laporan kinerja tahun 2019app.bpkp.go.id:9090/esakip/assets/dist/dok/lk_b000_2019.pdf · 2020. 3....
TRANSCRIPT
-
Memperkuat Kompetensi Pengawasan Intern Yang Berkelanjutan Demi Bakti Untuk Negeri
Laporan Kinerja Tahun 2019
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan www.bpkp.go.id
-
Nomor : LKIN-9/K/SU/2020
Tanggal : 27 Februari 2020
Laporan Kinerja
Tahun 2019
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
www.bpkp.go.id
Budi PriharyantoStamp
Budi PriharyantoStamp
-
ii Laporan Kinerja 2019 - BPKP
Kata Pengantar
Muhammad Yusuf Ateh
Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan
Tahun 2019 merupakan tahun akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan juga Rencana Strategis (Renstra) Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tahun 2015-2019. Oleh karena itu, laporan
kinerja tahun 2019 merupakan laporan kinerja tahun terakhir dalam periode Renstra
tersebut. Sebagai laporan penutup implementasi Renstra, laporan kinerja tahun 2019
ini menyajikan pencapaian kinerja tahun 2019 dan juga pencapaian tujuan BPKP
sebagaimana direncanakan dalam Renstra periode 2015-2019.
Berakhirnya RPJMN dan Renstra BPKP tahun 2015-2019, membuka babak baru bagi
BPKP untuk merencanakan arah pengawasan yang akan dilakukan BPKP dalam
periode lima tahun ke depan, maka sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pada
tahun 2019 BPKP telah menyusun Rancangan Renstra tahun 2020-2024 dengan
berpedoman pada Rancangan RPJMN tahun 2020- 2024.
Dalam rancangan RPJMN tahun 2020-2024, Pemerintah telah menetapkan arah
pembangunan pada akhir periode Rencana Pemerintah Jangka Panjang Tahun 2005 –
2025 dengan menitik beratkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
berujung pada optimalisasi penerimaan negara, peningkatan serta pemerataan
pembangunan infrastruktur pendukung dan kapasitas sumber daya manusia.
Pengawasan atas akuntabilitas dan kinerja tidak dapat dilepaskan dari fokus-fokus
pemerintah tersebut. Oleh karena itu, BPKP hadir menjalankan peran yang lebih
-
iv Laporan Kinerja 2019 - BPKP
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vii RINGKASAN EKSEKUTIF x PERNYATAAN TELAH DIREVIU xiii PENDAHULUAN 02 Tugas dan Fungsi BPKP
Struktur Organisasi
Aspek Strategis Organisasi
Kegiatan dan Layanan Produk BPKP
Sistematika Laporan
04 05 09 10 11
PERENCANAAN KINERJA 12 Rencana Strategis 2015-2019
Perjanjian Kinerja 2018 14 31
AKUNTABILITAS KINERJA 32 Kerangka Pengukuran Kinerja
Pencapaian Tujuan BPKP 2015-2019
Capaian Kinerja Tahun 2019
Sasaran Strategis 1 - Indeks AP3N
Sasaran Strategis 2 - SPIP
Sasaran Strategis 3 - APIP
Dukungan Pengawasan
Kinerja Lainnya Tahun 2019
Akuntabilitas Keuangan
34 35 38 39 67 94 121 131 150
PENUTUP 152
KILAS PERISTIWA 2019 162
LAMPIRAN 166
-
BPKP - Laporan Kinerja 2019 v
DAFTAR TABEL
2.1 Indikator Kinerja Utama BPKP Tahun 2015-2019
27
2.2 Target Kinerja BPKP tahun 2015-2019
30
2.3 Perjanjian Kinerja BPKP Tahun 2019
31
3.1 Ringkasan Kinerja BPKP Tahun 2019
38
3.2 Kinerja Sasaran Strategis 1. 39
3.3 Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2019
41
3.4 Hasil Pengukuran Indeks AP3N Tahun 2019
43
3.5 Area of Improvement (AOI) Indeks AP3N Tahun 2019
44
3.6 Reviu Tata Kelola PSN Tahun 2019
45
3.7 Peningkatan ruang fiskal hasil OPN 2015-2019
52
3.8 Penghematan pengeluaran negara pembangunan LRT
52
3.9 Penghematan pengeluaran negara dari hasil verifikasi tagihan tunggakan pihak ketiga 2015-2019
52
3.10 Penghematan pengeluaran negara dari hasil pengawasan ganti rugi pengadaan tanah PSN
53
3.11 Cost Saving 2015-2019 53
3.12 Perkembangan Capaian Opini WTP Pemda TA. 2016 - 2018
61
3.13 Perkembangan korporasi GCG "baik" 2015-2019
61
3.14 Perkembangan BUMN kinerja "baik" 2015-2019
61
3.15 Perkembangan PDAM kinerja "sehat" 2015-2019
62
3.16 Perkembangan BLUD kinerja "Baik" 2015-2019
62
3.17 Target dan Realisasi Output Kegiatan Keinvestigasian
62
3.18 penghematan keuangan negara dari hasil audit penyesuaian harga dan audit klaim 2015-2019
64
3.19 FCP, MPAK, dan HKP 2015-2019
64
3.20 Kinerja Sasaran Strategis 2 65
3.21 Perkembangan Jumlah K/L yang Mencapai Maturitas SPIP Level 3 menurut Kedeputian Pembina
67
3.22 Kondisi Maturitas SPIP K/L 2019
68
3.23 Peningkatan Maturitas SPIP K/L 2019
68
3.24 Lima AOI Tertinggi Penyelenggaraan SPIP Kementerian/ lembaga Tahun 2019
69
3.25 Perkembangan Jumlah Pemerintah Provinsi yang Mencapai Maturitas SPIP Level 3
72
3.26 Peningkatan Maturitas SPIP Pemprov 2019
73
3.27 Perkembangan Jumlah Pemerintah Kab/Kota yang Mencapai Maturitas SPIP Minimal Level 3 menurut Wilayah/ Provinsi
78
3.28 Kondisi Maturitas SPIP Pemerintah Kab/Kota Tahun 2019 menurut Provinsi
84
3.29 Peningkatan Maturitas SPIP Pemkab/ Kota 2019
85
3.30 Lima AOI Penyelenggaraan SPIP Pemda Tahun 2019
88
3.31 Skema Penilaian Efektivitas SPI Korporasi
90
3.32 Efektivitas SPI Korporasi (Level 3) s.d. Tahun 2019
90
3.33 Komposisi level efektivitas SPI menurut jenis Badan Usaha (BU)
91
3.34 Ringkasan Kinerja Sasaran Strategis 3
94
3.35 Perkembangan Jumlah APIP K/L yang Mencapai Kapabilitas Level 3
96
3.36 Kondisi Kapabilitas APIP K/L Tahun 2019
97
3.37 Peningkatan Kapabilitas APIP K/L 2019
97
3.38 Lima AOI Tertinggi kapabilitas APIP Kementerian/ lembaga Tahun 2019
98
-
vi Laporan Kinerja 2019 - BPKP
3.39 Perkembangan Jumlah APIP Pemerintah Provinsi Kapabilitas Level 3
100
3.40 Kondisi Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi Tahun 2019
100
3.41 Peningkatan Kapabilitas APIP Pemprov 2019
100
3.42 Perkembangan Jumlah APIP Pemerintah Kab/Kota yang Mencapai Kapabilitas minimal Level 3
106
3.43 Kondisi Kapabilitas APIP Pemerintah Kab/Kota Tahun 2019
115
3.44 Peningkatan Kapabilitas APIP Pemkab/ Kota 2019
115
3.45 AOI kapabilitas APIP Pemda Tahun 2019
119
3.46 Hasil seleksi dan penetapan diklat JFA tahun 2019
123
3.47 Jumlah K/L/Pemda yang mengimplementasikan JFA beserta auditor tahun 2019
123
3.48 Capaian Kegiatan Fasilitasi Penilaian Angka Kredit 2019
124
3.49 Jumlah lulusan program degree tahun 2015-2019
124
3.50 Jumlah peserta non degree tahun 2015-2019
125
3.51 Jumlah Peserta Diklat Teknis Substantif Tahun 2019
127
3.52 Jumlah Peserta Diklat Fungsional Auditor Tahun 2019
127
3.53 Perkembangan Jumlah Peserta diklat Tahun 2015-2019
128
3.54 Roadmap pembentukan GIA Corpu
135
3.55 Anggaran dan Realisasi Keuangan BPKP Tahun 2019
150
3.56 Anggaran dan Realisasi Keuangan menurut Jenis Belanja
150
3.57 Anggaran dan Realisasi Keuangan menurut Program
150
4.1 Kesimpulan Pencapaian Tujuan BPKP 2015-2019
155
4.2 Kesimpulan Pencapaian Kinerja BPKP Tahun 2019
155
-
BPKP - Laporan Kinerja 2019 vii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Struktur Organisasi BPKP 06
1.2 Muhammad Yusuf Ateh, Ak., MBA, didampingi istri berfoto bersama dengan Presiden dan Wakil Presiden seusai dilantik sebagai Kepala BPKP di Istana Negara, 5 Februari 2020
07
1.3 Posisi pegawai per 31 Desember 2019
08
1.4 Peta SDM BPKP per 31 Desember 2019 menurut lokasi unit kerja
09
1.5 Sistematika laporan 11
2.1 Rencana Strategis BPKP periode 2015-2019
16
2.2 Empat Fokus Pengawasan 28
3.1 Konsep Pengukuran Indeks AP3N
40
3.2 Skala Skor Indeks AP3N 42
3.3 Perbandingan Kinerja Indeks AP3N
43
3.4 Kepala Perwakilan BPKP provinsi NTB melakukan pemantauan proyek PSN pembangunan Bendungan Bintang Bano di Sumbawa, NTB
45
3.5 Pelaksana Tugas Kepala BPKP dan Deputi Bidang Perekonomian dan Kemaritiman melakukan rapat pembahasan mengenai LRT dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
46
3.6 Inspeksi lapangan tim, dipimpin Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Timur memantau PSN Pembangunan Jembatan Pulau Balang II di Kabupaten Penajam Paser Utara
46
3.7 Inspeksi lapangan tim, dipimpin Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memantau progress PSN pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA)
47
3.8 Inspeksi lapangan tim dipimpin Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur memantau progress PSN pembangunan Jalan Lintas Utara Flores dari Labuan Bajo - Kedindi
47
3.9 Tim BPKP melakukan peninjauan dalam rangka reviu progres pembangunan LRT Cawang - Cibubur
48
3.10 Inspeksi lapangan tim Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah memantau PSN Bendungan Logung di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah
48
3.11 Tim BPKP melakukan inspeksi lapangan dalam rangka pemantauan akuntabilitas penggunaan Dana Siap Pakai Penanggulangan Bencana Gempa Bumi, Tsunami, dan Likuifaksi di Sulawesi Tengah
49
3.12 Rapat Koordinasi dan Pembahasan Hasil Reviu BPKP pada KPU dan Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/ Kota tahun 2019
50
3.13 Penyampaian hasil reviu LKJPP Tahun 2018 oleh Kepala BPKP kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
51
3.14 Evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan bersama bidang migas antara Kementerian Keuangan, BPKP dan SKK Migas
53
3.15 Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama SP2D online antara Pemerintah Kabupaten Simalungun dengan Bank BNI dan BPKP guna mendukung optimalisasi pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun.
