ca paru.doc

62
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................... 1 DAFTAR ISI......................................... 2 BAB I. PENDAHULUAN................................. 3 1.1 Latar belakang ............................................. .............................................. 3 1.2 Tujuan ............................................... .............................................. 4 1.3 Manfaat .............................................. .............................................. 4 BAB II.KONSEP MEDIS ............................... 4 2.1 Definisi .............................................. ............................................... 5 2.2 Etiologi .............................................. ............................................... 5 2.3 Patofisiologi ......................................... ............................................... 7 1

Upload: zam-azwar-annas

Post on 13-Aug-2015

142 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kanker paru-paru

TRANSCRIPT

Page 1: ca paru.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... 1

DAFTAR ISI..................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 3

1.1 Latar belakang .................................................................................. 3

1.2 Tujuan ............................................................................................... 4

1.3 Manfaat ............................................................................................. 4

BAB II.KONSEP MEDIS ................................................................................ 4

2.1 Definisi ............................................................................................. 5

2.2 Etiologi ............................................................................................. 5

2.3 Patofisiologi ...................................................................................... 7

2.4 Tanda dan gejala ............................................................................... 7

2.5 Respon berduka ............................................................................... 8

2.5.1 Tahap berduka …………………………………………....... 8

2.5.2 Tindakan pada pasien menghadapi kehilangan/berduka......... 9

2.6 Pemeriksaan Fisik ........................................................................... 11

2.6.1 Inspeksi ……………………………………………….......... 11

2.6.2 Palpasi .................................................................................... 11

2.6.3 Perkusi …………………………………………………....... 11

2.6.4 Auskultasi ............................................................................... 11

2.7 Manifestasi klinis .............................................................................. 12

2.8 Stadium ............................................................................................. 12

2.9 Jenis sel kanker paru ......................................................................... 15

2.10 Pemeriksaan penunjang ................................................................ 15

2.11 Penatalaksanaan medis.................................................................... 17

2.12 Pathway .......................................................................................... 19

BAB III.ASUHAN KEPERAWATAN PADA CA PARU.............................. 21

3.1 Pengkajian ........................................................................................ 21

3.2 Diagnosa keperawatan ...................................................................... 21

1

Page 2: ca paru.doc

3.3 Prioritas masalah .............................................................................. 22

3.4 Perencanaan ...................................................................................... 22

3.5 Implementasi .................................................................................... 30

3.6 Evaluasi ........................................................................................... 30

BAB IV. PENUTUP ........................................................................................ 32

4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33

2

Page 3: ca paru.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria

dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru –

paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat

1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker

paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di

inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker

terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki

urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita

yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru

di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru

mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih

besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria.

Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.

Dalam keadaan normal sel akan tumbuh sesuai kebutuhan tubuh dengan

melalui tahapan tahapan dalam prosesnya. Mekanisme itu penting sebagai pengganti

sel sel tubuh yang rusak dan perlu peremajaan.. Pertumbuhan sel yang berjalan

dalam beberapa tahapan dan dikontrol oleh gen (pembawa informasi) yang sebagian

bertindak sebagai pemicu, penghambat pertumbuhan dan gen pengkontrol proses

lain dalam sel agar berjalan baik. Gangguan pada gen atau proses pertumbuhan itu

dapat menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali. Pada beberapa kondisi tidak semua

gangguan itu berkembang cepat namun dapat berhenti sebelum berubah menjadi

ganas itulah yang kita kenal dengan tumor jinak. Jika gangguan itu lebih berat dan

3

Page 4: ca paru.doc

gangguan pertumbuhan berlangsung terus dan menyebar ke tempat lain (metastasis)

kita sebut dengan tumor ganas atau kanker.

Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Kanker Paru dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan

asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan

angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan

rehabilitatif.

1.2 Tujuan

A. Untuk mengetahui definisi dari ca paru.

B. Mengetahui tanda dan gejala dari ca paru.

C. Menetahui cara pencegahan dan penanganan ca paru.

D. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa

medis ca paru melalui pendekatan proses perawatan

1.3 Manfaat 

a. Bagi Penulis

1. Mengetahui labih jauh lagi tentang penyakit ca paru.

2. Mengetahui askep pada kasus ca paru dengan baik dan benar

b. Bagi Pendidikan

Sebagai koleksi tambahan buku-buku diperpustakaan dan sebagai

kerangka acuan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan

4

Page 5: ca paru.doc

BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 . Definisi

Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal

dari saluran nafas.

