laporan kasus ca laring_dini fadilla ^^.pptx
DESCRIPTION
Karsinoma LaringTRANSCRIPT
Laporan Kasus
Pembimbing : dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT, M.Kes
Disusun Oleh : DM Dini Fadilla (H1A 008 043)
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYASMF PENYAKIT TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTBFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2013
Suspek Karsinoma Laring
Pendahuluan
Karsinoma laring atau yang disebut dengan tumor ganas laring merupakan kondisi kejadian keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan di laring kondisi gangguan akibat infeksi yang sering terjadi pada bagian leher dalam khusunya laring. 1
Gejala dini karsinoma laring sama dengan gejala penyakit lain di laring, sehingga sering dikelirukan dengan penyakit lain yang jauh lebih banyak frekuensi kejadiannya. Mengenal tumor ganas laring penemuan kasus-kasus stadium awal atau deteksi dini keganasan laring sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan pengobatan keganasan laring. Untuk meningkatkan penemuan kasus-kasus dalam stadium dini keganasan laring, perlu ditingkatkan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan atas gejala-gejala dini keganasan laring.1
Untuk menegakkan diagnosa karsinoma laring masih belum memuaskan, hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga yang sering dijumpai adalah kondisi bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan. Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini.1
Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung stadium penyakit dan keadaan umum penderita.1,2,3
Anatomi dan Fisiologi Laring
Laring atau kotak suara ( voice box) merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.2
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.4,5,6
Tulang dan tulang rawan laring yaitu : 4,5,6
Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus di bagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak.
Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.
Laring mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi dan fonasi. Laring membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Saat bernapas pita suara membuka (gambar 5), sedangkan saat berbicara atau bernyanyi akan menutup (gambar 6) sehingga udara meninggalkan paru-paru, bergetar dan menghasilkan suara.8
Gambar 4. Posisi pita suara saat bernapas
Gambar 5. Posisi pita suara saat berbicara
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Pemantauan suara dilakukan melalui umpan balik yang terdiri dari telinga manusia dan suatu sistem dalam laring sendiri. Fungsi fonasi dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokalis. Syarat suara nyaring yaitu anatomi korda vokalis normal dan rata, fisiologis harus normal dan harus ada aliran udara yang cukup kuat.9
Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal (paru), laringeal (lariynx), dan supraglotis/oral. Fase pulmonal menghasilkan aliran energi dengan inflasi dan ekspulsi udara. Aktivitas ini memberikan kolom udara pada laring untuk fase laringeal. Pada fase laringeal, pita suara bervibrasi pada frekuensi tertentu untuk membentuk suara yang kemudian di modifikasi pada fase supraglotik/oral. Kata (word) terbentuk sebagai aktivitas faring (tenggorok), lidah, bibir, dan gigi. Disfungsi pada setiap stadium dapat menimbulkan perubahan suara, yang mungkin saja di interpretasikan sebagai hoarseness oleh seseorang/penderita.1,2,10
Adapun perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita suara. Otot adduktor laringeal adalah otot yang bertanggung jawab dalam memodifikasi panjang pita suara. Akibat aktivitas otot ini, kedua pita suara akan merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak menyebabkan vibrasi dari pita suara yang elastik. 1,2,10
Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang bergetar adalah pita suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah tengah dari glotis. Pita suara ini diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot spesifik pada laring itu sendiri. 1,2,10
Karsinoma Laring
DEFINISI Karsinoma yang mengenai laring
(supraglotik, glotik, subglotik).13
EPIDEMIOLOGI Menurut laporan The American Cancer Society tahun 2006 di