55
3.16 Perkembangan Implementasi Siskeudes 2015-2019 (Desa)
56
-
viii Laporan Kinerja 2019 - BPKP
3.17 Kunjungan Deputi PKD ke desa-desa di Kabupaten Kampar, Riau untuk mengetahui tingkat tata kelola keuangan desa, keberhasilan pemanfaatan dana desa, dan inovasi desa
57
3.18 Peta Pemkab/ Kota yang menerapkan Siskeudes Online s.d. Tahun 2019
58
3.19 Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara dan tim, memberikan pembinaan sistem informasi akuntansi dan aplikasi BUMDesa dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja BUMDesa di Kabupaten Kolaka Timur
60
3.20 Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan memaparkan hasil diagnostic assessment pada Pemerintah Kabupaten Bulukumba
63
3.21 Karakteristik Tingkat Maturitas Penyelenggaraan SPIP
66
3.22 Perkembangan SPIP Level 3 K/L Tahun 2015-2019
69
3.23 Pelaksana Tugas Kepala BPKP menyerahkan Penghargaan Capaian SPIP Level 3 dan Kapabilitas APIP Level 3 pada Menteri Luar Negeri
70
3.24 Rapat Penilaian Mandiri Maturitas SPIP di Lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
71
3.25 Perbandingan Kinerja Maturitas SPIP K/L (Level 3)
72
3.26 Workshop Peran Pimpinan Daerah Dalam Rangka Akselerasi Implementasi SPIP di Provinsi Aceh
73
3.27 Peta Maturitas SPIP Pemprov per 31 Desember 2019
74
3.28 Komposisi Pemprov SPIP Level 3 Th 2019 menurut Wilayah (7 wilayah) dan perkembangan maturitas SPIP Pemprov 2015-2019
76
3.29 Perbandingan Kinerja Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
77
3.30 Peta Maturitas SPIP Level 3 Pemkab/Kota per 31 Desember 2019
82
3.31 Komposisi Pemkab/Kota Level 3 menurut wilayah dan perkembangan maturitas SPIP Pemkab/Kota 2015-2019
86
3.32 Perbandingan Kinerja Maturitas SPIP Kab/Kota (Level 3)
87
3.33 Deputi Akuntan Negara menjadi narasumber dalam kegiatan Workshop self assessment dan peningkatan kapabilitas SPI PTPN III
91
3.34 Kepala Perwakilan BPKP Sulsel melakukan Sosialisasi Peningkatan Kapabilitas Satuan Pengawas Intern (SPI) pada Perumda Air Minum Kota Makassar
92
3.35 Sharing Session dengan BUMN, BUMD dan BLUD se-Jawa Tengah mengenai Governance, Risk, and Control (GRC) bersama Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara
92
3.36 Perbandingan Kinerja Efektivitas SPI Korporasi (Level 3)
93
3.37 Tingkat Kapabilitas dan Karakteristik APIP
96
3.38 Asistensi Pengumpulan Dokumen Penilaian Mandiri Kapabilitas APIP (IACM) di Lingkungan Kementerian Sosial
97
3.39 Perkembangan Kapabilitas level 3 APIP K/L tahun 2015-2018
98
3.40 Perbandingan Kinerja Kapabilitas APIP K/L (Level 3)
99
3.41 Workshop Peningkatan Kapabilitas APIP di Wilayah Provinsi Jawa Barat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) bekerjasama dengan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat dan Inspektorat Provinsi Jawa Barat
101
3.42 Workshop peningkatan kapabilitas APIP Pemda di Provinsi Kepulauan Riau
101
3.43 Peta APIP Pemprov per 31 Desember 2019
102
3.44 Komposisi APIP Pemprov dengan Kapabilitas Level 3 Th 2019 menurut Wilayah (7 wilayah) dan Perkembangan Kapabilitas level 3 APIP Pemprov tahun 2015-2019
104
3.45 Perbandingan Kinerja Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
105
3.46 Peta Kapabilitas APIP Level 3 Pemkab/ Kota per 31 Desember 2019
108
-
BPKP - Laporan Kinerja 2019 ix
3.47 Workshop peningkatan kapabilitas APIP se Provinsi Aceh atas kerjasama Perwakilan BPKP Aceh dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
114
3.48 Diklat Audit Intern berbasis Risiko bagi Inspektorat Kab. Yalimo
116
3.49 Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Banten menyampaikan materi pada kegiatan Workshop peningkatan kapabilitas APIP Inspektorat di wilayah Provinsi Banten
116
3.50 Komposisi APIP Pemkab/ Kota dengan kapabilitas level 3 tahun 2019 dan perkembangan kapabilitas APIP Pemkab/Kota level 3 tahun 2015-2019
117
3.51 Workshop telaah sejawat antar APIP Kabupaten di Provinsi Papua merupakan salah satu upaya meningkatkan kapabilitas APIP Kab/Kota di Papua
118
3.52 Perbandingan Kapabilitas APIP Pemerintah Kab/Kota (Level 3)
119
3.53 Ujian Sertifikasi Auditor Berbasis Komputer untuk Diklat Penjenjangan Auditor BPKP
127
3.54 Ujian Sertifikasi Auditor Berbasis Komputer untuk Diklat Penjenjangan Auditor dari TNI AL
128
3.55 Model GIA Corpu yang dikembangkan BPKP
133
3.56 Struktur Organisasi GIA Corpu yang dikembangkan BPKP
134
3.57 Grand Launching GIA Corpu dalam rangka Memperkuat Kompetensi Pengawasan Internal yang Berkelanjutan, tanggal 30 Mei 2019 di Aula Gandhi, BPKP
136
3.58 Sosialisasi MOOC kepada pejabat di lingkungan BPKP
138
3.59 Video Conferences BPKP dan CCA Bhutan dalam rangka knowledge sharing
139
3.60 MoU Kerjasama BPKP dan CCA Bhutan
139
3.61 BPKP menerima Head of Korean Development Institute
140
3.62 Kepala BPKP menerima kunjungan studi Banding delegasi AGIA Filipina
141
3.63 Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan (Rakornaswas) Tahun 2019 Tanggal 21 Maret 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta
142
3.64 BPKP menerima penghargaan untuk K/L yang meraih opini WTP untuk laporan Keuangan Tahun 2014-2018 dari Menteri Keuangan
145
3.65 BPKP menerima penghargaan untuk K/L dengan kualifikasi "Menuju Informatif" dari Komisi Informasi Pusat (KIP)
146
3.66 Piagam penghargaan Menteri Keuangan RI sebagai Peringkat I Kinerja Pengelolaan Anggaran Terbaik Tahun 2018 kategori Pagu Kecil
147
3.67 Piala Bronze Winner Public Relations Indonesia Awards 2019 kategori Media Sosial sub kategori Lembaga
147
3.68 Piala Silver Winner Insan PR Indonesia 2019 kategori Kepala Subbagian Humas
148
3.69 BPKP menerima BKN Awards 2019 Kategori Penilaian Kompetensi Tingkat Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
148
3.70 BPKP menerima penghargaan “The Most Innovative Institution” dalam penilaian instansi pembina jabatan fungsional terbaik tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian PAN dan RB
149
3.71 Pohon Kinerja BPKP Tahun 2020-2024
149
-
x Laporan Kinerja 2019 - BPKP
RINGKASAN EKSEKUTIF
BPKP merupakan lembaga pengawasan internal pemerintah yang bertugas melakukan
pengawasan keuangan negara/ daerah dan pembangunan nasional. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, pada periode 2015-2019, BPKP memfokuskan
pengawasan pada pengawalan program pembangunan nasional dan perbaikan
akuntabilitas serta tata kelola pemerintahan melalui implementasi sistem pengendalian
intern pemerintah (SPIP) dan peningkatan kapabilitas aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP).
Tahun 2019 ini merupakan tahun akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan juga Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) tahun 2015-2019. Oleh karena itu, laporan kinerja tahun 2019
ini juga merupakan laporan kinerja tahun terakhir dalam periode Renstra tersebut.
Sebagai laporan penutup implementasi Renstra, laporan kinerja tahun 2019 ini
menyajikan pencapaian tujuan BPKP sebagaimana direncanakan dalam Renstra
periode 2015-2019.
Pencapaian Tujuan 2015-2019
Tujuan 1: Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif
Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan kualitas
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional yang semula berada
pada skala 2 (skala 1-5) pada tahun 2017, menjadi skala 3 (skala 1-5) pada tahun
2019 sesuai dengan target renstra (tercapai 100%). Dengan pencapaian kualitas
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional skala 3 (skala 1-5),
secara umum pengelolaan program pembangunan nasional cukup baik.
