laporan kkn dusun janget
TRANSCRIPT
Kebudayaan masyarakat Janget
1. Bersih desa
Bersih desa adalah ritual tahunan yang dilaksanakan masyarakat setiap
bulan muharram/syuro. Pada acara tersebut warga membawa makanan
berupa tumpeng ke rumah pak lurah kemudian secara bersama-sama
dibacakan doa yang dipimpin oleh modin atau sesepuh desa untuk
mengharapkan berkah Tuhan Yang Maha Kuasa. Di Dusun Janget ritual
bersih tidak lagi dilakukan ditempat keramat (punden) tetapi cukup di
rumah pak lurah dan diikuti oleh penduduk desa. Hal ini berbeda dengan
ritual bersih desa di Dukuh Gruwul yang masih melaksanakan ritual bersih
desa di punden atau tempat yang dikeramatkan.
2. Muludan
Muludan adalah acara tahunan untuk memeperingati hari kelahiran Nabi
Muammad SAW. Warga Dusun Janget memperingati acara muludan
dengan membawa makanan yang diletakkan di dalam wadah persegi yang
terbuat dari pelepah pisang dan irisan bambu. Acara dilaksanakan di
masjid, mushollah dan di rumah pak lurah, adapaun hidangan yang
disajikan adalah nasi putih yang diberi lauk berupa srundeng (parutan
kelapa yang disangrai) dan beberapa macam lauk sederhana lainnya seperti
tahu, tempe, dan telur serta ada juga nasi yang dimasak dengan santan.
3. Jumat legian
Jumat legian adalah acara bulanan yang dilakasanakan warga Dusun
Janget tiap malam jumat legi, acara ini diisi dengan yasinan dan membaca
tahlil bersama-sama. Acara jumat legi dilaksanankan di mesjid dan diikuti
bapak-bapak dan ibu-ibu dari jamah yasin dan tahlil.
4. Kething-kething
Keting-keting adalah acara 7 bulanan setelah bayi lahir. Secara ritual
acaranya sama dengan acara selamatan biasa, terasuk jenis hidangan
maupun prosesi acara yang biasanya diisi dengan yasin dan tahlil.
Perekonomian dan mata pencaharian warga Dusun Janget
1. Pertanian dan peternakan
Mayoritas penduduk Janget adalah petani dengan minoritasnya adalah
pedagang kecil-kecilan. Warga Janget menanam berbagai macam jenis
tanaman produksi, seperti padi, mangga, kunir, jagung, singkong serta
berbagai tanaman palawija lainnya, juga pohon jati yang banyak terdapat
di kebun. Warga Janget menanam padi di sawah yang bisa ditanam
sepanjang tahun, karena warga Janget tidak mengandanlkan hujan untuk
menanam padi, jadi bisa dikatakan warga Janget bisa kapanpun menanam
padi tanpa mempedulikan musim.
Banyaknya jenis tanaman pertanian dan perkebunan yang bisa diproduksi
dikarenakan keadaan tanah di Dusun Janget yang tergolong subur, hal ini
juga didukung dengan pengairan yang baik karena warga Janget memiliki
saluran pengairan yang sudah memadai.
Sawah adalah sumber utama mata pencaharian warga Janget, selain untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk yang memiliki lahan sawah
yang luas dan hasil panen melimpah sisa hasil panen juga untuk dijual.
Selain sebagai petani beberapa penduduk Janget juga berternak hewan
memamah biak seperti sapi dan kambing. Warga Janget menjadikan
hewan ternak sebagai bentuk tabungan atau investasi dari hasil panen di
sawah, dan sewaktu-waktu bisa dijual ketika membutuhkan biaya untuk
kebutuhan tertentu. Selain untuk membeli hewan ternak sisa penjualan
hasil panen digunakan sebagai modal untuk proses penanaman padi di
sawah selanjutnya.
Komoditas utama mayoritas petani di dusun Janget adalah singkong dan
buah mangga. Kedua tanaman ini sangat banyak dijumpai di wilayah
dusun Janget, mulai di kebun hingga pekarangan rumah.
