laporan pendahuluan asfiksia
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG ANYELIR (NICU)
RSU R.A KARTINI JEPARA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
di Ruang Anyelir, RSU R.A Kartini Jepara
Dosen Pembimbing : Ns. Zubaidah, M.Kep., Sp. Kep. An.
Oleh:
Ervina Hesti Utami
22020111130066
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA NEONATORUM
A. PENGERTIAN ASFIKSIA
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak bernapas
secara spontasn dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau
persalinan (Sofian, 2012).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011)
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami
gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan karbondioksida (Sarwono,
2010).
Asfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan dari kegagalan janin (fetal
distress) intrauteri. Fetal distress adalah keadaan ketidakseimbangan antara kebutuhan
O2 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolism janin menuju
metabolism anaerob, yang menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan lagi CO2
(Manuaba, 2008).
B. KLASIFIKASI ASFIKSIA
Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration)
asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu (Nurarif & Kusuma, 2013):
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (asfiksia ringan) dengan nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Tabel 1. Penilaian Apgar Skor
Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut jantung (pulse) Tidak ada Lambat < 100 >100
Usaha nafas (respiratory) Tidak adaLambat, tidak
teraturMenangis dengan keras
Tonus otot (activity) Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
ekstremitas
Kepekaan
reflek(grimace)Tidak ada Merintih Menangis kuat
Warna(appearence) Biru pucat
Tubuh merah
muda, ekstremitas
biru
Seluruhnya merah
muda
Tabel 2. Klasifikasi Derajat Vitalitas Bayi Baru Lahir menurut APGAR Score
(Carpenito, 2007)
Klasifikasi Nilai APGAR Derajat Vitalitas
A
Asfiksia Ringan / tanpa asfiksia
7-10 Tangisan kuat disertai gerakan
aktif
B
Asfiksia Sedang
4-6 Pernafasan tidak teratur,
megap-megap, atau tidak ada
pernafasan
C
Asfiksia Berat
0-3 Denyut jantung < 100x/menit
atau kurang
D
Fres Stillbirth
(Bayi Lahir mati)
0 Tidak ada pernafasan
Tidak ada denyut jantung
C. ETIOLOGI
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang yang
mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut menjadi asfiksia
bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (Nurarif & Kusuma, 2013):
1. Faktor ibu
a) Preeklampsia dan eklampsia
b) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c) Partus lama atau partus macet
d) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
c) Kelainan bawaan (kongenital)
d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Tabel 3. Sebab Asfiksia Neonatarum yang Merupakan
Kelanjutan dari Fetal Distress
Faktor Disebabkan Keterangan
Maternal Hipotensi syok
dengan sebab
apapun
Anemia maternal
Penekanan
respirasi atau
penyakit paru
Malnutrisi
Asidosis dan
dehidrasi
Supine hipotensi
Aliran darah menuju plasenta akan berkurang
sehingga O2 dan nutrisi makin tidak
seimbang untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Kemampuan transportasi O2 turun sehingga
konsumsi O2 janin tidak terpenuhi
Metabolisme janin sebagian menuju
metabolisme anaerob sehingga terjadi
timbunan asam laktat dan piruvat serta
menimbulkan asidosis metabolic
Semuanya memberikan kotribusi pada
pertumbuhan konsentrasi O2 dan nutrisi
makin menurun.
Uterus Aktivitas
kontraksi
memanjang/hiper
aktivitas
Gangguan
Vaskuler
Menyebabkan aliran darah menuju plasenta
makin menurun sehingga O2 dan nutrisi
menuju janin makin berkurang
Timbunan glukosanya yang menimbulkan
energy pertumbuhan melalui O2 dengan hasil
akhir CO2 atau habis karena dikeluarkan
melalui paru – paru atau plasenta janin, tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Metabolisme beralih menuju metabolisme
anaerob yang menimbulkan asidosis
Plasenta Degenerasi
vaskuler
Solusio plasenta
Pertumbuhan
hypoplasia
primer
Fungsi plasenta akan berkurang sehingga
tidak mampu memenuhi kebutuhan O2 dan
nutrisi metabolisme janin
Menimbulkan metabolisme anaerob dan
akhirnya asidosis dengan pH darah turun.