Tujuan 2: Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP)
Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan SPIP pada instansi pemerintah yang semula sebesar 0,96% pada
tahun 2015, menjadi sebesar 60,16% pada tahun 2019, atau mencapai 81,86% dari
target sebesar 73,49%. Pencapaian tersebut bermakna bahwa 60,16% instansi
pemerintah telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi
dengan baik.
Tujuan 3: Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang
Profesional dan Kompeten
Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan kapabilitas aparat
pengawasan intern pemerintah (APIP) yang semula sebesar 0,96% pada tahun 2015,
menjadi sebesar 57,94% pada tahun 2019, atau mencapai 79,45% dari target sebesar
72,81%. Pencapaian tersebut bermakna bahwa 57,94% APIP telah mampu menilai
efisiensi, efektivitas dan keekonomisan suatu kegiatan dan mampu memberikan
konsultansi terkait dengan tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern.
-
BPKP - Laporan Kinerja 2019 xi
Pencapaian Kinerja Tahun 2019
Kinerja Tahun 2019 secara umum mengalami peningkatan, walaupun belum
seluruhnya mencapai target tahun 2019. Dari delapan indikator kinerja, sebanyak satu
indikator kinerja mencapai target (100%), sebanyak 6 indikator kinerja kinerjanya
mengalami peningkatan dibanding tahun lalu, dan sebanyak satu indikator kinerja
belum mencapai target.
Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
dan Pembangunan Nasional
Pencapaian sasaran strategis ini diukur oleh satu indikator Kinerja yaitu “Indeks
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas dalam
Nawacita”. Dari hasil pengukuran kinerja, rata-rata skor indeks akuntabilitas pengelolaan
program pembangunan nasional (AP3N) sebesar 64,28, berada pada skala 3 sesuai
target, atau tercapai 100%.
Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Maturitas SPIP dan Efektivitas SPI Korporasi
Pencapaian sasaran strategis ini diukur oleh empat indikator Kinerja. Dari hasil
pengukuran kinerja, tiga indikator mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
lalu, namun belum mencapai target, dan sebanyak satu indikator belum mencapai
target.
Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah
Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah
Pencapaian sasaran strategis ini diukur oleh tiga indikator Kinerja. Dari hasil
pengukuran kinerja, seluruhnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
lalu, namun belum mencapai target.
Untuk meningkatkan capaian kinerja ke depan, maka perlu ditempuh strategi sebagai
berikut:
1. Pembinaan pengelolaan risiko pada K/L/Pemda.
2. Meningkatkan komunikasi dengan pimpinan K/L/Pemda melalui forum-forum untuk
mengingatkan kembali tentang awareness dalam pengelolaan risiko.
3. Memantau, mendorong dan melakukan asistensi pada K/L/Pemda dalam
melaksanakan tindak lanjut dari action plan perbaikan area of improvement
maturitas SPIP dan kapabilitas APIP
4. Peningkatan kompetensi SDM APIP (termasuk di bidang audit keinvestigasian)
yang didukung dengan Training Need Analysis (TNA), antara lain melalui GIA
Corporate University dan MOOC.
5. Melaksanakan koordinasi dengan AAIPI untuk implementasi peer review bagi APIP
yang sudah siap menuju level 3.
Dalam rangka memperkuat kompetensi pengawasan intern yang berkelanjutan, pada
tahun 2019 BPKP membentuk Government Internal Auditor Corporate University (GIA
Corpu), dan mengembangkan Massive Open Online Courses (MOOC) yaitu metode
pembelajaran baru yang sepenuhnya berbasis elektronik (Full E-Learning).
Di samping kinerja sebagaimana tersebut di atas, beberapa peristiwa penting
mencerminkan pengakuan internasional atas kinerja BPKP, antara lain yaitu:
-
xii Laporan Kinerja 2019 - BPKP
1. Video Conference dalam rangka Sharing Knowledge BPKP dan Central
Coordinating Agency (CCA) Bhutan.
2. Kerja sama BPKP dan Korean Development Institute (KDI) melalui knowledge
Sharing Program untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah melalui penguatan
fungsi audit internal.
3. Studi Banding Association of Government Internal Auditors (AGIA) Filipina ke BPKP
mengenai internal audit best practices di Indonesia.
Pada tahun 2019, BPKP menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan
Intern dengan tema “Penguatan APIP dalam Mengawal Akuntabilitas Keuangan dan
Pembangunan yang Berkualitas”. Kegiatan tersebut secara langsung dibuka oleh Wakil
Presiden RI Jusuf Kalla sekaligus bertindak sebagai Keynote Speaker. Kegiatan
tersebut diselenggarakan dalam rangka terus memperkuat peran APIP.
Dalam tahun 2019, BPKP memperoleh sembilan penghargaan yang mencerminkan
pengakuan instansi lain atas kinerja BPKP yaitu: 1) Penghargaan untuk K/L yang
meraih opini WTP untuk Laporan Keuangan Tahun 2014 - 2018 dari Menteri
Keuangan, 2) Anugerah Keterbukaan Informasi dengan kualifikasi “Menuju Informatif”
pada kategori Lembaga Negara dan Lembaga Negara Non Kementerian dari Komisi
Informasi Pusat (KIP), 3) Penghargaan dari Kementerian Keuangan berupa plakat
atas pencapaian Kinerja Terbaik Pengelolaan Anggaran Tahun 2018 dari Menteri
Keuangan, 4) Penghargaan sebagai K/L dengan pengelolaan anggaran terbaik
dengan kategori pagu anggaran kecil dari Menteri Keuangan, 5) Bronze Winner Public
Relations Indonesia Awards 2019 kategori Media Sosial sub kategori Lembaga,
6) Silver Winner Insan PR Indonesia 2019, 7) Badan Kepegawaian Negara (BKN)
Awards 2019 Kategori Penilaian Kompetensi Tingkat Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian, dan 8) Penghargaan “The Most Innovative Institution” dalam penilaian
instansi pembina jabatan fungsional terbaik tahun 2019 dari Kementerian PAN dan RB,
dan 9) Penghargaan perolehan nilai pengawasan eksternal ANRI terhadap BPKP, di
mana BPKP mendapatkan nilai 91,97 dengan predikat "Sangat Memuaskan".
Perbaikan perencanaan kinerja yang telah dilakukan BPKP pada tahun 2019 yaitu:
1) menyusun Pohon Kinerja tahun 2020-2024, sebagai tindak lanjut dari rekomendasi
evaluasi SAKIP oleh Kementerian PAN dan RB, dan 2) penyusunan profil indikator
kinerja, yang memuat rumus pengukuran, dan target kinerja tahun 2020-2024. Pohon
kinerja dan profil indikator kinerja tersebut telah digunakan dalam penyusunan Renstra
BPKP Tahun 2020-2024.
Kinerja BPKP tahun 2015-2019 masih akan dilanjutkan pada Renstra tahun 2020-
2024. Dalam Renstra BPKP tahun 2020-2024, BPKP menetapkan enam indikator
kinerja, tiga indikator di antaranya merupakan indikator kinerja yang telah digunakan
dalam Renstra tahun 2015-2019, sedangkan tiga lainnya merupakan pengembangan
baru, yaitu: 1) Indeks Manajemen Risiko, 2) Indeks Akuntabilitas Tata Kelola
Pembangunan Nasional, 3) Tingkat Maturitas SPIP, 4) Tingkat Kapabilitas APIP, 5)
Indeks Komposit Akuntabilitas Kinerja Korporasi (KOMPAK), dan 6) Indeks Efektivitas
Pencegahan Korupsi (EPK).
-
BPKP - Laporan Kinerja 2019 xiii
-
xiv Laporan Kinerja 2019 - BPKP
Pelantikan pejabat struktural di lingkungan BPKP berkenaan dengan penataan organisasi BPKP, 5 April 2019
-
Pendahuluan Pengukuran Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 1
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
2 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
GIA Corpu merupakan wadah pengembangan kompetensi bersama bagi seluruh komunitas APIP dan stakeholders terkait. GIA Corpu hadir sebagai mitra strategis bagi pengguna dan stakeholders untuk membangun tata kelola yang baik, dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang akuntabel.
BAB 1 Pendahuluan
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 3
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
4 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
PENDAHULUAN
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memiliki tugas utama
membantu Presiden mengawasi pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara serta pembangunan agar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku, sekaligus memberikan masukan bagi penyusunan kebijakan yang terkait.
A. TUGAS DAN FUNGSI BPKP
Sejak terbentuk pada tahun 1983, tugas dan fungsi BPKP mengalami beberapa kali
penyesuaian. Tugas dan fungsi BPKP terakhir diatur berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP menggantikan Keputusan Presiden Nomor 103
Tahun 2001 beserta perubahannya. Berdasarkan Perpres tersebut, BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah
dan pembangunan nasional. BPKP berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPKP menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas
keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan yang
bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan
penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan
kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden;
2) Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan
negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh
atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau
subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat
kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah serta akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/daerah;
3) Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset
negara/daerah;
4) Pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern, dan
tata kelola terhadap instansi/badan usaha/ badan lainnya dan program/ kebijakan
pemerintah yang strategis;
5) Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan
yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian
harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit penghitungan kerugian
keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli, dan upaya pencegahan
korupsi;
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 5
6) Pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap
akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama
dengan aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) lainnya;
7) Pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja Pemerintah Pusat;
8) Pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan sistem
pengendalian intern kepada instansi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
badan-badan yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan
lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah;
9) Pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan Pemerintah sesuai
peraturan perundang-undangan;
10) Pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah dan sertifikasi jabatan
fungsional auditor;
11) Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang
pengawasan dan sistem pengendalian intern pemerintah;
12) Pembangunan dan pengembangan, serta pengolahan data dan informasi hasil
pengawasan atas penyelenggaraan akuntabilitas keuangan negara Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah;
13) Pelaksanaan pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di BPKP;
14) Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
hukum, kehumasan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
B. STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP, Kepala BPKP
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Struktur organisasi BPKP
terdiri atas Kepala BPKP yang membawahkan satu Sekretariat Utama, lima
Kedeputian, empat Pusat, serta satu Inspektorat. BPKP juga memiliki 34 Perwakilan
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Struktur organisasi BPKP sebagaimana
disajikan dalam Gambar 1.1.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala BPKP dibantu oleh enam Pimpinan
Tinggi Madya, yaitu Sekretaris Utama, dan lima Deputi Kepala BPKP, yaitu:
1. Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman;
2. Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Polhukam, Pembangunan
Manusia, dan Kebudayaan;
3. Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah;
4. Deputi Bidang Akuntan Negara;
5. Deputi Bidang Investigasi.
Jajaran Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungan BPKP terdiri atas:
1. Para Kepala Biro yang berada di bawah Sekretaris Utama; 2. Para Direktur yang berada di bawah Deputi Kepala BPKP; 3. Inspektur; 4. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan;
5. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan;
6. Kepala Pusat Informasi Pengawasan;
7. Kepala Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor;
8. Kepala Perwakilan BPKP di 34 provinsi dalam wilayah Republik Indonesia.
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
6 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
Gambar 1.1.