Jadi secara garis besar, selain sebagai petani warga Janget juga adalah
peternak walaupun hanya sebagai bentuk investasi, yang sewaktu-waktu
bisa dijual jika dibutuhkan.
Hasil panen yang didapat warga Dusun Janget sebagian dijual setelah
sebagian diambil untuk dikonsumsi sendiri. Padi yang disimpan untuk
dikonsumsi biasanya digiling dengan menggunakan mesin giling padi
keliling (huller) sehingga warga tidak perlu kesulitan untuk membawanya
ke tempat penggilingan.
Banyak sekali faktor yang memepengaruhi hasil panen warga Janget,
selain luas lahan pertanian, juga faktor eksternal seperti hama, di Dusun
Janget hama yang umum menyerang adalah tikus dan wereng, tikus
biasanya memakan tanaman padi yang hampir siap panen, sedangkan
hama wereng menyerang padi yang masih muda, tanaman padi yang
diserang hama wereng biasanya menjadi busuk dan tidak bisa tumbuh.
Serangan hama seringkali menjadi faktor yang mengakibatkan petani
gagal panen atau hasil panen menurun.
Tanaman palawija adalah komoditas lain yang dihasilkan warga Dusun
Janget, berbeda denga tanaman padi, tanaman palawija biasanya
bergantung pada musim tertentu sehingga tidak bisa ditanam setiap waktu.
Tanaman palawija bisanya ditanam di kebun dan tanaman yang ditanam
biasanya bergantung pada musim.
Hasil tanaman palawija dan buah biasanya dijual pada para pengepul,
dengan harga yang umum di pasaran. Warga membawa hasil panen
palawijanya ke pengepul atau terkadang sang pengepul yang mendatangi
kebun milik warga untuk menawarkan harga dan kemudian dijual dengan
sistem kiloan, namun ada juga yang dijual dengan sistem borongan seperti
buah mangga yang biasanya dibeli dengan memborong satu pohon atau
ketela pohon yang diborong persatu petak sawah.
Ketela pohon adalah komoditas palawija yang paling umum di jumpai di
Dusun Janget. Hampir di setiap kebun milik warga terdapat tanaman ini.
Kesehatan dan pendidikan warga Janget
Kondisi kesehatan masyarakat Dusun Janget terlihat cukup baik, hal ini
dibuktikan dengan jumlah warga yang menderita penyakit berat sangat sedikit,
kebanyakan penyakit yang diderita warga adalah penyakit ringan yang sering
dialamai semua orang, seperti sakit kepala, influenza, sakit gigi maupun gatal-
gatal.
Warga Janget biasanya membawa keluarga yang sakit ke puskesmas di kecamatan
gemarang karena secara lokasi lebih mudah dijangkau daripada harus ke polindes
yang ada di Morang ataupun kepak.
Namun ada beberapa masyarakat Janget yang masih percaya dengan pengobatan
kepada dukun, adat kejawen yang kental membuat masyarakat yakin bahwa
penyakit yang diderita ada kaitannya dengan hal-hal mistik sehingga harus diobati
oleh orang pintar atau dukun. Walaupun secara perlahan-lahan cara ini sudah
ditinggalkan oleh warga Janget dengan semakin berkembangnya sumber daya
manusia di Dusun Janget.
Di dunia pendidikan kondisi di Dusun Janget sudah cukup berkembang, di Dusun
Janget ada SDN 02 Morang yang baru saja direhabilitasi oleh pemerintah,
sehinggan kondisi fisik sekolah menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang sangat memprihatinkan. Walaupun jumlah siswa di SDN
02 Morang sangat sedikit hal ini tidak menyurutkan minat anak-anak untuk
semangat belajar di sekolah. Ketika sudah lulus dari SD anak-anak Dusun Janget
biasa meneruskan ke sekolah yang ada di Morang atau desa lain yang mereka
inginkan.