Tali Pusat Kompresi tali
pusat
Simpul
mati/lilitan tali
pusat
Hilangnya jelly
Wharton
Aliran darah menuju janin berkurang
Tidak mampu memenuhi nutrisi O2 dan
nutrisi
Metabolisme berubah menjadi metabolisme
anaerob
Janin Infeksi
Anemia janin
Kebutuhan metabolisme nutrisi makin tinggi,
sehingga ada kemungkinan tidak dapat
dipenuhi oleh aliran darah dari plasenta
Aliran nutrisi dan O2 tidak cukup
menyebabkan metabolisme janin menuju
metabolisme anaerob, sehingga terjadi
timbunan asam laktat dan piruvat
Kemampuan untuk transportasi O2 tidak
cukup sehingga metabolisem janin berubah
menjadi menuju anaerob yang menyebabkan
asidosis.
D. MANIFESTASI KLINIS
Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda-
tanda sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :
1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada keadaan umum
normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit dan selama his frekuensi ini
bisa turun namun akan kembali normal setelah tidak ada his.
2. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan O2
merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin asfiksia.
3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun sampai <7,2
karena asidosis menyebabkan turunnya pH.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan diagnostik (Manuaba, 2008):
a) Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung dan
kelainan paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
b) USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular.
2. Pemeriksaan Laboratorium:
a) Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
b) Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
c) Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan cadangan glikogen
akibat stress intrauteri yang mengakibatkan bayi mengalami hipoglikemi.
d) Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram
F. PATOFISIOLOGI
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan akan
terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses adaptasi
terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada
gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang
mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi
lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Maka timbul rangsangan dari nervus sispatikus sehingga DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernafasan intrauteri dan bila kita periksa kemudian banyak air ketuban dan
mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan dapat terjadi atelektasis. Bila janin
lahir, alveoli tidak berkembang (Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut jantung
mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukan
pernafasan yang dalam, denyut jantung menurun terus menerus, tekanan darah bayi
juga mulai menurun, dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekuner. Selama apneu sekunder denyut
jantung, tekanan darang dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan
buatan tidak di mulai segera (Manuaba, 2008).
G. PATHWAY ASFIKSIA Tali pusat (kompresi, lilitan
tali pusat, hilangnya jelly
wharton)
Maternal (hipotensi syok, anemia maternal, penekanan
respirasi,malnutrisi, asidosis, supine hipotensi)
Plasenta (degenerasi vaskuler, solusio
plasenta, pertumbuhan hypoplasia primer)
ASFIKSIA (sedang, berat)
Janin kekurangan O2
& kadar CO2 meningkatParu-paru terisi cairan ( misal : aspirasi
mekonium, air ketuban)
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
(00031)
Gangguan metabolism & perubahan asam basa
Asidosis respiratorik
Gangguan perfusi-ventilasi
Napas cuping hidung, sianosis, hipoksia
Gangguan pertukaran gas(00030)
Suplai O2 dalam darah ↓ Suplai O2 ke paru ↓
Kerusakan otak
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer (00204)
Napas cepat
Apneu
DJJ & TD ↓
Ketidakefektifan pola napas
(00032)
Janin tidak bereaksi terhadap
rangsangan
Resiko Cidera (00035)
Proses keluarga terhenti
Resiko Sindrom kematian bayi mendadak (00156)
Uterus (aktivitas kontraksi, gangguan
vaskuler)
Janin (infeksi,anemia
janin, sungsang)
Kematian bayi
Hipoksia organ (jantung, otak paru)
sianosis
Akral dingin
Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh (00005)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tindakan Umum:
a) Bersihkan jalan nafas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir mudah
mengalir, bila perlu digunakan laringioskop untuk membantu penghisapan
lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.
b) Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan
tanda achiles.
c) Mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan khusus
a) Asfiksia berat: Berikan oksigen dengan tekanan positif dan intermiten
melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah
diperkaya dengan oksigen. Tekanan O2 yang diberikan tidak lebih dari 30
cmH2O. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan massage jantung
dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit
b) Asfiksia sedang/ringan: Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang
nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog
breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri oksigen 1-2
l/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta
gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit. Penghisapan cairan
lambung untuk mencegah regurgitasi.
I. PENCEGAHAN ASFIKSIA
Pencegahan secara Umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya
ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus
dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan
satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah
akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat
istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas
sektoral yang saling terkait (Mansjoer, 2007).
