laporan kultur embrio pdf

Upload: frelyta-azzahr

Post on 06-Mar-2016

96 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Kultur Embrio Tanaman

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

    KULTUR EMBRIO & EMBRIO RESQUE

    Disusun Oleh:

    Nama : Frelyta A. Z.

    NIM : 115040201111290

    Kelompok : Selasa, 06.00

    Asisten : Dita Pahlevi

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2012

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Persilangan buatan lebih berhasil apabila dilakukan

    antartanaman yang masih berkerabat dekat. Proses

    penyerbukan dan pembuahan dapat berhasil namun setelah

    persilangan buatan dijumpai permasalahan yaitu buah yang

    gugur saat embrio belum matang, sehingga terbentuk buah

    dengan endoserm yang kecil atau embrio yang kecil. Embrio

    tersebut sering kalitidak dapt berkecambah secara normal pada

    kondisi normal.

    Untuk mengatasi hal tersebut maka embrio dapat

    diselamatkan dan ditanam dengan teknik secara aseptis dalam

    media buatan sehingga dapat berkecambah dan menghasilkan

    tanaman utuh. Teknk tersebut dikenal sebagi embrio rescue.

    1.2 Tujuan

    untuk mengetahui morfologi morfologi biji kacang tanah dan biji anggrek

    untuk mengetahu kondisi optimum untuk tumbuh pada kedua biji tersebut

    untuk mengetahui teknik klutur embrio pada biji kacang hijau dan embrio rescue pada biji anggrek

    untuk mengetahui contoh aplikasi kultur embrio

    untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pada keberhasilan kultur embrio dan embrio rescue

    1.3 Manfaat

    mahasiswa mampu melaksanakan teknik aplikasi kultur

    embrio dan embrio rescue.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Morfologi Kacang Tanah dan Anggrek

    2.1.1 Morfologi Kacang tanah

    a. Akar

    Perakaran tanaman kacang tanah terdiri atas akar

    lembaga (radicula), akar tunggang (radix primaria), dan akar

    cabang (rudix lateralis). Pertumbuhan akar menyebar ke

    semua arah sedalam lebih kurang 30 cm dari permukaan tanah.

    Akar berfungsi sebagai organ pengisap unsur hara dan air

    untuk pertumbuhan tanaman. Namun, fungsi tersebut dapat

    terganggu bila tanah beraerasi jelek, kadar airnya kurang,

    kandungan senyawa Al dan Mn tinggi, serta derajat keasaman

    (pH) tanah tinggi.

    Akar tanaman kacang tanah bersimbiosis dengan

    bakteri Rhizobium radicicola. Bakteri ini terdapat pada bintil -

    bintil akar tanaman kacang tanah dan hidup bersimbiosis

    saling menguntungkan. Tanaman kacang tanah tidak dapat

    menambat nitrogen bebas dari udara tanpa bakteri rhizobium.

    Sebaliknya, bakteri rhizobium tidak dapat mengikat nitrogen

    tanpa bantuan tanaman kacang tanah. Pada bintil-bintil akar

    terdapat unsur nitrogen yang berguna untuk pertumbuhan

    tanaman dan ketersediaan unsur N dalam tanah.

    b. Batang

    Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek,

    berbuku-buku, dengan tipe pertumbuhan tegak atau mendatar.

    Pada mulanya batang tumbuh tunggal. Namun, lambat laun

    bercabang banyak seolah-olah merumpun. Panjang batang

    berkisar antara 30 cm 50 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietas kacang tanah dan kesuburan tanah.

  • Buku-buku (ruas-ruas) batang yang terletak di dalam

    tanah merupakan tempat melekat akar, bunga, dan buah. Ruas-

    ruas batang yang berada di atas permukaan tanah merupakan

    tempat tumbuh tangkai daun.

    c. Daun

    Daun berbentuk lonjong, terletak berpasangan

    (majemuk), dan bersirip genap. Tiap tangkai daun terdiri atas

    empat helai anak daun. Daun muda berwarna hijau

    kekuningan, setelah tua menjadi hijau tua. Daun-daun tua akan

    menguning dan berguguran mulai dari bawah ke atas

    bersamaan dengan stadium polong tua.