Perubahan kondisi masyarakat
Potensi yang bisa dikembangkan
Dusun Janget memeiliki potensi yang luar biasa terutama dalam bidang pertanian.
Hasil sawah dan kebun seperti padi, cokelat, alpukat dan tanaman palawija bisa
menjadi komoditas ekonomi tinggi jika warga mampu memaksimalkannya.
Namun keterbatasan sumberdaya manusia maupun keterbatasan pengetahuan
tentang pertanian yang berorientasi ekonomi membuat hasil pertanian hanya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Potensi lain yang ada di Dusun Janget yaitu batu macadam, batu macadam adalah
pecahan batu yang bisa digunakan untuk membuat jalan atau bahan bangunan.
Ada juga pohon jati, pohon jati adalah salah satu jenis kayu yang sangat bernilai,
selain dijual secara gelondongan, kayu jati juga bisa diolah menjadi furniture,
seperti meja, kursi atau perabot ruma tangga lainnya sehingga memiliki nilai
ekonomi lebi.
BAB 2
MENEROPONG MASALAH MENYINGKAP DERITA
MASALAH UTAMA DI DUSUN JANGET
Masalah adalah bagian dari suatu sistem kemasyarakatan. Mengatasi masalah
dalam suatu masyarakat diperlukan partisipasi aktif dari seluruh warga
masyarakat, mulai dari aparat sampai warganya. Kemampuan mengatasi secara
mandiri adalah suatu ciri dari majunya suatu tatanan masyarakat. Berikut ini
paparan masalah yang terjadi di Dusun Janget.
LEMAHNYA PEREKONOMIAN
Dusun Janget adalah bagian dari desa Morang yang terdiri dari dusun Morang,
dusun kepak, dukuh gruwul, dan Dusun Janget sendiri. Dusun Janget terletak di
wilayah perbukitan yang berada di kaki gunung wilis. Letak Dusun Janget di
wilayah pegunungan membuat tanahnya cukup subur, sehingga banyak jenis
tanaman pertanian dan perkebunan yang bisa dijumpai di sepanjang wilayah
Dusun Janget. Mata pencaharian yang paling umum di Dusun Janget adalah
petani, berbagai jenis tanaman pertanian dan perkebunan seperti padi, ketela
pohon, jagung, kunir dan buah mangga adalah komoditas andalan baik untuk
dijual ataupun dikonsumsi sendiri.
Namun hasil dari sawah dan kebun yang terbatas membuat warga kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, khususnya untuk kebutuhan pendidikan bagi
anak-anak, juga kebutuhan lain yang membutuhkan uang yang cukup banyak
seperti biaya untuk berobat, ataupun untuk kebutuhan bersifat komersial lainnya.
Jika dilihat sekilas, hasil bumi di Dusun Janget sangat menjanjikan, hasil panen
sangat melimpah. Namun kurangnya kualitas pendidikan dan sumber daya
manusia (SDM) menjadikan hasil panen menjadi kurang maksimal baik secara
nilai ekonomis maupun sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pola pikir masyarakat yang cenderung nerimo ing pandum membuat mereka
terkesan pasrah, asal hasil panennya laku itu sudah cukup dalam pandangan
mereka, dengan SDM dan kualitas pendidikan yang rendah membuat warga
kehilangan posisi tawar dan menyerahkan harga jual hasil panennya di tangan
para pengepul atau pemborong.
Kondisi yang demikian itu membuat sebagian warga Janget merantau ke luar kota,
ada juga yang merantau sampai keluar pulau jawa dan bahkan ada yang merantau
hingga ke luar negeri. Bagi sebagian orang, merantau ke luar daerah adalah jalan
keluar untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang mereka hadapi. Anggapan
bahwa kota menyediakan perbaikan finansial membuat warga berbondong-
bondong meninggalkan desa terutama para pemuda.