Di dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru

secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata

manusia serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena

memang karsinoma bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit

paru).

2.2 Etiologi

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada

beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden

kanker paru :

1. Merokok.

Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik

yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh

batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini

mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.

Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan

kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar

10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau

rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

5

Page 6: ca paru.doc

2. Iradiasi.

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg

dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat

kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.

Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.

3. Kanker paru akibat kerja.

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil

nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah

hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan

asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4. Polusi udara.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih

tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui

adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

5. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker

paru, yakni:

a. Proton oncogen

b. Tumor suppressor gene.

c. Gene encoding enzyme.

Teori Onkogenesis.

Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor

dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor

dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS)

6

Page 7: ca paru.doc

sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2

berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah-

programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel

sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat

pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit

genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi

agresif pada jaringan sekitarnya.

6. Diet.

Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan

vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.(Ilmu Penyakit

Dalam, 2001).

2.3 Patofisologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi

pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang

terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti

dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,

hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan

pada auskultasi.

7

Page 8: ca paru.doc

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan

adanya metastase,khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke

struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,

otak, tulang rangka.

2.4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kanker paru membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk

dapat diketahui dan seringkali dikacaukan dengan gejala dari kondisi yang

kurang serius. Tanda dan gejala mungkin tidak kelihatan sampai penyakit telah

mencapai tahap lanjut.

Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat

Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua

minggu

Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri

akibat batuk yang terus menerus

Perubahan warna pada dahak

Meningkatnya jumlah dahak

Dahak berdarah

Bunyi menciut-ciut saat bernafas pada bukan penderita asma

Radang yang kambuh

Sulit bernafas

Nafas pendek

Serak

Suara kasar saat bernafas

Selain dari itu juga barangkali tanda-tanda dan gejala-gejala disebabkan

oleh penyebaran kanker paru pada bagian tubuh lainnya. Tergantung pada organ-

organ yang dirusak.

8

Page 9: ca paru.doc

Kelelahan kronis

Kehilangan nafsu makan

Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya

Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan

Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau

kehilangan ingatan sebagian)

Bengkak pada leher dan wajah

Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

2.5 Respons berduka

2.5.1 Tahap berduka

Respon berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-

tahap berikut (kubler- rose dalammpoter dan ferry, 1997)

1. tahap pengingkaran, merupakan reaksi pertama individu yang

mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya mengerti, atau

mengingkari kenyataan bahwa kenyataan benar- benar terjadi. Sebagai

contoh, orang atau keluarga dari oyang menerima diagnosa terminal

akan terus menerus mencari informasi tambahan .

reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih , lemah,

mual, pucat,diare, gangguan pernafasan, detak jantung terlalu cepat,

menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat

berakhir dalam bwaktu beberapa menit atau tahun

2. tahap marah, tahap ini adalah individu menolak kehilanggan.

Kemarahan yang timbul sering di proyeksikan kepada orang lain atau

dirinya sendiri. Orang mengalami kehilangan juga tidak jarang

9

Page 10: ca paru.doc

menunjukkan prilaku agresif, berbicara kasar.menolak pengibata,

menuduh dokter tidak kompeten. Respon fisik yang sring terjadi antara

lain, mukammerah, nadi cepat, gelisah susah tidur, tangan mengempal.

3. Tahap tawar menawar, pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran

kenyataan yterjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat

kesepakatan secara halus atau terabng-terangan seolah-olah kehilangan

tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan

tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan yang Maha Esa.

4. Tahap Depresi, pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap

menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat penurut, tidak mau

bicara, menyatakan keputusasaan rasa tidak berharga, bahkan bias

muncul keinginan bunuh diri.Gejala fisik yang ditunjukkan antara

lain : Menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun,

5. Tahap Penerimaan, merupakan tahap yang berkaitan dengan

reorganisasi perasaan kehilangan. Fikiran yang selalu berpusat pada

objek yang hilang maka mulai berkurang atau hilang, individu telah

menerima kehilangan yang di alaminya dan memulai memandang

kedepan

2.5.2 Tindakan pada pasien menghadapi kehilangan/berduka

1) Tahap pengingkaran

10

Page 11: ca paru.doc

1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan

prerasaannya, dengan cara

a. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya

b. Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang

kenyataan dan kehilangan apabila sudah siap secara emosional.

2. Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendororng

pasien untuk berbagi rasa dengan cara:

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat apa yang di

katakana oleh pasien tanpa menghukum atau menghakim

b. Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut dapat terjadi

pada orang yang mengalami kehilangan

3. Memberikan jawaban yang jujur atas pertanyaan pasien tentang

sakit, pengobatan dan kematian dengan cara:

a. Menjawab pertanyaan pasien dengan bahsa yang ssudah di

mengerti, jelas dan tidak berbelit belit.

b. Mengamati dengan cermat respon pasien seklama berbicara

c. Meningkatkan kesadaran secara bertahap.

2) Tahap depresi

1. Membantu pasien, mengidentifikasa ras berslah dan takut dngan cara:

a. Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas

perasaannya

b. Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai dengan

derajat resikonya

2. Mebantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara:

a. Menghargai perasaan pasien

11

Page 12: ca paru.doc

b. Membantu pasien menemuka dukungan yang positif denagn

mengaitkan terhadap kenyataan

c. Meberi kesempatan untuk menangis dan mngungkapkan

perasaannya.

d. Bersama pasien untuk membahas pikiran yang selalu timbul

3) Tahap penerimaan

Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa di

elakkan dengan cara

a. Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur

b. Membantu keluarga berbagi rasa , karna setiap anggota keluarga

tidak berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan

c. Membahas rencana setelah masa kabung terlewati

d. Member informasi yang akurat tentang kebutuhan pasien dan

keluarga.

2.6 Pemeriksaan Fisik

2.6.1 Inspeksi :

Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk , dengan

/ tanpa peningkatan produksi secret.Pergerakan dada bias asimetris apabila

terjadi komplikasi efusi pleura dengan hemoragi.Nyeri dada dapat timbul

dalam berbagai bentuk tapi biasanya dialami sebagai rasa sakit atau tidak

nyaman akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Selain itu, dapat

pula timbul nyeri pleuritis bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat

penyebaran neoplastik atau pneumonia. Gejala-gejala umum seperti

anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat badan merupakan gejala-gejala

lanjutan.

12

Page 13: ca paru.doc

2.6.2 Palpasi :

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.

2.6.3 Perkusi :

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor.

2.6.4 Auskultasi :

Didapatkan bunyi stridor local, wheezing unilateral didapatkan

apabila karsinoma melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan

tanda khas pada tumor bronchus. Penyebaran local tumor ke struktur

mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat terserangnya saraf

rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan esophagus, dan paralisis

hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus ( Alsagaff, 1996)

13

Page 14: ca paru.doc

2.7 Manifestasi klinis.

1) Gejala awal.

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi

bronkus.

2) Gejala umum.

a. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk

mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang

sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam

berespon terhadap infeksi sekunder.

b. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang

mengalami ulserasi.

c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

14

Page 15: ca paru.doc

2.8 Stadium.

Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint

Committee on Cancer.

Gambarn TNM Defenisi

Tumor primer (T)

T0

Tx

TIS

T1

T2

T3

Tidak terbukti adanya tumor primer

Kanker yang tersembunyi terlihat pada

sitologi bilasan bronkus tetapi tidak

terlihat pada radiogram atau bronkoskopi

Karsinoma in situ

Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi

paru – paru atau pleura viseralis yang

normal.

Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam

setiap ukuran dimana sudah menyerang

pleura viseralis atau mengakibatkan

atelektasis yang meluas ke hilus; harus

berjarak 2 cm distal dari karina.

Tumor dalam setiap ukuran dengan

perluasan langsung pada dinding dada,

diafragma, pleura mediastinalis, atau

pericardium tanpa mengenai jantung,

pembuluh darah besar, trakea, esofagus,

atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2

15

Page 16: ca paru.doc

T4

Kelenjar limfe regional (N)

N0

N1

N2

N3

Metastasis jauh (M)

M0

M1

cm dari karina tetapi tidak melibat karina.

Tumor dalam setiap ukuran yang sudah

menyerang mediastinum atau mengenai

jantung, pembuluh darah besar, trakea,

esofagus, koepua vertebra, atau karina;

atau adanya efusi pleura yang maligna.

Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar

limfe regional.

Metastasis pada peribronkial dan/ atau

kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.

Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau

kelenjar limfe subkarina.

Metastasis pada mediastinal atau kelenjar –

kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar

– kelenjar limfe skalenus atau

supraklavikular ipsilateral atau

kontralateral.

Tidak diketahui adanya metastasis jauh

Metastasis jauh terdapat pada tempat

tertentu (seperti otak).

16

Page 17: ca paru.doc

Kelompok stadium

Karsinoma tersembunyi

TxN0M0

Stadium 0

TISN0M0

Stadium I

T1N0M0

T2

N0M0

Stadium II

T1N1M0

T2

N1M0

Stadium IIIa

T3N0M0

T3

N0M0

Stadium IIIb

Setiap T N3M0

T4 setiap NM0

Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi

tidak dapat dibuktikan adanya tumor

primer atau metastasis.

Karsinoma in situ.

Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2

tanpa adanya bukti metastasis pada

kelenjar limfe regional atau tempat yang

jauh.

Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan

terdapat bukti adanya metastasis pada

kelenjar limfe peribronkial atau hilus

ipsilateral.

Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau

tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe

peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak

ada metastasis jauh.

Setiap tumor dengan metastasis pada

kelenjar limfe hilus tau mediastinal

kontralateral, atau pada kelenjar limfe

skalenus atau supraklavikular; atau setiap

tumor yang termasuk klasifikasi T4

dengan atau tanpa metastasis kelenjar

17

Page 18: ca paru.doc

Stadium IV

Setiap T, setiap N,M1

limfe regional; tidak ada metastasis jauh.

Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

2.9 Jenis Sel Kanker Paru

secara garis besar dibagi atas 2 kelompok

1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = SCLC) merupakan 20%

dari seluruh kanker paru, bersifat lebih agresif tetapi sangat responsif dengan

pengobatan.

2. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KBKBSK= NSCLC) yang

terbanyak yaitu sekitar 80% dari kanker paru-paru. Ada beberapa jenis

KPKBSK yang dapat dikenali diantaranya:

Karsinoma epidermoid (disebut juga karsinoma sel skuamosa)

Adenokarsinoma, adalah jenis sel kanker terbanyak dan terutama pada

perokok

Karsinoma sel besar

Lain-lain:merupakan jenis yang jarang ditemukan misalnya karsinoid,

karsinoma bronkoalveolar.

18

Page 19: ca paru.doc

2.10 Pemeriksaan Penunjang

1) Radiologi.

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya

kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat

menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis

erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2) Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan

ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada

kanker paru).

3) Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi

lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

19

Page 20: ca paru.doc

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan

ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan

cara torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang

terlibat.

e. Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –

macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan

sel tumor.

4) Pencitraan.

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru

dan pleura.

b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

2.11 Penatalaksanaan Medis

1. Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

a. Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan

hidup klien.

b. Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

20

Page 21: ca paru.doc

c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien

maupun keluarga.

d. Supotif

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian

nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti

infeksi.

(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan,

2000)

2. Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk

mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak

mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.

3. Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks

khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

4. Pneumonektomi pengangkatan paru).

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa

diangkat.

5. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau

bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.

6. Resesi segmental.

Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

21

Page 22: ca paru.doc

7. Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan

yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru

berbentuk baji (potongan es).

8. Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)

9. Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan

bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,

seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/

bronkus.

10.Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk

menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta

untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi

22

Page 23: ca paru.doc

2.12 Pathway

Bronchus (percabangan segmen atau subsegmen)

Trauma oleh arus udara ( Tar Rokok,paparan industri)

Bahan karsinogenik mengendap

Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi Bronchus

Deskuamasi Produksi Mukus Me

Cell cadangan (reserve cell) basal mukosa bronchus Bersihan jalan nafas tidak efektif

Hyperplasi, metaplasi.

Cell Kanker

Manifestasi Klinis

(Intrapulmoner) (Intratorasik Ekstrapulmoner) (Ektratorasik Non Metastatik) (Ekstratorasik Mtastatik)

Kanker lumen branchus

Proksimal Distal

Sumbatan parsial Bronkiektasis/Aktelektasis

atau total

23

Page 24: ca paru.doc

Sesak nafas

(Wheezing) Gangguan Pertukaran gas

Pola Nafas tidak efektif

INTRATORASIK EKSTRAPULMONER

Mediastinum

N. Frenikus N.Recurrens S. Simpatis VC. Superior Trachea Oesopagus Jantung

Paralises Paralises Sindrom Sindrom VC Sesak, Disfagia Gg.disf.Diafragma Ch.vocalis Horner VC. Superior Atelektasis efusi Pkd.

Dispnoe Gg. Kom Gg. Fungsi Oedema muka gg. Per Nutrisi Penurunan

Verbal. Penglihatan & lengan tukarn.gas krg.;kebut. Curah

Jtng

Gg. Pola nafas

24

Page 25: ca paru.doc

EKTRATORASIK NON METASTATIK

Neuromuskuler Endokrin Metabolik Jaringan ikat & Tulang Vaskuler&Hematologi

Neuropatia Ca. Primitive Neural Crest hypertropi Pulmonary Migratory romboflebitis

Pe Growth Hormon

Jari Tabuh

Gg. Body Image

Ekstratorasik Metastatik

Sirkulasi Arterial

Hampir semua organ, t/u Otak, hati dan tulang

Ansietas Ancaman Kematian

25

Page 26: ca paru.doc

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CA PARU

3.1 Pengkajian

Data Subjektif

1. Obset dan Lamanya tanda dan gejala-gejalanya.

2. Apa yang pasien ketahui tentang alasan dia dirawat?

a. Untuk tes Diagnostik

b. Untuk pembedahan toraks

3. Apakah pasien mengatakan karsinoma paru sebagai diagnosa atau tersangka

4. Riwayat kebiasaan merokok

5. Riwayat terpapar polutan dan,debi industri, radioaktif

Data Obkektif

1. Sputum berwarna kemerahan dapat disebabkan pendarahan dari tumor

2. Batuk

3. Nyeri dada (kecuali stadium dini dan lanjut)

4. Dispnoe

5. Taktil premitus meningkat (konsolidasi)

6. Suara nafas:wheezing friction rub (jika menyebar ke pleura)

7. Penurunan berat badan

8. Tes diagnostik : x-ray, bronkoscopy, sitology, angiografi, mediastografi (pada

keadaan lanjur), scanning paru, analisa gas darah

26

Page 27: ca paru.doc

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan

mukus /viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri,

kelemahan,kelelahan.

2. Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret,

perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.

3. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian

utama paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi,

sekeresi berlebihan,/perdarahan aktif.

4. Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat, peningkatan

metabolisme, proses keganasan.

6. Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.

7. Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik,

penyakit kronis.

3.3 Prioritas Masalah

1. Memepertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan

2. Mengontrol / menghilangkan nyeri

3. mendukung Upaya mengatasi diagnosa / situasi

4. memberikan infirmasi tentang profesi penyakit / prognosis

dan proses pengobatan

3.4 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional

Bersihan Bersihan jalan 1. Auskultasi bunyi Pernafasan bising,

27

Page 28: ca paru.doc

Jalan nafas

tidak efektif

b/d

peninjkatan

jumlah/visko

sitas sekret,

keterbatasan

gerakan

dada/nyeri,

kelemahan/k

elelahan.

nafas efektif.

Kriteria ;

a. Menunjukan

potensi jalan

nafas.

b. Cairan

sekret

mudah

dikeluarkan/

dibatukan.

c. Bunyi nafas

jelas.

d. Whezing(-)/

berkurang

dada, untuk karakter

bunyi nafas dan

adanya sekret.

2. Bantu untuk nafas

dalam efektif

anjurkan batuk

dengan posisi

duduk.

3. Observasi jumlah

dan karakter

sputum/aspirasi

sekret.

4. Lakukan

penghisapan dengan

menggunakan

suction. Bila klien

tidak dapat batuk.

5. Dorong masukan

cairan/oral

sedikitnya 2500

CC/hari dalam

toleransi jantung.

6. Kolaborasi :

ronki, mengi

menunjukan

tertahannya

sekret/obstruksi jalan

nafas

Posisi duduk

memungkinkan

ekspansi paru maksinal,

upaya batuk untuk

membuang sekret..

Perubahan sekret

menunjukan

progresifitas penyakit.

Penghisapan dapat

merangsang batuk

efektif.

Hidrasio adekuat untuk

mempertahankan sekret

hilang/peningkatan

pengeluaran.

Memudahkan

28

Page 29: ca paru.doc

Berikan/bantu

dengan IPBB ,

spirometri, meniup

botol

7. Gunakan oksigen

humidifikasi/nebuli

zer ultrasonik .

Berikan cairan

tambahan melalui

IV sesuai indikasi.

8. Berikan

bronkodilator,

ekspektoran, atau

analgetik sesuai

indikasi.

pembuangan sekret.

Memberikan hidrasi

maksimal/pengenceran

sekret untuk

meningkatkan

pengeluaran

Menghilangkan spasme

bronkus untuk

memperbaiki aliran

udara. Ekspektoiran

meningkatkan produksi

mu.kus untuk

mengencerkan sekret.

Kerusakan

pertukaran

gas b/d gg.

Aliran udata

ke alveoli,

perubahan

membran

Pertukaran gas

efektif.

Kriteria :

GDA dalam

batas normal,.

Mebubjukan

1. Catat frekluensi dan

kedalaman

pernafasan ,

penggunaan otot

bantu dan nafas

bibir.

Takhipnoe dan dispnoe

menyertai obstruksi

paru.

Area yang tak

29

Page 30: ca paru.doc

alveolar

kapiler

( atelektasis,

oedema paru,

efusi, sekresi

berlebihan,

perdarahan

aktif )

ventilasi adekuat

Menunjukan

oksigenasi

adekuat.

Menunjukan

perbaikan

distress

pernafasan.

2. Auskultasi paru

untuk penurunan

bunyi nafas dan

adanya bunyi

tambahan krekels.

3. Observasi ferfusi

daerah akral dan

sianosis ( daun

telinga, bibir, lidah

dan membran lidah )

4. Lakukan tindakan

untuk memperbaiki

jalan nafas.

5. Tinggikan

kepala/tempat tidur

sesuai dengan

kebutuhan.

6. Awasi tanda vital

terventilasi dapat

diidentifikasikan

dengan tak adanya

bunyi nafas.

Menunjukan

hipoksemia sistemik.

Jalan nafas

lengket/kolaps

menurunkan jumlah

alveoli yang berfungsi

Secara negatif

mempengaruhi

pertukaran gas.

Meningkatkan ekspansi

dada maksimal,

membuat mudah

bernafas meningkatkan

kenyamanan.

Tahkikardi/takhipnoe,

dan perubahan pada

TD. Terjadi seirng

dengan perubahan

30

Page 31: ca paru.doc

7. Kaji tingkat

kesadaran

8. Kaji toleransi

aktivitas.

9. Kolaborasi:

Awasi seri GDA.

10. Berikan oksigen

dengan metoda

yang tepat.

asidosis.

Hipoksemia sistemik

dapat ditunjukan

pertamakali oleh

gelisah dan rangsang

disertai penurunan

kesadaran.

Hipoksemia

menurunkan

kemampuan untuk

berpartisipasi dalam

aktivitas tanpa dispnoea

berat, takikardia dan

disritmia.

Hipoksemia ada pada

berbagai derajat

tergantung pada jumlah

obstruksi jalan nafas.

Memaksimalkan

sediaan oksigen untuk

pertukaran gas .

31

Page 32: ca paru.doc

Pola nafas

tidak efektif

b/d obstruksi

trakeobronki

al oleh

bekuan

darah, sekret

banyak ,pera

darahan

aktif,

penurunan

ekspansi

paru, proses

inflamsi.

