laporan geolistrik
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM GEOLISTRIK
AKUISISI, PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA BAWAH
PERMUKAAN HUTAN MIPA
OLEH:
Hadi Tulus Wibowo
135090707111003
ASISTEN :
Fauthia R Vanisa
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1
KATA PENGANTAR
Pertama tama saya mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini. Alasan dari pengarang menyelesaikan laporan ini ialah untuk melaporkan hasil praktikum yang dilakukan di Hutan MIPA, Univ. Brawijaya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum metode geolistrik, Pengarang juga berterima kasih kepada :
1. Bpk Sunaryo S.si M.si selaku dosen geolistrik2. Fauthia R Vanisa selaku asisten praktikum Geolistrik3. Teman Teman tercinta
Pengarang berharap dengan adanya laporan ini dapat memenuhi tugas dan dapat memberikan manfaat kepada yang lainnya
ii
Hormat Saya,
Hadi Tulus Wibowo
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR................................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
Daftar Gambar.…………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................7
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................7
1.2 Tujuan Penelitian..........................................................................................................8
1.3 Manfaat Penelitian........................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................................12
3.2 Peralatan.....................................................................................................................12
3.3 Proses Akusisi ...........................................................................................................15
3.4 Prosesing Data............................................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................19
4.1 Dipole dipole Res2dinv..............................................................................................19
4.2 Wenner Res2dinv.......................................................................................................21
4.3 Schlumberger Ip2win…………………….......................………………………….21
4.4 Schlumberger Progres3……………………………....…………………………….21
4.5 Perbedaan Data Mapping dan Sounding.……………………………….…...……...21
4.6 Error Pengukuran………………………………………………….………………..21
BAB V PENUTUP...................................................................................................................27
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................27
5.2 Saran...........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................28
LAMPIRAN..............................................................................................................................29
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Equipotensial dan garis arus dari dua titik sumber dipermukaan………….........4
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geofisika adalah ilmu yang menerapkan prinsip - prinsip fisika untuk
mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan kebumian, atau
dapat pula diartikan mempelajari bumi dengan menggunakan prinsip - prinsip fisika.
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu aktif dan
pasif. Metode aktif dilakukan dengan mengukur sesuatu didalam bumi dengan bantuan
injeksi atau suatu sumber awal untuk mengetahui perlapisan bawah permukaan.
Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi.
Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan
gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta
radiasi radioaktivitas bumi.
Sifat konduktivitas listrik batuan dekat permukaan bumi sangat dipengaruhi
oleh jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan
dalam batuan. Konduktivitas listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan
terutama oleh sifat air, yakni elektrolit. Larutan garam terdiri dari anion dan kation
yang bergerak bebas dalam air. Adanya medan listrik eksternal menyebabkan kation
dalam larutan elektrolit dipercepat menuju kutup negatif sedangkan anion menuju
kutup positif. Tentu saja, batuan berpori yang berisi air, nilai resistivitas listriknya
berkurang dengan bertambahnya kandungan air.
Untuk geofisikawan biasanya metode geolistrik digunakan untuk memetakan
kondisi bawah permukaan dan sering digunakan untuk pencarian air
1.2 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai pada praktikum kali ini, ialah:
a. Untuk mengetahui hasil pengolahan data konfigurasi wenner, dipole-dipole dan schlumberger
b. Untuk mengetahui hasil interpretasi data konfigurasi wenner, dipole-dipole dan schlumberger
c. Untuk mengetahui perbedaan data yang diambil secara mapping dan soundingd. Untuk mengetahui seberapa besar error yang didapat saat akuisisi data
1
1.3 ManfaatManfaat yang diharapkan akan didapat setelah penyusunan laporan praktikum
ialah:
a. Secara akademis, diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi penambahan data atau referensi yang berkaitan dengan pengolahan dan interpretasi data geolistrik dengan konfigurasi wenner, konfigurasi dipole-dipole dan konfigurasi schlumberger
b. Secara teoritis, laporan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengolahan dan interpretasi data geolitrik dengan konfigurasi wenner, konfigurasi dipole-dipole dan konfigurasi schlumberger
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu metode yang digunakan dalam eksplorasi geofisika adalah metode
geolistrik hambatan jenis. Geolistrik hambatan jenis memanfaatkan sifat resistivitas listrik
batuan untuk mendeteksi dan memetakan formasi bawah permukaan. Metode ini dilakukan
melalui pengukuran beda potensial yang ditimbulkan akibat injeksi arus listrik ke dalam
bumi. Sifat-sifat suatu formasi dapat digambarkan oleh tiga parameter dasar yaitu
konduktivitas listrik, permeabilitas magnet, dan permitifitas dielektrik1). Sifat
konduktivitas batuan berpori dihasilkan oleh sifat konduktivitas dari fluida yang mengisi
pori, interkoneksi ruang pori dan sifat konduktivitas dari interfase butiran dan fluida pori2).
Berdasarkan pada harga resistivitas listriknya, suatu struktur bawah permukaan bumi dapat
diketahui material penyusunnya3). Metode geolistrik cukup sederhana, murah dan sangat
rentan terhadap gangguan sehingga cocok digunakan dalam eksplorasi dangkal. Desain
sistem monitoring menggunakan resistivitas listrik sangat penting untuk mendeteksi aliran
air tanah4).
Sifat konduktivitas listrik batuan dekat permukaan bumi sangat dipengaruhi oleh
jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan dalam batuan.
Konduktivitas listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan terutama oleh sifat air,
yakni elektrolit5). Larutan garam terdiri dari anion dan kation yang bergerak bebas dalam
air. Adanya medan listrik eksternal menyebabkan kation dalam larutan elektrolit dipercepat
menuju kutup negatif sedangkan anion menuju kutup positif. Tentu saja, batuan berpori
yang berisi air, nilai resistivitas listriknya berkurang dengan bertambahnya kandungan air.
Pendekatan paling sederhana dalam pembahasan gejala kelistrikan di dalam bumi
adalah dengan menganggap bumi sebagai medium homogen isotropis. Dengan perlakuan
tersebut kemudian medan listrik dari titik sumber di dalam bumi dianggap memiliki simetri
bola3). Harga resistivitas listrik suatu formasi dibawah permukan dapat ditentukan
menurut persamaan berikut
ρ=K ∆VI
3
Untuk pengukuran beda potensial antara titik M dan N dari sumber arus listrik A
dan B dipermukaan, maka:
K=2π {( 1AM −
1BM )−( 1
AN−1BN )}
−1
Bila dibuat penampang melalui sumber A dan B, maka terlihat pola distribusi bidang
equipotensial Gambar di bawah
Gambar 2.1 Equipotensial dan garis arus dari dua titik sumber dipermukaan
Menurut Bisri (1991) Ada beberapa macam aturan pendugaan lapisan bawah
permukaan tanah dengan geolistrik ini, antara lain : aturan Wenner, aturan Schlumberger,
aturan ½ Wenner, aturan ½ Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Prosedur
pengukuran untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap
kedalaman yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping) (Derana, 1981).
Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara
mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar
elektrode arus berubah secara bertahap (Sheriff, 2002). Pengukuran resistivitas pada arah
vertikal atau Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik
resistivitas untuk menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang
bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara
vertikal (Telford, et al., 1990).
Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu
maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak
elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman
4
(jarak elektroda) pada kertas ‘log–log’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva
lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya (Halik, 2008).
Dengan memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh
harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga
tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda)
pada kertas ‘log–log ’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan
tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya (Halik, 2008).
Pengukuran resitivitas suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah
jarak elektrode secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektrode kecil kemudian
membesar secara gradual. Jarak antar elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan
batuan yang terdeteksi. Makin besar jarak elektrode maka makin dalam lapisan batuan
yang dapat diselidiki. Interpretasi data resistivitas didasarkan pada asumsi bahwa bumi
terdiri dari lapisan-lapisan tanah dengan ketebalan tertentu dan mempunyai sifat kelistrikan
homogen isotrop, dimana batas antar lapisan dianggap horisontal (Halik, 2008).
Survei resistivitas akan memberikan gambaran tentang distribusi resistivitas
bawah permukaan. Harga resistivitas tertentu akan berasosiasi dengan kondisi geologi
tertentu. Untuk mengkonversi harga resistivitas ke dalam bentuk geologi diperlukan
pengetahuan tentang tipikal dari harga resistivitas untuk setiap tipe material dan struktur
daerah survey. Harga resistivitas batuan, mineral, tanah dan unsur kimia secara umum
telah diperoleh melalui berbagai pengukuran dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk
proses konversi (Telford, et al., 1990). Nilai resistivitas sebenarnya dapat dilakukan
dengan cara pencocokan (matching) atau dengan metode inversi.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum Gelistrik ini dilaksanakan dalam 3 hari yakni pada hari Rabu tanggal 18 November 2015, hari Rabu tanggal 25 November 2015 dan hari Rabu 2 Desember 2015. Tetapi unutk proses akuisisi data dilaksanakan pada dua hari terakhir di Hutan MIPA Universitas Brawijaya. Sedangkan hari pertama hanya pendalaman teori yang dilaksanakan di Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brwaijaya.
3.2 Peralatan
Pada Praktikum kali ini perlatan yang digunakan ialah berupa alat pengukur bernaman Mcohm-El-Oyo, meteran, GPS, aki, HT serta alat tulis. Sedangkan software yang digunakna ialah Ipi2win, Res2Dinv, Progress serta Microsoft Excel.
Mcohm-El-Oyo peralatan ini terdiri atas beberapa macam alat lagi didalamnya, yaitu berupa 4 buah eletroda, 4 buah kabel rol serta 4 buah penjepit buaya. Eletroda ini digunakan sebagai perantara arus listrik agara hambatan yang ada di dalam tanah dapat terbaca di Mcohm-El-Oyo. Sedangkan kabel rol berfungsi untuk menghubungkan antara eletroda dan alat Mcohm-El-Oyo.Meteran digunakan untuk mengukur jarak pada line yang akan di ukur. HT digunakan untuk berkomunikasi saat melakukkan kegiatan akusisi data. GPS digunakan untuk markig posisi pada saaat pengambilaan data. Aki sebagai sumber listrik untuk alat. Alat Tulis untuk mencatat hasil yang diperoleh dari akusisi metode geolistrik. Dan berikut ini gambar peralatan yang digunakan
Gambar 3.1 Aki Gambar 3.2 Resistivity
6
Gambar 3.3 Elektroda Gambar 3.4 Palu
Gambar 3.5 Kabel Gambar 3.6 meteran
Ipi2win didesain secara khusus untuk tujuan interpretasi geologi bawah permukaan dari data-data dengan metode VES (vetical electic sounding) dan atau induced polarization dengan variasi macam bentangan (array) yang sangat beragam, yang salah satunya adalah dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger. Res2Dinv adalah suatu program computer tang di desain secara ptomatis akan melakukkan determinasi 2 dimensi model resistivitas untuk memetakan keadaan bawh tanah yang didapatkan dari data hasil akusisi metode geolistrik, serta Microsoft Excel digunakan untuk penrhitungan data sederhana setelah mendapatkan data dari hasil akusisi lapangan.
3.3 Proses Akuisisi
Saat proses akuisisi data peralatan yang digunakan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Pertama kita harus merangkai alat Mcohm-El-Oyo. Dalam alat ini terdapat kabel penghubung antara Mcohm-El-Oyo dengan kabel rol. Kabel ini berjumlah 4 dengan 2 berwarna merah dan 2 berwarna biru. Kabel yang berwarna merah dipasang pada bagian arus di alat Mcohm-El-Oyo dan kabel berwarna biru dipasang pada bagian biru di bagian potensial di alat Mcohm-El-Oyo. Tidak hanya itu, juga terdapat kabel penghubung antara aki dengan alat Mcohm-El-Oyo. Pada bagian yang akan dipasang di alat Mcohm-El-Oyo hanya berujung satu tetapi pada bagian yang akan dipasang di aki berujung dengan warna hitam dan merah. Warna merah dipasang pada kutub positif dan warna hitam dipasang pada kutub negatif. Setelah seluruh kabel telah terpadang dengan baik dan tepat kita dapat memasang eletroda sesuai dengan konfigurasi apa yang akan digunakan saat itu. Pada praktikum kali ini kita hanya akan menggunakan 3 macam konfigurasi yakni konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger dan konfigurasi Dipole-dipole. Pemasangan eletroda kedalam tanah dilakukan dengan bantuan palu agar eletroda tersebut dapat terpasang
7
meter
dengan kuat. Untuk memastikan agara jarak antar eletroda sudah sesuai dnegan konfigurasi maka digunakan meteran untuk mengukur jarak antar eleltrodanya. Lalu jika elektroda sudah terpasang dengan baik maka kabel rol dapat ditarik dan dihubungkan dengan masing-masing elektroda. Untuk kabel rol berwarna merah dan hitam dipasang pada eletroda arus sedangkan yang berwarna biru dan kuning dipasang pada eletroda potensial. Sebenarnya penentuan pemasangan warna kabel rol pada eletroda tidak ada aturannya, namun karena sejak dulu sudah digunakan aturan ini maka untuk mempermudah kita tidak perlu merubahnya lagi. Pemasangan ujung kabel rol dengan eletroda dibantu dengan menggunkan penjepit buaya. Terdapat 5 titik, yakni satu titik sebagai titik utama yakni sebagai tempat alat Mcohm-El-Oyo dan empat titik lainnya sebagai titik dari empat eletroda tersebut. Idealnya pada setiap titik harus ada minimal satu orang dan setiap titik tersebut harus ada orang yang membawa HT. Fungsi HT ini ialah untuk mempermudah komunikasi antar orang yang berada disetiap titik. Karena jika empat titik yang terpasang elektroda ini sudah siap maka satu orang yang ada di 4 titik tersebut melapor pada satu orang yang ada dititik utama. Artinya jika empat titik eletroda tersebut sudah siap, maka proses menginjeksikan arus kedalam permukaan siap dilakukan. Sebelum proses penginjeksian dilakukan kabel yang tadinya sudah dipasang pada alat Mcohm-El-Oyo dihubungkan dengan kabel rol agar arus dapat menjalar ke elektroda. Setelah itu kita dapat menginjeksikan arusnya dan dapat melakukan pembacaan hambatan yang tercatat pada alat Mcohm-El-Oyo. Untuk mendapat data koordinat tiap titik yang kita gunakan maka digunakan GPS untuk memarking titik tersebut.
3.3.1 Konfigurasi Dipole-dipole
Pada praktikum dengan metode geoilistrik ini digunakan konfigurasi dipole-dipole, dengan langkah kerja yakni, disiapkan peralatan seperti yang dijelaskan diatas. Kemudian dipasangkan meteran pada daerah yang akan digunakan yaitu Hutan Mipa untuk eksperimen kemudian dipatok setiap ujungnya. Setelah itu dipasang elektroda arus C1, C2 dan elektroda potensial P1, P2 seperti gambar berikut ini:
Pada praktikum ini digunakan spasi (a) sepanjang 3 meter dengan bentang panjang lapangan 50 meter dengan jumlah n sampai dengan 5. Untuk n=1 dengan 9 titik, n=2 dengan 8 titik, n=3 dengan 7 titik, n=4 dengan 6 titik5 dengan 5 titik, n=6 dengan 4 titikdan n=7 dengan 3 titik. Jarak antara kedua elektroda arus sama dengan jarak antara kedua elektroda potensial yakni sebesar a= 5 meter. Dan jarak antara c1,p1 = n dikali a ,dengan n sebagai faktor pengali (n=1,2,3,4,5,...) kemudian untuk pengukuran berikutnya elektroda arus tetap dan elektroda potensial dipindahkan dengan variasi nilai n yang ditentukan. Setiap
8
Faktor geomtetri konfigurasi dipole - dipole Gambar 3.7
perpindahan elektroda yang ada nilai resistivitas dari masing-masing elektroda dicatat. Setelah n=1 selesai diperoleh datanya Pengukuran kedua posisi C2 dan C1 tetap pada posisi semula tetapi berubah faktor geometrinya ( n ) yaitu 2 (dua) sehingga posisi P1 menjadi 15 m, sedangkan P2 berada pada posisi 20 m ( n = 2) berarti jarak antara C1 dan P1adalah 2 x 5 m sama dengan 10 m. Begitu seterusnya sampai posisi simetris pada akhir pengukuran dalam bentangan yang telah ditentukan (50 m). Pengukuran dilakukan sampai pengukuran dengan n = 7, dengan posisi C2 pada 0 m, elektroda C1 pada posisi 5 m, elektroda P1 pada posisi 10 m P2 pada posisi 15 m, seterusnya sampai posisi semetris terakhir, yaitu posisi C2 30 m, C1 pada 35 m, P1 pada 45m, dan P2 padaposisi 50 m.Pengukuran selanjutnya dilanjutkan untuk lintasan 2 dan 3, dengan konfigurasi yang sama ( dipole-dipole ) dan jarak yang sama ( sesuai nomer 1,2,3 ) sampai dengan n=7.
3.3.2 Konfigurasi Wenner
Pada praktikum ini digunakan metode geolistrik dengan konfigurasi wenner, tepatnya konfigurasi wenner alpha dengan langkah kerja sebagai berikut,dengan peralatan seperti yang tertera diatas. Kemudian meteran dipasang pada daerah yang akan digunakan untuk eksperimen kemudian dipatok setiap ujungnya. Setelah itu dipasang elektroda arus C1,C2 dan elektroda potensial P1,P2 dengan spasi a=3 meter, luas lapangan yang akan disurvei sepanjang 50 meter dan jumlah n=5. Untuk n=1 ada 16 titik, n=2 ada 13 titik, n=3 ada 10 titik, n=4 ada 7 titikdan n=5 ada 4 titik. Seperti gambar berikut ini:
Gambar 3.8 Konfigurasi Wenner
9
3.3.3 Konfigurasi SchlumbergerPada praktikum ini digunakan metode geolistrik dengan konfigurasi schlumberger, dengan
langkah kerja sebagai berikut,dengan peralatan seperti yang tertera diatas. Kemudian meteran dipasang pada daerah yang akan digunakan untuk eksperimen kemudian dipatok setiap ujungnya, akuisisi dilakukan dengan menggeser kedua elektroda arus jadi, untuk mendapatkan datum n lebih besar maka jarak antara C dan P ditambah 2 kali lipat dan seterusnya.
Gambar 3.9 Konfigurasi Schlumberger
3.4 Processing Data
Untuk proses processing data digunakan 4 buah software yaitu Ipi2win, Res2Dinv, Progress3 dan Microsoft Excel.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Dipole-dipole Res2dinv
Pada pengukuran geolistrik kali ini kita menggunakan data tahun lalu yang dimana data tahun lalu dilakukannya di lapangan rektorat universitas brawijaya. Yang pertama digunakan dengan menggunakan metode konfigurasi dipole-dipole yang dimana didapatkan suatu data pengamatan berupa nilai a yaitu spasi antar elektroda, kali ini spasi yang digunakan adalah 5 meter. Nilai keempat hambatan yang terbaca di resistivitymeter dihitung nilai rata-ratanya, posisi datum point yang disimbolkan dengan huruf n. Kemudian semua data tersebut dimasukkan ke dalam program Microsoft Excel untuk dilakukan perhitungan(prosesing). Dari hasil perhitungan tersebut nantinya akan diketahui faktor geometri (k) yang digunakan. Setelah itu bisa didapatkan nilai resistivitas semu dengan perhitungan yang dilakukan di Microsoft Excel. Lalu setelah mengetahui nilai dari datum point, spasi, n, dan resistivity semu, semua nilai tersebut dipindahkan ke dalam Notepad dengan format seperti gambar dibawah
Gambar 4.1 Format data konfigurasi Dipole-dipole
Dari data tersebut kemudian save-asdengan format .dat agar file tersebut dapat terbaca di aplikasi Res2dinv. Kemudian buka aplikasi dan buka file dengan format .dat, maka akan keluar hasilnya seperti gambar 4.2 berikut ini
11
Gambar 4.2 Hasil keluaran konfigurasi dipole-dipole (Res2dinv)
Dari gambar hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedalaman yang mampu diukur dengan panjang lintasan 50 meter adalah sedalam ± 9 meter. Pada lapangan rektorat hingga kedalaman sekitar 2,65 meter didominasi oleh warna biru yang berarti meiliki nilai resistivitas sekitar 0-4 ohm, lalu sekitar kedalaman 4,62-6,79 meter didominasi oleh warna kuning dan hijau yang berarti memiliki nilai resistivitas sekitar 4,96-100 ohm m, sedangkan pada kedalaman sekitar 9 meter mulai keluar warna merah yang berarti memiliki nilai resistivitas sekitar 101-277 ohm m. Berdasarkan dari referensi yang saya dapatkan hingga kedalaman 6,79 Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya terdiri atas batuan kapur, clay atau lempung, dan soil hingga topsoil. Kemudian pada kedalaman sekitar 9,18 meter terdiri dari gravel atau kerikil dan pasir. Menurut percobaan dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole di Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya hingga kedalaman sekitar ± 9 meter struktur bawah permukaanya terdiri atas clay, batuan kapur, topsoil, gravel, dan pasir jika dilihat litologinya.
4.2 Wenner Res2dinv
Pada pengukuran geolistrik kali ini kita menggunakan data tahun lalu yang dimana data tahun lalu dilakukannya di lapangan rektorat universitas brawijaya Pada Konfigurasi ini diperoleh hasil dari pemetaan resistivitasnya yaitu menggunakan software RES2DINV sebagai berikut
12
Gambar 4.3 Hasil keluaran konfigurasi Wenner (Res2dinv)Berdasarkan gambar dari hasil percobaan menggunakan konfigurasi Wenner yang diolah atau diproses dengan menggunakan Res2dinv, konfigurasi ini hanya mampu membaca kedalaman struktur bawah permukaan hingga ± 6 meter. Pada kedalaman dari 0-2,5 meter didominasi oleh warna biru yang berarti pada lapisan tersebut memiliki nilai resistivitas antara 10,5-12,5 ohm m. Lalu, pada kedalaman 2,5-4 meter didominasi oleh warna hijau dan kuning yang berarti lapisan tersebut memiliki nilai resistivitas antara 12,5-15,6 ohm m. Sedangkan dari kedalaman 4-6 meter didominasi warna merah hingga ungu yang berarti lapisan tersebut memiliki nilai resistivitas antar 15,6-19 ohm m.
13 Gambar 4.4 Tabel referensi nilai resistivitas
Dari referensi yang saya dapatkan, Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya hingga kedalaman sekitar 6 meter diperkirakan struktur bawah tanahnya terdapat clay, batuan kapur, dan juga topsoil.
4.3 Schlumberger Ip2win
Berdasarkan dari hasil keluaran pada resistivity section pada IPI2WIN, diketahui bahwa pada tampilan resistivity cross-section terdapat perbedaan warna yang berbeda-beda. Warna tersebut di tentukan berdasarkan tingkat resistivitasnya yaitu pada warna merah memiliki tingkat resistivitas yang lebih tinggi di bandingkan dengan warna-warna lainnya seperti yang terlihat pada keterangan yang ditampilkan berdasarkan warna. Selain itu juga dapat dilihat bahwa adanya perpotongan antar warna yang mengindikasikan bahwa pada kedalaman tersebut terdapat perubahan lapisan . kemungkinan pada lapisan yang paling atas yaitu yang terletak pada H=1m dapat di indikasikan bahwa terdapat singkapan batuan lempung yang telah terkontaminasi oleh air sehingga memiliki nilai resitivitas yang cukup rendah. Sedangkan pada lapisan selanjutnya yang berwarna merah dapat di indikasikan bahwa terdapat singkapan batuan yang cukup kompak dan memiliki porositas yang cukup kecil sehingga tidak dapat meloloskan fluida. Sedangkan untuk nilai errornya dapat diatur yaitu dapat ditarik garis merah dan dibiru dan didapatkan nilai error sebesar 34.6% untuk data hari 1, untuk hari 2 didapati nilai error 2.67% . Semakin berdekatnya garis hitam dan merah maka error yang dihasilkan semakin kecil seperti yang di tampilkan pada table pada hasil interpretasi.
Gambar 4.5 Hasil Pada Pengolahana data grafik IPI2WIN hari 2
Gambar 4.6 Hasil Pada Pengolahana data grafik IPI2WIN hari 2
14
Gambar 4.7 Hasil Pada Pengolahana data IPI2WIN hari 1
Gambar 4.8 Hasil Pada Pengolahana data IPI2WIN hari 2
4.4 Schlumberger Progress3
4.5 Perbedaan Data Mapping dan Sounding
4.4
4.5
15
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Bisri, Mohammad, 1991. “Aliran Air Tanah. Malang“, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Derana, T. I., 1981, “Perbandingan Interpretasi Geolistrik“, Aturan Wenner dan Schlumberger, Skripsi, Jurusan Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
Halik, Gusfan. 2008. PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER. Unej. Jember
Revil, A., “Nature of Surface Electrical Conductivity in Natural Sand, Sandstones, and Clays”, Geophysical Research, 25, 691-694, (1998).
Schon, J.H., “Physical Properties of Rocks, Fundamentals and Principles of Petrophysics”. Institute of Aplied Geophysics, Leoben, Austria, 1996.
Sheriff, R E., 2002, “Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics, 4th edition“, SEG Tulsa, Oklahoma
Telford. W.M.., Sheriff, R.E., Geldart, L.P., “Applied Geophysics”, 2nd ed. New York, Cambridge University Press. 1990.
White, P.A., “Electrode arrays for measuring groundwater flow direction and velocity”, Geophysics, 59, 192-201, (1994).
Williams, R.E., “Schlumberger, Formation Evaluation Conference”, Indonesia, 1986.
18
LAMPIRAN
19