Pencegahan saat persalinan
Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus adalah penting, juga kerja
sama yang baik dengan Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Perlu diperhatikan:
a. Hindari forceps tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, serta pemberian
pituitarin dalam dosis tinggi.
b. Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan oksigen dan
darah segar.
c. Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan menunggu lama
pada kala II (Mansjoer, 2007).
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/menit. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
a) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat
di kiri dari mediasternum pada ruang intercosta III/IV.
b) Murmur biasanya terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
c) Tali pusat putih dan bergelatin mengandung 2 arteri 1 vena.
2. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/cairan
a) Berat badan: 2500-4000 gram.
b) Panjang badan: 44-45 cm.
c) Turgor kulit elastis (bervarias sesuai gestasi).
4. Neurosensori
a) Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).
c) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukan
abnormalitas genetik, hipoglikemia atau efek nerkotik yang memanjang).
5. Pernafasan
a) Skor APGAR: skor optimal antara 7-10.
b) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya silindrik thorak:
kertilago xifoid menonjol umum terjadi.
6. Keamanan
Suhu rentan dari 36,50C -37,5oC. Ada vermiks (jumlah dan distribusi tergantung
pada usia gestasi).
7. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukan memar minor (misal:
kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herliquin, petekie pada
kepala/wajah (dapat menunjukan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,
antara alis dan mata atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama punggung
bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mingkin ada (penempatan
elektroda internal). (Mansjoer, 2007)
K. ANALISA DATA KEPERAWATAN
No.Diagnosa
KeperawatanBatasan Karakteristik
Faktor yang
berhubungan
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
(00031)
Definisi :
Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi
atau obstruksi dari
saluran pernapasan
untuk mempertahankan
bersihan jalan napas
Tidak ada batuk
Sianosis
Suara napas
tambahan
Perubahan frekuensi
napas
Perubahan irama
napas
Kesulitan berbicara
atau mengeluarkan
suara
Sputum dalam jumlah
berlebihan
Batuk yang tidak
efektif
Orthopneu
Gelisah
Lingkungan :
Perokok pasif
Mengisap asap
Merokok
Obstruksi jalan napas :
Spasme jalan napas
Mucus dalam jumlah
berlebih
Eksudat dalam jalan
alveoli
Sekresi dalam bronki
Fisiologi :
Jalan napas alergik
Asma
PPOK
Infeksi
Disfungi
neuromuscular
2. Resiko
ketidakseimbangan suhu
tubuh (00005)
Definisi : Berisiko
mengalami kegagalan
mempertahankan suhu
tubuh dalam kisaran
normal
3. Ketidakefektifan pola
napas (00032)
Perubahan kedalaman
pernapasan
Ansietas
Posisi tubuh
Definisi : Insiprasi
dan/atau ekspirasi yang
tidak member ventilasi
adekuat
Perubahan ekskrusi
dada
Mengambil posisi
tiga titik
Bradipneu
Dispneu
Penurunan tekanan
ekspirasi
Pernapasan cuping
hidung
Takipneu
Fase ekspirasi
memanjang
Penggunaan otot
aksesoris untuk
bernapas
Pernapasan cuping
hidung
Gangguan
musculoskeletal
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Obesitas
Nyeri
Hiperventilasi
Keletihan
Deformitas tulang
Deformitas dinding
dada
4. Gangguan pertukaran
gas (00030)
Definisi : Kelebihan
atau defisit pada
oksigenasi dan/atau
eliminasi
karbondioksida pada
membrane alveolar-
kapiler
pH darah arteri
normal
pH arteri normal
Warna kulit abnormal
Pernapasan abnormal
Konfusi
Sianosis
Hiperkapnea
Hipoksemia
Hipoksia
Iritabilitas
Gelisah
Somnolen
Takikardi
Gangguan
Perubahan membrane
alveolar
Ventilasi-perfusi
Gangguan aliran darah
ke alveoli, alveolar
edema, alveoli-perfusi
penglihatan
5. Resiko syndrome
kematian bayi
mendadak (00156)
Definisi : Terdapat
faktor risiko kematian
bayi berusia dibawah 1
tahun secara mendadak
Prematuritas organ
6. Resiko cedera (00035)
Definisi :
Beresiko mengalami
cedera sebagai akibat
kondisi lingkungan yang
yang berinteraksi
dengan sumber adaptif
dan sumber sumber
defensive individu
Hipoksia Jaringan
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh (00005)
3. Ketidakefektifan pola napas (00032)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00204)
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli,
alveolar edema, alveoli-perfusi (00030)
6. Resiko syndrome kematian bayi mendadak berhubungan dengan prematuritas
organ, kurang pengetahuan ibu (00156)
7. Resiko cedera b.d. Hipoksia jaringan (00035)
M. RENCANA KEPERAWATAN
No.Dx
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria HasilIntervensi
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
(00031)
NOC
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 45 menit
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
klien dapat berkurang dengan kriteria
hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara napas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dispneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed
lip)
2. Menunjukkan jalan napas yang
paten (Klien tidak merasa
tercekik, irama napas, frekuensi
pernapasan dalam rentang
NIC
1. Airway Suctioning (3160)
a. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
b. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
c. Informasikan kepada klien dan keluarga tentang suctioning
d. Minta klien napas dalam sebelum melakukan suctioning
e. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
f. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
g. Monitor status oksigen pasien
h. Anjurkan keluarga bagaimana melakukan suction
i. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila psien
menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll
2. Airway Management (3140)
a. Buka jalan napas menggunakan teknik lift atau jaw thrust
bila perlu.