Amerika tercatat 12.000 kasus baru dan 4740 kasus meninggal karena tumor ganas laring. Pusat Kanker Nasional Amerika melaporkan 8,5 kasus karsinoma laring ditemukan per 100.000 penduduk laki-laki dan 1,3 kasus per 100.000 penduduk wanita per tahun. Di beberapa negara Eropa tumor ganas laring merupakan tumor ganas terbanyak di bidang THT-KL. Sementara laporan WHO yang mencakup 35 negara memperkirakan 1,5 orang dari 100.000 penduduk meninggal karena tumor ganas laring. "Di Indonesia angka kekerapan tumor ganas laring belum dapat didata secara pasti, tetapi dapat diperkirakan mencapai kurang lebih 1 persen dari semua keganasan dan menempati urutan ketiga tumor ganas terbanyak di bidang THT setelah tumor ganas nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.1
Karsinoma laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 11 : 1. Terbanyak pada usia 56-69 tahun.1,2,3
ETIOLOGI Etiologi pasti sampai saat ini belum
diketahui, akan tetapi didapatkan beberapa informasi yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan pada laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis.1,2,3
PATOFISIOLOGI Paparan karsinogenik berulang-ulang akan menyebabkan struktur
DNA sel normal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi abnormal. Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan karakteristik sel berakibat pada buruknya sistem perbaikan sel dan terjadilah apoptosis serta kematian sel. Pro-onkogen akan terus meningkat sementara tumor supressor gene menurun, keadaan ini mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik yang akan mengambil suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga penderita akan mengalami penurunan berat badan. Sealin itu akan terjadi penurunan serta serta destruksi komponen darah, penurunan trombosit menyebabkan gangguan perdarahan, penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia dan penurunan leukosit menyebabkan gangguan status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker yang terus berlanjut hingga membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah sekitar dan saraf sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri pada kartilago tiroid. Massa tersebut juga mengakibatkan hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada nervus laringeus menyebabkan suara menjadi serak. Jika mutasi yang terjadi sangat progresif, kanker dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening. 6
HISTOLOGI Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari
semua tumor ganas laring, dengan derajat differensiasi yang berbeda-beda. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi, yaitu: 14
› Berdiferensiasi baik (Grade I)› Berdiferensiasi sedang (Grade II)› Berdiferensiasi buruk (Grade III)
Kebanyakan tumor ganas pita suara berdiferensiasi dengan baik. lesi yang mengenai hipofaring,sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang berdiferensiasi baik. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah karsinoma anaplastik, pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma. 14
GEJALA KLINISGejala dan tanda yang sering dijumpai adalah :1,2,11
Suara serak Sesak nafas dan stridor Rasa nyeri di tenggorok Disfagia Batuk dan haemoptisis Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral,
halitosis, hemoptysis dan penurunan berat badan yang menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh. Pembesaran kelenjar getah bening leher dapat dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium. 1,2,11
PENEGAKAN DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan berdasarkan :1,2,10,12
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan THT rutin dan laringoskopi Untuk melihat ke dalam laring dapat dilakukan
dengan cara tak langsung maupun langsung dengan menggunakan laringoskop untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor yang terlihat (field of cancerisation). Selain itu dapat juga menggunakan fiber-optic laryngoscope dan flexible endoscope.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto torak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada
tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. Radiografi jaringan lunak leher merupakan studi survey
yang baik. Udara digunakan sebagai agen kontras alami untuk memvisualisasikan lumen laring dan trakea. Ketebalan jaringan retropharyngeal dapat dinilai. Epiglottis dan lipatan aryepiglottic dapat divisualisasikan. 15,16
Pemeriksaan CT Scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.15
Penentuan stadium awal pada diagnosa klinis berdasarkan pada keterlibatan beberapa tempat pada supraglotis laring dan mobilitas pita suara. Pencitraan dapat membantu dalam mengidentifikasi perluasan submukosa transglotis yang tersembunyi.
Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, MRI MRI memiliki beberapa kelebihan daripada CT
yang mungkin membantu dalam perencanaan pre-operasi. Pencitraan koronal membantu dalam menentukan keterlibatan ventrikel laryngeal dan penyebaran transglottic. Pencitraan Midsagittal membantu untuk memperlihatkan hubungan antara tumor dengan komisura anterior. MRI juga lebih unggul daripada CT untuk karakterisasi jaringan spesifik. Namun, pencitraan yang lebih lama dapat menyebabkan degradasi gambar akibat pergerakan.1,2,11,12
Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
patologik anatomik dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
Gambar 7: Radiografi leher lateral menunjukkan perbedaan
struktur laring: a, vallecula; b, tulang hyoid; c, epiglottis; d,
ruang pre-epiglottic; e, ventrikel (air-space diantara false and true cords); f, arytenoid; g,
cricoid; and h, kartilago thyroid12
Gambar 8: Laring Normal. Axial CT scan
menunjukkan tampakan laring normal selama
respirasi. Abduksi true vocal cord.16
Gambar 9: Squamous cell carcinoma pada bagian kanan
glottis. Axial CT scan menunjukkan tumor pada komisura anterior (tanda panah) saat respirasi.16
KLASIFIKASI Union International Centre le Cancer (UICC) 1982,
membagi tumor gnas laring dalam klasifikasi dan stadium tumor ganas laring berdasarkan letak tumor, sebagai berikut: 14
Supraglotis › Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai
batas atas glottis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring. Glotis
› Mengenai pita suara asli. Batas inferior glottis adalah 10 mm dibawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot – otot intrinsic pita suara. Batas superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu, tumor glottis dapat mengenai satu atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotis sejauh 10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago arytenoid.
Subglotis › Tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli
sampai batas inferior krikoid.
Klasifikasi Tumor Ganas Laring ( AJCC dan UICC 1988 )14
Tumor primer (T) Supra glottis :
› T is :tumor insitu › T 0 :tidak jelas adanya tumor primer l › T 1 :tumor terbatas di supra glotis dengan
pergerakan normal › T1a :tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis,
plika ariepiglotika, ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.
› T 1b :tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita suara palsu
› T 2 :tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi › T 3 :tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan /
atau adanya infiltrasi ke dalam. › T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke
luar laring.
Glotis : › T is : tumor insitu › T 0 : tak jelas adanya tumor primer › T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan
posterior) dengan pergerakan normal › T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli › T 1b : tumor mengenai kedua pita suara › T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis
maupun subglotis dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu. › T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua
pita suara › T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring
3. Sub glotis : › T is : tumor insitu › T 0 : tak jelas adanya tumor primer › T 1 : tumor terbatas pada subglotis › T 1a : tumor terbatas pada satu sisi › T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi › T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua
pita suara asli dengan pergerakan normal atau terganggu › T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita
suara › T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas keluar
laring.
Pembesaran kelenjar getah bening leher (N) › N x :kelenjar tidak dapat dinilai › N 0 :secara klinis tidak ada kelenjar. › N 1 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ≤ 3 cm › N 2 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 – <6 cm atau
klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm › N 2a :klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter > 3 cm - ≤
6cm. › N 2b :klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm › N 3 :kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral › N 3 a : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm › N 3 b : klinis terdapat kelenjar bilateral › N 3 c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral
Metastase jauh (M)
› M 0 :tidak ada metastase jauh › M 1 : terdapat metastase jauh
Stadium :
› Stadium I : T1 N0 M0 › Stadium II : T2 N0 M0 › Stadium III : T3 N0 M0 ; T1, T2, T3, N1, M0 › Stadium IV : T4, N0, M0 ; Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1
TERAPI Pada prinsipnya ada 3 tindakan
penatalaksanaan penanggulangan karsinoma laring yaitu pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya.
Tergantung stadium penyakit dan keadaan umum yang dialami pasien.
Sebagai acuan tindakan bahwa dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, stadium 2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi.14
Rehabilitasi Rehabilitasi setelah operasi sangat
penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. rehabilitasi mencakup : “Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social Rehabilitation”.10,11,12
PROGNOSIS Tergantung dari stadium tumor, pilihan
pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70% dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%.3,12
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN Nama pasien : Tn. H.L.Dw Umur : 66 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan terakhir : SD Pekerjaan : Petani Alamat : Dasan Kuta Raja, Dalem
Lauq, Sikur, Lotim No.RM : 084600 Tanggal Pemeriksaan : 26 Juni 2013
ANAMNESIS
Keluhan utama: › Suara serak.
Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke Poli THT RSUP NTB dengan diantarkan
oleh keluarga. Pasien mengeluh suara serak sejak 1 tahun yang lalu. Serak dirasakan semakin lama semakin mengganggu, suara menjadi kasar dan perlahan volume suara pasien semakin kecil. Pasien juga mengeluhkan rasa mengganjal pada leher namun tidak nyeri dan tidak susah/sakit saat menelan makanan ataupun minuman, hanya sedikit nyeri pada tenggorokan saat berbicara. Keluhan sesak (-), batuk (-) namun terasa ada dahak mengganjal di tenggorokan, pilek (-), demam (-), mengorok saat tidur (+), nyeri kepala (+), nyeri pada telinga (-), nyeri dada (-), nyeri perut (-) dan penurunan berat badan (-).
Nafsu makan biasa, mual (-) dan muntah (-). BAK (+), sekitar 5 kali sehari, warna kuning jernih, tidak disertai dengan darah dan tidak terasa nyeri, riwayat keluar pasir atau batu (-). BAB (+), minimal 1 kali sehari, berwarna kuning kecoklatan dan tidak disertai dengan darah maupun lendir.
Riwayat penyakit dahulu: Pasien tidak pernah memiliki keluhan
serupa seperti ini sebelumnya. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat batuk lama, minum obat selama 6 bulan (-), kencing manis (diabetes mellitus), hipertensi maupun asma. Riwayat operasi (-), riwayat sakit gigi (-) atau gigi dicabut (-).Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada anggota keluarga lain yang
menderita penyakit yang serupa dengan pasien. Riwayat batuk lama, minum obat selama 6 bulan (-), kencing manis (diabetes mellitus), hipertensi maupun asma pada keluarga disangkal.
Riwayat pengobatan: Pasien mengatakan keluhan suara
serak ini sudah sering diobati, pasien sudah mencoba berobat di puskesmas namun keluhan tetap. Pasien juga mencoba berobat alternatif dan obat herbal, namun keluhan tetap.
Riwayat Pribadi dan Sosial› Pasien merokok, minimal 1 bungkus sehari
(12 batang) kurang lebih sejak 30 tahun yang lalu. Sehari hari pasien sering mengkonsumsi ikan asin, sate, dan makanan lauk pauk yang dibakar.
Riwayat alergi:› Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-
obatan maupun makanan.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Tanda vital Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 94 x/menit Respirasi : 18 x/menit Suhu : 36,9 oC
Status Lokalis Pemeriksaan telingaNo. Pemeriksaan Telinga Auricula Dextra Auricula Sinistra
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Daun telinga : aurikula,
preaurikuer, retroaurikuler.
Bentuk dan ukuran telinga dalam
batas normal, lesi pada kulit (-),
hematoma (-), massa (-), fistula
(-), nyeri tarik aurikula (-).
Bentuk dan ukuran telinga dalam
batas normal, lesi pada kulit (-),
hematoma (-), massa (-), fistula
(-), nyeri tarik aurikula (-).
3. Liang telinga (MAE) Serumen (+) sedikit, hiperemis (-),
edema (-), furunkel (-), otorhea
(-).
Serumen (+), hiperemis (-),
edema (-), furunkel (-), otorhea (-).
4.Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), hiperemi
(-), edema (-), perforasi (-),
kolesteatom (-), cone of light (+)
MT intake
Cone of light
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi
(-), edema (-), perforasi (-),
kolesteatom (-), cone of light (+)
MT intake
Cone of light
Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri
Hidung luar Bentuk (normal), hiperemi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-)
Bentuk (normal), hiperemi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), mukosa pucat (-),
hiperemia (-)
Bentuk (normal), mukosa pucat (-),
hiperemia (-)
Meatus nasi media Mukosa normal, sekret (-), massa
berwara putih mengkilat (-).