    Helaian daun bersifat nititronic, yakni mampu

    menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan

    daunnya memiliki bulu yang berfungsi sebagai penahan atau

    penyimpan debu.

    d. Bunga

    Bunga tanaman kacang tanah berbentuk kupu-kupu,

    berwarna kuning, dan bertangkai panjang yang tumbuh dari

    ketiak daun. Fase berbunga biasanya berlangsung setelah

    tanaman berumur 4 6 minggu. Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri pada malam hari. Dari semua bunga yang

    tumbuh, hanya 70% - 75% yang membentuk bakal polong.

    Bunga mekar selama sekitar 24 jam, kemudian layu, dan

    gugur. Ujung tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi

    bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah, memanjang

    dan masuk ke dalam tanah.

    e. Buah

    Buah kacang tanah berbentuk polong dan dibentuk di

    dalam tanah. Polong kacang tanah berkulit keras, dan

    berwarna putih biji anggrek kecokelat-cokelatan. Tiap polong

    berisi satu sampai tiga biji atau lebih. Ukuran polong

    bervariasi, tergantung jenis atau varietasnya dan tingkat

  • kesuburan tanah. Polong berukuran besar biasanya mencapai

    panjang 6 cm dengan diameter 1,5 cm.

    f. Biji

    Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai

    lonjong, terbungkus kulit biji tipis berwarna putih, merah, atau

    ungu. Inti biji terdiri atas lembaga (embrio), dan putih telur

    (albumen). Biji kacang tanah yang berkeping dua juga

    merupakan alat perbanyakan tanaman dan bahan makanan.

    Ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari kecil sampai

    besar. Biji kecil beratnya antara 250 g 400 g per 1000 butir, sedangkan biji besar lebih kurang 500 g per 1000 butir.

    (Rukmana, 1998)

    2.1.2 Morfologi Biji Anggrek

    Buah anggrek terbentuk kapsul berwarna hijau dan

    jika masak mengering dan terbuka dari samping. Bijinya

    sangat kecil dan ringan. Sehingga mudah terbawa angin. Biji

    anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan

    (endosperm) seperti biji lainnya pada umumnya (Anonymousa,

    2012).

    2.2 Kondisi Optimum Untuk Tumbuh

    Berikut kriteria kondisi optimum untuk pertumbuhan

    kedua biji tersebut:

    Karbohidrat

    Unsur karbohidrat yang dibutuhkan dalam perkecambahan

    bisanya ialah gula sederhana golongan oligosakarida dan

    yang umum digunkan dlam medium buatan yaitu sukrosa

    dan fruktosa. Biasanya digunkan biji sebagai nutrisi

    penyimpan cadangan makanan.

  • Nitrogen

    Senyawa ammonia nitrat dan urea dalam perkecambahan

    biji digunakan sebagai bahan utama pembentukan sel-sel

    tumbuhan.

    Mineral

    Unsur-unsur seperti K, Mg, Ca dan P adalah mineral yang

    dibutuhkan dalam jumlah banyak dan digunakan dalam

    bentuk senyawa kompleks. Kadar dalam medium terlalu

    pekat akan menjadi racun bagi biji. Kadar unsure-unsur

    tersebut dianjurkan 40 mg/L.

    Penyinaran

    Intensitas yang dibutuhkan antara 400-300 lux. Sinar yang

    digunakan dapat bersumber dari cahaya matahari difusi,

    lampu neon dan lampu cool white. Namun yang paling

    sering digunakan adalah lampu neon putih 40 watt

    diletakkan 1,5 m dari rak tempat botol kultur.

    Suhu

    Temperatur optimal perkecambahan antara 20-25oC. suhu

    yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelayuan karena

    penguapan terlalu besar dan jika suhu terlalu rendah akan

    menghambat pertumbuahan.

    pH

    kelembapan yang dibutuhkan pada media tanam berkisar

    antara 4,8-5,2 dengan toleransi berkisar antara 3,6-7,6.

    Perlu diketahui selama pertumbuhan tunas anggrek

    keasaman media mengalami perubahan.

    Vitamin dan Hormon

    Keduanya dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan tunas.

    Selain digunkan dalam bentuk senyawa murni, vitamin

  • dan hormon didapat melalui zat aditif (Anonymousb,

    2012).

    2.3 Teknik Kultur Embrio dan Embrio Rescue Biji

    Anggrek

    2.3.1 Teknik Kultur Embrio

    Teknik Embryo Culture dan Embryo Rescue pada

    dasarnya melibakan 3 tahapan, yaitu:

    a. Sterilisasi Eksplan

    Embrio pada prinsipnya berada dalam keadaan steril. Hal

    ini disebabkan karena embrio berada di dalam buah (di dalam

    biji) terlindung oleh jaringan-jaringan buah dan biji yang

    berada di luar embrio, antara lain oleh kulit buah, daging buah

    dan kulit biji. Keadaan ini menyebabkan sterilisasi embrio

    tidak perlu dilakukan.

    Sterilisasi permukaan perlu dilakuakn pada buah ataupun

    biji untuk mensterilkan permukaan buah/biji sehingga pada

    waktu isolasi embrio tidak terdapat sumber kontaminan.

    Karena embrio berada di dalam, sterilisasi dapat dilakukan

    dengan pembakaran buah/biji atau dengan sterilan kimia

    seperti Sodium hypochlorite dengan konsentrasi cukup tinggi

    (>2%).

    b. Isolasi dan Penanaman Embrio

    Seringkali masalah timbul saat isolasi embrio terutama

    untuk embrio berukuran kecil sehingga isolasinya harus

    dilakukan di bawah mikroskop. Untuk embrio berukuran

    besar, isolasi embrio tidak menjadi masalah. Isolasi harus

    dilakukan secara hati-hati agar embrio tidak rusak dan

    kehilangan salah satu atau lebih bagian -bagiannya (radicula,

    plumula, hypocotil, coleoptyl, dll). Selain itu ha rus tetap

    dijaga juga agar isolasi dilakukan dalam kondisi tetap aseptis.

  • Embrio yang telah diisolasi selanjutnya ditanam pada media

    yang telah dipersiapkan.

    Media untuk pengecambahan embrio cukup sederhana.

    Kebutuhan nutrisi di dalam media untuk pengecambahan

    embrio juga lebih sederhana dibandingkan dengan media

    untuk tujuan teknik kultur yang lain. Pada prinsipnya media

    diperlukan untuk menggantikan peranan endosperm dalam

    mendukung perkecambahan embrio dan perkembangan bibit

    muda mengingat embrio yang ditanam umurnya telah

    memiliki radicula dan plumula.

    Media yang umum digunakan untuk pengecambahan

    embrio adalah media Knudson dan Vacin & Went (untuk

    anggrek), media MS dalam konsentrasi garam-garamnya.

    Dalam perkecambahan embrio dewasa umumnya vitamin

    tidak ditambahkan pada media, namun sumber karbon tetap

    diperlukan meskipun dalam konsentrasi yang lebih rendah

    (umumnya 20 g/l).

    c. Aklimatisasi

    Aklimatisasi dilakukan setelah embrio berkecambah dan

    diperoleh plantlet yang siap untuk dipindahkan ke lapangan.

    Teknik aklimatisasi untuk plantlet hasil regenerasi kultur

    embrio pada prinsipnya sama dengan aklimatisasi plantlet

    hasil regenerasi dari teknik kultur jaringan lainnya. (Sugito,

    2004)

    2.3.2 Teknik Embrio Rescue

    Buah anggrek merupakan buah ceatera, artinya

    pecah ketika matang. Bagian yang membuka biasanya bagian

    tengahnya. Biji annggrek tidak dapat berkecambah begitu saja

    karena bijinya tidak memiliki cadangan makanan. Biji anggrek

    dapat tumbuh di alam jika mendapatkan tambahan makanan

    dari sejenis jamur yang hidup dalam akar anggrek dewasa

    yang disebut mikoriza.

  • Sekarang ini sudah dikembangkan teknik menanam

    biji anggrek melalui media tanam buatan yang terdiri dari

    senyawa-senyawa kimia yang dibutuhkan biji anggrek untuk

    berkecamabah. Dengan menggunakan media buatan dapat

    meningkatkan persentae keberhasilan perkecambahan secara

    alami dari 5-8% menjadi 60-80%

    a. penyebaran biji anggrek

    Peralatan yang digunakan harus bersih. Sebelum biji

    disebar harus disterilkan dengan 10 gr kaporit yang

    dilarutkan dalam 10 cc air kemudian disaring. Biji

    dimasukkan dalam botol dan dikocok 10 ml air (biji yang

    semula kuning menjadi hijau). Kemudian air dibuang dan

    diganti aquades dan digoyang berulang kali.

    b. Penyemaian biji anggrek

    Persiapan botol yang bening agar dapat meneruskan

    cahaya yang didapat dan mudah dilihat. Tutup botol

    dengan plastic yang diikat kuat denagn karet atau tali.

    Persiapkan lemari kaca (enkasi) yang bersih dari jamur

    dan bakteri. Pembuatan media menggunakan Krudson C

    (NORTHEN) 2 yaitu Ca(NO3), 2H2O: 1 gr J, KH2PO4:

    0,25 gr, MgSO4.7H2O: 0,25 gr, MnSO4: 0,0075 gr, agar-

    agar: 15-17,5 gr,, aquades: 1000 cc. pembuatan media

    diperlukan pH 5,2. Sterilisasi dengan menggunakan

    autoclave 110oC selama 30 menit. Kemudian diletakkan

    pada tempat bersih dengan posisi miring, sehingga media

    setinggi 1/2-2/3 tinggi botol (dari atas sampai leher) dan

    didiamkan 5-7 jam untuk mendapatkan sterilisasi yang

    sempurna.

    c. pemindahan bibit anggrek

    setelah tanaman berumur 9-12 bulan terlihat besar dan

    tumbuh besar. Dalam hal ini bibit sudah bias dipindahkan

    ke dalam pot pengemasan bediameter 7 cm, 12 cm/16 cm

  • yang berlubang. Siapkan pecahan genting dan akar pakis

    warna coklat, dipotong dengan panjang 30-50 mm

    sehingga serabutnya terlepas. Sebelumnya dicuci bersih

    dan dikeringanginkan. Akar pakis direndam dahulu dalam

    media selama 24 jam yang berupa urea/ZA: 0,5 gr, OS,TS

    atau ES:0,25 mg, K2SO4: 0,25 mg, Air: 1000 cc.

    pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dengan

    mengeluarkan tanaman dibotol dengan memasukkan air

    bersih kedalam botol. Dengan kawat bersih dengan

    ujungnya seperti huruf U, tanamn dikeluarkan satu per

    satu. Setelah keluar tanaman dicuci kaporit 1% kemudian

    dengan air brsih, semaian ditanam dalam pot dengan rapat,

    apabila terjadi kontaminasi sebaiknya terlebih dahulu

    direndam dalam antibiotic selama 10 menit, lalu ditanam

    (Anonymousb, 2012).

    2.4 Contoh Aplikasi Kultur Embrio

    a. Kultur Embrio Muda (Immature Embryo Culture)

    Tujuan mengkulturkan embrio muda ini adalah

    menanam embrio yang terdapat pada buah muda sebelum buah

    tersebut gugur (mencegah kerusakan embrio akibat buah

    gugur) sehingga teknik ini disebut sebagai Embryo Rescue

    atau penyelamatan embrio. Kondisi seperti ini biasanya

    dijumpai pada buah hasil persilangan, di mana absisi buah

    kerap kali dijumpai setelah penyerbukan dan pembuahan.

    Contohnya pada persilangan anggrek Vanda spathulata di

    mana absisi atau gugur buah pada saat buah masih muda yaitu

    setelah berumur 3 bulan setelah persilangan pada buah

    anggrek. Vanda spp akan mengalami masak penuh setelah

    berumur 6 bulan. Apabila buah ini tidak diselamatkan atau

    dipetik dan kemudian dikecambahkan, maka tidak akan

    diperoleh buah hasil persilangan.

    Perkecambahan biji yang masih muda di lapangan

    sangat sulit bahkan pada beberapa kasus hampir tidak

    mungkin bisa terjadi. Oleh karena itu, buah yang belum tua (2

  • 4 bulan) pada anggrek Vanda tersebut kemudian dipanen dan dikecambahkan secara in vitro. Budidaya embrio muda

    ini lebih sulit dibandingkan dengan budidaya embrio yang

    telah dewasa.

    b. Kultur Embrio Dewasa (Mature Embryo Culture)

    Kultur embrio dewasa dilakuakan dengan

    membudidayakan embrio yang telah dewasa. Embrio ini

    diambil dari buah yang telah masak penuh dengan tujuan

    merangsang perkecambahan dan menumbuhkan mebrio

    tersebut secara in-vitro, contohnya seperti pada kacang tanah.

    Teknik kultur ini umumnya dikenal dengan sebutan kultur

    embrio (embryo culture).

    Kultur embrio lebih mudah dilakukan dibandingkan

    dengan penyelamatan embrio. Hal ini disebabkan karena

    embrio yang ditanam adalah embrio yang telah berkembang

    sempurna sehingga media tanam yang digunakan juga sangat

    sederhana. (Zulkarnain, 2009)

    2.5 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kultur

    Embrio dan Embrio Rescue

    a. Genotipe Tanaman

    Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah

    genotipe tanaman asal. Pengaryh genotip pada umumnya

    berhubungan erat dengan faktor yang mempengaruhi

    pertumbuhan biji seperti kebutuhan nutrisi, ZPT dan

    lingkungan

    b. Media Kultur

    Perbedaan komposisi media, komposisi ZPT dan jenis

    media yang digunakan akan sangat mempengaruhi

    pertumbuhan dan regenerasi biji yang dikulturkan

  • c. Komposisi Media

    Perbedaan komposisi media biasanya sagat

    mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi biji

    d. Komposisi Hormon Tumbuhan

    Komposisi dan konsentrasi hormon ditambahkan ke

    dalam media kultur tergantung jenis dan tujuan perlakuan

    e. Keadaan Fisik Media

    Media umum yang digunakan adalah padat, semi padat

    dan cair. Keadaan fisik media mempengaruhi pertumbuhan

    kultur, kecepatan pertumbuhan dan diferensiasi (anonymousc,

    2012).

  • BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Alat dan Bahan Kultur Embrio dan Embrio Resque

    Alat:

    Alat tulis : Mencatat hasil

    Kamera : dokumentasi

    Kulkas : mendinginkan bahan

    Bunsen : mensterilkan bahan

    Botol kultur : tempat menaruh eksplan

    Scalpel : memotong bahan

    Pinset : menjepit bahan

    LAFC : tempat memotong bahan

    Bahan:

    Detergen: membersihkan kotoran makro

    Fungisida (benlate) : membersihkan jamur

    Bayclean : membunuh bakteri

    Aquades : membersihkan sisa ke-3 bahan di atas

    Alcohol : merendam bahan

    Biji kacang tanah : bahan

    3.2 Cara Kerja Kultur Embrio dan Embrio Resque

    Siapkan alat dan bahan

    Sterilisasi bahan (detergen 5%, Fungisida 0,5%, bayclean 10%

    Rendam dengan aquades 5 menit

  • Masukkan ke dalam kulkas selama 24 jam

    Rendam biji ke dalam alcohol

    Kemudian ambil biji tersebut dan bakar sebentar

    potong sesuai garis biji pada cawan petri dengan

    menggunakan scalpel

    Ambil embrio dan letakkan pada botol kultur

    Pengamatan 2 minggu

    hasil

    3.3 Analisa Perlakuan

    Mula-mula biji disterilkan dengan tiga bahan pensteril

    yaitu, detergen untuk membersihkan kotoran makro seperti

    tanah atau noda lainnya, kemudian itu dengan menggunakan

    fungisida untuk membersihkan kemungkinan jamur yang

    hinggap dan terakhir dengan bayclean untuk membersihkan

    adanya kemungkinan bakteri yang hinggap dengan masing-

    masing jeda pensteril menggunakan air untuk menghilangkan

    jejak bahan pensteril sebelumnya. Setelah itu biji di rendam

    aquades steril dan didinginkan ke dalam kulkas selama 24 jam.

    Setelah itu biji direndam alcohol. Untuk mengambil

    menggunakan pinset, bakar sebentar taruh pada cawan petri

    dan potong sesuai garis biji dengan menggunakan scalpel,

  • kemudian ambil embrio dan taruh pada botol kultur.

    Pengamatan selama 2 minggu.

  • BAB IV

    HASIL dan PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Tanggal 20 November 2012

    Botol ke Kondisi

    Ekslan

    Jenis

    Kontaminasi

    Keterangan

    ertumbuhan

    1.

    Sehat Tidak ada Tumbuh

    tunas & akar

    2.

    Sehat Tidak ada Belum

    tumbuh

    3.

    Sehat Tidak ada Tumbuh

    tunas

  • 4.

    Sehat Tidak ada Belum

    tumbuh

    5.

    Sehat Tidak ada Tumbuh

    tunas & akar

    Tanggal 24 November 2012

    Botol ke Kondisi

    Ekslan

    Jenis

    Kontaminasi

    Keterangan

    Pertumbuhan

    1.

    Sehat Tidak ada Tumbuh

    daun, akar &

    batang

    semakin

    memanjang

    (tinggi)

    2.

    Sehat Tidak ada Belum

    tumbuh

  • 3.

    Sehat Tidak ada Tumbuh

    tunas & akar,

    ekslan

    semakin

    membesar

    4.

    Kontaminasi Jamur Mati

    5.

    Sehat Tidak ada Tumbuh

    daun, akar &

    batang

    semakin

    memanjang

    (tinggi)

    Tanggal 27 November 2012

    Botol ke Kondisi

    Ekslan

    Jenis

    Kontaminasi

    Keterangan

    Pertumbuhan

    1.

    Sehat Tidak ada Tumbuh

    daun, daun,

    akar &

    batang

    semakin

    terlihat jelas,

    semakin

    memanjang

    dan

  • membesar

    2.

    Sehat Tidak ada Belum

    tumbuh

    3.

    Sehat Tidak ada Tumbuh daun

    & akar,

    ekPslan

    semakin

    membesar

    4.

    -

    Kontaminasi Jamur Mati (Sudah

    dibuang)

    5.

    Sehat Tidak ada Tumbuh

    daun, daun,

    akar &

    batang

    semakin

    terlihat jelas,

    dan semakin

    memanjang

    4.2 Pembahasan

    Terllihat bahwa pada pengamatan kedua dan ketiga botol

    kulut ke4 (botol 4) mengalami kontaminasi jamur yang

    menyebabkan eksplan mati. Hal ini jelas mengindikasikan

    bahwa faktor manusia dalam pengerjaan kultur mempengaruhi

    hasil tumbuh eksplan. Menurut Wetter (1991), tangan dan alat

    yang steril jelas mutlak diperlukan dalam pengerjaan kultur

    demi menghindari kontaminasi baik jamur maupun bakteri.

  • Dan hal itu terlihat pada botol 4, karena jika faktor alat yang

    menjadi pemicunya kemungkinan botol lainnyapun akan

    terkontaminasi berhubung alat yang digunakan setiap

    kelompok sama.

    4.3 Pembahasan Kultur Embrio dan Embrio Rescue

    Hasil praktikum diatas menyatakan bahwa kultur

    embrio dominan berhasil ketimbang embrio rescue. Hal ini

    dimungkinkan persentase tingkat keberhasilan lebih memilih

    kultur embrio. Analisisnya disamping kultur embrio yang

    mudah dalam mengambil embrio kacang tanah mudah terelihat

    dalam artian bahwa embrio dari kacang tanah lebih besar dari

    biji anggrek. Kemudahan dalam memotong lintang biji dari

    biji kacang tanah memungkinkan tingkat keberhasilan dalam

    menanam eksplan. Kesukaran dalam memotong lintang biji

    anggrek memungkinkan lebih banyak perlakuan sehingga

    sesuatu yang tidak diinginkan terjadi seperti kontaminasi

    eksplan

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari 3 botol kultur embrio dan 2 botol embrio rescue

    hanya 1 botol embrio rescue yang gagal tumbuh atau

    terkontaminasi.

    5.2 Saran

    Semangat terus!!!

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonymousa. 2012. Orchidaceae. http: //id. wikipedia. org/

    wiki/ wikipedia.

    Anonymousb. 2012. Anggrek. http: //Indonesia orchids.

    Wordpress.com/20/10/00/23/anggrek_budidaya

    tanaman.

    Anonymousc. 2012. Faktor-faktor penentu keberhasilan. http:

    //kulturjaringan.blogspot.com/2009/08/.

    Wetter, L.R dan F. Constabel. 1991. Metode Kultur Jaringan

    Tanaman Edisi Kedua. Bandung: ITB Press.

    Rukmana, Rahmat. 1998. Kacang Tanah. Penerbit Kanisius.

    Yogyakarta.

    Sugito, H dan A. Nugroho. 2004. Teknik Kultur Jaringan.

    Penebar Swadaya: Yogyakarta.

    Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara:

    Jakarta.