Struktur Organisasi BPKP
Dalam rangka optimalisasi tugas dan fungsi yang diamanatkan melalui Perpres 192
Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, pada tahun
2019, BPKP melaksanakan penataan organisasi dan tata kerja BPKP yang telah
disetujui oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Reorganisasi BPKP dimaksudkan untuk melakukan penyesuaian sekaligus antisipasi
terhadap tugas-tugas saat ini dan tantangan ke depannya. Sebagai tindak lanjut
penataan organisasi dan tata kerja BPKP, telah terbit Peraturan BPKP Nomor 5 Tahun
2019 dan telah diundangkan dalam Berita Negara Nomor 352 tanggal 29 Maret 2019.
Hal tersebut diikuti oleh terbitnya Keputusan Kepala BPKP tentang pembagian lingkup
tugas di kedeputian.
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 7
Beberapa penguatan pada struktur organisasi baru BPKP yaitu:
1. Penguatan Perencanaan dan Pengendalian
Dalam mengawal pencapaian Rencana Strategis BPKP, pada fungsi Sekretariat
Utama penguatan perencanaan dan pengendalian disiapkan dalam tugas dan
fungsi Biro Manajemen Kinerja, Organisasi dan Tata Kelola dimana Proses Bisnis
Manajemen/ Pengarah dimasukan dalam satu koordinasi struktur dengan
pengabungan fungsi organisasi, ketatalaksanaan serta koordinasi
penyelenggaraan SPIP dan RB BPKP. Sehingga kegiatan perencanaan dan
pengendalian dapat dilakukan secara efektif.
2. Penambahan Direktorat dan Penataan Ulang
Dalam Peraturan BPKP Nomor 5 ini dilakukan penambahan Direktorat pada tiga
Kedeputian meliputi Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat
Bidang Politik, Hukum, Keamanan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan,
Deputi Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah, dan Deputi Bidang
Investigasi untuk memperkuat tugas dan fungsi BPKP. Selain itu dilakukan
penataan ulang pada direktorat pengawasan bidang-bidang pada Kedeputian
sesuai fokus pelayanan pada stakeholder serta efektifiktas pelaksaan tugas dan
fungsi BPKP.
3. Pembentukan Sub Direktorat Perencanaan, Analisis, Evaluasi dan Pelaporan
Penguatan tata kelola pada Kedeputian dilakukan dengan hadirnya Sub Direktorat
Perencanaan, Analisis, Evaluasi dan Pelaporan sebagai pelaksana fungsi
koordinasi perencanaan, analisis, evaluasi, pelaporan hasil pengawasan dan
kinerja penyelenggaraan akuntabilitas keuangan Negara dan pembangunan
nasional serta koordinasi penyelenggaraan SPIP dan RB di masing-masing
Kedeputian.
4. Nomenklatur tidak sekedar nama tapi juga konten
Pada Sekretariat Utama perubahan organisasi juga dilakukan untuk meningkatkan
layanan dan fokus pencapaian tugas dan fungsi sebagai enabler BPKP. Hal
Gambar 1.2. Muhammad Yusuf Ateh, Ak., MBA, didampingi istri berfoto bersama dengan Presiden dan Wakil Presiden seusai dilantik sebagai Kepala BPKP di Istana Negara, 5 Februari 2020
Budi PriharyantoStamp
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
8 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
tersebut antara lain dengan adanya penguatan struktur organisasi, tugas dan
fungsi pada Biro Sumber Daya Manusia, Biro Keuangan, Biro Hukum dan
Komunikasi, serta Biro Umum. Selain itu pada unit kerja Pusat-Pusat dilakukan
penataan organisasi sesuai dengan beban kerja dan efektifitas pencapaian kinerja
BPKP yang didelegasikan kepada mereka.
Pada akhir Juni 2019, Kepala BPKP, Dr. Ardan Adiperdana Ak., MBA., CA, CFrA
memasuki masa purnabakti, dan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 71/TPA Tahun 2019, terhitung tanggal 1 Juli 2019 menunjuk Deputi Bidang
Investigasi, Iswan EImi, Ak, M.S.Acc sebagai Pelaksana Tugas Kepala BPKP.
Setelah mengemban tugas sebagai Pelaksana Tugas Kepala BPKP selama tujuh
bulan, Iswan EImi, Ak, M.S.Acc memasuki masa purnabakti pada 31 Januari 2020, dan
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 29/TPA Tahun 2020 tentang Pengangkatan
Pejabat Pimpinan Tinggi Tetap di Lingkungan BPKP, Presiden RI melantik Muhammad
Yusuf Ateh, Ak., MBA sebagai Kepala BPKP.
Pelaksanaan tugas BPKP didukung oleh SDM yang andal. Posisi pegawai per 31 Desember
2019 berjumlah 6.240 orang. dengan Komposisi pegawai menurut unit kerja, tingkat
pendidikan, usia, masa kerja, gender, dan jabatan dapat dilihat pada Gambar 1.3,
sedangkan peta SDM BPKP menurut lokasi unit kerja dapat dilihat pada gambar 1.4.
Gambar 1.3.
Posisi Pegawai per 31 Desember 2019
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 9
Gambar 1.4. Peta SDM BPKP per 31 Desember 2019
menurut lokasi unit kerja
C. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI
Dalam rangka melaksanakan tugas, fungsi, dan mengawal pencapaian target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah, BPKP telah
menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2015-2019.
Pengawasan pembangunan dan pembangunan pengawasan yang dilakukan oleh
BPKP diarahkan untuk mencapai sasaran terwujudnya kualitas tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya. Kebijakan pengawasan BPKP juga
diarahkan untuk mencapai terwujudnya penguatan kebijakan sistem pengawasan
intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional,
kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang independen, profesional, dan
sinergis, serta kebijakan penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional
yang efisien dan efektif. Arah kebijakan pengawasan BPKP secara rinci sebagai
berikut:
1) Peningkatan kapabilitas pengawasan intern melalui peningkatan IACM (Internal
Audit Capability Model) APIP yang mampu mendorong pemantapan penerapan
sistem pengendalian intern Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, dan
Korporasi (KLPK) serta mampu bersinergi dengan APIP lain dalam membangun
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) baik dalam melakukan
pengawasan keuangan negara/ daerah maupun pembangunan nasional;
2) Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengawasan sinergis
bersama-sama dengan APIP Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, dan
Korporasi untuk mengawal pencapaian sasaran program pembangunan yang
bersifat lintas bidang di RPJMN 2015-2019;
Sebanyak 355 pegawai lainnya dalam status tugas belajar (119 orang), dan dipekerjakan pada instansi lain (236 orang)
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
10 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
3) Peningkatan ruang fiskal negara melalui pengawasan untuk meningkatkan
penerimaan negara/ daerah; pengawasan untuk efisiensi pengeluaran
negara/daerah; pengawasan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset negara/
daerah; pengawasan pembiayaan keuangan negara/ daerah; dan pengawasan
terhadap alokasi keuangan daerah (dana transfer);
4) Pengamanan keuangan negara/ daerah yang efektif melalui debottlenecking dan
clearing house; pengawasan represif untuk preventif serta pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Strategi pengawasan BPKP dalam kurun waktu 2015-2019 adalah fokus pada
peningkatan kualitas hasil pengawasan terhadap isu-isu strategis melalui penguatan
SPIP, penguatan kapasitas APIP, dan penguatan sumber daya manusia BPKP.
D. KEGIATAN DAN LAYANAN PRODUK BPKP
Sesuai dengan renstra 2015-2019, BPKP melaksanakan kegiatan pengawasan disesuaikan
dengan nomenklatur, yang mencerminkan tugas dan fungsi eselon II/satker berisi komponen
kegiatan untuk mencapai keluaran dengan indikator kinerja terukur. Kegiatan dari masing-
masing eselon II teknis akan menghasilkan rekomendasi pengawasan. Rekomendasi
dihasilkan melalui pelaksanaan komponen kegiatan, baik komponen teknis pengawasan,
maupun komponen yang mendukung langsung kegiatan. Komponen teknis pengawasan
menggunakan berbagai alat (tools) pengawasan seperti audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
sedangkan komponen yang mendukung langsung kegiatan seperti penyusunan dan
diseminasi pedoman, pemantauan pelaksanaan pengawasan, tabulasi, dan lain-lain.
Selain itu, terdapat pelaksanaan dukungan pengawasan meliputi penyiapan kultur
organisasi, penyiapan profesionalisme SDM, penyiapan SOP pelaksanaan kegiatan,
penyiapan sarana dan prasarana dan lain-lain yang mendukung kegiatan teknis
pengawasan secara tidak langsung.
