Pendidikan yang rendah, seperti SD atau tidak sekolah dapat menjadi faktor kurangnya pengetahuan dalam melaksanakan tugas keluarga dalam menjaga kesehatan.

Tanggal Pengkajian

: -

Alamat : Tempat tinggal pasien yang dapat menjadi faktor terjadinya asma adalah timpat tinggal yang kotor, dingin, berdebu.

Sumber Informasi

: rekam medik dan pengkajian

Page 22: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

Fokus Pengkajian

a. Riwayat kesehatan masa lalu

- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya

- Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan

b. Aktivitas

- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas

- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan

melakukan aktivitas sehari-hari           

- Tidur dalam posisi duduk tinggi

c. Pernapasan

- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur

- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu,

melebarkan hidung.

- Adanya bunyi napas mengi

- Adanya batuk berulang

d. Sirkulasi

- Adanya peningkatan tekanan darah

- Adanya peningkatan frekuensi jantung

- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis

e. Integritas ego

- Ansietas

- Ketakutan

- Peka rangsangan

- Gelisah

f. Asupan nutrisi

- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan

- Penurunan berat badan karena anoreksia

g. Hubungan sosial

- Keterbatasan mobilitas fisik

- Susah bicara atau bicara terbata-bata

Page 23: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

- Adanya ketergantungan pada orang lain

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan bronkospasme

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekeret

3. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otak

4. Gangguan perfusi jaringan berhuungan dengan penurunan suplai O2 ke

jaringan

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan

6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Page 24: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

Perencanaan keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional1. Gangguan poa nafas

berhubungan dengan bronkospasme

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)

- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

1. Posisikan pasien semifowler2. Pasang mayo bila perlu3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu4. Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction5. Berikan bronkodilator6. Atur intake untuk cairan.7. Monitor respirasi dan status O2 :

- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

- Pertahankan jalan nafas yang paten

- Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

- Monitor vital sign- Informasikan pada pasien dan

keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.

- Ajarkan bagaimana batuk efektif

- Monitor pola nafas

1. Memaksimalkan ventilasi2. Membebaskan jalan nafas3. Membantu mengeluarkan secret4. Membantu mengeluarkan secret

5. Membantu membebaskan jalan nafas6. Menyeimbangkan cairan7. Mencegah adanya komplikasi

sekunder

2. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret pada bronkus DS:Dispneu

NOC:Status

pernafasan: ventilasi- Status

pernafasan: kepatenan jalan nafas

- Kontrol aspirasi

NIC:1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal

suctioning.2. Berikan O2

3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

1. Membebaskan jalan napas

2. Memperkuat keadekuatan pernapasan

3. Mengurangi kebutuhan

Page 25: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

DO:1. Penurunan suara

nafas2. Orthopneu3. Cyanosis4. Kelainan suara

nafas (rales, wheezing)

5. Kesulitan berbicara

6. Batuk, tidak efekotif atau tidak ada

7. Produksi sputum8. Gelisah9. Perubahan

frekuensi dan irama nafas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jampasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.

d. Saturasi O2 dalam batas normal

e. Foto thorak dalam batas normal

4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Berikan bronkodilator :9. Monitor status hemodinamik

10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

11. Berikan antibiotik

12. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

13. Monitor respirasi dan status O214. Pertahankan hidrasi yang adekuat

untuk mengencerkan sekret15. Jelaskan pada pasien dan keluarga

tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

energi dan penggunaan O2

4. Mempertahankan keadekuatan pernapasan

5. Membantu mengeluarkan sekret yang menumpuk

6. Membantu mengeluarkan sekret yang menumpuk

7. Mengetahui apakah sekret sudah keluar

8. Melebarkan bronkus9. Mengontrol keadaan

kardiopulmonal10. Melembabkan udara

yang baik bagi penapasan11. Membantu membunuh

invasi antigen dari eksternal12. mengoptimalkan

keseimbangan13. mengetahui status O214. mengencerkan secret

15. mengurangi kecemasan keluaga

3. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otak

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam pasien akan menunjukkanadanya peningkatan perfusi jaringan dengan ditandai:

NOC: Tissue Perfusion: Cerebral

NIC:

Circulatory Precaution

1. Kaji sirkulasi perifer secara komprehensif (nadi perifer, edema, CRT, warna, dan suhu ekstremitas)

2. Kaji kondisi

1. Mengetahui status sirkulasi perifer dan adanya kondisi abnormal pada tubuh

2. Mengetahui adanya perubahan akibat gangguan

Page 26: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

a. menunjukkan perfusijaringan membaik TD dalam batas normal, tidak ada keluhan sakit kepala

b. Tanda-tanda vital stabilc. Tidak menunjukkan

adanyagangguan perfusi meliputi disorientasi, kebingungan, maupun nyeri kepala.

ekstremitas meliputi kemerahan, nyeri, atau

Pembengkakan

3. Hindarkan cedera pada area dengan perfusi yang minima

4. Hindarkan klien dari posisi trendelenberg yang meningkatkan TIK

5. Hindarkan adanya penekanan pada area cedera

6. Pertahankan cairan dan obat obatan sesuai program

sirkulasi perifer

3. Menghindari cedera untuk meminimalkan luka

4. Posisi trendelenberg akan meningkatkan TIK sehingga memperparah kondisi klien

5. Mengurangi penekanan agar perfusi tidak terganggu

6. Mengurangi keluhan pasien dari segi obat – obatan medis untuk meningkatkan sattus perfusi

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan saturasi O2

DS:Pasien sesak nafasDO:

1. Nadi lemah2. Perubahann

karakteristik kulit (misal: warna, elastisitas, kelembapan rambut, kuku, sensasi, temperatur)

3. CRT > 3 detik

NOC:- Status sirkulasi - Manajemen cairan - Tanda vital Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jampasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :a. Tekanan darah sistolik dbn b. Tekanan darah diastolik dbn c. Kekuatan nadi dbn d. Rata-rata tekanan darah dbn e. Nadi dbn f. Tekanan vena sentral dbn g. Tidak ada bunyi hipo jantung

NIC:Status sirkulasi 1. Kaji secara komprehensif sirkukasi

perifer (nadi perifer, edema, kapillary refill, warna dan temperatur ekstremitas)

2. Evaluasi nadi perifer dan edema

3. Inpseksi kulit adanya luka

4. Kaji tingkat nyeri 5. Elevasi anggota badan 20 derajat

atau lebih tinggi dari jantung untuk meningkatkan venous return

6. Ubah posisi pasien minimal setiap

1. Mengetahui tanda-tanda gangguan perifer

2. Mengetahui tanda-tanda gangguan perifer

3. Agar luka ditangani darin infeksi karena beresiko mengalami delay healing

4. Mengetahui tingkat nyeri pasien

5. Meningkatkan venous return

Page 27: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

4. Penurunan tekanan darah pada ekstremitas

5. Edema6. Nyeri ekstremitas7. Parastesia8. Keterlambatan

penyembuhan luka

abnormal h. Tidak ada angina i. AGD dbn j. Kesimbangan intake dan

output 24 jam k. Perfusi jaringan perifer l. Kekuatan pulsasi perifer m. Tidak ada pelebaran vena n. Tidak ada distensi vena

jugularis o. Tidak ada edema perifer p. Tidak ada asitesq. Pengisian kapiler r. Warna kulit normal s. Kekuatan fungsi otot t. Kekuatan kulit u. Suhu kulit hangat v. Tidak ada nyeri ekstremitas

2 jam sekali 7. Monitor status cairan masuk dan

keluar 8. Gunakan therapeutic bed 9. Dorong latihan ROM selama

bedrest 10. Dorong pasien latihan sesuai

kemampuan 11. Jaga keadekuatan hidrasi untuk

mencegah peningkatan viskositas darah

12. Kolaborasi pemberian antiplatelet atau antikoagulan

13. Monitor laboratorium Hb, Hematokrit

Manajemen cairan 1. Catat intake dan output cairan 2. Monitor status hidrasi 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Monitor status nutrisi

6. Meminimalkan decubitus

7. Mengontrol volume yang masuk ke dalam jantung dan paru

8. Memudahkan mengatur posisi pasien

9. Meminimalkan kelemahan ekstremitas pasca bedrest

10. Meminimalkan kelemahan ekstremitas pasca bedrest

11. mencegah peningkatan viskositas darah

12. mencegah koagulasi darah

13. memantau keadaan darah

1. Menghitung balance cairan

2. Mengetahui kebutuhan cairan

3. Mengetahui status pasien

4. Mmengontol nutrisi

Page 28: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan metabolismeDS:- Melaporkan

secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.

- Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

DO :- Respon

abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

- Perubahan ECG : aritmia, iskemia

NOC : - Perawatan diri:

ADLs- Konservasi

eneergiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 x 24 jam bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :a. Berpartisipasi

dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

b. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC :1. Observasi adanya pembatasan

pasien dalam melakukan aktivitas2. Kaji adanya faktor yang

menyebabkan kelelahan3. Monitor nutrisi dan sumber

energi yang adekuat4. Monitor pasien akan adanya

kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

8. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

10. Bantu untuk mengidentifikasi dan

1. Mengurangi pengeluaran energi yang tidak perlu

2. Mengurangi penyebab kelelahan

3. Meningkatkan energi dengan cara meningkatkan nutrisi

4. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

5. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

6. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

7. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

8. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

9. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan

Page 29: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

13. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

10. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

11. untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

12. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

13. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

14. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

15. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

16. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam pasien akan menunjukkan adanya penurunan kecemasan atau hilang. Dengan kriteria hasil:- Pasien

mampu melakukan aktivitas normal tanpa terlihat cemas

- TD 120/80 mmH

1. Kaji tingkat kecemasan pasien..

2. Berikan penjelasan yang akurat tentang keadaan penyakit dan proses terjadinya penyakit.

3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara memahami berbagai perubahan akibat

1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien

2. Pasien mengetahui secara pasti apa yang sedang dihadapi saat ini.

3. Usaha memberikan koping adaptif.

Page 30: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

- Nadi 80-100 x/menit

penyakitnya.4. Biarkan pasien dan keluarga

mengekspresikan perasaan mereka.4. Setelah pasien mengekpresikan

diharapkan pasien mampu mengkontrol ansietasnya dikemudian.

7. Kurang Pengetahuan berhubungan kurangnya informasi

Setelah dilakukan asuhan selama 1x24 jam kecemasan pasien teratasi dengan kriteria hasil:- Pasien mampu

mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

- Vital sign dalam batas normalTD: 120/80 mmHgNadi: 80-100 x/menitRR: 18-24 x/menitSuhu: 36-37,5oC

- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

4. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

5. Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien

6. Ajarkan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

7. Dengarkan dengan penuh perhatian

8. Identifikasi tingkat kecemasan

9. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

10. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

1. Menjalin BHSP

2. Memberikan informasi untuk koping adaptif pasien

3. Mengurangi kecemasan pasien

4. Memberikan informasi dan menggambarkan kondisi pasien saat ini

5. Sebagai bentuk dukungan dan meningkatkan koping keluarga sera pasien

6. Mengurangi nyeri pasien dengan teknik non medis

7. Sebagai bentuk dukungan dan meningkatkan koping pasien.

8. Meningkatkan koping adaptif pasien

9. Memahami perasaan cemas yang dirasakan dan mengurangi kecemasan secara verbal

10. Mengurangi cemas maladaptive dari segi medis untuk mencegah komplikasi kecemasan terhadap tindakan prosedur penanganan penyakit.

Page 31: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

D) DISCHARGE PLANNING

Adapun discharge planning yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Kaji kemampuan pasien

untuk meninggalkan RS

b. Kaji kemampuan pasien

untuk melanjutkan terapi di rumah

c. Ajarkan keluarga dan pasien

mnegenali factor pencetus dan menghindarinya

d. Anjurkan pasien memiliki

aktivitas yang tidak berat

e. Peragakan dan tekankan

tehnik pencucian tangan yang baik

f. Instruksikan untuk menutup

mulut ketika batuk, gunakan tisue sekali pakai jika tersedia, letakkan dalam

kantung kertas dan buang

g. Intruksikan untuk batuk

efektif setiap ada dahaknya ketika batuk.

h. Motivasi pasien untuk tetap

check up rutin

Page 32: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Retno, at al. 2006. Penumonia. http://old.pediatrik.com/pkb/061022023132-f6vo140.pdf [5 Desember 2015].

Baughman, D.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Betz, C. L., & Sowden, L. A .2002. Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta: RGC.

Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Guyton, A.C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluan Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Penumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

NANDA. 2014. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A. dan Wilson, Loraine M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S., dan Bare, Doris S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Soemantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

WHO. 2014. Pneumonia. [serial online] http://www.who.int/mediacentre /factsheets/fs331/en/ [5 Desember 2015].

Page 33: Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial.doc