Pola nafas

efektif.

Kriteria :

Frekuensi nafas

dalam rentang

normal

Suara paru jelas

dan bersih.

Berpartisipasi

dalam aktivitas.

1. Kaji frekuensi ,

kedalaman

pernafasan dan

ekspansi dada., catat

upaya pernafasan

( penggunaan otot

bantu pernafasan )

2. Auskultasi bunyi

nafas, dan catat

adanya bunyi nafas.

3. Observasi pola

batuk dan karakter

secret

4. Dorong dalam nafas

dalam.dan latihan

batuk.

5. Kolaborasi:

Berikan oksigen

tambahan.

6. Berikan

Kedalamam pernafasan

bervariasi tergantung

derajat gagal nafas.,

ekspansi pada terbatas

terjadi pada atelektasis.

Perubahan bunyi nafas

menunjukan obstruksi

sekunder.

Kongesti alveolar

mengakibatkan batuk

kering/iritatif

Meningktkan

banyaknya sputum.

Memaksimalkan

pernafasan dan

menurunkan kerja

nafas.

Memberikan

32

Page 33: ca paru.doc

humidifikasi

tambahan.

7. Bantu fisioterapi

dada.

8. Siapkan/bantu

bronkoskopi

kelembaban pada

membran mukosa dan

membantu pengenceran

sekret.

Memudahkan upaya

pernafasan dalam.

Meningktkan drainase

sekret.

Kadang=kadang

berguna untuk

membuang bekuan

darah, sekret serta

membersihkan jalan

nafas.

33

Page 34: ca paru.doc

Nyeri b/d.

invasi kanker

ke pleura,

atau dinding

dada.

Nyeri hilang/

berkurang

Kriteria

:Klien nampak

rileks.

Kliuen dapat

tidur.

Berpartisi dalam

aktivitas.

1. Tanyakan pasien

tentang nyeri,

Tentukan

karaktersitik nyeri

2. Kaji pernyataan

verbal dan non

verbal nyeri pasien.

3. Evaluasi keefektifan

pemberian obat

4. Berikan tindakan

kenyamanan, ubah

posisi, pijatan

punggung dll.

5. Berikan lingkungan

tenang.

6. Kolaborasi: Berikan

analgesik rutin s/d

indikasi..

Membantu dalam

evaluasi gejala nyeri

kanker yang dapat

melibatkan visera, saraf

atau jaringan tulang

Ketidaksesuaian antara

verbal dan non verbal

menunjukan.derajat

nyeri

Memberikan obat

berdasarkan aturan.

Meningkatkan relaksasi

dan pengalihan

perhatian..

Penurunan stress,

menghemat energi

Mempertahankan kadar

obat, menghindari

puncak periode nyeri..

34

Page 35: ca paru.doc

Ansietas b/d

ancaman

kematian,

proses

keganasan,

Ansietas hilang/

berkurang

Kriteria

Klien tampak

rileks

Klien dapat

beristirahat.

Dapat

bekerjasama

dalam terapi.:

1. Evaluasi tingkat

pemahaman

pasien/orang

terdekat tentang

diagnosa.

2. Akui rasa takut,

masalah pasien, dan

dorong

mengekspresikan

perasaan.

3. Kolaborasi :

Libatkan

pasien/orang

terdekat dalam

perencanaan

keperawatan

Pemahaman persepsi

melibatkan susunan

tekanan perawatan

individu dan

memberikan informasi.

Memberi waktu untuk

mengidentifikasi

perasaan.

Dapat memperbaiki

perasaan kontrol.

Nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh b/d

intake

kurang,

peningkatan

metabolisme,

proses

keganasan.

Nutrisi

terpenuhi.

Kriteria :

Menunjukan

perubahan

beratbadan.

Menunjukan

perubahan pola

makan.

1. Catat ststus nutrisi

pasien pada

penerimaan, catat

turgor kulit, berat

badan dan derajat

kekurangan berat

badan

2. Pastikan pola diet

pasien yang

Berguna dalam

mengidentifikasi derajat

kurang nutrisi dan

menentukan pilihan

intervensi.

Pertimbangan

keinginan individu

35

Page 36: ca paru.doc

Hb. Albumin

dalam rentang

normal.

disukai/tidak

disukai

3. Awasi

pemasukan/pengel

uaran dan berat

badan secara

periodic

4. Selidiki mual,

muntah, anoreksia

dan catat

kemungkinan

hubungannya

dengan obat

5. Berikan periode

istirahat sering.

6. Berikan perawatan

mulut, sebelum

dan sesudah

tindakan

pernafasan.

7. Berikan Diet

TKTP.

dapat memperbaiki

masukan diet.

Mengukur kefektifan

nutrisi dan dukungan

cairan.

Mencari pemecahan

masalah, untuk

meningkatkan

pemasukan nutrien.

Membantu menghemat

energi., khususnya bila

kebutuhan metabolik

meningkat

Menurunkan perasaan

tak enak, bekas sputum,

obat merangsang pusat

muntah..

Memaksimalkan

masukan nutrisi..

36

Page 37: ca paru.doc

8. Kolaborasi :

Rujuk ke ahli diet

Awasi

pemeriksaan lab.

( BUN, protein

serum, albumin

Hb.)

9. Bila perlu berikan

nutrisi parenteral. .

Nilai rendah

menunjukan malnutrisi

Meningkatkan masukan

nutrisi adekuat.

37

Page 38: ca paru.doc

3.5 IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh

perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan setelah dilakukan

validasi, keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan

cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien

dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari

rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan

perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

3.6 EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan peruubahan

keadaan pasien ( Hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan.

Evaluasi terhadap masalah ca. Paru secara umum dapat dinilai dari

sempurnanya Memepertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan, Mengontrol /

menghilangkan nyeri,mendukung upaya mengatasi diagnosa / situasi

memberikan informasi tentang profesi penyakit / prognosi,dan proses pengobatan

Untuk memudahkan perawat mengevakuasi atau memantau

perkembangan klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE.SOAPIER.

Pengunaannya tergantung dari kebijakan setempat. Yang dimaksud dengan

SOAPIER adalah :

38

Page 39: ca paru.doc

S : Data Subjektif

Perawat menulisan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

O : Data Objektif

Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara

langsung kepada klien. Dan yang dirasakan klien setelah dilakukan

tindakan keperawatan

A : Analisis

Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Merupakan suatu

masalah atau diagnosa keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat

ditulis masalah/diagnosa baru terjadi akibat perubahan status kesehatan

klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif

P : Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan ,

dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang

telah ditentukan sebelumnya.

I : Implementasi

Adalah tindakan keperawatan yang dilakukan tindakan keperawatan

E ; Evaluasi

Adalah respon klien setelah selesai dilakukan tindakan keperawatan

R : Reassement

39

Page 40: ca paru.doc

Adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah

diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan,

dimodifikasi dan dihentikan

40

Page 41: ca paru.doc

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Definisi karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran

nafas

2) Tanda dan gejala:

1. Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat

2. Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua

minggu

3. Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri

akibat batuk yang terus menerus

4. Perubahan warna pada dahak

5. Meningkatnya jumlah dahak

6. Dahak berdarah

7. Bunyi menciut-ciut saat bernafas pada bukan penderita asma

8. Radang yang kambuh

9. Sulit bernafas

10. Nafas pendek

11. Serak

12. Suara kasar saat bernafas

3) Penatalaksanaan Medis

a. Pembedahan.

b. Toraktomi eksplorasi.

c. Pneumonektomi pengangkatan paru.

d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

41

Page 42: ca paru.doc

e. Resesi segmental.

f. Resesi baji.

g. Dekortikasi.

h. Radiasi

i. Kemoterafi

42

Page 43: ca paru.doc

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University Press. Surabaya.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.

Penerbit EGC. Jakarta.

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. EGC

Jakarta.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI :

Media Aescullapius Jakarta

Rohmah, nikmatur. 2009 Proses Keperawatran Teori dan Aplikasi di lengkapi dengan

NIC-NOC dan aplikasi pada berbagai kasus, Ar-Ruzz Media : Jogjakarta

Santosa, budi.2005/2006 Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda , Prima

Medika.Jakarta

43