BPKP telah menghasilkan beberapa produk dan layanan yang bermanfaat bagi
pembenahan manajemen pemerintahan, antara lain:
1. Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA);
2. Sistem Keuangan Desa (Siskeudes);
3. Sistem Pengawasan Keuangan Desa (Siswaskeudes);
4. Sistem Informasi Akuntansi PDAM;
5. Program Pengembangan Manajemen Risiko Sektor Korporat dan Sektor Publik;
6. Program Pengembangan GCG BUMN/BUMD;
7. Program Pengembangan Internal Control BUMN/BUMD berbasis COSO;
8. Program Anti Korupsi (PAK);
9. Fraud Control Plan (FCP);
10. Fraud Risk Assessment (FRA);
11. Management Assessment Center (MAC);
12. Pedoman Pengukuran Indeks AP3N;
13. Pedoman Penilaian Maturitas SPIP;
14. Pedoman Pengembangan Kapabilitas APIP;
15. Sistem Informasi Bina Jabatan Auditor Berkualitas (SIBIJAK).
16. Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko (PIBR)
17. Pedoman Pengawasan Lintas Sektor
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 11
E. SISTEMATIKA LAPORAN
Laporan Kinerja BPKP Tahun 2019 melaporkan capaian kinerja BPKP tahun 2019 yang
diukur dan dinilai berdasarkan Perjanjian Kinerja. Analisis atas capaian kinerja dapat
mengidentifikasi adanya kesenjangan kinerja (performance gap) beserta berbagai
penyebabnya, yang berguna sebagai masukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.
Laporan kinerja BPKP tahun 2019 terdiri atas empat bab sebagaimana pada gambar 1.5.
Gambar 1.5.
Sistematika Laporan
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
12 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 13
BAB 2 Perencanaan
Kinerja
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Intern Pemerintah Dalam rangka terus memperkuat peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam Mengawal Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
14 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
PERENCANAAN
KINERJA
Sebagai auditor intern pemerintah, BPKP melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang
pengawasan intern untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional
sebagaimana telah diamanatkan dalam rencana pembangunan jangka menengah
nasional (RPJMN) 2015–2019. Oleh karena itu, arah kebijakan strategi, kerangka
regulasi serta kerangka kelembagaan BPKP difokuskan untuk memberikan kontribusi
kepada pemerintah dalam mencapai keberhasilan sasaran pembangunan nasional
yang dicita-citakan selama lima tahun ke depan.
A. RENCANA STRATEGIS 2015-2019
Sebagai alat untuk mengelola sumber daya yang terbatas dalam rangka
mengimplementasikan strategi pengawasan, BPKP menyusun rencana jangka
menengah berupa Rencana Strategis (Renstra) periode 2015-2019 dengan mengacu
kepada Peraturan Menteri PPN/ Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Renstra K/L.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), BPKP wajib menyusun Renstra yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, arah kebijakan, program, dan kegiatan pengawasan
dengan berpedoman pada RPJMN dan bersifat indikatif.
1. Visi
Melalui proses dan tahapan yang melibatkan berbagai lapisan pegawai hingga
pimpinan tertingginya, BPKP menetapkan suatu komitmen untuk mewujudkan visi
BPKP, yaitu:
Visi: Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Pernyataan visi BPKP ini konsisten dengan visi Presiden yang telah berwujud menjadi
visi pembangunan nasional. Sebagai gambaran yang diimpikan tahun 2019 atau
setelahnya, visi BPKP diharapkan menjadi acuan bagi setiap pegawai BPKP di semua
tingkatan untuk melaksanakan tugasnya. Terdapat beberapa kata kunci yang perlu
diberi makna secara khusus agar dapat membangun persepsi yang sama di antara
insan pegawai di lingkungan BPKP.
1. 1. Auditor Internal Pemerintah RI
Terdapat dua kata kunci dalam frasa auditor internal pemerintah RI yaitu audit intern
dan auditor pemerintah RI.
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 15
i) Audit Intern
Audit atau pengawasan intern yang diadopsi oleh BPKP mengacu pada definisi
Institute of Internal Auditor (IIA) tentang internal auditing yaitu “an independent,
objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an
organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing
a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control, and governance processes”.
Sesuai definisi tersebut, dua sifat aktivitas peran BPKP dalam melaksanakan
pengawasan intern yaitu sebagai pemberi jasa assurance dan pemberi jasa
consultancy. Melihat pendekatannya, pengawasan intern dimaksud menuntut jasa
assurance dan consultancy yang diperoleh dengan pendekatan yang sistematis dan
metodologis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko,
pengendalian dan proses governance.
ii) Auditor Pemerintah RI
Auditor pemerintah RI mengacu kepada posisi BPKP sebagai aparat pengawasan
intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden sebagai
pemegang kekuasaan Pemerintah RI dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebagai Auditor Pemerintah RI, BPKP merupakan mata dan telinga
Presiden yang difungsikan untuk melihat dan mendengar secara langsung fakta
lapangan dan memberikan respon berupa informasi assurance melalui suatu sistem
pengawasan, dalam hal ini sistem informasi akuntabilitas. Menteri atau Kepala
Lembaga atau Kepala Daerah atau pada tataran tertentu, Direktur Utama BUMN,
adalah pembantu Presiden atau delegate kekuasaan Presiden. Demi kepentingan
Presiden, BPKP juga berfungsi sebagai mitra strategis kementerian, lembaga,
pemerintah daerah, dan korporasi (KLPK) dalam hal pemberian jasa consultancy. Jika
informasi assurance di atas menunjukkan adanya risiko terhadap pencapaian tujuan
program pemerintah, maka BPKP berfungsi memberikan rekomendasi perbaikan untuk
memitigasi risiko, dan memastikan tujuan program pemerintah, dalam hal ini sasaran
pembangunan nasional, dapat tercapai.
Dalam posisi sebagai Auditor Presiden, BPKP mengemban amanah dan tanggung
jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun
simtom-simtom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara. Dalam
konteks tersebut, BPKP harus konsekuen untuk meyakini bahwa alasan
keberadaannya terutama bukan hanya untuk melaksanakan fungsi atestasi terhadap
asersi manajemen, tetapi juga menekankan upaya perbaikan manajemen risiko, sistem
pengendalian dan proses governance.
Visi BPKP sebagai Auditor Internal Pemerintah RI merupakan visi yang strategis dalam
rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in appearance
terhadap semua KLPK di bawah Presiden. Dengan demikian, informasi yang
dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh BPKP diharapkan bersifat objektif,
tidak bias dan tidak diintervensi oleh pihak-pihak lain yang menciderai penegakan
prinsip independensi.
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
16 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
Gambar 2.1.
Rencana Strategis BPKP Periode 2015 - 2019
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 17
1. 2. Auditor Berkelas Dunia
Terdapat tiga aspek yang menunjukkan kualitas BPKP sebagai auditor internal
berkelas dunia yaitu aspek sumber daya manusia (SDM), aspek organisasi dan aspek
produk.
i) Profesionalisme Sumber Daya Manusia
SDM BPKP wajib menerapkan due professional care dalam setiap pelaksanaan
penugasan pengawasan dan wajib memenuhi persyaratan minimal. Kedua persyaratan
tersebut ditetapkan dalam standar pengawasan yang berlaku bagi BPKP sebagai
organisasi profesi. SDM BPKP yang memiliki kompetensi minimal dalam bidang
pengawasan, diarahkan menjadi personel yang lebih memiliki kompetensi sesuai
tujuan dan sasaran strategis BPKP. Kompetensi yang memungkinkan kemahiran
profesional dalam pelaksanaan pengawasan intern, berdasarkan Standard Operating
Procedure (SOP) yang berlaku dan memperhatikan standar audit dari AAIPI atau IIA,
dengan quality assurance berjenjang untuk memastikan kualitas proses pelaksanaan
pengawasan. Pemilihan obyek pengawasan dilakukan sejak perencanaan strategis
sampai dengan perencanaan tahunan dengan memperhatikan risiko (risk based
planning). Demikian juga, pelaksanaan pengawasannya tetap memperhatikan risiko
pengawasan (risk based audit) untuk melindungi timbulnya gugatan pihak ketiga.
ii) Kewenangan dan Kapabilitas Organisasi
Kewenangan BPKP dalam pengawasan program lintas sektor di kementerian, lembaga
dan pemerintah daerah diwujudkan dalam pemberian kualitas yang independen dan
objektif atas pengendalian intern yang diterapkan dalam sertifikasi profesi
pengawasan. Setiap auditor BPKP memiliki keahlian dan kapasitas yang memadai
dalam melakukan koordinasi dan kerjasama tim, paham atas budaya organisasi serta
sistem dan proses yang berlaku di BPKP. Di samping itu, BPKP selalu mengusahakan
peningkatan kompetensi dalam berbagai bidang terkait sehingga meningkatkan
kemampuan dalam mengidentifikasi masalah dan solusinya serta memahami
perubahan peraturan terkait dan standar baru di bidang pengawasan.
Pengelolaan SDM BPKP telah direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pengawasan
dalam mencapai pengelolaan risiko, proses governance yang efektif dan efisien serta
tercapainya tujuan dan sasaran. Laporan yang disampaikan kepada Menteri, Kepala
Lembaga atau Kepala Daerah yang bertanggung jawab langsung terhadap
keberhasilan program, diarahkan agar dapat memenuhi harapan Presiden sebagai
Kepala Pemerintahan RI terkait dengan kebijakan strategis yang perlu diperbaiki dari
pelaksanaan program pembangunan nasional. Pelaksanaan peran pengawasan intern
tersebut telah dinyatakan dalam audit charter yang telah mendefinisikan kewenangan,
ruang lingkup dan tanggung jawab BPKP. Pelaksanaan peran tersebut telah disetujui
Presiden sebagaimana tertuang dalam berbagai peraturan yang mendukung peran
BPKP serta menjadi landasan dan pedoman pelaksanaan peran pengawasan intern.
Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pengawasan selalu dilakukan reviu dan
melakukan pembelajaran dari proses pengawasan yang berlangsung di negara-negara
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
18 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
lain (best practices benchmarking) melalui studi literatur maupun studi ke organisasi
internal audit negara yang bersangkutan. Dengan perbaikan yang terus-menerus
tersebut, diharapkan BPKP dapat menjadi pembina yang lebih kompeten bagi aparat
pengawasan pemerintah lainnya.
Kapabilitas pengelolaan organisasi dan profesional pengawasan BPKP diarahkan pada
kerangka penilaian Internal Audit Capability Model dengan target minimal kapabilitas
pada level 3 pada tahun 2019, dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Peran dan jasa pengawasan BPKP saat ini berupa jasa assurance & consulting
diarahkan menuju kepada peran sebagai penggerak perubahan (Service and Role
of Internal Audit Element).
2) Pengelolaan SDM BPKP diarahkan untuk membangun pegawai yang profesional,
meningkatkan koordinasi serta meningkatkan kompetensi dan kerjasama tim
(People Management Element).
3) Pengawasan intern BPKP dalam rencana strategis pengawasan berfokus pada
kebutuhan shareholder dan stakeholder dengan memperhatikan fokus prioritas
dan risiko. Memperbaiki metodologi pengawasan berdasarkan perbaikan proses
internal maupun praktek-praktek terbaik pengawasan (Professional Practices
Element).
4) Mengembangkan manajemen kinerja pengawasan baik organisasi maupun
individu, melalui SIMA untuk kepentingan manajemen hasil pengawasan maupun
untuk manajemen sumber daya pengawasan (Performance Management and
Accountability Element).
5) Sinergitas dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya dalam
melakukan pengawasan lintas sektor dan menjadi mitra pemerintah dalam tindak
lanjut perbaikan manajemen hasil pemeriksaan BPK RI. Sementara itu, hasil
pengawasan BPKP berupa rekomendasi kepada Presiden dan pimpinan KLPK
dalam rangka mewujudkan hubungan yang harmonis dan efektif dengan mitra
kerja (Organizational Relationship and Culture Element).
6) Dalam kedudukannya sebagai auditor Presiden, BPKP melakukan pengawasan
secara independen dengan kewenangan dan kekuasaan mandiri walaupun
sebatas kegiatan lintas sektoral. BPKP aktif untuk melakukan pengawasan dalam
rangka meningkatkan pengendalian intern dalam memitigasi risiko, meningkatkan
kepatuhan dan mendorong tercapainya tujuan organisasi (Governance Structure
Element).
Pengembangan kapabilitas dan kapasitas pengawasan intern BPKP senantiasa
dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah, untuk memberi
keyakinan bahwa tujuan BPKP dapat tercapai. Penerapan sistem pengendalian intern
diarahkan pada penyelenggaraan yang efektif dengan kerangka penilaian kematangan
implementasi SPIP. Maturitas penyelenggaraan SPIP ditargetkan berada pada level 3,
dengan karakteristik bahwa BPKP telah menetapkan kebijakan dan prosedur
pengendalian untuk semua kegiatan pokok BPKP, sebagai media pengendalian
(control design). Kebijakan dan prosedur atas kegiatan pengelolaan keuangan dan
atas beberapa kegiatan operasional telah mulai dilaksanakan dan didokumentasikan
secara konsisten.
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 19
iii) Leverage Rekomendasi Hasil Pengawasan
Dari sudut perannya, hasil pengawasan internal BPKP dapat berupa informasi
assurance dan/atau consultancy. Informasi assurance memberikan jaminan kepada
Presiden dan Pemangku Kepentingan Utama lainnya bahwa tata kelola pemerintahan
atas seluruh program-program prioritas pembangunan telah dijalankan sesuai dengan
standar, aturan, kebijakan atau instrumen operasional manajemen risiko dan
governance lainnya.
Informasi consultancy berwujud rekomendasi tentang perbaikan manajemen risiko,
aktivitas pengendalian dan proses governance dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan program pembangunan. Kualitas informasi assurance dan rekomendasi strategis
tersebut harus sedemikian rupa sehingga mempunyai daya ungkit (leverage) yang
cukup signifikan dalam meningkatkan kinerja pemerintahan dan program
pembangunan.
1. 3. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Terdapat dua ruang lingkup utama terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan
dan pembangunan. Pertama, terkait dengan fungsi manajemen lingkup pengawasan
intern yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban. Kedua, terkait dengan lingkup APBN, pengawasan intern akan
meliputi fungsi penerimaan, program prioritas nasional dan kebijakan fiskal.
Pengawasan BPKP dilakukan untuk merespon permasalahan yang mengemuka pada
pembangunan nasional yang menjadi perhatian Presiden atau masyarakat luas. Uraian
lebih rinci dapat dilihat di tujuan dan sasaran strategis. Dengan kualitas tersebut, BPKP
diharapkan dapat menjadi mitra srategis KLPK dalam mensukseskan pembangunan
nasional untuk kesejahteraan rakyat.
Visi BPKP sejalan dengan Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015 - 2019. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari adanya persinggungan antara peran BPKP dengan
beberapa agenda prioritas Pembangunan Nasional (Nawacita) antara lain agenda
kedua yang isinya adalah membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Dalam lingkup
yang lebih spesifik, mempertimbangkan perubahan yang dinamis serta tugas dan
fungsi yang dilaksanakannya, BPKP mengambil peran penting yang mengerucut
sebagai Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir dalam Membangun Tata
Kelola Pemerintahan yang Bersih, Efektif dan Terpercaya. Peran penting BPKP
tersebut dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:
1.3.1. Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir
Selalu hadir mempunyai makna suatu tindakan proaktif yang sudah sampai pada
tataran sebuah kebiasaan untuk berada pada suatu tempat, setiap saat dibutuhkan
oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam pemahaman ini, selalu hadir diartikan sebagai
keberadaan BPKP sebagai auditor internal pemerintah selalu ada atau hadir untuk
memberikan jawaban kepada masyarakat dan pemerintah di bidang pengawasan
pembangunan dan pembangunan pengawasan.
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
20 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
Kehadiran fungsi pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut; baik
program lintas sektoral maupun program yang masuk dalam kategori current issue
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada pelaporan akuntabilitasnya
diharapkan menghasilkan informasi hasil pengawasan yang sifatnya strategis sebagai
masukan penting bagi Presiden dan Wakil Presiden, beserta kabinetnya. Kehadiran
fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP pada akhirnya diharapkan
dapat memberikan nilai tambah atau added value yang mempunyai makna mendorong
pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan.
1.3.2. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih
Membangun tata kelola pemerintah yang bersih didefinisikan sebagai membangun
suatu kondisi pemerintahan yang para penyelenggaranya menjaga diri dari perbuatan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan tools pengawasan berupa sosialiasi,
bimbingan teknis, diklat, audit, evaluasi, verifikasi dan pemantauan. Terkait dengan
Agenda Pembangunan Nasional, fungsi pengawasan internal BPKP dilakukan melalui
tindakan represif untuk preventif, membantu Aparat Penegak Hukum dalam
memberantas Tindak Pidana Korupsi (TPK).
Untuk membangun sebuah tata kelola pemerintahan yang bersih, BPKP dapat
memfasilitasi dan mendorong KLPK dengan cara membangun SPIP serta mendorong
peningkatan level maturitas SPIP pada setiap KLPK. Hal penting lainnya yang harus
dilakukan adalah SPIP juga harus diterapkan pada program lintas sektor. Di samping
itu, tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mendorong dan memfasilitasi APIP
untuk meningkatkan kapabilitas pengawasan intern masing-masing APIP. Jika
beberapa upaya penting di atas dapat terlaksana dengan baik maka tata kelola
pemerintahan di Indonesia akan semakin baik.
1.3.3. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif
Membangun tata kelola pemerintahan yang efektif didefinisikan sebagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan hasil pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan serta mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam
bentuk penyediaan barang/jasa dalam jumlah yang memadai dan berkualitas
merupakan salah satu indikator pemerintahan yang efektif. Kehadiran fungsi
pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP hendaknya dapat memastikan bahwa
program dan kegiatan pembangunan nasional dapat menghasilkan output yang tepat
secara jumlah dan kualitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam kondisi demikian,
pengawasan internal sejak tahap perencanaan menjadi sangat penting dilakukan oleh
BPKP. Upaya ini dilakukan untuk menghindari terjadinya missing link antara kebutuhan
masyarakat dengan barang/jasa yang tersedia. Di samping itu, pengawasan internal
oleh BPKP dilakukan untuk memastikan efektivitas pelaksanaan program tersebut.
1.3.4. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Terpercaya
Membangun tata kelola pemerintahan yang terpercaya didefinisikan sebagai upaya
yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memulihkan kepercayaan publik pada
instansi pemerintah. Praktek birokrasi selama ini dirasakan oleh sebagian masyarakat
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 21
sebagai profil yang lambat dalam memberikan pelayanan, berbelit dan berbudaya
koruptif. Pemerintah pun berupaya keras melakukan perbaikan agar kesan negatif
tersebut tidak terus-menerus menguat yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah. Kehadiran fungsi pengawasan internal yang
dilakukan oleh BPKP diharapkan dapat mengurangi perilaku koruptif para
penyelenggara pemerintahan dan mendorong aparatur pemerintah untuk memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat.
2. Misi
Misi 1: Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata
Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif
Misi ini menggambarkan dua hal yaitu tugas dan manfaat BPKP. Tugas dimaksud adalah
“Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan”
dan manfaatnya yaitu “mendukung tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih
dan efektif".
2.1. Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan
Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan dalam
misi ini akan bermuara pada pemberian informasi assurance dan rekomendasi atas
penyelenggaraan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah dan
pembangunan nasional. Prinsip dari akuntabilitas adalah kesiapan pemerintah untuk
merespon pertanyaan (scrutiny) masyarakat dan stakeholder lainnya tentang
pelaksanaan mandat dan penggunaan sumber daya yang diamanatkan kepada
penyelenggara pemerintahan.
