laporan jadi fatique(fzp-5).pdf

Upload: erwin-isna-megawati

Post on 01-Jun-2018

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    1/23

    LAPORAN

    PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA III(MFS 3551)

    PENGUKURAN KELELAHAN (FATIQUE)

    (FZP-5)

    Disusun Oleh:

    Nama/ No Mhs : Erwin Isna Megawati / 11978

    Kelompok : IV

    Hari/ Tanggal Praktikum : Senin / 28 Maret 2011

    Rekan Kerja : Aji Wijayanto

    Asisten : Marni Mansur

    Dosen Pembimbing : Kuwat Triyana, Ph.D

    LABORATORIUM FISIKA ZAT PADAT

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2011

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    2/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Jika suatu bahan dibebani oleh beban siklik yang berturut-turut dan

    berkesinambungan maka bahan tersebut akan mengalami kerusakan struktural

    lokal dan progresif. Bahan akan mengalami kelelahan dalam menanggung

    beban tersebut yang dinamakan dengan fatigue. Maka dari itu, kita perlu

    menentukan bahan yang memiliki tingkat kelelahan yang rendah sebagai bahan

    baku misalnya dalam pembuatan suatu bangunan. Sehingga kita dapat

    meminimalisir bahaya yang bisa terjadi jika suatu bahan itu mengalami fase

    retak dan akhirnya patah.

    Setiap material mempunyai daya lelah atau fatigue seperti manusia, jika

    manusia dapat terlihat dan terukur sedangkan pada bahan tidak dapat terlihat

    tetapi fatigue dapat diukur. Fatigue bisa terjadi ketika ada perlakuan berupa

    tekanan, torsi, lekukan, tarikan dorongan yang berulang-ulang pada bahan.

    Perlakuan pada bahan ini membuat bahan mengalami retak sehingga akan

    terjadi patah. Untuk itu penting bagi umat manusia untuk mempelajari ilmu

    tentang fatigue untuk digunakan dalam kehidupan sehari – hari seperti dalam

    pembuatan jembatan dibutuhkan material yang mempunyai daya tahan yang

    lama terhadap lelah. Oleh sebab itu dalam percobaan ini material logam diberi

    perlakuan tekukan untuk mengukur daya tahannya. Pengukuran kelelahan

    (fatigue) yang akan kita lakukan adalah memberikan satu siklus gaya secara

    berulang-ulang pada suatu bahan uji (berupa kawat) dari tidak patah hingga

    patah, kemudian dilihat berapa banyaknya siklus yang terjadi melalui alat

    pencacah.

    B. Tujuan

    Mengukur daya tahan suatu bahan logam (kawat/kabel) terhadap

    perlakuan tekukan.

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    3/23

    BAB II

    DASAR TEORI

    Kelelahan bahan atau fatigue terjadi ketika sebuah bahan telah mengalami

    siklus tegangan, gaya atau suhu yang menghasilkan kerusakan yang permanen.

    Pola pemberian beban yang dikenakan pada bahan dapat bermacam-macam

    bentuknya. Pemberian beban berulang dikatakan sebagai sebuah siklus.

    Berikut beberapa siklus tegangan yang diberikan pada bahan :

    1. Siklus tak beraturan (acak)

    Tegangan tarik dan tekan tidak sama, sehingga pola siklus tidak teratur

    atau acak. Pola acak ini terjadi karena simpangan tegangan saat tarik dan tekan

    tidak sama, sehingga fluktuasi tegangan rerata tidak bernilai nol.

    2. Siklus pembalikan tak sempurna

    Tegangan tarik dan tekan dilakukan secara periodik dengan simpangan

    (amplitudo) yang sama ,namun simpangan tegangan yang diberikan pada saat

    t e g a n g a n

    t a r i

    k +

    - t e k a n

    m a

    k

    r

    siklus

    m

    i n

    a

    m

    t e g a n g a n

    t a r i

    k +

    - t e k a n

    siklus

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    4/23

    tarik dan tekan tidak sama. Dengan kata lain, fluktuasi tegangan rerata tidak nol,

    namun hanya mendekati nol.

    3. siklus pembalikan sempurna

    Tegangan tarik dan tekan dilakukan secara periodik dengan

    simpangan (amplitudo) yang sama , fluktuasi tegangan rerata nol, atau

    dengan kata lain, pemberian nilai tekan dan tarik sama. Dari referensi

    yang telah saya dapatkan, sebuah bahan tidak akan serta merta patah saat

    diberikan beban, namun akan mengalami fase per-fase, fase-fase ini sering

    disebut sebagai fase fatigue.

