laporan mikrosirkulasi jadi

32
MIKROSIRKULASI LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Fisiologi Hewan / Manusia yang dibina oleh Ibu Nuning Wulandari, S.Si, M.Si dan Drs. Soewolo, M.Pd Oleh : Kelompok 1 Offering C Anggrasti Megah Insani (130341614801) Christina Esserey (130341614780) Dwi Ayu Ningtyas (130341614847) Firmanti Syukuri Asri (130341614837) Tania Puspa Chandra (130341614839) Titis Sari (130341614784) Wawan Yuliandini (130341614844) UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Upload: dwi-ayu-ningtyas

Post on 18-Jul-2016

202 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

arteriola, kapiler dan venula

TRANSCRIPT

Page 1: laporan mikrosirkulasi jadi

MIKROSIRKULASI

LAPORAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Fisiologi Hewan / Manusia

yang dibina oleh Ibu Nuning Wulandari, S.Si, M.Si dan

Drs. Soewolo, M.Pd

Oleh :

Kelompok 1

Offering C

Anggrasti Megah Insani (130341614801)

Christina Esserey (130341614780)

Dwi Ayu Ningtyas (130341614847)

Firmanti Syukuri Asri (130341614837)

Tania Puspa Chandra (130341614839)

Titis Sari (130341614784)

Wawan Yuliandini (130341614844)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

November 2014

Page 2: laporan mikrosirkulasi jadi

A. Judul : Mikrosirkulasi

B. Tujuan :

Praktikum ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pemahaman tentang mikrosirkulasi pada katak dan

hewan yang memiliki sistem sirkulasi tertutup pada umumnya.

2. Meningkatakan pemahaman tentang pengaruh berbagai rangsangan

yang langsung diberikan secara lokal pada arteriola, kapiler dan

venula.

C. Dasar Teori

Mikrosirkulasi dari setiap organ diatur secara khusus untuk melayani organ

kebutuhan. Secara umum, masing-masing nutrisi organ arteri cabang memasuki

enam hingga delapan kali sebelum arteri menjadi cukup kecil untuk dapat disebut

arteriola, yang umumnya memiliki diameter internal hanya 10-15 micrometers.

Lalu arteriola sendiri bercabang dua sampai lima kali, mencapai diameter 5-9

mikrometer pada tujuan dimana mana keduanya menyuplai darah ke kapiler.

Arteriola sangat berotot, dan garis tengahnya dapat mengubah manyfold.

Metarterioles (arteriola terminal) tidak memiliki mantel otot yang terus-menerus,

namun mengelilingi serat otot polos pembuluh darah di intermiten poin. Pada titik

di mana masing-masing kapiler sejati berasal dari metarteriole, yang halus serat

otot biasanya mengelilingi kapiler. Ini disebut sfingter precapillary. Sfingter ini

dapat membuka dan menutup pintu masuk ke kapiler. Pada venula lebih besar dari

arteriola dan memiliki otot yang jauh lebih lemah mantel. Namun harus diingat

bahwa tekanan dalam venula jauh kurang dari itu dalam arteriola, sehingga masih

dapat kontrak venula cukup meskipun lemah otot. Ini susunan khas tempat tidur

kapiler tidak ditemukan di semua bagian tubuh. Namun, beberapa pengaturan

serupa melayani tujuan yang sama. Paling penting, metarterioles dan sfingter

precapillary berada dalam hubungan dekat dengan jaringan mereka layani. Oleh

karena itu, kondisi lokal dari jaringan-konsentrasi nutrisi, produk akhir dari

metabolisme, ion hidrogen, dan sebagainya-dapat menyebabkan langsung efek

pada pembuluh mengendalikan aliran darah lokal di setiap daerah jaringan kecil

(Ganong, 2002).

Page 3: laporan mikrosirkulasi jadi

Empat Primer hidrostatik dan osmotik koloid Tentukan Pasukan Gerakan

Fluida Melalui Membran kapiler. Kekuatan-kekuatan ini, disebut "Kekuatan

Starling" untuk menghormati fisiolog yang pertama kali menunjukkan pentingnya

mereka, adalah:

1) Tekanan kapiler (Pc), yang cenderung memaksa cairan keluar melalui

membran kapiler.

2) Tekanan fluida yang interstisial (PIF), yang cenderung untuk memaksa

cairan ke dalam melalui kapiler membran ketika pif positif tetapi keluar

ketika Pif adalah negatif.

3) Kapiler tekanan osmotik koloid plasma (Pp), yang cenderung

menyebabkan osmosis cairan batin melalui membran kapiler.

4) Fluida koloid interstisial tekanan osmotik (PIF), yang cenderung

menyebabkan fluida osmosis luar melalui membran kapiler.

Sistem sirkulasi berperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagai system

transportasi tubuh.pembuluh darah mengangkut dan mendistribusiakan darah yang

dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuhn akan O2 dan nutrient,

menyingkirkan zat-zat sisa dan penyampaian sinyal hormone. Arteri yang sangat

elastis mengangkut darah dari jantung ke jaringan dan berfungsi sebagai reservoir

tekanan untuk terus mendorong darah ke depan sewaktu jantung sedang

mengalami relaksasi dan pengisisan. Tekanan darah arteri rata-rata diatur secara

ketat agar penyampaian darah ke jaringan adekuat. Jumlah darah yang mengalir

melalui jaringan bergantung pada kaliber arteriol (pembuluh yang banyak

mengandung otot) yang memperdarahi jaringan tersebut. Kaliber arteriol dapat

diubah-ubah sehingga distribusi curah jantung dapat secara terus menerus

disesuaikan untuk secara maksimum memenuhi kebutuhan tubuh setiap saat.

Kapiler, yaitu pembuluh berdinding tipis dan berpori-pori, merupakan tempat

sesungguhnya untuk pertukaran antara darah dan jaringan di sekitarnya. Vena

yang sangat lentur mengembalikan darah ke jantung dan juga berfungsi sebagai

reservoir darah. (Ganong, 2002).

Semua darah yang dipompa oleh sisi kanan jantung mengalir ke paru untk

menyerap O2 dan mengeluarkan CO2. Darah yang dipompa oleh sisi kiri jantung

Page 4: laporan mikrosirkulasi jadi

dibag-bagi dalam berbagai perbandingan ke organ-organ sistemik melalui

pembuluh-pembuluh yang tersusun paralel dan bercabang dari aorta. Susunan ini

memastikan bahwa semua orga meneriman darah dengan komposisi yang sama

yaitu sebuah organ tidak menerima darah “sisa” yang telah melintasi organ lain.

Karena susunan paralel ini , aliran darah melalui setiap rgan sistemik dapat

disesuaikan dengan independen tanpa secara langsung mempengaruhi aliran darah

yang melewati organ lain.Aliran darah melalui pembuluh bergantung pada gradien

tekanan dan resistensi vaskuler. Sirkulasi sistemik dan paru masing-masing terdiri

dari system pembuluh yang tertutup. Mikrosirkulasi terdiri dari arteriola, kapiler,

venula (Ganong, 2002).

Arteri dan Arteriol

Dinding semua arteri terbuat dari lapisan luar jaringan ikat, adventitia; lapisan

tengah daripada otot polos, media; dan lapisan dalam, intima terbuat dari

endothelium dan didasari jaringan ikat. Dinding aorta dan arteri yang berdiameter

besar relatif mengandung banyak jaringan elastik. Dinding ini diregang selama

sistol dan mengalami recoil pada waktu diastol. Dinding arteriol mengandung

lebih sedikit jaringan elastik tetapi lebih banyak otot polos. Otot dipersarafi oleh

serat saraf adrenergik, yang merupakan vasokonstriktor dalam fungsinya dan pada

beberapa keadaan oleh serat kolinergik yang mendilatasi pembuluh. Arteriol

adalah tempat utama tahanan terhadap aliran darah dan sedikit perubahan pada

garis tengahnya membuat perubahan besar dalam tahanan perifer total (Ganong,

2002).

Kapiler

Arteriol dibagi menjadi pembuluh berdinding otot lebih kecil, kadang-kadang

disebut metarteriol, dan ini selanjutnya memberikan ke kapiler. Dalam beberapa

lapisan vaskular yang telah dipelajari secara rinci, metarteriol dihubungkan

langsung dengan venula oleh suatu pembuluh ramai kapiler (thoroughfare vessel)

dan kapiler asli suatu jalinan anastomose pada sisi cabang pembuluh ramai ini.

Lubang kapiler asli dikelilingi pada sisi hulu oleh sedikit otot polos sfingter

prekapiler. Tidak jelas apakah metarteriol dipersarafi, dan tampaknya bahwa

sfingter prekapiler tidak dipersarafi. Meskipun demikian, tentu saja mereka

Page 5: laporan mikrosirkulasi jadi

berespons terhadap bahan vasokontriktor baik lokal maupun yang beredar.

Diameter kapiler asli pada ujung arteri kira-kira 5 mm dan 9 mm pada ujung vena.

Bila sfringter berdilatasi, diameter kapiler cukup untuk dilalui sel darah umtuk

diperas “satu per satu”. Ketika melalui kapiler, sel darah merah menjadi berbentuk

bidal atau parasut, dengan aliran mendorong pusat sel darah merah lebih ke depan

dibandingkan pinggirnya. Konfigurasi ini muncul secara sederhana karena

tekanan pada pusat pembuluh, terlepas dari apakah ada atau tidak ada ujung sel

darah merah berkontak dengan dinding kapiler (Guyton & Hall, 2006).

Pada orang dewasa, luas total semua dinding kapiler dalam tubuh melebihi

6300 mm3. Dinding, yang tebalnya sekitar 1 mikrometer, terbuat dari satu lapis sel

endotel. Struktur dinding bervariasi dari satu organ ke organ lain.di banyak

jaringan vaskular, termasuk jaringan otot rangka, jantung, dan otot polos, taut

antara sel endotel memungkinkan lewatnya molekul yang berdiameter sampai 10

nanometer. Diperkirakan juga bahwa plasma dan protein yang larut di dalamnya

diserap melalui endositosis, diangkut melalui sel endotel, dan dikeluarkan melalui

eksositosis. Akan tetapi, proses ini hanya berlaku bagi sebagian kecil transportasi

yang melintasi endotel. Di otak, kapiler menyerupai kapiler di otot, tetapi taut

antara sel endotelnya lebih ketat dan transportasi melalui sel-sel ini umumnya

sangat terbatas untuk molekul berukuran kecil. Di kebanyakan kelenjar endokrin,

viliusus, dan sebagian dari ginjal, sitoplasma sel endotel menipis dan membentuk

celah yang disebut fenestrasi. Fenestrasi (pori-pori) ini berdiameter 10-100 nm.

Fenetrasi ini memungkinkan lewatnya molekul yang relatif besar dan membuat

kapiler seperti berpori. Kecuali di kapiler glomerulus, kapiler tersebut tampak

ditutupi oleh suatu membran tipis. Akan tetapi, disejumlah jaringan, dengan

teknik rapid freeze-fracture (fraktur beku cepat) dapat dibuktikan bahwa

membran ini bersifat discontinuous dan terdiri atas suatu bagian pusat yang

dihubungkan oleh jari-jari membran ke tepi fenestrasi. Di hati, dengan sinusoid

kapiler yang sangat berpori, endotel tidak bersifat continu dan terdapat celah besar

antara sel endotel yang tidak ditutupi oleh membrane. Sebagian dari celah ini

berdiameter 600 nm dan lainnya berdiameter 3000 nm. Permebilitas kapiler dalam

berbagai bagian tubuh dinyatakan dalam bentuk konduktifitas hidroliknya

(Guyton & Hall, 2006).

Page 6: laporan mikrosirkulasi jadi

Kapiler dan venula pascakapiler memiliki perisit di luar sel endotel. Sel ini

memiliki tonjolan panjang yang melapisi sekeliling pembuluh. Sel-sel ini bersifat

kontraktil dan melepaskan bermacam zat vasiaktif. Sel-sel ini juga menyintesis

dan melepaskan konstituen membran basal dan matriks ekstrasel. Salah satu

fungsi faali parisit tampaknya adalah pengaturna aliran memlaui taut antar sel

endotel, terutama pada saat peradangan terjadi. Prisit berhubungan erat dengan sel

mesangium di glomerulus ginjal (Guyton & Hall, 2006).

Venula dan Vena

Dinding venula hanya sedikit lebih tebal dibandingkan dinding kapiler.dinding

vena juga tipis dan mudah meregang. Dinding tersebut mengandung otot polos

yang relative sedikit, tetapi berkonstriksi kuat bila mendapat rangsangan dari saraf

noradrenergic vena dan vasokonstriktor darah seperti endotelin. Setiap orang yang

mengalami kesukaranm untuk melakukan fungsi vena dapat melihat venosfasme

local pada vena superficial lengan bawah akibat adanya cedera.variasi tonus vena

penting dalam penyesuaian sirkulasi (Sherwood, 2001).

Intima pembuluh vena anggota berat melipat pada jarakt tertentu untuk

membuat katup vena yang mencegah aliran balik. Tidak terdapat katup pada vena

yang sangat kecil, vena besar, atau vena di otak dan organ dalam (Sherwood,

2001).

Kecil pertukaran pembuluh (10-50 μ) yang terdiri dari sel endotel dikelilingi

oleh membran basal (postcapillary terkecil venula) dan otot polos (venula

lebih besar). Cairan dan makromolekuler terjadi pertukaran venular paling

mencolok di persimpangan.

Sympathetic persarafan yang lebih besar venular venula dapat mengubah nada

yang berperan dalam mengatur tekanan hidrostatik kapiler. Terminal limfatik.

Composed dari celah interselular endotelium dengan dikelilingi oleh ruang

bawah tanah sangat permeabel membran dan ukuran mirip venula - akhir

limfatik terminal sebagai kantung buta.

Besar limfatik juga memiliki sel-sel otot polos.

Spontan dan diaktifkan stretch vasomotion hadir yang berfungsi untuk

"pompa" limfe.

Sympathetic saraf dapat memodulasi vasomotion dan menyebabkan kontraksi.

Page 7: laporan mikrosirkulasi jadi

Satu-cara katup limfe langsung dari jaringan dan akhirnya kembali ke sirkulasi

sistemik melalui duktus toraks dan subklavia vena (2-4 liter / hari kembali).

Sistem sirkulasi sangat penting dalam mempertahankan hidup. Fungsi

utamanya adalah menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel, serta

mengangkut zat buangan seperi karbon dioksida. Pada negara berkembang, dua

kejadian kematian utama disebabkan oleh infark miokardium dan stroke pada

sistem pembuluh nadi, misalnya arterosklerosis (Sherwood, 2001).

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat dan papan seksi

Triplek berlubang

Mikroskop cahaya

Lampu spiritus

Jarum bundel

Pipet tetes

Gelas piala 100 ml

Korek api

2. Bahan

Katak hijau

Kapas

Larutan Ringer

Epinefrin 1/5000

Adrenalin

Asetilkolin 1/5000

Asam asetat 1%

Kertas isap

Air hangat dan dingin

Page 8: laporan mikrosirkulasi jadi

F. DATA

1. Pengamatan Mikrosirkulasi pada Selaput Renang Katak

NO PERLAKUAN ARTERIOLA KAPILER VENULA

1. Dalam keadaan

normal

Kecepatan

aliran eritrosit

sedang (+++)

Kecepatan aliran

eritrosit lambat (+

+)

Kecepatan aliran

eritrosit cepat (+

+++)

2. Ditetesi air

dingin

Kecepatan

aliran eritrosit

melambat (++)

Kecepatan aliran

eritrosit melambat

(+)

Kecepatan aliran

eritrosit

melambat (+++)

3. Ditetesi air

hangat

Kecepatan

aliran eritrosit

meningkat cepat

(++++)

Kecepatan aliran

eritrosit meningkat

cepat (+++)

Kecepatan aliran

eritrosit

meningkat cepat

(+++++)

Page 9: laporan mikrosirkulasi jadi

4. Ditetesi

adrenalin

Kecepatan

aliran eritrosit

meningkat cepat

(++++++)

Kecepatan aliran

eritrosit meningkat

cepat (+++++)

Kecepatan aliran

eritrosit

meningkat cepat

(+++++++)

5. Ditetesi asetil

kolin

Kecepatan

aliran eritrosit

melambat (+)

Kecepatan aliran

eritrosit melambat

(+)

Kecepatan aliran

eritrosit

melambat (++)

6. Ditetesi asam

asetat

Kecepatan

aliran eritrosit

meningkat cepat

(+++++)

Kecepatan aliran

eritrosit meningkat

cepat (++++)

Kecepatan aliran

eritrosit

meningkat cepat

(++++++)

Page 10: laporan mikrosirkulasi jadi

G. Analisi Data

Pada pengamatan pertama, kami menguji tentang mikrosirkulasi pada selaput

renang katak, katak di single pith terlebih dahulu kemudian di bungkus tubuh

katak dengan kapas basah lalu dibungkus pula dengan plastik. Direntangkan

selaput renang salah satu kaki belakang sehingga selaput terletak antara sumber

cahaya dan lensa obyektif, kemudian diamati dan digambar pembuluh darahnya

serta ditentukan arteriola, kapiler dan venulanya. Dalam keadaan normal atau

sebelum diberi perlakuan dengan diberi tetesan apapun, terlihat adanya arteriola,

kapiler dan venula dengan urutan diameter pembuluh darah dari yang terkecil

hingga yang besar yaitu kapiler, arteriola dan venula. Kecepatan aliran eritrosit

pada arteriola sedang (+++), pada kapiler kecepatan aliran eritrositnya lambat (+

+) sedangkan pada venula kecepatan aliran eritrosit cepat (++++). Jadi dapat

disimpulkan, dalam keadaan normal kecepatan aliran eritrosit yang paling cepat

ada pada venula, pada arteriola lebih lambat dari venula dan kapiler lebih lambat

daripada arteriola.

Pengamatan selanjutnya, selaput renang katak diberi perlakuan dengan ditetesi

secara bergantian, yang pertama ditetesi dengan air dingin. Terlihat pada arteriola

kecepatan aliran eritrositnya melambat (++), pada kapiler kecepatan aliran

eritrositnya melambat (+) dan pada venula kecepatan aliran eritrositnya juga

melambat (+++). Kesimpulan sementara yang didapat yaitu penetesan air dingin

menurunkan kecepatan aliran eritrosit pada arteriola, kapiler dan venula.

Perlakuan kedua yaitu dengan penetesan dengan air hangat pada selaput

renang katak yang sama dengan pengamatan dalam keadaan normal kemudian

dilihat kecepatan aliran eritrosit pada pembuluh darah. Pada arteriola kecepatan

aliran eritrosit meningkat cepat (++++), pada kapiler kecepatan aliran eritrositnya

meningkat cepat (+++) sedangkan pada venula juaga kecepatan aliran eritrositnya

meningkat cepat (+++++). Kesimpulan yang didapat yaitu penetesan air hangat

pada selaput renang katak mempercepat aliran eritrosit pada arteriola, kapiler dan

venula. Perlakuan ketiga yaitu dengan penetesan adrenalin pada daerah selaput

renang katak yang sama dengan pengamatan dalam keadaan normal kemudian

dilihat kecepatan aliran eritrosit pada pembuluh darah. Pada arteriola kecepatan

Page 11: laporan mikrosirkulasi jadi

aliran eritrosit lebih meningkat cepat (++++++), pada kapiler kecepatan aliran

eritrositnya lebih meningkat cepat (+++++) sedangkan pada venula juaga

kecepatan aliran eritrositnya juga lebih meningkat cepat (+++++++). Kesimpulan

yang didapat yaitu penetesan adrenalin pada selaput renang katak dapat lebih

mempercepat aliran eritrosit pada arteriola, kapiler dan venula.

Perlakuan keempat dengan penetesan asetikolin 1/5000 pada selaput renang

katak yang sama dengan pengamatan dalam keadaan normal kemudian dilihat

kecepatan aliran eritrosit pada pembuluh darah. Pada arteriola kecepatan aliran

eritrosit melambat (+), pada kapiler kecepatan aliran eritrositnya melambat (+)

sedangkan pada venula juaga kecepatan aliran eritrositnya melambat (++).

Kesimpulan yang didapat yaitu penetesan asetikolin pada selaput renang katak

dapat memperlambat atau menurunkan aliran eritrosit pada arteriola, kapiler dan

venula. Perlakuan terakhir yaitu dengan penetesan asam asetat 1% pada daerah

selaput renang katak yang sama dengan pengamatan dalam keadaan normal

kemudian dilihat kecepatan aliran eritrosit pada pembuluh darah. Pada arteriola

kecepatan aliran eritrosit meningkat cepat (+++++), pada kapiler kecepatan aliran

eritrositnya meningkat cepat (++++) sedangkan pada venula juaga kecepatan

aliran eritrositnya juga meningkat cepat (++++++). Kesimpulan yang didapat

yaitu penetesan asam asetat 1 % pada selaput renang katak dapat mempercepat

atau meningkatkan aliran eritrosit pada arteriola, kapiler dan venula.

Pada percobaan mikrosirkulasi pada lidah katak, setelah menemukan

pembuluh darahnya kemudian dibedakan antara pembuluh arteriola, venula dan

kapiler. Setelah menentukan mana pembuluh arteriola, venula dan kapiler, lidah

katak mulai diberi perlakuan kedua yaitu ditetesi dengan air hangat kemudian

diamati di bawah mikroskop. Setelah ditetesi air hangat pembuluh arteriol dan

vena mengalami perubahan yaitu pembuluhnya semakin melebar dan aliran

darahnya menjadi lebih cepat. Sedangkan pembuluh kapiler hanya mengalami

perubahan pada kecepatan aliran darahnya yakni menjadi lebih cepat pula. Hal ini

menunjukkan bahwa air hangat memperlebar pembuluh darah dan mempercepat

aliran darahnya.

Page 12: laporan mikrosirkulasi jadi

Pada Praktikum mikrosirkulasi dengan lidah katak, yang ditetesi air dingin

dapat disimpulkan sementara bahwa pada pembuluh darah arteriola yang ditetesi

air dingin aliran darah semakin lambat dan pembuluh darah semakin sempit jadi,

pemberian air dingin berpengaruh terhadap aliran darah dan ukuran pembuluh

darah arteriola. Pada pembuluh darah kapiler yang ditetesi air dingin aliran darah

semakin lambat dan pembuluh darah smakin sempit maka pemberian air dingin

berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya aliran darah dan volume pembuluh

darah kapiler. Pada pembuluh darah venula yang diberi tetesan aliran dingin aliran

darah semakin lambat dan pembuluh darah smakin sempit maka pemberian air

dingin berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya aliran darah dan volume

pembuluh darah venula.

Setelah perlakuan kedua lidah katak terebih dahulu diberi ringer dan ditunggu

hingga aliran darahnya kembali normal. Setelah lidah katak normal, kemudian

diberi perlakuan ketiga yaitu ditetesi dengan larutan epinefrin kemudian diamati

di bawah mikroskop. Setelah ditetesi larutan epinefrin pembuluh arteriol dan vena

mengalami perubahan yaitu pembuluhnya melebar dan aliran darahnya menjadi

sangat cepat. Sedangkan pembuluh kapiler hanya mengalami perubahan pada

kecepatan aliran darahnya yakni menjadi sangat cepat. Hal ini menunjukkan

bahwa larutan epinefrin memperlebar pembuluh darah dan mempercepat aliran

darahnya.

Pertama, mengamati pembuluh darah lidah katak pada saat normal, yaitu :

kecepatan aliran darah tercepat pada venula, kemudian arteriola , dan yang paling

lambat adalah kapiler darah. Perlakuan keempat, pada lidah katak ditetesi dengan

asetilkolin diperoleh data bahwa pada arteriola kecepatan aliran darahnya (++),

pada venula kecepatan aliran darah (++), dan pada kapiler .kecepatan aliran

darahnya (++). Kesimpulan sementaranya adalah pada pemberian asetilkolin

menurunkan kecepatan aliran darah (semakin lambat) dibandingkan dengan

keadaan normal dan saat diberi epinefrin.

Pada perlakuaan terakhir yakni saat diberi asam asetat 1%, pada arteriola

kecepatan aliran darahnya (++), pada venula kecepatan aliran darah (++), dan

pada kapiler darah kecepatan aliran darahnya (++) atau tidak terjadi perubahan.

Page 13: laporan mikrosirkulasi jadi

Kesimpulan sementara yang didapat adalah pemberian asam asetat 1% tidak

berpengaruh pada kecepatan aliran darah. Jadi, dapat disimpulkan sementara

bahwa dalam penetesan beberapa macam rangsangan yang langsung diberikan

pada arteriol, venula dan kapiler darah mampu mempercepat atau menurunkan

kecepatan aliran darah pada ketiga pembuluh tersebut.

H. Pembahasan

Pada percobaan mikrosirkulasi ini dilakukan pada selaput renang dan

mesentrium katak, yaitu dengan mengamati pembuluh darah yang ada. Pada

percobaan ini membutuhkan jaringan yang masih hidup, karena akan mengamati

aliran darahnya. Dalam pengamatan yang dilakukan dibawah mikroskop ini

ditemukan tiga jenis pembuluh darah, yaitu venula , kapiler, dan arteriol. Dari

ketiga pembuluh darah tersebut didapatkan ciri-ciri dari venula adalah berwarna

merah, diameternya sedang, arah aliran darah ke luar organ dan menuju jantung,

dan kecepatan aliran darahnya cepat, sertajumlah sel darah merah yang melewati

banyak. Untuk pembuluh kapiler mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna merah

muda, diameternya paling kecildiantara 3 tipe ini, arah aliran darahnya keluar

organ dan menuju jantung,dan kecepatan aliran darahnya lambat, serta jumlah sel

darah merah yangmelewati hanya satu sel. Pada arteriol mempunyai ciri-ciri

berwarnamerah pekat, diameternya paling besar diantara tiga tipe, aliran

darahnyakearah organ dan meninggalkan jantung, kecepatan aliran darahnya

sedang,serta jumlah sel darah merah yang melewati banyak.

Pada pengamatan yang kami lakukan dengan perlakuan diberi tetesan air

dingin menunjukkan kecepatan darah yang melambat yaitu yang paling lambat

adalah kapiler. Hal ini disebabkan mengkerutnya otot-otot polos pada pembuluh

darah karena terkana air dingin. Sehingga diameter pembuluh darah menjadi kecil

yang disebut vasokontriksi. Mengecilnya pembuluh darah ini menyebabkan

resistensi arteriol meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah (Sherwood,

2001).

Pada perlakuan berikutnya yaitu diberi air hangat dimana hasil yang kami

amati kecepatan darah menjadi menjadi lebih cepat dan yang paling cepat adalah

Page 14: laporan mikrosirkulasi jadi

Venula. Hal ini disebabkan pada saat diteteskan air panas, aliran darah lebih cepat

karena air panas membuat dinding pembuluh darah menjadi lemas dan mudah

membesar (vasodilatasi). Vasodilatasi juga menyebabkan penurunan resistensi

arteriol, sehingga akan lebih banyak darah yang mengalir ke daerah-daerah

dengan resistensi arteriol rendah (Sherwood, 2001). Pada perlakuan berikutnya

selaput diberi tetesan larutan adrenalin, hasil yang kami dapatkan adalah

kecepatan darah menjadi lebih cepat, dimana yang paling cepat adalah venula.

Setelah diteteskan epinefrin, kecepatan aliran darah meningkat pada

arteriola,kapiler darah, dan venula. Hal ini sesuai dengan teori yang telah

dikemukakan. Menurut Aminah (2011), pada penambahan adrenalin/epinephrine

terjadi peristiwa vasokonstriksi yang mengakibatkan penyempitan diameter

pembuluh darah, sehingga kecepatan aliran darah meningkat. Mekanisme

terjadinya vasokonstriksi adalah sama seperti pada perangsangan saraf simpatis,

namun menggunakan faktor stimulan dengan menambahkan

adrenalin/epinephrine pada percobaan ini sehingga reflex yang mengatur tekanan

arteri, sehingga tekanan meningkat. Adrenalin/ epinephrine beredar di dalam

darah selama satu sampai tiga menit sebelum dirusak, jadi mempertahankan

eksitasi sirkulasi yang agak memanjang. Hormon-hormon ini dapat mencapai

beberapa bagian sirkulasi yang tidak mempunyai persarafan simpatis sama sekali,

termasuk pembuluh darah sangat kecil seperti meta- arteriole. Dan hormon-

hormon ini mempunyai aksi yang sangat kuat pada beberapa jaringan vascular.

Hal ini yang membuat aliran darah pada selaput katak menjadi meningkat

kecepatannya. Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi

pembuluh darah arteri dan memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga

menimbulkan tekanan darah naik seketika dan berakhir dalam waktu pendek.

Hormon epinefrin menyebar diseluruh tubuh, dan menimbulkan tanggapan yang

sangat luas, yaitu laju dan kekuatan denyut jantung meningkat sehingga tekanan

darah meningkat, kadar gula darah danlaju metabolisme meningkat, bronkus

membesar sehingga memungkinkan udara masuk dan keluar paru-paru lebih

mudah, pupil mata membesar, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti dengan

rambut berdiri (Sutikno, 2009).

Page 15: laporan mikrosirkulasi jadi

Pada perlakuan berikutnya yaitu selaput katak diberi tetesan larutan asetil

kolin dimana dari hasil yang kami amati kecepatan darah menjadi melambat. Hal

ini dikarenakan Asetilkolin adalah suatu senyawa ammonium kuartener yang tidak

mampu menembus membrane. Walaupun sebagai neutransmiter saraf

parasimpatis dan kolinergik, namun dalam terapi zat ini kurang penting karena

beragam kerjanya dans angat cepat diinaktifkan oleh asetilkolinesterase.

Aktivitasnya berupa muskarinik dan nikotinik kerjanya pada saluran pencernaan

dapat meningkatkan sekresi saliva, memacu sekresi dan gerakan usus (Mycek,

2001).

Pada perlakuan berikutnya dengan diberikan tetesan larutan asam asetat dari

hasil pengamatan yang kami lakukan kecepatan aliran darah menjadi bertambah

lebih cepat, hal ini dikarenakan penetesan asam lemah (asam cuka/ asam asetat)

dapat merangsang potensial aksi otot polos dan meningkatkan produksi Ca2+

sitosol yang diproduksi di Retikulum Endoplasmic system. Dengan meningkatnya

kadar Ca2+, otot polos berkontraksi. Kontraksi tiba-tiba inilah yang memompa

darah pada area tersebut untuk terdorong ke depan dan mempercepat aliran darah.

Sehingga kecepatan darah menjadi lebih cepat (Mycek, 2001).

Pada praktikum ini kami membahas mengenai mikrosirkulasi, dimana kami

satu kelompok mengamati tempat terjadinya kontak dan pertukaran zat antara

darah dengan jaringan tubuh. Mikrosirkulasi merupakan peredaran darah kecil

yang paling utama yang terdiri dari pembuluh darah arteriol, venula dan kapiler

darah yang hanya dapat dilihat secara mikroskopis karena berukuran sangat kecil.

Oleh karena itu, dalam pengamatan ini kami menggunakan mikroskop sebagai alat

bantu pengamatan saat praktikum. Kapiler merupakan tempat persisnya

pertukaran tersebut dimana ia merupakan pembuluh darah yang tipis dan tembus

cahaya. Pada lidah dan selaput renang katak merupakan bagian yang sangat cocok

untuk tempat pengamatan. Diameter pembuluh darah halus (arteriol, kapiler dan

venula) dapat dikenali dari jumlah sel darah merah yang berbaris di dalamnya dan

juga kecepatan aliran darahnya (Tim Pembina MK Fisiologi Hewan, 2012).

Pengaruh rangsang terhadap kecepatan aliran darah  diberi lima perlakuan,

yaitu tanpa perlakuan (normal), pemberian air dingin, pemberian air hangat,

Page 16: laporan mikrosirkulasi jadi

pemberian epinefrin, pemberian asetil kolin, dan pemberian asam asetat. Pada

pengamatan mesenteron katak, didapatkan hasil bahwa dalam keadaan normal

kecepatan aliran darah tercepat pada venula, kemudian arteriola, dan yang paling

lambat adalah kapiler. Hal ini memang kurang tepat dengan teori yang telah

disebutkan sebelumnya bahwa pada kecepatan aliran darah yang paling cepat

adalah  arteriol, dan yang paling lambat adalah venula. Sedangkan kapiler darah

mempunyai kecepatan sedang (Sherwood, 2001).

Saat diteteskan air dingin, aliran darah menjadi lambat. Hal ini disebabkan

mengkerutnya otot-otot polos pada pembuluh darah karena terkana air dingin.

Sehingga diameter pembuluh darah menjadi kecil yang disebut vasokontriksi.

Mengecilnya pembuluh darah ini menyebabkan resistensi arteriol meningkat dan

terjadilah penurunan aliran darah (Sherwood, 2001). Bisa juga kemungkinan

karena darah menjadi lebih kental, sehingga aliran darah menjadi lambat.

Pada saat diteteskan air panas, aliran darah lebih cepat karena air panas

membuat dinding pembuluh darah menjadi lemas dan mudah

membesar (vasodilatasi). Hal ini disebabkan karena terjadi vasodilatasi.

Vasodilatasi mengacu pada pembesaran diameter lingkaran pada arteriol dan jari-

jari pembuluh akibat melemasnya lapisan otot polos (penurunan kontraksi otot

polos sirkuler di dinding arteriol). Vasodilatasi juga menyebabkan penurunan

resistensi arteriol, sehingga akan lebih banyak darah yang mengalir ke daerah-

daerah dengan resistensi arteriol rendah (Sherwood, 2001). Pengaruh fisik lokal

berupa suhu tinggi/panas juga berpengaruh terhadap besar/kecilnya pembuluh

darah, khususnya arteriol. Suhu tinggi menyebabkan otot polos dinding pembuluh

berelaksasi/melemas. Hal ini menyebabkan pembesaran jari-jari pembuluh

darah,resistensi pun menurun, sehingga aliran darah yang melalui pembuluh darah

yang bersangkutan pun meningkat.

Perlakuan ketiga adalah ditetesi dengan larutan epinefrin. Setelah diteteskan

epinefrin, kecepatan aliran darah meningkat pada arteriola, kapiler darah, dan

venula. Menurut Bray (2003), pada penambahan adrenalin/epinephrine terjadi

peristiwa vasokonstriksi yang mengakibatkan penyempitan diameter pembuluh

darah, sehingga kecepatan aliran darah meningkat. Mekanisme terjadinya

Page 17: laporan mikrosirkulasi jadi

vasokonstriksi adalah sama seperti pada perangsangan saraf simpatis, namun

menggunakan faktor stimulant dengan menambahkan adrenalin/epinephrine pada

percobaan ini sehingga refleks yang mengatur tekanan arteri, akan menyebabkan

tekanan darah meningkat. Adrenalin/ epinephrin beredar di dalam darah selama

satu sampai tiga menit sebelum dirusak, jadi mempertahankan eksitasi sirkulasi

yang agak memanjang. Hormon-hormon ini dapat mencapai beberapa bagian

sirkulasi yang tidak mempunyai persarafan simpatis sama sekali, termasuk

pembuluh darah sangat kecil seperti meta arteriole dan hormon-hormon ini

mempunyai aksi yang sangat kuat pada beberapa jaringan vascular. Hal ini yang

membuat aliran darah pada lidah katak menjadi meningkat kecepatannya.

Epinefrin dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteri, memicu

denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika

dan berakhir dalam waktu pendek. Hormon epinefrin menyebar di seluruh tubuh,

dan menimbulkan tanggapan yang sangat luas, yaitu laju dan kekuatan denyut

jantung meningkat sehingga tekanan darah meningkat, kadar gula darah dan laju

metabolisme meningkat, bronkus membesar sehingga memungkinkan udara

masuk dan keluar paru-paru lebih mudah, pupil mata membesar, kelopak mata

terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri (Bray, 2003). Pada percobaan

kali ini hasil kami tidak sesuai dengan teori, yang disebabkan kurang teliti peneliti

dalam mengamati mikrosirkulasi lidah katak.

Pada saat lidah katak ditetesi oleh asetilkolin, pada pembuluh darah arteriol,

kapiler dan venula menjadi lambat (++) dibandingkan dengan keadaan normal dan

saat ditetesi dengan epinefrin. Pergerakan darah yang lambat ini disebabkan oleh

semakin menyempitnya pembuluh darah arteriol. Seperti pada literatur Tim

Pembina MK Fisiologi Hewan (2012) menyatakan bahwa kecepatan aliran darah

dalam kapiler dipengaruhi oleh perubahan diameter arteri dan arteriol. Di literatur

ini, juga dijelaskan bahwa arteriol dapat merespon langsung yang mengenainya

yang akan tampak pada perubahan diameternya.

Asetilkolin merupakan salah satu contoh neurotransmiter pada sinaps kimia

(Soewolo, 2005). Transmisi suatu impuls dari bonggol sinaps ke sel saraf

pascasinaps dicapai melalui pembebasan neurotransmitter dari vesikel-vesikel di

Page 18: laporan mikrosirkulasi jadi

dalam bonggol sinaps ke celah sinaps dan kemudian mempengaruhi membran

pascasinaps. Dengan adanya proses tersebut mengakibatkan transmisi impuls pada

sinaps kimia mengalami penundaan. Pascasinaps parasimpatis melepas asetilkolin,

yang bekerja pada reseptor muskarinik koligernik. Aktivasi parasimpatis

menyebabkan sekresi pada banyak kelenjar (misalnya kelenjar mukosa bronkus),

dan juga kontraksi (misalnya detrusor kandung kemih) atau relaksasi (misalnya

sfinger interna kandung kemih) otot polos, walaupun hanya sedikit efeknya pada

pembuluh darah (Ward et al, 2009).

Pada saat lidah katak ditetesi oleh asam asetat 1%, pada pembuluh darah

arteriol, kapiler dan venula memiliki kecepatan aliran darah tetap (++) atau tidak

mengalami perubahan berarti. Pergerakan darah ini disebabkan oleh perubahan

diameter arteri dan arteriol. Arteriol dapat merespon langsung yang mengenainya

yang akan tampak pada perubahan diameternya (Tim Pembina MK Fisiologi

Hewan, 2012).

Penetesan asam asetat 1% sebagai asam lemah dapat merangsang adanya

potensial aksi otot polos dan mampu meningkatkan produksi Ca2+ sitosol yang

diproduksi dalam sistem retikulum endoplasmik. Dengan meningkatnya kadar

Ca2+ otot polos pada dinding pembuluh darah menyebabkan dinding

pembuluh darah berkontriksi dan mengubah resistensi alirannya.

Akibat kontraksi inilah yang mendorong darah pada pembuluh darah

lebih cepat alirannya (Ward et al,2009).

Berdasarkan hasil pengamatan kami, pemberian asetat ini kurang

berarti dalam mempengaruhi kecepatan aliran darah, hal ini kurang

relevan dengan literatur Mycek (2001), yang menyatakan bahwa

pemberian asam mampu meningkatkan potensial aksi sehingga impuls

tersebut akan langsung menuju sistem saraf pusat untuk terjadi

pengkoordinasian gerakan organ tubuh. Hal ini disebabkan kurang

bersihnya dalam membersihkan larutan sebelumnya sehingga

berpengaruh pada kecepatan aliran darahnya. Selain itu, kami

mengalami kendala pada saat pengamatan yaitu semakin lama

pembuluh darah menjadi kabur dan tampak tak jelas aliran darahnya.

Page 19: laporan mikrosirkulasi jadi

I. Kesimpulan

1. Mikrosirkulasi merupakan tempat terjadinya kontak dan pertukaran zat antara

darah dan jaringan tubuh. Lidah, selaput renang, dan mesenteron katak

merupakan bagian terjadinya aliran darah melalui kapiler dan perubahannya

karena pengaruh eksperimental.

2. Pada selaput dengan perlakuan diberi air tetesan air dingin, kecepatan aliran

eritrosit menjadi lebih lambat sedangkan apabila diberikan air hangat kecepatan

aliran eritrosit menjadi lebih cepat.

3. Pada perlakuan selanjutnya dengan diberi tetesan larutan adrenalin pada selaput

renang katak, kecepatan aliran eritrosit menjadi lebih cepat, sedangkan apabila

diberi Asetil kolin kecepatan aliran eritrosit menjadi melambat.

4. Penetesan asam asetat pada selaput, meningkatkan/mempercepat kecepatan

aliran eritrosit.

5. Dalam keadaan normal, aliran eritrosit tercepat yang terlihat pada lidah katak

terjadi pada arteriola, lalu kapiler, dan yang terlambat adalah pada venula.

6. Setelah arteriola, kapiler, dan venula pada lidah katak ditetesi air dingin,

kecepatan aliran darah akan semakin lambat dari keadaan normal.

7. Penetesan dengan air panas pada lidah katak akan menyebabkan aliran darah

lebih cepat karena air panas membuat dinding pembuluh darah menjadi lemas

dan mudah membesar (vasodilatasi).

8. Larutan epinefrin yang diteteskan pada lidah katak, akan menyebabkan

terjadinya vasokonstriksi yang mengakibatkan penyempitan diameter

pembuluh darah, sehingga kecepatan aliran darah meningkat.

9. Pemberian asetilkolin pada lidah katak akan mengakibatkan kecepatan aliran eritrosit pada pembuluh darah arteriol, kapiler dan venula menjadi lambat karena menurut pengaturannya yang berasal dari saraf parasimpatis.

10.Pemberian asam setat 1% pada lidah katak akan menyebabkan

dinding pembuluh darah berkontriksi sehingga aliran eritrositnya

lebih cepat.

Page 20: laporan mikrosirkulasi jadi

Daftar Rujukan

Bray, J.J., Cragg, P. A., Mackninght, A. D., & Mills, R.G. 2003. HumanPhsiology Fourth Edition. Tokyo : Blackwell Printing.

Guyton & Hall. 2006. Text Book of Medical Phisiology. Elsevisier Saunders

Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Mycek, M.J. 1995. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi kedua. Jakarta: WidyaMedika.

Mycek, M.J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi kedua. Jakarta : Widya Medika.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sutikno. 2009. Hormon Epinefrin (Adrenalin). Surakarta : Universitas SebelasMaret Press.

Tim Pembina MK Fisiologi Hewan. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Malang : UM Press.

Ward, Jeremy; Clarke, Robert & Linden, Roger. 2009. At a Glance Fisiologi.

Jakarta : Erlangga