Indikasi lemahnya perekonomian warga didapat dari hasil dari FGD (Forum
Group Discussion) yang menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Janget adalah
warga kurang mampu atau miskin. Rincian data warga miskin yang diperoleh dari
FGD dari total 1775 KK di desa Morang adalah sebagai berikut:
1. Dusun Morang terdiri dari 703 KK dengan rincian:
a. 45 KK tergolong kaya.
b. 398 KK tergolong sedang.
c. 260 KK tergolong miskin.
2. Dusun Kepak terdiri dari 635 KK dengan rincian:
a. 38 KK tergolong kaya.
b. 300 KK tergolong sedang.
c. 297 KK tergolong miskin
3. Dusun Janget terdiri dari 437 KK dengan rincian:
a. 17 KK tergolong kaya.
b. 140 KK tergolong sedang.
c. 280 KK tergolong miskin.
Pengklasifikasian kesejahteraan keluarga di atas diperoleh dari hasil diskusi
terarah dengan perangkat desa dan warga masyarakat serta survey belanja rumah
tangga terhadap sejumlah sampel dari ketiga dusun di desa morang. Dalam diskusi
tersebut masyarakat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:
Kaya
Sedang, dan
Miskin
Untuk menentukan kategori tersebut pengelompokkan didasarkan pada
beberapa indikator, antara lain: pendapatan, pekerjaan, asset yang dimiliki,
kondisi fisik rumah, tingkat pendidikan dalam keluarga, dan kesehatan.
Dari sisi pendapatan, keluarga kaya memiliki pendapatan rata-rata berada
dikisaran Rp. 1 juta-2 juta perbulan, sedangkan pendapatan warga yang berada
dalam kategori sedang atau menengah memiliki pendapatan di kisaran antara
Rp. 500 ribu-1 juta. Sementara kategori warga kurang mampu pendapatan
perbulannya antara < Rp 500 ribu dan di bawahnya. Dalam mendata
pendapatan warga di ambil secara rata-rata karena perbedaan hasil pendapatan
dan juga kebanyakan warga berpenghasilan berdasarkan waktu panen
sehingga dirata-rata berdasarkan waktu tanam hingga panen untuk
mendapatkan hasil pendapatan rata-rata perbulan. Sebagai tambahan
penghasilan kebanyakan masyarakat menginvestasikan uangnya dalam bentuk
hewan ternak yang bisa dijual kemudian
Indikator yang selanjutnya adalah pekerjaan. Pekerjaan yang dimiliki
berbanding lurus dengan indikator pertama yaitu penghasilan. Rata-rata warga
yang berada dalam kategori kaya memiliki pekerjaan sebagai pengusaha
(pemborong/tengkulak), pedagang, dan juga pejabat di tingkat desa atau
kecamatan. Sementara warga yang berada dalam kategori sedang bekerja
sebagai guru, pegawai kelurahan, atau pemilik toko. Sedangkan warga yang
berada di kategori miskin kebanyakan adalah petani atau buruh yang
menggarap sawah milik orang lain. Ada juga yang bekerja sebagai buruh
bangunan, maupun pencari rumput.
Dilihat dari indikator kepemilikan asset warga kaya ada yang memiliki mobil,
motor, sawah yang luas, dan fasilitas rumah yang lengkap seperti televise dan
lemari es. Sementara warga dalam kategori sedang memiliki asset berupa
motor, sawah yang memiliki luas sedang, dan televisi. Sedangkan warga
miskin memiliki asset terbatas seperti sawah dengan lahan yang sempit, ada
sebagian warga dalam kategori miskin yang memiliki motor atau televise
namun kebanyakan dibeli dalam kondisi bekas.
Indikator selanjutnya adalah tingkat pendidikan dalam keluarga. Warga dalam
kategori kaya pendidikan minimal adalah lulusan SMA, sekolah tinggi atau
universitas, sedangkan anaknya kebanyakan disekolahkan hingga perguruan
tinggi. Warga yang berada dalam kategori sedang rata-rata adalah lulusan
SMA atau SMP dan sebagian adalah lulusan perguruan tinggi. Sedangkan
anak-anak dari keluarga sedang bersekolah maksimal di tingkat SMA, dan
hanya sebagian kecil yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan warga
dalam kategori miskin mayoritas lulusan SD dan sangat sedikit yang lulusan
SMP, dan rata-rata anak-anak dari keluarga miskin hanya disekolahkan
sampai SMP atau paling tinggi di tingkat SMA atau SMK. Hal ini dikarenakan
warga miskin lebih mempriorotaskan anaknya untuk bekerja.