Untuk kesiapan ini, dan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014,
serta peraturan perundang-undangan lainnya tentang fungsi pengawasan, BPKP
menjadi mitra kerja Menteri dan Kepala KLPK melalui jasa assurance, jasa
consultancy. Jasa assurance mencakup pemberian informasi kepada Presiden tentang
capaian pelaksanaan tugas dari para mitra kerja BPKP tersebut. Sedangkan jasa
consultancy berwujud rekomendasi yang mempunyai daya ungkit dalam peningkatan
kinerja KLPK sebagai mitra kerja BPKP. Perwujudan peran pengawasan intern
tersebut sekurang-kurangnya harus memberikan keyakinan yang memadai melalui
informasi assurance atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian
tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dan sasaran
pembangunan nasional. BPKP harus berperan aktif dalam memberikan peringatan dini
terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kecurangan, inefektivitas
manajemen risiko, dan kurang memadainya kualitas proses tata kelola
penyelenggaraan pemerintahan dan risiko tidak tercapainya Sasaran Pembangunan
Nasional dalam RPJMN 2015 - 2019.
Kegiatan assurance dan consultancy yang dilakukan BPKP mengacu kepada PP 60
Tahun 2008, Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Instruksi Presiden
Nomor 9 tahun 2014. PP 60/2008 memberi batasan pengawasan intern sebagai
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
22 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
2.1.1. Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan
Sebagai auditor internal yang bertanggung jawab kepada Presiden, BPKP
melaksanakan fungsi pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan
dan pembangunan. Dalam periode sebelumnya fokus pengawasannya banyak
diarahkan pada aspek pengelolaan keuangan antara lain meliputi : pelaporan
keuangan, kebijakan fiskal, kebijakan alokasi atau transfer daerah, maka pada periode
2015 - 2019, sesuai misi ini, sasaran program pengawasan intern BPKP termasuk
mengawal dan mendorong bagaimana program pembangunan nasional dapat
mencapai tujuannya dengan efektif dan efisien.
2.1.2. Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan mengikuti kerangka APBN.
Dalam hal pengelolaan keuangan, pengawasan intern BPKP akan berupaya
meningkatkan kualitas akuntabilitas Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan tertinggi di bidang keuangan dan atau Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara. Dalam hal pengawasan intern atas kualitas pelaporan,
BPKP mendorong mitra kerjanya untuk memenuhi persyaratan minimal kualitas
laporan keuangan (LK) yang direpresentasikan oleh opini WTP dari audit BPK atas LK
KLPK. Kegiatan pengawasan intern ini akan diarahkan bagi KLPK yang LK-nya belum
mendapatkan opini WTP dari BPK.
Pengawasan intern atas kualitas kebijakan fiskal diarahkan baik kepada penerimaan
negara dan belanja negara termasuk kebijakan yang diterapkan untuk mengalokasikan
belanja negara dan kebijakan pembiayaan. Dalam kaitan ini pengawasan intern
diarahkan untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan kebijakan Kebendaharaan
Umum Negara baik dari substansi formulasi maupun implementasi kebijakan
pengelolaan keuangan negara/daerah termasuk korporasinya. Kegiatan pengawasan
atas pengelolaan keuangan negara/daerah ini akan mencakup antara lain kebijakan:
(a) Pengawasan terhadap Peningkatan Penerimaan Negara/Daerah untuk
meningkatkan ruang fiskal, (b) Kebijakan Alokasi Anggaran (transfer) daerah, (c)
Perencanaan dan Pelaksanaan Pemanfaatan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah, (d)
Pengelolaan Hutang, (e) Pengelolaan Subsidi, dan (f) Pengelolaan Korporasi.
2.1.3. Pengelolaan Pembangunan Nasional
Terkait dengan pembangunan nasional, pengawasan intern dilakukan secara
menyeluruh mengikuti tahapan pengelolaan keuangan negara, namun terfokus pada
implementasi strategi pembangunan nasional. Strategi pembangunan nasional
membedakan tiga dimensi pembangunan, yaitu: (1) dimensi pembangunan manusia
yang sifatnya wajib, (2) dimensi pembangunan sektor unggulan yang sifatnya prioritas;
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 23
dan (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan. Untuk melaksanakan strategi ini perlu
menciptakan kondisi pendukung sebagai prasyarat minimal yang harus terpenuhi.
Indikator pencapaian sasaran strategi pembangunan tersebut dituangkan dalam
Sasaran Pokok Pembangunan RPJMN 2015 - 2019.
Dalam RPJMN 2015-2019 terdapat beberapa program lintas sektor dimana sasaran
pokok program pembangunan tersebut dirancang dilaksanakan oleh satu atau lebih
KLPK. Dalam hal ini, BPKP harus dapat memastikan sejauh mana program lintas
sektor tersebut dijalankan secara terintegrasi dalam rangka mencapai tujuan dari
program lintas sektor tersebut. Arah Pengawasan BPKP selanjutnya adalah
melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama APIP KLPK
untuk mengawal pencapaian Sasaran Program yang bersifat program lintas sektor
dalam RPJMN.
Dengan kebijakan ini, pengawasan nasional pemerintah diarahkan untuk melakukan
pengawasan keuangan negara, keuangan daerah dan pembangunan nasional secara
komprehensif, sinergis dan integratif. BPKP bersama APIP terkait mengawal
pencapaian sasaran pembangunan lintas sektor dalam RPJMN, APIP mengawal
pencapaian sasaran pembangunan terkait KLPK masing-masing, sedangkan BPKP
meningkatkan kapabilitas pengawasan intern APIP.
Pengawasan intern terhadap tahapan penyelenggaraan kegiatan pembangunan juga
mengikuti fungsi manajerial, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
sampai dengan pertanggungjawaban. Pengawasan intern diarahkan untuk memastikan
bahwa pengendalian intern sebagai proses yang integral dengan kegiatan utama.
Tindakan manajemen dalam tahapan ini harus dirancang dan dilakukan secara
memadai yang melibatkan semua pihak untuk mencapai tujuan kegiatan, dalam
kerangka pengelolaan keuangan negara melalui pelaksanaan kegiatan secara efisien
dan efektif. BPKP berupaya memberi kepastian bahwa penyelenggaraan
pembangunan telah memenuhi aspek ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas
dalam mencapai Sasaran Pokok Pembangunan dalam RPJMN 2015 - 2019.
Fokus pengawasan pada sasaran pembangunan nasional harus konsisten dan sejalan
dengan amanah pengawasan yang ditugaskan kepada BPKP yaitu program atau
kegiatan yang bersifat lintas sektor. Dengan melakukan pengawasan intern terfokus
pada pembangunan nasional dan yang menjadi prioritas dan perhatian pemerintah,
BPKP berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah dan pembangunan yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tiga Strategi Pembangunan Nasional,
Sembilan Agenda Prioritas (Nawacita) dan Enam Sasaran Pokok Pembangunan
merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan pemerintah. Dalam program ini terdapat
dua atau lebih KLPK yang bertanggung jawab mengelola keuangan untuk
pembangunan nasional. Masing-masing dibebankan tanggung jawab untuk
menyukseskan tujuan pembangunan nasional. Tanggung jawab ini mengikuti struktur
dan birokrasi KLPK sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pelaksanaan
kewenangan ini sering menghambat sinergi yang pada akhirnya menghambat
pencapaian tujuan semula. Kehadiran peran pengawasan intern yang berkualitas dari
BPKP diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kinerja
program pembangunan pusat, daerah dan korporasi, termasuk rekomendasi perbaikan
untuk mengatasi hambatan kelancaran pembangunan.
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
24 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
2.2. Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif
Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
diselenggarakan untuk mendukung tata kelola pemerintah yang bersih dan efektif,
termasuk tata kelola korporasi. Pengawasan intern BPKP diarahkan untuk memastikan
bahwa governance process dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
telah berjalan secara partisipatif, akuntabel, transparan dan efektif. Di samping itu,
terdapat struktur organisasi dan mekanisme yang melibatkan stakeholder kunci dalam
menetapkan dan mengawasi (oversee) tujuan pemerintah dan pembangunan termasuk
korporasi. Masyarakat juga diberi akses yang cukup terhadap informasi anggaran dan
target pemerintahan dan pembangunan serta laporan pertanggungjawaban yang
memungkinkan mereka mengetahui sejauh mana tujuan pemerintahan dan
pembangunan tercapai. Dengan kerangka transparansi tersebut, para penyelenggara
menyiapkan diri untuk menjelaskan capaian targetnya dan menjelaskan jika terjadi
kegagalan, alasan kegagalan pengelolaan keuangan dan pembangunan atau
menjelaskan ukuran pencapaian efektivitas pencapaian tujuan dimaksud. Dengan
menjaga partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas tersebut diharapkan
tercipta tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan efektif.
Misi 2: Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang
Efektif
Misi kedua BPKP yaitu “Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah yang Efektif”, terkait erat dengan Misi Satu. Untuk menjamin pelaksanaan
seluruh program dan kegiatan adalah dalam rangka mencapai tujuan suatu organisasi,
termasuk organisasi pemerintahan dan pembangunan, dibutuhkan suatu sistem
pengendalian intern yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa kegiatan berjalan
efektif dan efisien, diikuti dengan pelaporan keuangan yang handal, penanganan aset
yang aman dan taat terhadap peraturan perundang-undangan. Berdasarkan PP 60
Tahun 2008, sistem yang dimaksud adalah SPIP. Sesuai dengan PP tersebut, BPKP
diberikan mandat untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Pada periode 2015 – 2019, pembinaan penyelenggaraan SPIP diarahkan untuk
meningkatkan maturitas SPIP di tingkat KLPK bahkan hingga tingkat program
(prioritas) pembangunan nasional. Penyelenggaraan SPIP KLPK memang bukan
tanggung jawab BPKP, tetapi tanggung jawab masing-masing KLPK. BPKP sebagai
pembina penyelenggaraan SPIP maka seluruh insan pengawasan di BPKP diarahkan
untuk meningkatkan kualitas pembinaan dari sekedar pelaksanaan tugas penyusunan
pedoman dan pelatihan SPIP, menjadi pengawal implementasi seluruh elemen SPIP di
seluruh kegiatan utama dan tindakan manajemen KLPK. Hal tersebut dilakukan
dengan membudayakan pengenalan dan pengendalian risiko oleh semua personel dan
pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan utamanya yang dituangkan dalam kebijakan
dan prosedur pelaksanaan kegiatan (SOP). Pengkomunikasian dan evaluasi reguler
terhadap konsistensi kebijakan dan pelaksanaan kegiatan sesuai SOP diharapkan
menyadarkan personel dan pimpinan akan pencapaian tujuan pemerintahan dan
pembangunan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kematangan implementasi
SPIP secara keseluruhan di KLPK.