Mukosa normal, sekret (-), massa
berwara putih mengkilat (-).
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-) Edema (-), mukosa hiperemi (-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-) Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-)
Pemeriksaan Tenggorokan
Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)
Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda
Geligi Tumbuh normal, jumlah lengkap
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-), sekret (-)
Tonsila palatine Kanan Kiri
T1 T1
Fossa Tonsillaris dan Arkus
Faringeus
hiperemi (-) hiperemi (-)
Pemeriksaan Leher
•Simetris (-).•Kaku kuduk (-).•Scrofuloderma (-), limfadenopati colli dextra (+) menonjol keluar•Pembesaran KGB (-).•JVP : 5 + 1 cm, tidak meningkat.•Pembesaran otot sternocleidomastoideus (-).•Otot bantu nafas SCM tidak aktif.•Pembesaran kelenjar tiroid (-).
Foto Pasien
Gambar 11. Limfadenopati colli dextra
DIAGNOSIS Suspek Karsinoma Laring Limfadenopati colli
DIAGNOSIS BANDING : Tumor jinak laring. TBC laring
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium
› Darah Lengkap› Kimia Darah› BT, CT, HbsAg› Urinalisa
Radiologis› Foto thoraks› CT scan leher
Biopsi Patologi Anatomi
RENCANA TERAPI Untuk keluhan pasien saat ini dapat
diberikan Ambroxol 3 dd 1 Ranitidin 2 dd 1 Metilprednisolon 4 mg 3 dd 1 Paracetamol 500 mg 3 dd 1 (bila
perlu saat nyeri) Rawat luka limfadenopati colli setiap hari
KIE PASIEN Menganjurkan pada pasien untuk istirahat terutama istirahat
berbicara Menganjurkan pada pasien untuk menjaga makanan yang
diasup harian, tidak makan makanan berminyak, terlalu pedas, asam dan asin
Menjelaskan pada pasien tentang penyakit dan prosedur pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan terutama tentang biopsi, yang bila perlu dapat dilakukan pula trakeostomi.
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan diri dan rawat luka pada leher setiap harinya.
Menjelaskan pada pasien bahwa dapat menjalani rawat jalan, terutama bila tidak dilakukan trakeostomi, namun bila sewaktu-waktu pasien sesak dan batuk mengeluarkan darah segera ke IGD dan disarankan rutin kontrol.
PROGNOSIS Dubia ad malam
Hasil pemeriksaan Penunjang: Hasil laboratoriumHasil pemeriksaan darah lengkap, kimia darah dan urinalisa
ParameterTanggal Pemeriksaan
ParameterTanggal Pemeriksaan
27/0713 27/0713
HGB 13,1 BJ 1.015
RBC 4,59 pH 5
HCT 39,1 Leukosit Negatif
MCV 85,2 Nitrit Negatif
MCH 28,5 Protein Negatif
MCHC 33,5 Glukosa Normal
WBC 8,65 Keton Negatif
PLT 439 Urobilinogen Normal
Jumlah Eosinofil 60 Bilirubin Negatif
Bleeding time 2’00” Eritrosit Negatif
Clotting time 4’50” Warna Amber
Prothrombin time 14,2 Lekosit 0 – 3
Kontrol 13,9 Epitel 0 – 1
APTT 31,8 Eritrosit Negatif
Kontrol 34,0 Bakteri Negatif
GDP 103 Jamur Negatif
GDP 2 jam post prandial 124 Kristal Negatif
Kreatinin 0,7 HbsAg Negatif
Ureum 18
SGOT 38
SGPT 36
Hasil foto thoraksDeskripsi hasil rontgen:Foto thoraks proyeksi PATak nampak deviasi trakeaCor : bentuk tampak boot shape dan letak nampak normal, CTR < 50%.Pulmo :
Corakan bronkovaskuler dalam batas normal.
Iga dan sela iga simetris, tak nampak kelainan.Sudut costofrenikus normalJaringan lunak dinding toraks tak nampak kelainan.Diafragma inspirasi maksimal Kesan :Cor tampak boot shapePulmo normal
Hasil CT scan
Deskripsi hasil CT scan: Ca Laring Infraglotis Limfadenopati colli dextra multiple uk.
2,1 x 4,2 x 4 cm Penyempitan airway VC 5 – 6
Hasil biopsi PA Pengambilan biopsi telah dilaksanakan
pada tanggal 2 Juli 2013, pasien di general anestesi, dilakukan LD, tampak pendesakan plica vokalis dan edema, biopsi dilakukan dan tidak memerlukan trakeostomi karena keadaan pasien stabil dan tidak mengganggu jalan napas. Saat ini masih menunggu hasil PA, sekitar 1 bulan.
Diagnosis Kerja Suspek Karsinoma Laring
Diagnosis Banding Tumor jinak Laring
Terapi Pasien dapat rawat jalan dan diingatkan kembali
KIE diatas Medikamentosa : Cefadroxil 500 mg 2 dd 1 Ambroxol 3 dd 1 Ranitidin 2 dd 1 Metilprednisolon 4 mg 3 dd 1 Rawat luka setiap hari
DAFTAR PUSTAKA Prof. dr. Bambang Hermani, Sp. THT-KL(K), ASPEK PENCEGAHAN KANGKER LARING. Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI
RSCM).1990. Hermani B, Kartosoediro S. Suara Parau. Dalam: Soepardi EA, Iskandar HN (editors). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi ke V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2003. 190-9 Hermans R. Laryngeal Neoplasms. Dalam Hermans R. Head and Neck Cancer Image. Germany; Springer: 2006; h 43-77. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Ear Nose and Throat diseases, A. Pocket Reference. Edisi ke-2. New York. Thieme Med. 1994. h. 423-32. Bailey BJ. Early Glottic Carcinoma. Dalam : Bailey BJ. Ed. Head and Neck Surgery Otolaringology. Vol. 2. ed Philadelphia. JB Lippincot. h. 1313-60. Lawson W, Biller HFM, Suen JY. Cancer of the Larynx. Dalam Myers EN, Suem JY. Ed. Cancer of the Head and Neck. Churchill Livingstone. h. 533-60. Rosen CA, Anderson D, Murry. Evaluating Hoarseness: Keeping Your Patient's Voice Healthy nhttp://www.aafp.org/afp/980600ap/rosen.html [diakses 7 Juli
2013] Sulica L. Normal Voice Function http://www.voicemedicine.com/ normal_voice_functioning.htm [diakses 7 Juli 2013] Cohen JI. Anatomi dan fisiologi laring dalam BOIES buku ajar penyakit THT edisi .Jakarta: EGC, 1994. Spector, Ogura JH. Tumor Laring dan Laringofaring. Dalam. Ballenger JJ, Ed. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid I. Edisi ke-13. Jakarta
: Binarupa Aksara. 1997. h. 621-77. Kadriyan H. Aspek Fisiologis dan Biomekanis Kelelahan Bersuara serta Penatalaksanaannya. Cermin Dunia Kedokteran 2007;155: 93 Iskandar HN. Pemakaian Mikroskop Pada Diagnostik dan Bedah Laring. Cermin Dunia Kedokteran 1987; 43: 21-22 Mulyarjo, Kentjono, W., Kusuma, H., Soerarso, B., Karsinoma Laring. Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorok, edisi III. RSUD Soetomo, Surabaya. 2005. h. 68-70 Hermani, B., Abdurrachman, H., Tumor Laring. Dalam: Soepardi EA, Iskandar HN (editors). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi ke VI. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2010. 194-198 Haryuna Sh, Tumor Ganas Laring. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari www.repository.usu.ac.id
tanggal 7 Juli 2013 Iqbal N. Laryngeal Carcinoma. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/875436-overview tanggal 7 Juli 2013
TERIMA KASIH