Indikator yang terakhir yaitu kesehatan. Warga kaya kebanyakan mampu
mengakses pelayanan kesehatan yang baik karena didukung oleh kemampuan
finansial yang memadai, juga kemampuan untuk menyediakan makanan
bergizi untuk menjaga kesehatan. Keluarga dalam kategori sedang kebanyakan
berobat ke rumah sakit daerah, puskesmas, atau dokter. Sedangkan warga
miskin sering tidak mampu mendapat pelayanan kesehatan yang memadai
dikarenakna keterbatasan biaya juga jarang sekali mampu menyediakan
makanan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Kurangnya kualitas pendidikan dan rendahnya sumber daya manusia
mengakibatkan terjadinya perbedaan yang signifikan dalam masalah
perekonomian di desa morang terutama di Dusun Janget.
Rendahnya Pengetahuan Agama
Warga di Dusun Janget mayoritas adalah beragama Islam dengan sebagian kecil
beraga Kristen. Namun sangat disayangkan pada prakteknya agama hanya
dijadika sebagai symbol, mayoritas muslim di Dusun Janget tidak terlalu peduli
dengan ritual keagamaan.
Salah satu yang paling tampak adalah sholat 5 waktu. Sebagian besar masyarakat
Dusun Janget kurang memperhatikan sholat lima waktu, hal ini dibuktikan dengan
minimnya peserta jamaah di masjid al muttaqin, jamaah sholat lima waktu hanya
ada saat maghrib, isya’, shubuh dan ashar itupun dengan peserta yang sangat
minim, di mushollah sebenarnya kondisi jamaah sholat sdikit lebih baik karena
memiliki jamaah yang lumayan banyak, namun jika melihat jumlah warga muslim
di Dusun Janget sangatlah tidak berimbang antara orang yang jamaah sholat dan
tidak. Pola pikir masyarakat Dusun Janget yang berorientasi pada masalalah
ekonomi membuat mereka mengesampingkan masalah agama utamanya masalah
sholat lima waktu.
Selain masalah diatas, ada masalah lain yang sangat tampak yaitu masalah sholat
jumat. Setiap jumat rata-rata hanya 20 orang yang mengikuti. Walaupun tidak
memenuhi syarat minimal sholat jumat, sholat jamaah jumat tetap dilakukan
karena memepertimbangkan aspek pembiasaan dan sebagai contoh dimaysarakat
dengan harapan warga yang sebelumnya tidak ikut tergerak hatinya untuk
mengikuti shalat jumat.
Pembelajaran agama anak-anak adalah berupa pendidikan Al-quran. Di Dusun
Janget TPQ terbagi menjadi dua, yaitu di masjid dan di mushollah. Di masjid
terdapat dua pengajar yang mengajarkan baca tulis Al-Quran, dan satu minggu
sekali tiap hari sabtu ada sholawat nabi. Sedangkan di mushollah juga ada dua
pengajar, selain pelajaran membaca Al-quran juga ada tambahan pengetahuan
agama yaitu imu fiqih dan ilmu tauhid.
Kegiatan agama di masyarakat Dusun Janget yang saat ini berjalan adalah
kegiatan yasin dan tahlil keliling, kegiatan ini diikiti oleh bapak-bapak maupun
ibu-ibu. Untuk bapak-bapak acara yasin dan tahlil diadakan setiap malam jumat
sedangkan untuk ibu-ibu dilaksanakan setiap jumat sore sesudah waktu sholat
ashar. Kegiatan yasin dan tahlil dilaksanakan secara bergiliran, cara menentukan
shohibul hajjah atau tuan rumah adalah dengan diundi, karena acara ini dibarengi
dengan semacam arisan dengan sejumlah uang yang digunakan untuk biaya
konsumsi jamaah yasin dan tahlil di minggu berikutnya.