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 25
Dengan demikian, misi pembinaan penyelenggaraan SPIP ini terkait langsung dengan
misi 1 yaitu pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan guna mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih
dan efektif. Akan tetapi, terdapat perbedaan karakteristik antara keduanya. Misi 1
menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk penyelenggaraan fungsi
pengawasan keuangan dan pembangunan (pengawasan fungsional), sedangkan
misi 2 menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk membangun sistem
pengawasan itu sendiri, dalam hal ini Sistem Pengendalian Intern. Sistem
pengendalian intern, dalam sejarahnya adalah bentuk lanjutan dari pengawasan
melekat.
Misi 3: Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang
Profesional dan Kompeten
Misi ini juga terkait dengan dua misi sebelumnya. Unsur pertama SPIP, yaitu Lingkungan
Pengendalian, mewajibkan setiap pimpinan instansi pemerintah untuk membentuk dan
memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif bagi
penerapan budaya pengendalian di lingkungan organisasinya. Upaya pembentukan budaya
pengendalian ini antara lain diselenggarakan melalui perwujudan peran aparat pengawasan
intern pemerintah (APIP) yang efektif. Untuk mewujudkan peran APIP sebagai aparat
pengawasan intern diperlukan kapabilitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya.
Melanjutkan pembinaan yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya serta sesuai
dengan PP 60 Tahun 2008, tugas dan fungsi pengembangan kapabilitas pengawasan
intern tersebut difokuskan pada peningkatan kapabilitas APIP dengan mengarah pada
peningkatan kapasitas organisasi APIP maupun peningkatan kompetensi auditornya.
Peningkatan kapabilitas APIP melalui peningkatan enam elemen kapabilitas APIP yaitu
(a) peran APIP dalam organisasi; (b) pola pengembangan auditor APIP; (c) praktik
profesionalisme pengawasan intern; (d) eksistensi manajemen kinerja dan
akuntabilitas; (e) kualitas hubungan Inspektur dengan pimpinan/atasan dan pimpinan
satuan kerja lainnya; dan (f) struktur tata kelola APIP termasuk kualitas independensi
APIP.
3. Tujuan dan Sasaran Strategis
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan
dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu lebih dari satu sampai dengan lima tahun.
Dalam penetapan tujuan, BPKP mengadopsi konsep Balanced Score Card (BSC)
dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik BPKP sebagai
organisasi publik. Berbeda dengan konsep BSC di sektor private/ bisnis yang
berorientasi kepada profit, BPKP memodifikasi perspektif keuangan menjadi perspektif
manfaat bagi stakeholders dan perspektif pelanggan menjadi perspektif manfaat bagi
auditan/pengguna jasa. Dengan menggunakan pendekatan BSC tersebut maka tujuan
utama dari perspektif manfaat bagi pihak stakeholders utama dan auditan/pengguna
jasa diseimbangkan dengan tujuan pendukung yang berada pada perspektif proses
internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang berorientasi ke dalam.
Tujuan utama BPKP tercermin dalam tujuan-tujuan strategis sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
nasional yang bersih dan efektif;
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
26 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
b. Peningkatan efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
c. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan
kompeten.
Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang dirumuskan
secara spesifik dan terukur, untuk dapat dilaporkan pencapaiannya dalam kurun waktu
satu tahun. Sasaran strategis merupakan indikator kinerja pencapaian tujuan strategis
sehingga merupakan dampak (impact) dari sasaran program. Dengan pengertian ini,
dan dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis BPKP yang diharapkan dicapai
setiap tahun adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
nasional;
b. Meningkatnya maturitas SPIP dan Efektivitas SPI korporasi;
c. Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern Pemerintah Kementerian, Lembaga,
dan Pemda.
Memerhatikan peran BPKP dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang SPIP, BPKP diberi amanat besar dalam melakukan pengawasan intern dan
pembinaan SPIP termasuk pembinaan APIP. Amanat ini dieksplisitkan dan
diperbaharui lagi dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Instruksi
Presiden Nomor 9 Tahun 2014. Peran BPKP yang mengemuka adalah kewajiban
melakukan sinergi dan koordinasi dengan APIP lain. Sinergi dan koordinasi ini menjadi
kaidah pelaksanaan tugas pengawasan BPKP dalam pelaksanaan tugas
pengawasannya. Sinergi dan koordinasi wajib diterapkan dalam meningkatkan
kapabilitas pengawasan intern, meningkatkan maturitas SPIP dan dalam
melaksanakan pengawasan terhadap keuangan negara/daerah dan pembangunan
nasional.
Rumusan arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP terkait antara satu dengan
lainnya. Kebijakan BPKP merupakan penjabaran dari urusan pengawasan intern
nasional sesuai dengan visi dan misi pembangunan nasional yang berisi satu atau
beberapa upaya untuk mencapai sasaran strategis penyelenggaraan pengawasan dan
pembangunan pengawasan intern dengan indikator kinerja yang terukur. Untuk
mencapai sasaran strategis yang dirumuskan sebelumnya, dibuatlah strategi-strategi
BPKP sebagai langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi BPKP.
Arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP menjadi salah satu pendukung
terwujudnya sasaran pembangunan nasional yaitu, pembangunan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Hakekat pengawasan
intern adalah hasil pengawasannya berperan penting dalam meningkatkan tata kelola,
memperbaiki pengelolaan risiko dan menguatkan sistem pengendalian intern. Dengan
demikian, pembangunan tata kelola pemerintahan dan aparatur tidak dapat lepas dari
pengawasan intern yang akan diperankan oleh BPKP dalam lingkup nasional.
Arah Kebijakan Pengawasan BPKP
Dengan mengacu pada kerangka kebijakan dan strategi di atas, pengawasan
pembangunan dan pembangunan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP diarahkan
untuk mencapai sasaran terwujudnya kualitas tata kelola pemerintahan yang bersih,
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 27
efektif dan terpercaya. Kebijakan pengawasan BPKP juga diarahkan untuk mencapai
terwujudnya penguatan kebijakan sistem pengawasan intern pemerintah, penguatan
pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional, kebijakan dalam penerapan
pengawasan intern yang independen, profesional dan sinergis, serta kebijakan
penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional yang efisien dan efektif.
Arah kebijakan pengawasan BPKP secara rinci sebagai berikut:
a. Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis
bersama-sama dengan APIP kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan
korporasi untuk mengawal pencapaian sasaran program pembangunan yang
bersifat lintas bidang di RPJMN 2015-2019;
b. Peningkatan ruang fiskal negara melalui pengawasan untuk meningkatkan
penerimaan negara/daerah; pengawasan untuk efisiensi pengeluaran
negara/daerah;pengawasan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset
negara/daerah; pengawasan pembiayaan keuangan negara/daerah; dan
pengawasan terhadap alokasi keuangan daerah (dana transfer);
c. Pengamanan keuangan negara/daerah yang efektif melalui debottlenecking dan
clearing house; pengawasan represif untuk preventif, serta pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi;
d. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern melalui peningkatan IA-CM APIP yang
mampu mendorong pemantapan penerapan sistem pengendalian intern
kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan korporasi (KLPK) dan mampu
bersinergi dengan APIP lain dalam membangun tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance) dan dalam melakukan pengawasan keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional.
Empat arah kebijakan pengawasan BPKP tersebut selanjutnya menjadi empat fokus
pengawasan BPKP sebagai respon terhadap kompleksitas isu pembangunan nasional,
yaitu pengawalan pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset
negara/daerah, dan peningkatan governance system, sebagaimana pada gambar 2.2.
4. Indikator Kinerja Utama
Indikator Kinerja Utama (IKU) BPKP merupakan indikator kinerja yang berada pada
perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama BPKP dalam
pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP.
IKU BPKP periode 2015-2019 ditetapkan dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor 9
tahun 2016 tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan tahun 2015-2019, dengan jumlah Indikator kinerja utama
di tingkat K/L BPKP sebanyak 8 indikator kinerja, sebagaimana pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Indikator Kinerja Utama BPKP tahun 2015-2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
1 Meningkatnya kualitas
akuntabilitas pengelolaan
keuangan dan
pembangunan nasional
1.1 Indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan program prioritas dalam Nawacita
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
28 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
2 Meningkatnya maturitas
SPIP dan efektivitas SPI
korporasi
2.1 Persentase KL dengan Maturitas SPIP level 3
2.2 Persentase pemerintah provinsi dengan Maturitas
SPIP level 3
2.3 Persentase pemerintah kabupaten/ kota dengan
Maturitas SPIP level 3
2.4 Persentase korporasi dengan efektivitas SPI level 3
3 Meningkatnya kapabilitas
pengawasan intern
pemerintah kementerian,
lembaga, dan pemda
3.1 Persentase APIP K/L dengan kapabilitas level 3
3.2 Persentase APIP pemerintah provinsi dengan
kapabilitas level 3
3.3 Persentase APIP pemerintah kabupaten/ kota
dengan Kapabilitas level 3
Gambar 2.2.
Empat Fokus Pengawasan BPKP
-
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
BPKP - Laporan Kinerja 2019 29
Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan d