laporan isolasi etil-p-metoksisinamat dari kencur

5
Isolasi Etil-p-metoksisinamat dari Kencur (Kaemferia galanga L.) dan Sintesis Asam-p-metoksisinamat: Sintesis Turunannya dan Penetapan Struktur Airlangga Diandra Putra NIM 10512038 ; Kelas 02 ; Kelompok 3 [email protected] Abstrak Etil p-metoksisinamat adalah senyawa yang terkandung dalam kencur (Kaemferia galanga L.), senyawa ini dapat digunakan sebagai inhibitor untuk pertumbuhan kanker. Ekstrak dari rimpang kencur mempunyai kandungan antioksidan, anti-inflamasi dan analgesik. Etil p-metoksisinamat mudah diisolasi dan dimurnikan karena kadarnya yang cukup tinggi (tergantung spesiesnya) bisa sampai 10%. Isolasi dilakukan dengan cara merefluks serbuk kencur dalam waktu tertentu dan dilanjutkan dengan distilasi sederhana. Isolasi Etil p-metoksisinamat ini menghasilkan 2,53%, titik leleh 49 o C-51 o C, dan Rf 0,83 (eluen kloroform). Reaksi hidrolisis yang dilakukan pada Etil p- metoksisinamat dilakukan dengan refluks. Kristal yang diperoleh dari hidrolisis memiliki titik leleh 174 o C-175 o C, dan Rf 0,76 (eluen kloroform). Pembuatan Asam sinamat dilakukan dengan reaksi beserta pemanasan menghasilkan titik leleh 135 o C-136 o C dan Rf 0,73 (eluen kloroform). Berdasarkan titik leleh yang didapat, dapat disimpulkan kristal yang diperoleh memiliki kemurnian yang cukup tinggi. Kata kunci: Etil p-metoksisinamat, Kaemferia galanga L., Isolasi, Hidrolisis. Abstract Ethyl p-methoxycinnamate is a compound that can be found in rhizome (Kaemferia galanga L.), this compound effectively inhibit the growth of cancer. The rhizome extract contain antioxidant, anti inflammatory activites, and an analgesic. Ethyl p-methoxycinnamate can be easily isolated and purified because the amount of this compound in rhizome quite a lot (depend on species) up to 10%. Isolation done with reflux-ing rhizome powder for some time and continued by simple distillation. The isolation of Ethyl p-methoxycinnamate giving result 2.53%, melting point 49 o C-51 o C, and Rf 0.83 (chloroform as eluent). Hydrolysis done to Ethyl p-methoxycinnamate with reflux. The acquired crystal from hydrolysis possess melting point 174 o C-175 o C, and Rf 0.76 (chloroform as eluent). Synthesis of cinnamic acid done with reaction with heat giving melting point 135 o C-136 o C, and Rf 0.73. Based on the melting point, can be said that the acquired crystal have high percentage of purity. Keywords: Ethyl p-methoxycinnamate, Kaemferia galanga L., Isolation, Hydrolysis. 1. PENDAHULUAN Kencur (Kaemferia galanga L.) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di kebun dan perkarangan, digunakan sebagai bumbu dapur dan termasuk salah satu tanaman obat tradisional Indonesia. Ekstrak dari rimpang kencur mempunyai kandungan antioksidan, anti-inflamasi dan analgesik. Senyawa kimia yang terkandung didalamnya antara lain etil p-metoksisinamat sebagai komponen utama. Senyawa ini dapat digunakan sebagai inhibitor kanker, pada industri banyak digunakan dalam kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur [1]. Kadar Etil p-metoksisinamat (EPMS) dalam kencur cukup tinggi (tergantung spesiesnya) bisa sampai 10%, karena itu dengan mudah diisolasi dan dimurnikan. Etil p-metoksisinamat (EPMS) memiliki pusat- pusat reaktif yang potensial untuk reaksi kimia, antara lain ikatan rangkap terkonjugasi, cincin aromatik yang diaktifkan oleh gugus metoksi dan gugus fungsi ester. Karenanya dapat dilakukan beberapa reaksi untuk mendapatkan turunannya, antara lain adalah hidrolisis yang menghasilkan Asam p-metoksisinamat. Isolasi Etil p-metoksisinamat (EPMS) dilakukan dengan cara refluks yang dilanjutkan distilasi sederhana, sedangkan hidrolisis Etil p-metoksisinamat (EPMS) dilakukan dengan refluks. Asam sinamat di sintesis dengan reaksi dengan bantuan suhu.

Upload: airlangga-diandra-putra

Post on 24-Nov-2015

1.586 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

Laporan Kimia Organik ITB 2013/2014

TRANSCRIPT

  • Isolasi Etil-p-metoksisinamat dari Kencur (Kaemferia galanga L.) dan

    Sintesis Asam-p-metoksisinamat:

    Sintesis Turunannya dan Penetapan Struktur

    Airlangga Diandra Putra

    NIM 10512038 ; Kelas 02 ; Kelompok 3 [email protected]

    Abstrak

    Etil p-metoksisinamat adalah senyawa yang terkandung dalam kencur (Kaemferia galanga L.),

    senyawa ini dapat digunakan sebagai inhibitor untuk pertumbuhan kanker. Ekstrak dari rimpang

    kencur mempunyai kandungan antioksidan, anti-inflamasi dan analgesik. Etil p-metoksisinamat

    mudah diisolasi dan dimurnikan karena kadarnya yang cukup tinggi (tergantung spesiesnya) bisa

    sampai 10%. Isolasi dilakukan dengan cara merefluks serbuk kencur dalam waktu tertentu dan

    dilanjutkan dengan distilasi sederhana. Isolasi Etil p-metoksisinamat ini menghasilkan 2,53%, titik

    leleh 49oC-51oC, dan Rf 0,83 (eluen kloroform). Reaksi hidrolisis yang dilakukan pada Etil p-

    metoksisinamat dilakukan dengan refluks. Kristal yang diperoleh dari hidrolisis memiliki titik leleh

    174oC-175oC, dan Rf 0,76 (eluen kloroform). Pembuatan Asam sinamat dilakukan dengan reaksi

    beserta pemanasan menghasilkan titik leleh 135oC-136oC dan Rf 0,73 (eluen kloroform). Berdasarkan

    titik leleh yang didapat, dapat disimpulkan kristal yang diperoleh memiliki kemurnian yang cukup

    tinggi.

    Kata kunci: Etil p-metoksisinamat, Kaemferia galanga L., Isolasi, Hidrolisis.

    Abstract

    Ethyl p-methoxycinnamate is a compound that can be found in rhizome (Kaemferia galanga L.), this

    compound effectively inhibit the growth of cancer. The rhizome extract contain antioxidant, anti

    inflammatory activites, and an analgesic. Ethyl p-methoxycinnamate can be easily isolated and

    purified because the amount of this compound in rhizome quite a lot (depend on species) up to 10%.

    Isolation done with reflux-ing rhizome powder for some time and continued by simple distillation.

    The isolation of Ethyl p-methoxycinnamate giving result 2.53%, melting point 49oC-51oC, and Rf

    0.83 (chloroform as eluent). Hydrolysis done to Ethyl p-methoxycinnamate with reflux. The acquired

    crystal from hydrolysis possess melting point 174oC-175oC, and Rf 0.76 (chloroform as eluent).

    Synthesis of cinnamic acid done with reaction with heat giving melting point 135oC-136oC, and Rf

    0.73. Based on the melting point, can be said that the acquired crystal have high percentage of

    purity.

    Keywords: Ethyl p-methoxycinnamate, Kaemferia galanga L., Isolation, Hydrolysis.

    1. PENDAHULUAN

    Kencur (Kaemferia galanga L.) merupakan

    tanaman tropis yang banyak tumbuh di kebun dan

    perkarangan, digunakan sebagai bumbu dapur dan

    termasuk salah satu tanaman obat tradisional

    Indonesia. Ekstrak dari rimpang kencur mempunyai

    kandungan antioksidan, anti-inflamasi dan analgesik.

    Senyawa kimia yang terkandung didalamnya

    antara lain etil p-metoksisinamat sebagai komponen

    utama. Senyawa ini dapat digunakan sebagai inhibitor

    kanker, pada industri banyak digunakan dalam

    kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan

    anti jamur [1]. Kadar Etil p-metoksisinamat (EPMS)

    dalam kencur cukup tinggi (tergantung spesiesnya)

    bisa sampai 10%, karena itu dengan mudah diisolasi

    dan dimurnikan.

    Etil p-metoksisinamat (EPMS) memiliki pusat-

    pusat reaktif yang potensial untuk reaksi kimia, antara

    lain ikatan rangkap terkonjugasi, cincin aromatik yang

    diaktifkan oleh gugus metoksi dan gugus fungsi ester.

    Karenanya dapat dilakukan beberapa reaksi untuk

    mendapatkan turunannya, antara lain adalah hidrolisis

    yang menghasilkan Asam p-metoksisinamat.

    Isolasi Etil p-metoksisinamat (EPMS) dilakukan

    dengan cara refluks yang dilanjutkan distilasi

    sederhana, sedangkan hidrolisis Etil p-metoksisinamat

    (EPMS) dilakukan dengan refluks. Asam sinamat di

    sintesis dengan reaksi dengan bantuan suhu.

  • 2. METODE PERCOBAAN

    Isolasi Etil p-metoksisinamat

    Dimasukkan 30 g serbuk kencur ke dalam labu

    bundar 250 mL dan ditambahkan 100 mL n-heksana.

    Dipasang kondensor refluks pada labu bundar dan

    dilakukan refluks dalam penangas air di atas pemanas

    listrik selama 30 menit. Disaring campuran kencur

    yang telah direfluks dalam keadaan panas ke dalam

    labu bundar 100 mL. Dilakukan distilasi sederhana

    terhadap filtrat dalam labu bundar tersebut dalam

    penangas air di atas pemanas listrik sampai tersisa

    sekitar 10 mL. Didinginkan labu pada suhu kamar,

    lalu didinginkan dalam penangas es hingga terbentuk

    kristal berwarna putih. Disaring kristal yang terbentuk

    dengan corong Bchner. Ditimbang kristal, dihitung

    rendemennya, dan diukur titik lelehnya. Rekristalisasi

    dilakukan dengan pelarut n-heksana.

    Hidrolisis Etil p-metoksisinamat

    Dilarutkan 2,5 g etil p-metoksisinamat dalam 5 mL

    etanol dalam labu bundar 100 mL. Ditambahkan 1,25

    g NaOH dan 20 mL air, direfluks campuran reaksi

    selama 30 menit, kemudian didinginkan pada suhu

    kamar. Dinetralkan HCl encer untuk menghasilkan

    kristal putih, disaring dengan corong Bchner dan

    dicuci kristal yang diperoleh dengan air. Diukur titik

    leleh kristal yang diperoleh. Rekristalisasi dilakukan

    dengan pelarut metanol.

    Pembuatan Asam Sinamat

    Dipanaskan campuran 2 g benzaldehid, 3 g asam

    malonat, 6 mL piridin, dan 4 testes piperidin dalam

    gelas kimia di dalam penangas air selama 1 jam.

    Ditambahkan 20 mL HCl 5 M, didinginkan campuran

    tersebut pada suhu kamar, dilanjutkan dengan

    pendinginan di dalam penangas es. Disaring hasil

    reaksi, dicuci dengan air es, diukur titik leleh hasil

    penyaringan. Rekristalisasi dilakukan dengan

    campuran air-etanol. Diukur spektrum NMR-nya.

    Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Dilarutkan sampel kristal hasil isolasi dan hasil

    hidrolisis dalam n-heksana. Ditotolkan menggunakan

    kapiler pada pelat KLT ukuran 2 x 5 cm, pada jarak

    0,7 cm dari bawah. Dimasukkan pelat ke dalam wadah

    pengembang KLT bertutup yang telah dijenuhkan

    dengan eluen kloroform. Dilakukan pengamatan noda

    hasil KLT di bawah sinar lampu UV. Dihitung Rf

    yang didapat.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Isolasi Etil p-metoksisinamat

    Massa kristal dihasilkan 0,759 g dengan %recovery

    sebesar 2,53%, dan titik leleh 49oC-51

    oC.

    Hidrolisis Etil p-metoksisinamat

    Titik leleh 174oC-175

    oC

    Pembuatan Asam Sinamat

    Titik leleh 135oC-136

    oC

    Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Tabel 1. Hasil pemeriksaan Rf

    Sampel Rf

    1 Etil p-metoksisinamat 0,83

    2 Asam p-metoksisinamat 0,76

    3 Asam Sinamat 0,73

    Isolasi Etil p-metoksisinamat

    Isolasi merupakan teknik pemisahan yang

    dilakukan terhadap komponen senyawa kimia dari

    campurannya pada tumbuh-tumbuhan atau bahan

    alam. Isolasi bahan organik dilakukan dengan

    menggunakan beberapa metode pemisahan untuk

    memaksimalkan hasil isolasi yang dilakukan. Metode

    yang paling sering digunakan untuk mengisolasi suatu

    bahan alam adalah dengan ekstraksi menggunakan

    pelarut tertentu. Perkolasi merupakan salah satu

    contoh ekstraksi yang digunakan untuk memisahkan

    senyawa organik dari suatu bahan alam.

    Gambar 1. EPMS

    Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu

    senyawa hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia

    Galanga L.). EPMS termasuk dalam golongan

    senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan

    gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus

    karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar

    sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan

    pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran

    yaitu etanol, etil asetat, methanol, air, dan heksana.

    Perkolasi dilakukan dengan cara merefluks serbuk

    kencur dengan pelarut n-heksana. Prinsip dari metode

    refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan

    menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan

    dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya

    dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor

    dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut

    akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Fungsi

    refluks adalah untuk mempercepat reaksi antara

    pelarut dan zat terlarut (Etil p-metoksisinamat).

    Semakin lama refluks dilakukan semakin baik pula

    hasil dari reaksi tersebut.

    Hasil refluks perlu dipindahkan dalam keadaan

    panas karena pada suhu kamar, Etil p-metoksisinamat

    (EPMS) kelarutannya kecil dalam n-heksana. Filtrat

  • didistilasi sederhana untuk menghilangkan pelarutnya

    (n-heksana). Labu yang didiamkan dalam suhu kamar

    akan membentuk kristal karena kelarutan Etil p-

    metoksisinamat (EPMS) dalam n-heksan pada suhu

    kamar kecil, digunakan penangas es agar dihasilkan

    kristal yang lebih banyak lagi.

    Massa kristal yang didapat adalah 0,759 g dengan

    %recovery sebesar 2,53%, masih cukup jauh dari

    10%, hal ini dikarenakan refluks yang dilakukan

    masih belum sempurna (waktu yang kurang lama),

    kristal yang belum terbentuk seluruhnya, pemindahan

    campuran hasil refluks ke labu bundar untuk distilasi

    yang tidak sesuai prosedur, dan setiap spesies atau

    genus, juga setiap kencur itu sendiri memiliki

    kandungan Etil p-metoksisinamat (EPMS) yang

    berbeda. Titik leleh yang terukur adalah 49oC-51

    oC,

    yang mendekati literatur 48oC-50

    oC, dapat

    disimpulkan senyawa tersebut adalah Etil p-

    metoksisinamat (EPMS) dan memiliki kemurnian

    yang cukup tinggi.

    Rekristalisasi dilakukan apabila senyawa yang

    didapat masih banyak pengotornya (ditandai dengan

    trayek titik leleh yang lebar dan titik leleh yang jauh

    dari literatur). n-heksana dipilih sebagai pelarut untuk

    rekristalisasi karena Etil p-metoksisinamat (EPMS)

    kelarutannya kecil dalam n-heksana pada suhu kamar,

    tetapi larut pada suhu tinggi.

    Hidrolisis Etil p-metoksisinamat

    Etil p-metoksisinamat (EPMS) memiliki pusat-

    pusat reaktif yang potensial untuk reaksi kimia, antara

    lain ikatan rangkap terkonjugasi, cincin aromatik yang

    diaktifkan oleh gugus metoksi dan gugus fungsi ester.

    Karenanya dapat dilakukan beberapa reaksi untuk

    mendapatkan turunannya, antara lain adalah hidrolisis

    yang menghasilkan Asam p-metoksisinamat.

    Gambar 2. Asam p-metoksisinamat

    Reaksi hidrolisis ini dikenal dengan reaksi

    penyabunan (hidrolisis ester menjadi alkohol dan

    asam karboksilat dalam keadaan basa), reaksi ini tidak

    bersifat reversible. OH- dari NaOH akan menyerang

    karbon dari karbonil pada Etil p-metoksisinamat

    (EPMS), karena basa yang digunakan adalah basa

    alkali, maka hasil penyabunan akan berbentuk garam

    karboksilat. Garam karboksilat ini akan membentuk

    asam bebas apabila larutan ini dinetralkan dengan

    asam, dimana pada percobaan ini penetralan dilakukan

    dengan penambahan HCl. Asam karboksilat yang

    terbentuk (Asam p-metoksisinamat) akan berbentuk

    kristal karena ketidaklarutan akibat perbedaan

    kepolaran.

    Titik leleh yang terukur adalah 174oC-175

    oC, yang

    mendekati literatur 174oC, dapat disimpulkan senyawa

    tersebut adalam Asam p-metoksisinamat dan memiliki

    kemurnian yang cukup tinggi.

    Pembuatan Asam Sinamat

    Gambar 3. Asam Sinamat

    Reaksi dasar dari pembuatan Asam Sinamat

    adalah reaksi kondensasi. Reaksi kondensasi

    merupakan reaksi antara dua molekul atau lebih yang

    bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar

    dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil

    seperti air. Asam sinamat dapat disintesis dengan

    reaksi Knoevenagel, yaitu modifikasi dari kondensasi

    aldol. Kondensasi aldol adalah reaksi organik antara

    enol atau ion enolat (senyawa alkena dengan gugus

    hidroksil yang melekat pada karbon berikatan

    rangkap) dengan senyawa karbonil [2]. Kondensasi ini

    adalah adisi nukleofilik senyawa hidrogen aktif ke

    sebuah gugus karbonil yang diikuti reaksi dehidrasi

    dengan katalis basa yang menghasilkan alpha atau

    beta enon terkonjugasi (senyawa terkonjugasi alkena

    dan keton).

    Benzaldehid disini sebagai senyawa karbonil, dan

    asam malonat sebagai enol. Reaksi dilangsungkan

    dalam keadaan panas karena karbonil dengan enol

    memerlukan tambahan energi untuk melakukan reaksi.

    Selama pemanasan akan terjadi proses dekarboksilasi

    dengan melepaskan CO2 untuk membentuk Asam

    Sinamat, dekarboksilasi ini terjadi karena merupakan

    proses stabilisasi resonansi antara gugus karboksilat

    pada produk antara. Piridin digunakan karena

    merupakan basa lemah, jika digunakan basa kuat

    maka karbanion yang terbentuk bukan pada posisi

    atom C alfa, tetapi atom C pada gugus karboksilat.

    Titik leleh yang terukur adalah 135oC-136

    oC, yang

    mendekati literatur 134oC, dapat disimpulkan senyawa

    tersebut adalah Asam Sinamat dan memiliki

    kemurnian yang cukup tinggi.

  • Gambar 4. Pergerakan Elektron dalam Reaksi Pembentukan Asam Sinamat

    Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan

    molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan

    antara fasa gerak dan fasa diam untuk memisahkan

    komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.

    Molekul yang terlarut dalam fasa gerak, akan

    melewati kolom yang merupakan fasa diam. Molekul

    yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan

    cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul

    yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam

    tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan

    pada kolom.

    Kromatografi yang digunakan kali ini adalah

    Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi ini

    merupakan salah satu metode pemisahan yang

    biasanya menggunakan lempeng gelas atau lapisan

    tipis alumina, silia gel, atau bahan serbuk lainnya.

    Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan

    metode pilihan pertama pada pemisahan karena

    prosesnya yang mudah dan cepat. Biasanya pelat KLT

    menggunakan bahan indicator fluorescence yang

    dapat memancarkan warna di bawah sinar UV pada

    panjang gelombang 254 nm. Senyawa yang akan diuji

    ditotolkan pada pelat KLT, lalu pelat KLT

    dimasukkan ke dalam wadah tertutup (chamber) yang

    telah dijenuhkan dengan eluen dan proses KLT pun

    dijalankan. Pelat akan menyerap sinar UV pada

    panjang gelombang tertentu dan akan memberikan

    penampakan noda di bawah sinar UV.

    Selain berfungsi sebagai analisis kualitatif, KLT

    juga menyediakan gambaran kuantitatif kromatografik

    yang disebut nilai Rf ("retardation factor" atau nilai

    "ratio-to-front") yang diekspresikan sebagai fraksi

    desimal. Kristal hasil isolasi (Etil p-metoksisinamat),

    hasil hidrolisis (Asam p-metoksisinamat), dan hasil

    sintesis (Asam Sinamat) dilarutkan dengan n-heksana

    lalu ditotolkan. Etil p-metoksisinamat (EPMS)

    menunjukkan Rf yang paling besar, dilanjutkan

    dengan Asam p-metoksisinamat, dan terakhir adalah

    Asam Sinamat. Bila dilihat dari kepolaran, Asam

    Sinamat merupakan senyawa yang paling polar

    diantara ketiga senyawa tersebut, lalu diikuti oleh

    Asam p-metoksisinamat, dan terakhir paling non-polar

    adalah Etil p-metoksisinamat (EPMS).

    Rf yang semakin kecil semakin polar, semakin

    kecil Rf berarti semakin kecil jarak tempuh dan

    menunjukkan bahwa semakin tertahan oleh Silika Gel

    yang bersifat polar. Maka berdasarkan perhitungan Rf,

    data yang diperoleh sesuai karena Etil p-

    metoksisinamat (EPMS) yang relatif non-polar berada

    paling atas dan dilanjutkan oleh Asam p-

    metoksisinamat dan Asam Sinamat yang paling polar

    berada paling bawah.

    NMR Asam Sinamat

    Gambar 5. Spektrum NMR 13C Asam Sinamat

  • Gambar 6. Spektrum NMR 1H Asam Sinamat

    4. KESIMPULAN

    Tabel 2. Karakterisasi Sampel

    Sampel Titik Leleh Rf

    Etil p-metoksisinamat 49oC-51

    oC 0,83

    Asam p-metoksisinamat 174oC-175

    oC 0,76

    Asam Sinamat 135oC-136

    oC 0,73

    %Recovery Etil p-metoksisinamat sebesar 2,53%

    Berdasarkan karakterisasi yang dilakukan, dapat

    disimpulkan senyawa yang diperoleh dari hasil

    isolasi (Etil p-metoksisinamat), hidrolisis (Asam p-

    metoksisinamat), dan sintesis (Asam Sinamat)

    adalah benar senyawa tersebut yang sesuai

    karakterisasinya dengan literatur.

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis

    banyak mendapat bantuan, doa, serta dukungan

    dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur

    kepada Tuhan YME, penulis ingin menyampaikan

    terima kasih dan penghargaan kepada: Dr. Deana

    Wahyuningrum selaku dosen pembimbing

    praktikum organik atas arahan dan bimbingan yang

    beliau ajarkan pada penulis; Dr. Lia Dewi Juliawaty

    selaku dosen pengajar kimia organik atas segala

    ilmu yang beliau ajarkan pada penulis; Kedua orang

    tua tercinta, atas segala doa, cinta, kasih sayang,

    motivasi terbaik yang selalu menyertai dalam

    kondisi apapun dan dimanapun berada; Asisten

    praktikum atas perhatian dan ilmu yang telah

    diberikan selama praktikum pada penulis; Rekan

    praktikum kelompok 3 sekaligus teman yang

    inspiratif untuk kebersamaan, inspirasi, dan

    motivasi selama menimba ilmu di ITB; Pihak-pihak

    lain yang ikut membantu namun tidak bisa

    disebutkan satu per satu oleh penulis, baik yang ikut

    terlibat secara langsung maupun tidak langsung

    dalam penulisan laporan ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Otih Rostiana, Rosita SMD, Mono Rahardjo

    dan Taryan (2005), Budidaya Tanaman

    Kencur, Badan Penelitian dan Pengembangan

    Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat dan

    Aromatika, Yogyakarta.

    [2] Solomons, T.W.G. dan Fryhle, C.B. (2011),

    Organic Chemistry, 10th

    edition, John Wiley

    & Sons, New York, 876-881.