Keterbatasan pengetahuan dan kesadaran beragama memang terasa sangat kurang
di Janget, masyarakat terlalu sibuk di sawah sehingga kehidupan beragama
menjadi terbengkalai. Selain itu kurangnya tokoh agama juga menjadi kendala,
praktis hanya modin yang menjadi pembimbing bagi warga untuk urusan agama
dan tentu saja tenaga satu orang tidaklah cukup untuk membimbing seluruh
masyarakat Dusun Janget. Keberadaan generasi penerus sangat dibutuhkan untuk
terus melaksanakan bimbingan dan pencerahan bagi warga Janget akan
pentingnya kehidupan beragama.
Kegiatan sehari-hari warga yang sering berada di sawah atau kebun juga
mempengaruhi kehidupan beragama. Berikut ini adalah contoh jadwal harian
keluarga ustadzha Yunita, guru ngaji TPQ di Masjid Al-Muttaqin.
JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan harian warga Dusun Janget kebanyakan dihabiskan di sawah dan
kebun. Sebagaimana yang tampak dalam jadwal harian Ibu Yuni dan keluarganya
yang juga adalah petani. Beliau memiliki sawah dan kebun yang ditanami padi,
jagung, kunir dan ketela pohon.
Pada pagi hari, aktifitas suami Ibu Yuni sama dengan kebanyakan warga laki-laki
Dusun Janget yaitu pergi ke sawah dan kebun. Sampai menjelang siang hari suami
beliau pulang untuk beristirahat dan makan siang sekaligus shholat dhuhur.
Namun, kebanyakan warga Janget tetap berada di sawah atau kebun hingga sore
hari menjelang ashar, sehingga meninggalkan ibadah sholat dhuhur atau ketika
pulang untuk beristirahat mereka hanya pulang untuk makan siang, hal ini juga
yang menyebabkan ketika sholat jumat sangat sedikit yang mengikuti. Sedangkan
aktifitas Ibu Yuni sendiri pada pagi hari sama seperti kebanyakan perempuan di
Dusun Janget yaitu mengurusi urusan ibu rumah tangga, seperti memasak,
berbelanja, membersihkan rumah dan mencuci, serta berbincang-bincang dengan
ibu rumah tangga yang lain. Tetapi ada juga sebagian ibu rumah tangga di Dusun
Janget yang membantu suaminya di sawah dan kebun, atau mencari rumput bagi
hewan ternak.
Dan pada siang hari beliau beristirahat sambil menonton televisi yang dilanjutkan
dengan sholat dhuhur. Pada sore hari beliau mengajar TPQ di masjid Al
Muttaqin.selesai mengajar beliau melanjutkan aktifitas layaknya kebanyakan
warga Janget, yaitu berkumpul bersama keluarga hingga waktu istirahat tidur
malam tiba. Sedangkan kegiatan anak beliau kebanyakan adalah bermain karena
umurnya belum memasuki usia sekolah. Anak beliau juga ikut belajar ngaji di
TPQ, banyak anak-anak di Dusun Janget yang antusias mengikuti kegiatan
mengaji di TPQ, baik di masjid ataupun di mushollah yang dimulai pukul 15.30
setelah sholat ashar.
Berdasarkan jadwal kegiatan harian tersebut, lemahnya perekonomian berdampak
pada aktifitas ibadah warga Dusun Janget, karena terlalu memprioritaskan
menggarap sawah, mereka meninggalkan ibadah wajib seperti sholat terutama
sholat dhuhur dan ashar.
Pengetahuan agama yang sangat terbatas menjadikan warga Dusun Janget kurang
memperhatikan kegiatan ibadah harian mereka terutama sholat, pada pagi hari
mereka berangkat ke sawah atau ladang, kaetika pulang pada siang hari mereka
dalam keadaan lelah, sehingga meninggalkan sholat dhuhur, setelah istirahat
beberapa saat, mereka kembali ke sawah sampai sore menjelang sehingga sholat
ashar juga ditinggalkan, begitu juga dengan sholat maghrib yang tidak
dilaksanakan karena masih lelah seusai bekerja di sawah atau kebun.
Keterbatasan pengetahuan agama Dusun Janget juga dipengaruhi oleh kurangnya
dukungan pemerintah dusun, terutama Pamong Desa yang terkesan acuh
dengankeadaan masyarakat yang sangat terbelakang dalam urusan agama.
Kurangnya tenaga dakwah atau ustadz juga sangat berdampak pada pengetahuan
masyarakat tentang agama. Di Dusun Janget hanya ada satu orang yang bisa
dikatakan sebagai juru dakwah, namun yang perlu dikhawatirkan adalah tidak
adanya generasi penerus ketika nanti sang juru dakwah sudah tidak ada. Peran
pemuda di Dusun Janget juga sangat kurang dalam memajukan kehidupan
beragama dalam masyarakat, kebanyakan pemuda di Dusun Janget juga berkutat
dengan pekerjaan di sawah dan kebun, ketika selesai dengan urusan di sawah
mereka bergaul dengan teman-teman mereka yang jauh dari aktifitas keagamaan.
Krisis kepercayaan pemuda (Karang Taruna) terhadap pengurus masjid juga
mengakibatkan peran pemuda di masjid juga berkurang, jika mampu berjalan
bersama, maka harapan untuk memajukan kehidupan beragama di Dusun Janget
sangatlah besar. Padahal, kondisi masjid sudah jauh lebih baik, karena sudah ada
banyak perbaikan sehingga sangat layak dan memadai untuk berbagai aktifitas
ibadah. Sangat disayangkan kondisi masjid yang lebih baik tidak diiringi dengan
kemauan masyarakat untuk beribadah di masjid. (to be continued…..)
Kemampuan Membaca Al-Quran yang Rendah
Kemampuan membaca Al-Quran dengan baik dan benar sangat penting bagi umat
Islam. Karena bacaan yang salah juga akan berpengaruh pada perubahan arti.
Bacaan Al-Quran juga hampir selalu ada dalam setiap ritual peribadatan umat
Islam.
Realitas yang terjadi di dusun janget cukup mengkhawatirkan. Kemampuan
membaca Al-Quran sangat minim, banyak terjadi kesalahan dalam membaca Al-
Quran seperti dalam makhroijul huruf dan tajwidnya. Bahkan kebanyakan orang
tua tidak mampu membaca Al-Quran karena tidak pernah belajar waktu kecil.
Sedangkan anak-anak di TPQ membaca Al-Quran tanpa memperhatikan
makhroijul huruf dan tajwidnya, mereka lebih mementingkan banyaknya juz yang
telah dibaca dari pada cara membaca yang benar.
Diantara faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca Al-Quran
adalah kurangnya kesadaran untuk bisa membaca Al-Quran yang baik dan benar
terutama bagi orang yang sudah tua. Faktor lainnya adalah kurangnya tenaga
pengajar (SDM) yang menguasai ilmu pengajaran membaca Al-Quran.
Di dusun janget terdapat dua tempat yang mengajar Al-Quran yaitu di masjid Al-
Muttaqin dan mushollah masing-masing memiliki dua tenaga pengajar. Secara
kualitas pengajar, di mushollah sedikit lebih baik karena pengajarnya berasal dari
lulusan pondok pesantren, sedangkan pengajar di masjid Al-Mutttaqin adalah ibu
rumah tangga biasa yang memiliki kemampuan mengaji yang tidak sebaik
pengajar di Mushollah. Waktu dimulainya TPQ adalah sore hari setelah sholat
ashar, baik di masjid maupun di mushollah waktunya bersamaan.
Di mushollah juga ada TPQ khusus bagi orang yang sudah tua yang diadakan
setelah sholat maghrib. Di sini orang-orang tua diajari mengaji dimulai dari
tingkat dasar (belajar membaca huruf hijaiyah) sekaligus bacaan sholat, namun
kebanyakan dari mereka tidak mampu membaca huruf arab, sehingga bacaan
sholat diajarkan dengan menggunakan huruf latin.
Menurut keterangan pengajar TPQ, sebenarnya orang-orang tua di wilayah sekitar
mushollah memiliki keinginan untuk bisa membaca Al-Quran, namun sering kali
orang-orang tua merasa malu, atau karena pola pikir mereka yang merasa sudah
terlambat untuk belajar membaca Al-Quran.
Masalah Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, karena
pendidikan bisa menjadi tolak ukur kualitas seseorang juga kualitas sebuah
bangsa. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah
menjadikan sektor pendidikan sebagai prooritas utama dengan anggaran mencapai
20 persen dari total APBN, juga dibuatnya program seperti Bantuan Operasional
Sekolah (BOS). Namun sayangnya program pemerintah yang demikian itu belum
cukup membantu daerah-daerah yang jauh dari lingkar perkotaan.
Dusun janget adalah salah satu dari tiga dusun di Desa Morang yang letaknya
relatif terpencil dan jauh dari perkotaan. Di dusun Janget terdapat satu sekolah
dasar yaitu SDN Morang 02 yang berlokasi di sebelah masjid Al Muttaqin.
SDN Morang 02 memiliki tiga buah gedung bangunan paling utara digunakan
untuk kelas 1 s/d kelas 4 dan kantor sekolah dan ruang guru. Bangunan sebalah
selatan digunakan untuk ruang kelas 5 dan kelas 6 dan bangunan di bagian barat
digunakan sebagai perpustakaan, tempat penyimpanan alat-alat olah raga dan
tempat istirahat bagi pegawai sekolah.
Jumlah siswa di SDN Morang 02 sangat minim, setiap kelas jumlah siswanya
hanya 5 sampai 6 siswa, sedangkan total siswa di SDN Morang 02 Tahun
Pelajaran 2012/2013 adalah 44 siswa. Guru yang terdapat di SDN Morang 02
sebenarnya sudah cukup memadai dengan jumlah total 10 orang guru termasuk
kepala sekolah. 5 orang guru telah menjadi Pegawa Negeri Sipil (PNS) dan
sisanya adalah tenaga honorer ditambah seorang pegawai yang mengurusi urusan
kebersihan dan keamanan sekolah.
Sedikitnya jumlah siswa di SDN Morang 02 dikarenakan banyak orang tua di
dusun janget yang menyekolahkan anaknya ke desa tetangga seperti SD di Desa
Jonggol atau SD di Desa Batok. Diantara faktor yang menyebabkan hal tersebut
adalah jarak yang lebih dekat juga kurangnya kualitas pengajaran di SDN Morang
02.
Tenaga pengajar di SDN Morang 02 berasal dari luar dusun, kebanyakan dari
daerah sekitar kota Madiun, atau dari tetangga desa. Jarak yang jauh dan medan
yang berliku membuat para pengajar di SDN Morang 02 terkesan malas hadir di
sekolah untuk menunaikan tugasnya sebagai pendidik di sekolah. Selain itu sarana
dan prasana proses belajar mengajar juga kurang memadai, di kantor sekolah
cuma ada satu perangkat komputer, di perpustakaan buku yang tersedia hanya
buku-buku lama yang sudah tertinggal dari kurukulum yang berlaku sekarang.
Bangunan sekolah di SDN Morang 02 telah mengalami perbaikan, jauh lebih baik
dari sebelumnya yang jauh dari kata layak bahkan hampir roboh. Perbaikan
gedung yang dilaksanakan seharusnya menjadi penyemangat bagi tenaga pengajar
supaya mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk mengajar di sekolah.
Seharusnya para pengajar merasa malu kepada para siswanya yang selalu
bersemangat di tengah segala keterbatasan.