    Berikut fase fatigue :

    o Fase permulaan retak (munculnya inti retak)

    Retak muncul akibat bahan tidak mampu lagi menerima beban. Inti

    retak yang muncul awalnya berupa titik.

    o Fase penyebaran retak

    Retak terus tumbuh dalam tahap ini sebagai hasil dari penekanan

    yang terus-menerus.

    o Fase patah

    material retak tidak mampu lagi menahan tekanan, sehingga patah

    dan tidak mampu kembali ke bentuk aslinya.

    t e g a n g a n

    t a r

    i k +

    - t e k

    a n

    a

    r

    siklus

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    5/23

    BAB III

    METODE EKSPERIMEN

    A. Alat dan Bahan

    1. Cord Bending Fatigue Tester

    2. Step Down Transformer (220---100 VAC)

    3. Bahan kawat atau kabel dengan berbagai diameter

    4. Obeng

    5. Jangka sorong

    B. Tata Laksana

    1. Pengukuran Fatigue dengan Variasi Sudut Tekukan ( )

    a. Bahan berupa kabel diukur terlebih dulu diameter intinya, kemudian

    dimasukkan pada penjepit (clamp).

    b. Kabel dijepit dengan support plate dan dikencangkan , lalu bagian lower

    clamp dikencangkan.

    c. Jarak antara support plate dan lower clamp diukur sebagai atau panjang

    tekukan.

    d. Kedua ujung bebas kabel dijepit dengan penjepit, kemudian counter diset

    pada posisi nol.

    e. Motor dihidupkan dengan menaikkan main switch dan strart

    f. Bila kabel putus motor otomatis akan berhenti , main swith diturunkan

    dan nilai cacah pada counter dicatat.

    g. Percobaan di atas diulangi untuk nilai sudut yang berbeda (15,20,25)

    2. Pengukuran Fatigue dengan Variasi Panjang Tekukan ( )

    a. Sudut tekukan kabel dan diameter kabel ditentukan terlebih dahulu.

    b. Support plate dan lower clamp diatur panjang sudut tekukannya mulai

    dari 30, 35, dan 40 mm.

    c. Langkah selanjutnya sama dengan langkah 1b sampai dengan 1f.

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    6/23

    3.

    Pengukuran Fatigue dengan Variasi Diameter Kabel ( ) a. Sudut tekukan kabel dan panjang tekukan kabel ditentukan terlebih

    dahulu.

    b. Langkah 1b sampai dengan 1f diulangi untuk besar diameter kabel yang

    bervariasi (0,085; 0,145; 0,175 cm)

    C. Skema Alat

    D. Analisa Data

    Persamaan awalnya adalah:

    =

    dengan:

    = jumlah siklus

    = konstanta fatigue

    = sudut tekukan

    = panjang tekukan

    = diameter bahan

    , , = tetapan

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    7/23

    a. ariasi sudut tekukan ( )

    ln = ln + ln + ln + ln 1

    y m x 1

    b. Variasi panjang ( )

    ln = ln + ln + c ln d + ln 2

    y m x 2

    c. Variasi diameter kawat (d)

    ln = + ln + ln + ln 3

    y m x 3

    c = perpotongan terhadap sumbu y sehingga diperoleh :

    + + ln 1 = 1 1 = ⋯

    + + ln 2 = 2 2 = ⋯

    + + ln 3 = 3 3 = ⋯

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    8/23

    BAB IV

    HASIL EKSPERIMEN

    A. Data Hasil Eksperimen

    1. Variasi sudut tekukan

    = 35 mm; = 0,130 mm

    (o derajat) n (cacah)

    15

    20

    25

    50

    17

    4

    2. Variasi panjang tekukan

    = 20 o; = 0.145 mm

    (mm) n (cacah)

    30

    35

    40

    4

    23

    119

    3. Variasi diameter kabel

    = 20 o; = 40 mm

    (mm) (cacah)

    0.0850.145

    0.175

    222

    33

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    9/23

    B. Grafik

    1. Grafik pada variasi sudut tekukan

    2. Grafik pada variasi panjang tekukan

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    10/23

    3. Grafik pada variasi diameter kabel/kawat

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    11/23

    C. Hasil Perhitungan Dari grafik didapatkan nilai-nilai :

    1. Untuk variasi sudut tekukan

    m = a = -4.90

    C1= 17.29

    2. Untuk variasi jarak tekukan

    m = b = 11.66

    C2 = -38.29

    3. Variasi diameter kabel

    m = c = 4.03

    C3 = 10.65

    Dari perhitungan diperoleh nilai-nilai:

    1 = 4,95

    2 = 5,6 10 − 17

    3 = 4,89 10 1

    = 4.95 (− 4,90) (− 38,29) 10,65

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    12/23

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Patah yang terjadi pada komponen konstruksi akibat pembebanan yang

    berulang-ulang (beban dinamis) disebut patah lelah atau fatigue. Mekanisme patah

    lelah terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap awal terjadinya retakan (crack initiation),

    tahap penjalaran retakan (crack propagation) serta patah akhir atau patah statis

    akibat dari penampang yang tersisa tidak mampu lagi menerima beban.

    Memperkirakan umur lelah suatu komponen adalah sulit. Kesukaran inidisebabkan oleh banyaknya factor yang mempengaruhi umur lelah. Faktor-faktor

    tersebut adalah:

    1.Beban

    2.Kondisi material

    3.Proses pengerjaan

    4.Bentuk dan ukuran komponen

    5.Temperatur operasi

    6.Kondisi lingkungan

    Umur lelah biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus tegangan yang

    dicapai sampai spesimen atau komponen patah. Dengan demikian umur total

    tersebut telah mencakup pula tahap awal retakan dan penjalaran retakan yang bila

    telah cukup jauh penjalarannya akan menyebabkan patah menjadi dua. Selain itu

    data kelelahan lain yang penting adalah laju penjalaran retakan (crack growth

    rate). Laju penjalaran retakan inilah yang datanya dapat dipakai untuk

    memperkirakan umur lelah.

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    13/23

    Uji lelah yang sederhana dilakukan dengan memberikan pembebanan atau

    tegangan yang relatif sederhana, yaitu beban uniaksial atau lenturan. Dengan

    beban tersebut akan diperoleh tegangan tarik dan tegangan tekan yang

    berfluktuasi. Baja memiliki batas kelelahan (fatigue limit) atau batas ketahanan

    (endurance limit) yang jelas, sedangkan alumunium tidak mempunyai batas

    kelelahan yang jelas.

    Batas kelelahan adalah batas tegangan yang akan memberikan umur lelah

    yang tidak berhingga. Adanya bagian komponen yang tidak kontinyu, misalnya

    akibat adanya takikan atau lubang ataupun goresan yang dalam akan

    menyebabkan pemusatan tegangan. Pengaruh adanya takikan terhadapkarakteristik kelelahan dinyatakan dengan faktor takikan terhadap kelelahan

    (fatigue notch factor) K f :Harga kekuatan lelah pada kedua jenis spesimen tersebut

    diatas diambil pada jumlah siklus yang sama. Cara lain untuk menyatakan

    pengaruh takikan adalah dengan sensitivitas takikan terhadap kelelahan (fatigue

    notch sensitivity) q : Pada tingkat tegangan yang rendah serta jumlah siklus yang

    tinggi, banyak logam yang menunjukkan kapekaan terhadap takikan. Disisi lain

    hal ini tidak berlaku pada logam yang ulet. Tegangan lokal yang tinggi akan

    menyebabkan terjadinya deformasi plastis setempat, sehingga tegangan yang

    bekerja menjadi lebih rendah daripada kalau hanya di daerah elastis

    Pada eksperimen atau praktikum Pengukuran Tingkat kelelahan

    bahan(fatique) menggunakan metode perhitungan atau rumus dan menggunakan

    grafik. Metode grafik yang digunakan yaitu menggunakan program KaleidaGraph.

    Dengan metode grafik ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

    kelebihanya antara lain adalah

    1. lebih mudah untuk dipahami

    2. lebih cepat menentukan nilai

    3. relative lebih sederhana dari pada metode lain

    4. praktikan juga dapat mempunyai gambaran dari data yang telah didapatkan

    sedangkan kelemahanya yaitu

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    14/23

    1. hanya mencakup baberapa data

    2. kekurang akuratan dalam menentukan nilai karena keterbatasan skala

    Pada eksperimen kali ini kita mempelajari pengukuran kelelahan suatu bahan atau yang lebih dikenal dengan fatigue. Pengukuran fatigue bahan

    bertujuan untuk mengetahui daya tahan suatu bahan logam terhadap perlakuan

    tekukan yang diberikan oleh alat yang kita gunakan pada eksperimen ini yaitu

    cord bending fatigue tester . Bahan yang kita gunakan adalah kabel dengan

    diameter kawat didalamnya beragam. Kabel kita beri tekanan dan tarikan berulang

    secara konstan sehingga kabel mendapatkan gaya atau tegangan siklik yang

    mengenainya. Setelah kabel dikenai sejumlah siklus gaya tertentu, kabel akan

    mengalami patah. Nilai cacah siklus yang tertera pada counter pada saat keadaan

    patah tersebut menunjukkan bahwa bahan tersebut memiliki umur fatigue. Yaitu

    dimana bahan sudah tidak mampu lagi menahan tekanan dan tarikan yang

    menimpanya.

    Kita mempelajari pengaruh besarnya sudut tekukan, panjang tekukan dan

    diameter bahan terhadap umur fatigue bahan tersebut. Jika variasi sudut tekukan

    makin besar, nilai cacah menunjukkan makin sedikit/kecil. Hal ini berarti bahwasemakin besar sudut tekukan maka umur kelelahan suatu bahan akan semakin

    kecil. Pada variasi nilai panjang, saat panjang tekukan makin besar, nilai cacah

    makin besar. Seharusnya semakin panjang tekukan maka semakin cacahnya

    semakin kecil. Hal ini jelas terjadi karena beban yang menimpa suatu bahan yang

    lebih panjang maka beban tersebut akan menyebar merata pada bahan sehingga

    cepat patah, maka daya tahan bahan dengan panjang tekukan yang besar akan

    seamakin kecil. Dan pada variasi diameter bahan, jika makin besar diameter bahantersebut, logikanya akan diperlukan lebih banyak waktu untuk bertahan terhadap

    perlakuan tekukan alat. Dalam eksperimen atau praktikum ini terbukti bahwa

    semakin besar diameter kawat, maka n cacah juga semakin besar.

    Pada hasil perhitungan didapatkan konstanta fatigue yang berbeda antara

    hasil percobaan dengan variasi sudut dan panjang tekukan serta diameter bahan.

    Seharusnya konstanta selalu sama nilainya karena bersifat konstan dan berupa

    tetapan. Ketidaktepatan hasil perhitunngan dengan logika dan teori yang ada

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    15/23

    dikarenakan beberapa faktor yang terjadi selama dilaksanakannya eksperimen.

    Faktor yang paling utama adalah karena tingkat kekencangan lower clamp dan

    support plate yang berbeda-beda antara percobaan yang satu dengan yang lain

    yang lebih bersifat obyektif. Sehingga data yang didapat juga tidak seakurat

    mungkin.

    Selanjutnya kita menentukan nilai konstanta fatiguenya dengan memilih

    dari perhitungan dengan data yang paling bagus. Kita pilih nilai dari percobaan

    dengan variasi sudut tekukan, karena data yang didapat lumayan bagus dan dari

    perhitungan, nilainya masuk akal.

    Pada eksperimen kali ini, khusuhnya pada eksperimen dengan variasi

    sudut tekukan dan variasi diameter bahan/kabel praktikan hanya memperoleh dua

    data. Sehingga kalau di plot ke dalam grafik linier tidak diperoleh ralat(gradien).

    Untuk itu, praktikan perlu menambah satu data lagi agar gradien ditemukan,

    sehingga perhitungan dapat dikerjakan dan diperoleh nilai-nilai konstanta.

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    16/23

    BAB VI

    APLIKASI DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KE DEPAN

    Dewasa ini semakin marak terjadinya permasalahan pada dunia

    penerbangan di Indonesia. Seringkali kita lihat di televisi maupun di surat kabar

    tentang kecelakaan pesawat ataupun masalah internal pada maskapai penerbangan

    (permasalahan birokrasi ataupun kebangkrutan suatu maskapai). Dalam tulisan ini

    saya akan lebih menjelaskan (dengan kemampuan dan pemahaman yang saya

    tahu) mengenai hubungan antara peranan kondisi material yang sering dipakai pada pesawat dengan penyebab kecelakaan pesawat.

    Ketidakpastian yang dihadapi industri pesawat terbang sampai 40 tahun

    lalu adalah pada kondisi material pesawat. Pemakai dan produsen sama-sama

    tidak tahu persis, penyebab yang pasti seringnya terjadi kecelakaan pesawat

    (apalagi dengan maskapai penerbangannya).Dalam hal ini, unsur material,

    merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses yang potensial

    menjadi penyebab kecelakaan bila tidak dikelola dengan benar. Akibatnya

    memang bisa fatal, kecelakaan pesawat terbang dapat terjadi karena kerusakan

    konstruksi pesawat yang tak terdeteksi.

    Kelelahan (fatique) pada bodi masih sulit dideteksi dengan keterbatasan

    perkakas. Titik rawan kelelahan ini biasanya p ada sambungan antara sayap dan

    badan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin. Elemen inilah yang

    mengalami guncangan keras dan terus-menerus, baik ketika tubuhnya lepas landasmaupun mendarat. Ketika lepas landas, sambungannya menerima tekanan udara

    (uplift) yang besar. Ketika menyentuh landasan, bagian ini pula yang menanggung

    empasan tubuh pesawat. Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari keretakan

    (crack).

    Titik rambat, terkadang dimulai dari ukuran yang sangat kecil

    (missal:0,005 milimeter) itu terus merambat. Semakin hari kian memanjang dan

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    17/23

    bercabang-cabang. Kalau tidak terdeteksi, taruhannya mahal, karena sayap bisa

    sontak patah saat pesawat tinggal landas.

    Dalam hal umur material, pembahasan berorientasi pada airframe. Prinsiputama yang dipakai adalah teori kelelahan material. Biasanya logam aluminium

    alloyying sering digunakan, karena dalam satu cycle operasi : take-off — flight –

    landing, airframe tidak mengalami beban yang statis. Harus diingat beban dinamis

    menghasilkan fatigue yang berujung pada kerusakan material pada beban yang

    jauh dibawah maksimum. Contohnya kita bisa memotong kawat baja dengan cara

    mengongkek sehingga lama-lama si kawat putus padahal gaya yang kita beri jauh

    dibawah kekuatan maksimal kawat tsb. Meskipun pesawat sipil terbang selama berjam-jam varia beban terbesar sebenarnya terjadi saat take-off dan landing. Jadi

    faktor terpenting adalah flight cycle (jam terbang juga berpengaruh namun usia

    fisik sama sekali tidak relevan). Artinya sebuah pesawat sipil dengan 20000 jam

    terbang yang hanya diakumulasi dari penerbangan jarak jauh (misal Singapura-

    Prancis) akan memiliki usia yang lebih muda daripada pesawat sipil berjenis sama

    dengan katakanlah 10000 jam terbang yang diakumulasi dalam penerbangan jarak

    pendek (misal Bandung-Makassar).

    Aplikasi fatigue juga digunakan dalam balap. Misalnya pada balap motor

    terbesar di dunia, mo toGP. Di arena balap motoGP setiap motor selalu ―dipaksa‖

    berkitir diatas 18000 rpm dan konsekuensinya motor akan memiliki kecepatan

    yang tidak lumrah jika dibandingkan dengan motor pada umumnya. Setiap motor

    motoGP rata-rata dipaksa berkitir pada kecepatan di atas 320 km per jam (rekor

    kecepatan terbaru di musim balap 2009 yang ditorehkan oleh Daniel Pedrosa di

    sirkuit Mugello-Italia tercatat 346 km per jam), sebuah kecepatan yang sangat gila

    untuk ukuran orang biasa. Anehnya, rekor kecepatan terbaru selalu ditorehkan

    pembalap di setiap tahun balap. Dan yang lebih aneh lagi, meskipun mesin

    motoGP berganti dari era 990cc (dari tahun 2000 hingga akhir tahun 2006)

    menjadi 800cc (pada awal 2007), setiap tahun justru rekor kecepatan terbaru

    muncul. Padahal secara nalar motor 800cc akan lebih pelan dari motor 990cc,

    namun para ahli membalikkan teori tersebut. Hal ini tentu tidak lepas dari peran

    para ahli material yang mampu menciptakan komposit yang memiliki umur

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    18/23

    fatigue yang semakin panjang, sehingga mesin tidak mudah jebol. Dengan

    ditemukannya komposit yang makin ‗sempurna‖, motor motoGP disetiap tahun

    seolah mengalami evolusi yang ―sempurna‖ karena motor makin kencang, namun

    makin memiliki daya tahan yang semakin tinggi. Namun riset mengenai material

    di dunia balap motoGP tidaklah murah, untuk membangun sebuah motor saja

    diperlukan dana sekitar 100 milyar rupiah. Padahal dibutuhkan pula dana

    perawatan dan riset berkelanjutan, hal inilah yang membuat balap motoGP mahal.

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    19/23

    BAB VII

    KESIMPULAN

    Fatigue bukan merupakan kejadian patahnya suatu bahan, tapi merupakan

    proses menuju patah.

    Fatigue terjadi karena pengulangan, oleh karena itu fatigue sangat erat

    kaitannya dengan siklus dan besarnya tegangan atau tekanan (stess) yang

    diberikan berulang-ulang.

    Hasil analisa grafik didapatkan nilai-nilai sebagai berikut:

    Dari grafik didapatkan nilai-nilai :

    1. Untuk variasi sudut tekukan

    m = a = -4.90

    C1= 17.29

    2. Untuk variasi jarak tekukan

    m = b = 11.66

    C2 = -38.29

    3. Variasi diameter kabel

    m = c = 4.03

    C3 = 10.65

    Dari perhitungan diperoleh nilai-nilai:

    1 = 4,95

    2 = 5,6 10 − 17

    3 = 4,89 10 1

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    20/23

    Dari eksperimen kali ini juga didapatkan persamaan umur fatigue bahan

    adalah: = 4.95 ( − 4,90) ( − 38,29) 10,65

    Hal yang dapat kita simpulkan dari eksperimen ini adalah

    1. Jika sudut tekukan makin besar, maka nilai cacah makin kecil.

    2. Jika nilai panjang tekukan makin besar, maka nilai cacah makin besar.

    3. Jika diameter bahan makin besar, maka cacah makin besar.

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    21/23

    DAFTAR PUSTAKA

    Staff Laboratorium Fisika Zat Padat.2011.Buku Penuntun Praktikum Eksperimen

    Fisika III. Yogyakarta:UGM.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wiki

    pedia.org/wiki/Fatigue_%28material%29&prev=/search%3Fq%3Dfatigue%26hl

    %3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3Dj4W%26rls%3Dorg.mozilla:en

    US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgIQEEceL7U14B_qFQIM8JmB5ZgkA

    elista.akprind.ac.id/.../2990_Bab_07_Mekanika_Perpatahan_III.ppt

    daryono.staff.umm.ac.id/files/2010/03/Perpatahan-dan- Kelelahan .ppt

    i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=6361

    http://sagabanget.wordpress.com/2009/12/04/penelitian-struktur-jembatan-ss-

    tomang-dan-ss-pluit-jalan-tol-dalam-kota

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    22/23

    LAMPIRAN

    Perhitungan

    1. Variasi sudut tekukan ; = 35 mm dan = 0,130 mm

    N ln ln n

    15

    20

    25

    50

    17

    4

    2.71

    2.99

    3.22

    3.91

    2.83

    1.39

    2. Variasi panjang tekukan ; = 20 o dan d=0,145 mm

    N ln ln n

    30

    35

    40

    4

    23

    119

    3.40

    3.56

    3.69

    1.39

    3.14

    4.78

    3. Variasi diameter kabel ; = 40 mm dan = 20 o

    d N ln ln n

    0.085

    0.145

    0.175

    2

    22

    33

    -2.46

    -1.93

    -1.74

    0.69

    3.09

    3.49

    Dari grafik didapatkan nilai-nilai :

    1. Untuk variasi sudut tekukan

    m = a = -4.90

    C1= 17.29

    2. Untuk variasi jarak tekukan

    m = b = 11.66

    C2 = -38.29

    3. Variasi diameter kabel

  • 8/9/2019 LAPORAN JADI FATIQUE(FZP-5).pdf

    23/23

    m = c = 4.03

    C3 = 10.6

    Analisa / Perhitungan dari grafik

    1. Pada variasi sudut tekukan:

    ln = ln + ln + ln + ln 1

    1

    = = − 4,90

    1 = 17,29; = 35 ; = 0,130

    ln 1 = 17,29 − 11,66 − 4,03 = 1.6

    1 = 4,95

    2. Pada variasi panjang tekukan:

    Ln = ln + ln + c ln d + ln 2

    2

    = = 11,66

    2 = − 38,29; = 20 ; = 0,145

    ln 2 = − 38,29 − − 4,90 − 4,03 = − 37,42

    2 = 5,6 10 − 17

    3. Pada variasi diameter kabel

    ln = + ln + ln + ln3

    3

    = = 4.03

    3 = 10.65; = 50 ; = 20

    ln 3 = 10.65 − 11.66 − (− 4.90) = 3.89

    3 = 4.89 10 1