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas
normal, tidak ada suara napas
abnormal)
3. Keluarga mampu
mengidentifikasi dan mencegah
factor yang dapat menghambat
jalan napas.
buatan.
d. Lakukan fisioterapi dada bila perlu.
e. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
f. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan.
g. Berikan bronkodilator bila perlu
h. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
i. Monitor respirasi dan status O2
2. Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh (00005)
NOC :
Thermoregulation
Thermoregulation: newborn
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam resiko
ketidakseimbangan suhu tubuh klien
dapat berkurang dengan kriteria
hasil :
1. Suhu kulit normal
2. Suhu badan 36o-37oC
3. TTV dalam batas normal
4. Gula darah DBN
5. Keseimbangan asam basa DBN
NIC :
1. Newborn Care (6880)
a. Pengaturan suhu: mencapai dan atau mempertahankan
suhu tubuh dalam range normal
b. Pantau suhu BBL hingga stabil
c. Pantau TD, HR dan RR
d. Pantau warna dan suhu kulit
e. Tempatkan bayi pada ruang isolasi/bawah pemanas
f. Berikan obat dengan tepat untuk mencegah atau control
menggigil.
g. Gunakan matras sejuk dan mandi air hangat untuk
menyesuaikan suhu tubuh yang tepat
6. Bilirubin DBN
7. Hidrasi kuat
2. Temperature Regulation (3900)
a. Monitor suhu tubuh minimal setiap 2 jam
b. Rencanakan monitoring suhu secara kontinu
c. Monitor TD,HR,RR
d. Monitor warna dan suhu kulit
e. Tentukan intake cairan dan nutrisi
f. Selimuti pasien
g. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan efek
negative dari kedinginan
h. Berikan antipiretik bila perlu
3. Temperature regulation : intraoperative (3902)
a. Mempertahankan suhu tubuh intraoperatif yang diharapkan
3. Ketidakefektifan pola
napas (00032)
NOC :
Respiratory status : Gas Exchange
Respiratory status : ventilation
Vital sign status
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 45 menit
ketidakefektifan pola nafas klien
dapat berkurang dengan kriteria
hasil :
1. Klien mampu
NIC :
1. Airway Management (3140)
a. Buka jalan napas menggunakan teknik lift atau jaw thrust
bila perlu.
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas
buatan.
d. Lakukan fisioterapi dada bila perlu.
e. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
mendemonstrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
2. Memelihara kebersihan paru-
paru dan bebas dari tanda-tanda
distress pernapasan
3. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara napas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dispneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed
lip)
4. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
f. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan.
g. Berikan bronkodilator bila perlu
h. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
i. Monitor respirasi dan status O2
2. Oxygen Therapy (3320)
a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b. Pertahankan jalan napas yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
d. Monitor aliran oksigen
e. Pertahankan posisi pasien
f. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
3. Vital Sign Monitoring (6680)
a. Monitor TD, HR dan RR
b. Catat adanya fluktuasi TD
c. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, berdiri.
d. Auskultasi TD pada kedua lengan, bandingkan
e. Monitor suara paru
f. Monitor pola pernapasan
g. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
h. Monitor sianosis perifer
i. Monitor adanya crushing triad
j. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
4. Gangguan pertukaran
gas b.d gangguan
aliran darah ke
alveoli, alveolar
edema, alveoli-
perfusi (00030)
NOC :
Respiratory status : Gas Exchange
Respiratory status : ventilation
Vital sign status
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 45 menit
gangguan pertukaran gas klien dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Klien mampu
mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
2. Memelihara kebersihan paru-
paru dan bebas dari tanda-tanda
distress pernapasan
3. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara napas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dispneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernapas
NIC :
1. Airway Management (3140)
a. Buka jalan napas menggunakan teknik lift atau jaw thrust
bila perlu.
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas
buatan.
d. Lakukan fisioterapi dada bila perlu.
e. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
f. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan.
g. Berikan bronkodilator bila perlu
h. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
i. Monitor respirasi dan status O2
2. Respiratory Monitoring (3350)
a. Monitor rata-rata kedalaman, irama dan usaha respirasi.
b. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunana
otot tambahan, retraksi otot subklavikular dan interkostal.
c. Monitor suara napas seperti dengkur
d. Monitor pula pola napas bradipneu, takipneu,
dengan mudah, tidak ada pursed
lip)
4. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
hiperventilasi,cheyne stoke
e. Monitor otot diafragma (gerakan paradoksis)
f. Auskultasi suara napas, catat area penurunan/ tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan.
g. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crackels dan ronkhi pada jalan napas.
h. Auskultasi suara paru untuk mengetashui hasil tindakan
5. Resiko syndrome
kematian bayi
mendadak b.d
prematuritas organ
(00156)
NOC :
Parent infant Attachment
Parenting performance
Preterm infant organization
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam tidak
ada resiko syndrome kematian bayi
mendadak dengan kriteria hasil :
1. Keluarga menjaga keamanan
atau mencegah cedera fisik anak
dari lahir hingga usia 2 tahun
2. Indek usia kandungan antara 24-
37 minggu
NIC :
1. Teaching : Infant Safety 0-3 Month (5645)
a. Ajarkan keluarga untuk tidak merokok di depan bayi
b. Ajarkan orangtua atau pengasuh menggunakan tempat
makan yang aman
c. Ajrkan keluarga untuk tidak menggunakan kasur bulu/
selimut/bantal
d. Ajarkan untuk mengubah posisi bayi terlentang saat tidur
e. Hindari penggunaan perhiasan pada bayi
f. Kaji factor resiko prenatal seperti usia ibu terlalu muda
g. Amankan bayi jauh dari hewan peliharaan
2. Parent Education: Infant (5568)
a. Beri materi pendidikan kesehatanyang berhubungan
dengan strategi dan tindakan untuk mencegah sindrom
3. RR 30-60x/menit
4. Tidak terjadi termoregulasi
5. Tidak ada perubahan warna kulit
bayi
6. Memperoleh asuhan antenatal
yang adekuat
7. Menghindari merokok saat hamil
8. Saturasi oksigen lebih dari 85%
kematian bayi mendadak dan dengan tindakan resusitasi
untuk mengatasinya.
6 Risiko cedera b.d.
Hipoksia jaringan
NOC :
Risk Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam tidak
ada resiko cedera pada klien dengan
kriteria hasil :
1. Klien terbebas dari cedera
2. Keluarga mampu menjelaskan
cara/metode untuk mencegah
cedera
3. Keluarga mampu menjelaskan
faktor resiko lingkungan/
perilaku personal
4. Keluarga mampu memodifikasi
NIC :
1. Environmental Management (6480)
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasikan kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien serta riwayat
penyakit terdahulu pasien
c. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
d. Memasang side rail tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang bersih dan nyaman
f. Membatasi pengunjung
g. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
h. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
i. Memindahkan barang –barang yang dapat membahayakan
gaya hidup untuk mencegah
cedera
5. Keluarga dapat menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
untuk klien
6. Keluarga mampu mengenali
perubahan status kesehatan klien
j. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang adanya status
kesehatan dan penyebab penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
New Jersey: Upper Saddle River.
Mansjoer,A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Mc Closkey, C.J., et all. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid
1&2.Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Ralph dan Rosenberg. 2006. Nursing Diagnosis: Definition and Clasification
2005-2006. Philadelphila, USA.
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2010. Pengantar Ilmu Kebidanan. Ed 3. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan. Ed 4.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif,
Obstetri Sosial Ed 3 Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC.