laporan antropologi ku4184 kelas 02 kebudayaan · pdf filepada masa sekarang ini perkembangan...
TRANSCRIPT
Laporan Antropologi KU4184 Kelas 02
Kebudayaan Mahasiswa Malaysia di Farmasi ITB
Disusun Oleh:
Kelompok 7A
Ulin Nuha Maghfuri 10106057
Astried Sunaryani 10505010
Selvis Nyusjantik 10506078
Hadrian I.S 10706060
Yulia Tempatih Putri 10706066
Rilsen R 12206054
Ibnu Febritirtana 13105008
Ramon Rusli 13506025
Program Studi Sosioteknologi
Fakultas Seni Rupa dan Desain
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaysia memiliki beragam kebudayaan, namun beberapa kebudayaan dipengaruhi oleh
kebudayaan dari Negara lain. Kebudayaan yang berada di Malaysia diantaranya adalah
kebudayan kuno Melayu dan dua kebudayaan lain yaitu budaya Cina dan India. Ketiga grup
ini dipersatukan dengan suku-suku asli yang beragam, yang sebagian besar tinggal di hutan
dan wilayah perairan Kalimantan. Walau setiap kebudayaan bersusah payah
mempertahankan kebiasaan tersendiri dalam bentuk komunitas, mereka juga berpadu
mewujudkan peninggalan kebudayaan Malaysia jaman modern yang unik.
Pada masa sekarang ini perkembangan atau evolusi kebudayaan telah terjadi di mana-
mana. Adanya infiltrasi kebudayaan biasanya disebabkan karena interaksi sosial yang terjadi
antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Hal ini juga terjadi apalagi jika suatu
golongan atau individu telah lama menetap di daerah lain di luar daerah asalnya dengan
kombinasi kebudayaan berbeda.
Mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia cukup banyak jumlahnya. Proses belajar
mereka menyebabkan mereka mau tidak mau harus tinggal dan menetap di Indonesia yang
notabene memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli mereka. Oleh karena
itu bukan tidak mungkin jika terjadi infiltrasi kebudayaan yang terjadi. Infiltrasi yang terjadi
bisa berupa infiltrasi kabudayaan Malaysia terhadap masyarakat pribumi atau infiltrasi
kebudayaan Indonesia di kalangan mahasiswa Malaysia.
Setiap tahun, jumlah mahasiswa Malaysia di ITB terutama di jurusan Farmasi semakin
meningkat. Mahasiswa Malaysia di jurusan Farmasi mulai ada sejak tahun 2005 dan
berlanjut hingga sekarang. Oleh karena itu pada penelitian ini diamati ada atau tidaknya
pengaruh budaya Indonesia (lokal) terhadap aktivitas sehari-hari mahasiswa Malaysia yang
belajar di Institut Teknologi Bandung, khususnya di Sekolah Farmasi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB dilihat dari 7 unsur kebudayaan:
agama, bahasa, ekonomi, sosialisasi, kesenian, teknologi, dan pendidikan.
2. Mengetahui ada atau tidaknya pergeseran kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB
selama tinggal di Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
1. Pengaruh budaya Indonesia terhadap gaya hidup mahasiswa Malaysia
2. Motivasi mahasiswa Malaysia kuliah di ITB terutama di jurusan farmasi
3. Kesulitan yang dialami mahasiswa Malaysia ketika kuliah di ITB
4. Hubungan sosial antara mahasiswa Malaysia dengan mahasiswa Indonesia
5. Pandangan mahasiswa Malaysia terhadap perselisihan antara negara Indonesia dengan
negara Malaysia
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengerjaan laporan ini adalah penelitian kebudayaan mahasiswa Malaysia
yang berada di Indonesia. Secara khusus, subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa
Malaysia yang sedang melakukan kegiatan perkuliahan di jurusan Teknik Farmasi ITB.
1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan pada pengerjaan laporan ini dibagi menjadi dua
bagian, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif didapatkan
melalui kuesioner yang dilakukan kepada mahasiswa Teknik Farmasi ITB yang berasal dari
negeri Malaysia. Analisis kuantitatif dilaksanakan pada tanggal 5 November 2009. Kuesioner
dibagikan kepada 20 responden.
Analisis kualitatif didapatkan melalui wawancara kepada beberapa mahasiswa Malaysia
yang dilaksanakan pada tanggal 4 November 2009. Namun selain kedua bagian di atas,
dalam pembuatan makalah ini digunakan pula studi literatur melalui media internet untuk
pencarian teori yang digunakan dalam penelitian ini
BAB II
TEORI DASAR
Dalam menganalisis infiltrasi budaya yang terjadi di kalangan mahasiswa Malaysia yang
kuliah di ITB, tentu harus didukung dan dikuatkan oleh teori-teori yang sudah ada. Dibawah ini
tercantum teori-teori utama dan pendukung yang digunakan untuk menganalisis infiltrasi budaya
mahasiswa Malaysia di ITB :
1. Teori Evolusi Budaya (Julian H.Stewart)
Budaya manusia itu berkembang menurut beberapa arah yang berbeda. Evolusi budaya
tidak bersifat unilinter, bahkan multilinter. Evolusi manusia bukanlah sematamata biologik
belaka, malahan merupakan interaksi antara ciri-ciri fisik dan budaya, setiap ciri itu saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Manusia itu mempunyai upaya untuk menciptakan
penyelesaian-penyelesaian yang rasional dalam kehidupan mereka, terutama dalam alam dan
masalah-masalah teknis, dan juga mereka berupaya untuk mentransformasi penyelesaian tersebut
kepada generasi berikut dan anggota lain dalam masyarakatnya. (teori neo-evolusionis)
2. Teori Kohesivitas dalam kelompok
Kelompok yang lebih kecil rata-rata Lebih kohesiv dari pada kelompok yang lebih besar
begitu pula jangkauannya (range) kohesivitas kelompok yang lebih kccil lebih besar dari pada
kelompok yang lebih besar. Manusia cenderung untuk merasa lebih hahagia dalam kelompok
yang sedikit. Kohesivitas kelompok mengacu pada sejauh mana anggota kelompok saling tertarik
satu sama lain dan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Dalam kelompok yang
kohesivitasnya tinggi, setiap anggota kelompok itu mempunyai komitmen yang tinggi untuk
mempertahankan kelompok tersebut. Kelompok – kelompok yang berbeda dalam hal
kohesivitasnya, dan banyak yang tidak pernah mencapai tingkat kelompok yang mempunyai
daya tarik tertentu dan komitmen bersama yang merupakan ciri kohesivitas yang kuat.
Kohesivitas yang lebih besar terutama berkembang dalam kelompok yang relatif kecil dan
mempunyai organisasi yang lebih bersifat kerjasama daripada persaingan (Jewel & Reitz, 1981).
Kesempatan saling berinteraksi antara para anggotanya secara lebih sering membantu
berkembangnya kohesivitas kelompok tersebut.
Kohesivitas yang lebih besar terdapat dalam kelompok yang mempunyai lebih banyak
kemiripan sikap, pendapat, nilai dan perilaku diantara para anggotanya ( Cartwright, 1968 ).
Pada tahap awal perkembangan kelompok tingkat kemiringan tadi mengurangi kemungkinan
terjadinya pertentangan yang mungkin memecah kelompok tadi menjadi fraksi – fraksi yang
lebih kecil atau menghancurkannya sama sekali. Perbedaan persepsi mengenai kelompok sendiri
dan kelompok lain digambarkan dalam studi mengenai hubungan antar kelompok dalam
perusahaan yang besar ( Alderfer and Smith, 1982 ). Pendapat mengenai tujuan dan nilai dua
kelompok organisasi dilihat dari anggota sendiri dan dari anggota kelompok lain diperlihatkan
dalam Skema 1. Adanya kesamaan persepsi anggota dalam masing – masing kelompok dan
perbedaan persepsi dengan persepsi dari anggota dalam kelompok lain.
Meskipun perbedaan komposisi ras antara kedua kelompok dalam studi Alderfer dan
Smith mungkin meningkatkan perbedaan persepsi, namun harus diperhatikan bahwa kedua
kelompok tersebut mempunyai banyak persamaan. Semua anggota dari kedua kelompok tersebut
adalah karyawan dari organisasi yang sama, dan semua mempunyai tingkat yang mirip dalam
hirarki manajemen organisasi. Norma – norma adalah standar tidak tertulis mengenai perilaku,
nilai dan sikap yang tumbuh dari interaksi antar kelompok. Semakin tinggi rasa kebersamaan
suatu kelompok, semakin kuat norma – normanya, dan semakin besar kemungkinannya
memaksakan individu mengikuti norma kelompok ( Kiesler & Kiesler, 1969, dalam, Jewell, LN;
Siegall M, 1990 ).
Teori Pendukung
Teori Interaksi Simbolik (George Herbert Mead)
Teori interaksi simbolik memfokuskan kepada asal interaksi, yaitu aktivitas sosial yang
bersifat dinamik dalam kehidupan para individu. Dalam melakukan interaksi sosial, seseorang
akan melibatkan dirinya dengan orang lain, persepektif simbol-simbol, pengalaman hidup,
pikiran dan kemampuan seseorang dalam menentukan perannya.
Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi ilmu
komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai akhirnya teori interaksi simbolik
terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak langsung SI merupakan cabang sosiologi
dari perspektif interaksional (Ardianto. 2007: 40).
Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu
perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat ”humanis”
(Ardianto. 2007: 40). Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keangungan dan maha karya
nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap
individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial
masyarakatnya, dan menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan
pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap
individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif
interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta
inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto. 2007). Banyak ahli di belakang
perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam
konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung
ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008: 96),
interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami
bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana
cara dunia membentuk perilaku manusia.
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari
pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan
tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat
(Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam
Ardianto (2007: 136), Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk
makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain: (1) Pikiran
(Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang
sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan
individu lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari
penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah
salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan
dunia luarnya, dan (3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan,
dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut
terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya
mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
”Mind, Self and Society” merupakan karya George Harbert Mead yang paling terkenal
(Mead. 1934 dalam West-Turner. 2008: 96), dimana dalam buku tersebut memfokuskan pada
tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi
simbolik.
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik
antara lain:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
2. Pentingnya konsep mengenai diri,
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi
perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses
komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi
secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat
disepakati secara bersama. Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer
(1969) dalam West-Turner (2008: 99) dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan
orang lain kepada mereka,
2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia,
3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-
Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep
diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya.
Tema ini memiliki dua asumsi tambahan, menurut LaRossan & Reitzes (1993) dalam West-
Turner (2008: 101), antara lain:
1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang
lain,
2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.
Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan
individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi
perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang
ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai
keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini
adalah:
1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial,
2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Rangkuman dari hal-hal yang telah dibahas sebelumnya mengenai tiga tema konsep
pemikiran George Herbert Mead yang berkaitan dengan interaksi simbolik, dan tujuh asumsi-
asumsi karya Herbert Blumer (1969) adalah sebagai berikut:
Tiga tema konsep pemikiran Mead
Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
Pentingnya konsep diri,
Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tujuh asumsi karya Herbert Blumer
Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain
pada mereka,
Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia,
Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif,
Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain,
Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku,
Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial,
Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
BAB III
DATA PENGAMATAN
]
Dalam melakukan penelitian terhadap kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB,
didapatkan data berupa kuesioner dan video wawancara langsung dengan beberapa mahasiswa
Malaysia. Dibawah ini merupakan contoh kuesioner yang dibagikan, sedangkan video sudah
ditunjukan pada saat presentasi kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB.
BAB 4
PEMBAHASAN
Untuk meninjau lebih jauh tentang kebudayaan mahasiswa Malaysia yang kuliah di ITB bisa
dilihat dari tujuh unsur: agama, bahasa, ekonomi, sosialisasi, kesenian, teknologi, dan
pendidikan. Dibawah ini tercantum masing-masing unsur dengan penjelasannya
1. Agama
Penduduk Malaysia sekitar 54% merupakan suku Melayu. Semua orang melayu di Malaysia
dipandang sebagai Muslim, sehingga Islam merupakan agama resminya. Selain suku Melayu,
dua suku terbesar lainnya adalah India dan Cina (Tionghoa). Suku India-Malaysia sebagian besar
memeluk agama Hindu, sisanya memeluk agama Kristen dan Islam. Sedangkan suku Tionghoa-
Malaysia sebagian besar memeluk agama Buddha, sisanya memeluk agama Kristen dan ajaran
Tao.
Mahasiswa Malaysia di Farmasi ITB yang kami temui dan dijadikan responden sebagian
besar merupakan suku Melayu dan India-Malaysia. Dari hasil kuisioner dan wawancara yang
dilakukan ternyata sebagian besar memeluk agama Islam dan Hindu dengan persentase sebesar
39%, sisanya memeluk agama Buddha yaitu sebesar 11% dan agama Katolik dengan persentase
sebesar 4%. Mahasiswa yang memeluk agama selain Islam dan Hindu, diperkirakan merupakan
mahasiswa yang tergolong dalam suku Tionghoa-Malaysia dan beberapa dari suku India-
Malaysia.
Menurut beberapa komentar dari beberapa mahasiswa Indonesia di Farmasi ITB yang kami
temui, awalnya pergaulan mahasiswa Malaysia seperti berkelompok berdasarkan suku-sukunya.
Sering terlihat mahasiswa Malaysia suku India-Malaysia jalan bergerombol atau membentuk
forum diskusi dengan sesamanya. Begitu pula dengan suku Melayu, mereka seolah-olah lebih
sering bergaul dengan suku yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan latar belakang
agama, suku serta kebudayaan yang berbeda antara keduanya. Namun hal tersebut hanya ditemui
di awal tahun pertama mereka, tahun-tahun berikutnya mahasiswa Malaysia Melayu dan India
dapat membaur satu sama lain, bergaul, mengerjakan tugas kuliah dan belajar bersama. Mereka
menghormati perbedaan suku dan agama dengan tetap saling menghargai dan toleransi sebagai
sahabat satu bangsa.
Beberapa mahasiswa muslim Malaysia seringkali diikutsertakan dalam acara ta’lim yang
diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Islam (Gamais) ITB seperti yang pernah diadakan pada
September 2008 yang lalu. Tema yang dibahas saat itu adalah Ukhuwah Islamiyah. Pada acara
tersebut mahasiswa Malaysia dan mahasiswa Indonesia saling sharing pengalaman, berbagi ilmu
agama dan dapat lebih menjalin kekerabatan sebagai sesama umat muslim. Sama halnya dengan
mahasiswa Malaysia yang beragama Hindu serta agama yang lain, mereka biasanya melakukan
peribadatan bersama, merayakan hari besar keagamaan dan lain sebagainya yang sifatnya agama.
2. Bahasa
Bahasa resmi yang digunakan di Malaysia merupakan Bahasa Melayu. Bahasa Melayu
digunakan dalam pemerintahan, pergaulan, acara adat, acara formal dan non-formal. Seringkali
Bahasa Melayu ini dipakai bersamaan dengan bahasa Inggris, dimana bahasa ini merupakan
bahasa yang banyak digunakan setelah Bahasa Melayu. Beberapa orang menyebut bahasa
campuran Melayu dan Inggris ini sebagai Bahasa Malaysia. Sehingga sering ditemui penduduk
Malaysia yang berkomunikasi dengan Bahasa Melayu dengan disertai beberapa kata dan istilah
dalam bahasa Inggris.
Sebagian besar mahasiswa Malaysia di Farmasi ITB menggunakan bahasa Inggris untuk
berkomunikasi dalam kuliah dan pergaulan, yaitu sebanyak 49%. Sisanya menggunakan bahasa
campuran antara bahasa Inggris, Melayu dan Indonesia. Bahasa Inggris biasanya digunakan
dalam kuliah dan berkomunikasi dengan dosen. Menurut beberapa mahasiswa Malaysia, ada
sebagian dosen yang seringkali menggunakan beberapa kata dan istilah dalam Bahasa Indonesia,
namun hal tersebut bukanlah merupakan kesulitan karena Bahasa Indonesia yang dipakai
merupakan bahasa yang umum dan dimengerti oleh mahasiswa Malaysia. Selain itu terdapat
beberapa persamaan kata antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu yang memiliki arti yang
sama.
Mahasiswa Malaysia berkomunikasi dengan sesama mahasiswa Malaysia menggunakan
Bahasa Malaysia, yang merupakan campuran antara Bahasa Melayu dan Inggris. Beberapa
mahasiswa Malaysia yang bersuku India seringkali menggunakan Bahasa Hindi dalam pergaulan
dengan mahasiswa dari suku yang sama. Sedangkan untuk berkomunikasi dengan mahasiswa
Indonesia, mahasiswa Malaysia biasanya menggunakan bahasa campuran antara Inggris, Melayu
dan Indonesia. Beberapa mahasiswa Malaysia mengaku sedikit kesulitan apabila berkomunikasi
dengan mahasiswa Indonesia yang menggunakan bahasa dan beberapa istilah gaul, atau bukan
Bahasa Indonesia yang baku. Hal ini seringkali menjadi masalah di tahun pertama perkuliahan.
Namun hal ini menjadi daya tarik tersendiri karena mahasiswa Malaysia dapat menambah
kosakata Bahasa Indonesianya.
3. Ekonomi
Biaya hidup dan perkuliahan mahasiswa Malaysia Farmasi ITB selama di Bandung sebagian
besar dibiayai oleh orang tua mereka masing-masing dan beberapa mahasiswa dibiayai oleh
beasiswa dari pemerintah Malaysia. Tidak ada mahasiswa Malaysia yang berkeja paruh waktu
(part time). Hal ini mungkin dikarenakan karena tujuan mereka hanya untuk belajar dan setelah
lulus akan kembali lagi ke Malaysia, selain itu mungkin akan sulit untuk mencari pekerjaan
paruh waktu mengingat status mereka sebagai mahasiswa dan berkewarganegaraan asing.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang melatarbelakangi
mahasiswa Malaysia memilih untuk kuliah di jurusan Farmasi ITB adalah biaya perkuliahan
yang murah. Beberapa calon mahasiswa Malaysia yang tertarik dalam jurusan medis seperti
Kedokteran dan Farmasi, namun tidak kuliah di Malaysia dikarenakan daya tampung yang tidak
mencukupi biasanya mencari universitas berkualitas di luar negeri yang membuka jurusan medis
tersebut. Negara-negara yang menjadi incaran adalah Singapura, Jepang, UK, Australia dan
Indonesia. Faktor yang selanjutnya dilihat setelah kualitas adalah biaya perkuliahan di
universitas tersebut. Beberapa mahasiswa Malaysia yang kami wawancara menyatakan bahwa
biaya perkuliahan di ITB tergolong murah jika dibandingkan dengan universitas di negara lain,
selain itu lokasinya yang tidak terlalu jauh dari negara mereka dan kebudayaan yang masih
serumpun sehingga dapat lebih mudah beradaptasi.
Sebanyak 54% mahasiswa Malaysia tinggal di kosan, beberapa ada yang menyewa rumah
untuk ditinggali bersama dan hanya sebagian kecil yang tinggal di asrama mahasiswa dan
memiliki rumah sendiri. Daerah yang paling banyak ditempati adalah Tubagus Ismail, serta
beberapa daerah lainnya yang terdapat di sekitar kampus ITB seperti Cisitu, Dago dan Sekeloa.
Apabila dilihat dari biaya untuk membayar kos dan menyewa rumah, dapat dikatakan mereka
menghabiskan uang yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya kos mahasiswa Indonesia.
Hal ini dikarenakan biaya hidup mereka yang lebih tinggi dan menginginkan fasilitas yang
terbaik selama tinggal di Bandung.
4. Sosialisasi
Masalah kesulitan untuk bersosialisasi dengan mahasiswa Indonesia diakui oleh mahasiswa
Malaysia hanya terjadi pada tahun-tahun pertama perkuliahan. Hal ini dikarenakan oleh
latarbelakang kebudayaan yang berbeda sehingga mahasiswa Malaysia harus bisa beradaptasi
dengan kebudayaan mahasiswa Indonesia di ITB. Mereka mengatakan bahwa masalah tersebut
seringkali terjadi karena salah paham bahasa. Namun hal tersebut bukanlah masalah yang besar
karena pada tahun-tahun berikutnya mahasiswa Malaysia sudah dapat berbaur dengan mahasiswa
Indonesia.
Menurut salah satu mahasiswa Farmasi ITB yang kami wawancarai, mahasiswa Malaysia
angkatan 2005 berada dalam satu kelas yang sama dengan mahasiswa Indonesia, sehingga
mereka dapat lebih cepat akrab dan bersosialisasi dengan mahasiswa Indonesia. Sedangkan
untuk mahasiswa Malaysia mulai dari angkatan 2006 hingga saat ini berada dalam kelas
internasional, dipisahkan dari kelas mahasiswa Indonesia sehingga dibutuhkan waktu yang lebih
lama untuk bersosialisasi dengan mahasiswa Indonesia.
Walaupun dipisahkan atas kelas perkuliahan yang berbeda, mahasiswa Malaysia dan
mahasiswa Indonesia seringkali ditemukan dalam beberapa acara himpunan yang diadakan oleh
Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) seperti acara olahraga, kebudayaan, rapat himpunan,
belajar bersama, atau hanya sekedar kumpul-kumpul di himpunan. Menurut mahasiswa
Indonesia, mahasiswa Malaysia ramah, bersahabat, aktif, dan mudah bergaul.
Mahasiswa Malaysia sendiri tergabung dalam suatu unit kemahasiswaan yang disebut ISF
atau International Student Forum. Forum Mahasiswa Internasional ITB ini berdiri sejak Maret
2007, bertujuan untuk membangun komunikasi antara mahasiswa lokal dan mancanegara, serta
sebagai ajang mahasiswa asing untuk berkumpul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan ITB
maupun Bandung secara umum. Sebagian besar anggota unit ini merupakan mahasiswa Sekolah
Farmasi ITB yang kenyataannya memang Sekolah Farmasi ITB memiliki jumlah mahasiswa
asing paling banyak. Anggotanya terdiri dari beberapa mahasiswa asing yang berasal dari
berbagai negara seperti Jepang, Malaysia, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, Malawi, Uganda,
Sudan and Republik Czech. Namun anggota terbanyak berasal dari Malaysia.
5. Kesenian
Melalui unit ISF yang telah dijelaskan sebelumnya, sering diadakan acara-acara kebudayaan
dan kesenian. Hal ini dapat dilihat pada acara International Day 2009 yang dilaksanakan di Aula
Timur pada 18 April 2009 lalu. Acara tersebut bertemakan Colours of The World in One Night.
Acara ini diisi oleh mahasiswa-mahasiswa asing yang menempuh pendidikan di ITB, selain dari
Malaysia, ada juga mahasiswa dari India, Kamboja, Madagaskar, Belanda, Vietnam, Laos,
Jepang, dan Republik Czech.
Pada malam kebudayaan tersebut, mahasiswa Malaysia mempresentasikan keberagaman ras
yang tinggal di Malaysia, yang terdiri atas Malay, Kadazan, Bidayah, India, dan Cina. Presentasi
ini disajikan dalam bentuk slide yang sangat menarik. Selain itu, mahasiswa Malaysia juga
memberikan pertunjukan drama yang berjudul We Are One. Drama ini menceritakan kisah
pasangan dari dua ras berbeda, yaitu ras Malay dan ras India yang dihukum ditenggelamkan di
sungai lantaran melanggar adat setempat yang tidak memperbolehkan perkawinan antar etnik.
Diceritakan pada jaman dahulu, perkawinan antara dua ras berbeda di Malaysia hukumnya
taboo, namun hal ini kini sudah tidak berlaku lagi, sehingga perkawinan antar etnik pun
diperbolehkan. Setelah itu disajikan beberapa penampilan dari mahasiswa negara lain, dan
malam kebudayaan ini pun ditutup dengan penampilan kombinasi tarian tiga etnik Malaysia.
Acara tersebut merupakan suatu acara terbesar yang diadakan ISF. Sedangkan untuk sehari-
harinya tidak dilakukan latihan kesenian dan kebudayaan seperti yang sering dilakukan Unit
Kesenian Minang atau Lingkung Seni Sunda ITB. Namun apabila diadakan acara kebudayaan
seperti itu lagi, tentu saja mahasiswa Malaysia akan memberikan pertunjukan kebudayaan yang
tidak kalah menarik dari yang sebelumnya dengan mempelajari budaya bangsa mereka secara
lebih detail dan memperkenalkan keberagaman budayanya kepada mahasiswa Indonesia.
Saat ditanyakan pendapat mereka mengenai “perang kebudayaan” antara Indonesia-
Malaysia mereka menjawab beragam. Mereka mengatakan bahwa hal tersebut dapat terjadi
karena Indonesia dan Malaysia berasal dari nenek moyang yang sama, sama-sama keturunan
melayu, kemudian banyaknya orang Indonesia yang tingal di Malaysia selama bertahun-tahun
dan mereka membawa kebudayaan dari Indonesia kemudian tanpa disadari kebudayaan tersebut
berkembang di Malaysia, sehingga sering dipakai dalam acara-acara kebudayaan disana. Namun
diakui mahasiswa Malaysia “perang” ini tidak mempengaruhi sikap mahasiswa Malaysia dalam
pergaulan dengan mereka sehingga hal ini pun tidak mempengaruhi pendidikan mereka di
kampus ITB.
6. Teknologi
Menurut hasil survey dan wawancara yang kami lakukan ternyata mahasiswa Malaysia
farmasi ITB sudah fasih dalam penggunaan internet. Dalam seharinya mereka bisa mengakses
lebih dari enam kali. Lima situs yang paling sering dikunjungi adalah Yahoo!, Google.com,
Facebook.com, Blogger.com, dan Youtube.com. Berdasarkan daftar situs tersebut, mahasiswa
Malaysia sebagai pengguna internet cenderung menggunakan internet untuk mendapatkan
informasi dengan memanfaatkan fasilitas mesin pencari. Alasan mengapa yahoo lebih sering
dikunjungi daripada google yang notabene merupakan mesin pencari paling besar di dunia
internet disebabkan karena yahoo yang pada dasarnya adalah sebuah porta yang dilengkapi
dengan mesin pencari, jadi selain hanya sekedar untuk mencari alamat web melalui search
engine, tapi juga memanfaatkan layanan Yahoo untuk memperoleh berita/news, layanan e-mail,
Yahoo! Massenger, dll. Sedangkan google belum bisa menyaingi yahoo dari segi web portal
yang dimiliki oleh google.
Untuk mengakses internet dari kampus ataupun dari pusat perbelanjaan dan tempat umum
lainnya, mahasiswa Malaysia sudah terbiasa dengan menggunakan layanan hotspot atau Wi-Fi.
Beberapa dari mereka ada yang memilih menggunakan modem dari operator tertentu dengan
alasan koneksi internetnya lebih cepat dan lebih mudah digunakan.
Dari aspek teknologi lainnya, mahasiswa Malaysia sudah terbiasa dengan program-program
komputer dan paham bagaimana cara menggunakannya. Selain untuk keperluan akademis,
komputer dan internet juga sering digunakan sebagai sarana refreshing dengan menggunakan
fasilitas di situs jejaring sosial, game online atau pc-game, dan lain sebagainya. Selain kecakapan
dalam penggunaan internet dan komputer, ternyata semua mahasiswa Malaysia memiliki telepon
genggam yang dapat dikatakan sudah lebih maju dengan fasilitas 3G, internet mobile, kamera,
MP3/video player dan beberapa fitur-fitur canggih lainnya.
7. Pendidikan
Sebagian besar anak-anak Malaysia mulai bersekolah pada usia tiga sampai enam tahun, di
Taman Kanak-Kanak. Kemudian setelah berumur tujuh tahun dilanjutkan pada sekolah dasar
yang dienyam selama enam tahun. Setelah lulus dari sekolah dasar dilanjutkan dengan
pendidikan tahap kedua yang disebut dengan Sekolah Menengah Kebangsaan (atau setara SMP +
SMA di Indonesia) dengan lama pendidikan yaitu selama lima tahun. Siswa-siswi yang hendak
memasuki universitas, harus menyelesaikan pendidikan tambahan selama 12 sampai 18 bulan di
Form Six dan mengikuti Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM) siswa-siswi yang telah
menamatkan program ini dapat mendaftar di universitas lokal dan luar negeri.
Siswa-siswi Malaysia memiliki minat yang sangat tinggi terhadap dunia medis, yang
mencakup Kedokteran dan Farmasi. Sedangkan dari Malaysia sendiri universitas yang
berkualitas terhadap kedua jurusan tersebut sangatlah terbatas, daya tampungnya pun sangat
terbatas. Sehingga beberapa siswa memilih untuk kuliah di universitas di luar Malaysia.
Beberapa negara yang menjadi incaran adalah Amerika Serikat, Inggris, Australia, Singapura,
indonesia, Kanada, Jepang, Yordania, Mesir, Korea, Jerman, Perancis, Republik Rakyat Cina,
Irlandia, Rusia, Polandia dan Republik Ceko.
Berikut adalah beberapa universitas ternama di Malaysia:
Universitas Publik:
University of Malaya
Universiti Sains Malaysia
Universiti Putra Malaysia
Universiti Teknologi Malaysia
Universiti Teknologi MARA
Universiti Kebangsaan Malaysia
Universitas Swasta:
Multimedia University
Universitas Teknologi Petronas
Universitas Internasional:
Monash University Malaysia Campus
Curtin University of Technology Sarawak Campus
Swinburne University of Technology Sarawak Campus
University of Nottingham Malaysia Campus
Dari beberapa universitas tersebut di atas, universitas yang memilik jurusan medis yang
berkualitas hanya beberapa saja, yaitu University of Malaya, Universiti Kebangsaan Malaysia,
Universiti Sains Malaysia, Universiti Putra Malaysia, Universiti Teknologi MARA, dan Monash
University Malaysia.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, karena keterbatasan universitas dan daya tampung,
mahasiswa Malaysia mencari universitas di luar Malaysia. Salah satu tujuannya adalah
Indonesia, beberapa universitas di Indonesia yang diminati seperti Institut Teknologi Bandung,
Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanudin, Universitas Gajah Mada,
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya, Universitas Brawijaya, Universitas Andalas,
Universitas Sriwijaya, Universitas Sumatra Utara dan Universitas Gunadharma.
Dari hasil wawancara kami terhadap beberapa responden mahasiswa Malaysia, mereka
mengatakan bahwa jurusan farmasi di Institut Teknologi Bandung memiliki kualitas yang sangat
baik dan tidak kalah dengan jurusan farmasi di universitas Malaysia. Selain itu karena penyakit
yang terjadi di Indonesia lebih beragam, mereka berharap dapat ilmu dan pengalaman lebih
banyak. Mereka mengetahui keberadaan dan kualitas universitas-universitas di Indonesia
berdasarkan atas informasi yang diperoleh dari guru-guru, orangtua, serta pameran pendidikan
universitas-universitas Indonesia yang sering diadakan di Malaysia.
Selama mengenyam pendidikan di ITB dan menurut hasil kuisioner yang kami sebarkan
ternyata sebagian besar mahasiswa Malaysia memiliki indeks prestasi yang baik yaitu berkisar
antara 2.75 – 3.50 (dengan persentase tertinggi), kemudian cukup banyak yang berkisar antara
3.01 – 3.50, sebagian memiliki indeks prestasi sangat baik, yaitu diatas 3.50 dan hanya sedikit
yang memiliki indeks prestasi di bawah 2.75. Menurut para dosen yang sempat kami
wawancarai, mahasiswa Malaysia termasuk mahasiswa yang pintar, mudah menerima pelajaran,
aktif, responsif, dan memiliki prestasi yang baik.
Saat ditanyakan akan melanjutkan kemana setelah lulus dari farmasi ITB ini, lebih dari
60% mengatakan akan bekerja di Malaysia, dan sebagian akan mengambil program master di
Malaysia. Melihat persentase bekerja di Malaysia sangat besar, dapat dikatakan bahwa
mahasiswa Malaysia sangat cinta akan negaranya dan ingin memberikan bakti dan ilmunya
untuk kemajuan di negaranya, khususnya dalam bidang medis.
Pembahasan Kuesioner
Salah satu bentuk metode penelitian yang dilakukan adalah analisis kuantitatif dengan
menggunakan kuesioner sebagai bahan analisis. Kuesioner disebar kepada mahasiswa-
mahasiswa Malaysia yang berkuliah di Sekolah Farmasi ITB. Responden yang dimintai
pendapatnya melalui kuesioner berasal dari angkatan 2006 dan 2007. Pemilihan angkatan 2006
dan 2007 sebagai responden diakibatkan oleh angkatan tersebut sudah cukup lama berkuliah di
Indonesia sehingga pergeseran kebudayaan yang terjadi diharapkan dapat lebih terlihat dan
memberikan data yang lebih representatif.
Dari kuesioner yang disebarkan dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa Malaysia
di SF ITB beragama Islam dan Hindu. Hal ini menandakan bahwa mahasiswa tersebut
merupakan mahasiswa Malaysia keturunan melayu dan india. Selanjutnya jika dibandingkan
dengan data yang memperlihatkan bahasa yang digunakan oleh mahasiswa tersebut dalam
kegiatan sehari-harinya, maka terlihat bahwa bahasa Inggris sebagai bahasa universal dunia
digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Namun bahasa indonesia juga digunakan oleh mahasiswa-
mahasiswa malaysia tersebut, sehingga dapat dinyatakan bahwa dalam segi bahasa telah terjadi
pergeseran kebudayaan. Hal ini sesuai dengan teori evolusi budaya menurut Julian H. Stewart,
yang menyatakan:
“Budaya manusia itu berkembang menurut beberapa arah yang berbeda. Evolusi budaya
tidak bersifat unilinter, bahkan multilinter. Evolusi manusia bukanlah sematamata biologik
belaka, malahan merupakan interaksi antara ciri-ciri fisik dan budaya, setiap ciri itu saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Manusia itu mempunyai upaya untuk menciptakan
penyelesaian-penyelesaian yang rasional dalam kehidupan mereka, terutama dalam alam
dan masalah-masalah teknis, dan juga mereka berupaya untuk mentransformasi
penyelesaian tersebut kepada generasi berikut dan anggota lain dalam masyarakatnya.”
Terjadi evolusi dalam bidang bahasa terhadap mahasiswa-mahasiswa malaysia yang ditunjukkan
dengan digunakannya bahasa indonesia sebagai bahasa sehari-hari.
Dari segi makanan juga terlihat bahwa terjadi evolusi dimana makanan seperti makanan sunda
yang jarang ditemukan di malaysia difavoritkan oleh sebagian mahasiswa malaysia walaupun
tidak sebesar masakan padang yang lebih menyerupai cita rasa masakan malaysia.
Ketertarikan mahasiswa-mahasiswa tersebut terhadap kebudayaan indonesia pun dapat menjadi
salah satu tolak ukur evolusi yang terjadi terhadap mahasiswa-mahasiswa tersebut.
Dari pertanyaan tentang tempat tinggal para mahasiswa tersebut dapat terlihat bahwa teori
kohesivitas kelompok sangat teraplikasi. Teori kohesivitas kelompok menurut Seashore (1954)
menyatakan:
“Kelompok yang lebih kecil rata-rata lebih kohesif dari pada kelompok yang lebih besar
begitu pula jangkauannya (range) kohesivitas kelompok yang lebih kecil lebih besar dari
pada kelompok yang lebih besar. Manusia cenderung untuk merasa lebih bahagia dalam
kelompok yang sedikit.”
Tempat tinggal para mahasiswa sebagian besar berupa asrama atau rent house yang dapat
dianalisis sebagai bentuk kohesivitas mahasiswa malaysia sebagai kelompok yang lebih kecil
sehingga lebih cenderung untuk bersama dalam kegiatan sehari-harinya (tempat tinggal). Selain
itu dari pengamatan sehari-hari juga terlihat bahwa mahasiswa malaysia dalam pegaulan sehari-
harinya lebih memilih bergaul dengan sesama mahasiswa malaysia dibandingkan dengan
mahasiswa lokal.
Pergeseran kebudayaan yang terjadi dalam berbagai bidang terhadap mahasiswa-
mahasiswa tersebut selain merupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap kebudayaan indonesia,
juga merupakan salah satu bentuk evolusi yang terjadi karena menetap dalam waktu yang cukup
lama di negeri lain. Sebagai suatu kelompok dengan jumlah yang lebih sedikit maka pengaruh
dari kelompok yang lebih besar dalam segi kebudayaan merupakan suatu hal yang tidak bisa
dihindarkan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari laporan ini adalah
• Mayoritas mahasiswa Malaysia di jurusan Farmasi beragama Islam dan Hindu
• Bahasa yang umum digunakan dalam perkuliahan adalah bahasa Inggris dan dalam
sosialisasi dengan mahasiswa Indonesia adalah bahasa Indonesia
• Biaya hidup selama perkuliahan berasal dari orang tua dan beasiswa dari pemerintah
Malaysia
• Tempat tinggal mahasiswa Malaysia pada umumnya di satu lingkungan (asrama)
• Di luar kampus, mahasiswa Malaysia memiliki unit kebudayaan ISF dan PKPMI
• Mayoritas mahasiswa Malaysia sudah fasih menggunakan teknologi
• IPK rata-rata mahasiswa Malaysia berkisar antara 2.75 – 3.50
• Sebagian besar mahasiswa Malaysia dapat dengan mudah beradaptasi dengan
kebudayaan Indonesia contohnya dalam makanan dan pariwisata Indonesia
5.2 Saran
Saran yang bisa ditambahkan dalam pembahasan kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB ini
antara lain :
Sebagai mahasiswa Indonesia seharusnya kita memberi contoh yang positif terhadap
mahasiswa Malaysia di ITB karena kebudayaan mereka sudah mulai berinfiltrasi dengan
kebudayaan kita
Sebaiknya dengan adanya konflik yang sedang berkembang antara Malaysia dengan
Indonesia bukanlah menjadi penghalang untuk kita menjalin hubungan yang baik dengan
mahasiswa Malaysia
LAMPIRAN
1. Foto-foto Expo pendidikan di Malaysia
2. Tanya Jawab
Pertanyaan:
Apakah ada perbedaan fasilitas dan perlakuan dari program studi ataupun dari dosen terhadap
mahasiswa Malaysia dan mahasiswa Indonesia?
(Mifta Radya Arsyi)
Jawaban:
Memang terdapat perbedaan fasilitas antara mahasiswa Malaysia dan mahasiswa Indonesia, hal
ini terlihat pada saat praktikum. Mahasiswa Malaysia mendapatkan fasilitas lebih berupa alat-alat
yang lebih bagus dan baru serta penyiapan zat dan bahan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan
biaya perkuliahan mereka yang memang lebih mahal dibandingkan dengan biaya perkuliahan
yang harus dibayar oleh mahasiswa Indonesia, sehingga fasilitas mereka pada saat praktikum
pun tentu saja berbeda. Namun untuk perlakuan pada saat praktikum ataupun pada saat
perkuliahan tidak ada yang berbeda. Semua dosen farmasi yang mengajar di kelas internasional
dan kelas reguler memberikan perlakuan yang sama, baik dalam hal penilaian, pemberian tugas,
dan tingkat kesulitan pada saat memberikan soal ujian.
Pertanyaan:
Mengapa mahasiswa Malaysia tertarik untuk kuliah di Indonesia? Apa karena mereka tidak lulus
ujian masuk di universitas Malaysia?
(Hamzah Syawaludin)
Jawaban:
Ujian masuk untuk universitas ternama atau favorit dan berkualitas di Malaysia, khususnya
untuk jurusan medis memang cukup sulit dan daya tampungnya pun terbatas. Hal ini
mengakibatkan banyak siswa yang nilainya baik, namun tidak diterima karena keterbatasan daya
tampung tersebut. Sehingga alternatif mereka adalah mencari universitas lain diluar Malaysia
yang tentu saja memiliki kualitas yang sangat baik. Pilihan mereka banyak yang jatuh pada
universitas-universitas di Indonesia, selain karena kualitas, biaya kuliah yang relatif murah dan
juga lokasi Indonesia yang dekat dengan Malaysia, serta budaya yang masih serumpun sehingga
lebih mudah untuk beradaptasi.
Pertanyaan:
Kenapa hanya jurusan medis yang diminati? Kenapa jurusan teknik tidak diminati?
(Rien Rakhmana)
Jawaban:
Universitas di Malaysia yang memiliki jurusan medis dan berkualitas hanya sedikit dan terbatas,
sedangkan minat siswa akan jurusan tersebut sangatlah tinggi. Sehingga mereka cenderung untuk
mencari universitas lain di luar Malaysia. Sedangkan untuk jurusan teknik, selain peminatnya
yang tidak sebanyak peminat jurusan medis, banyak universitas di Malaysia sudah memiliki
jurusan teknik yang berkualitas dan terakreditasi sangat baik. Misalnya saja University of
Malaya, Universiti Sains Malaysia, Universiti Putra Malaysia, Universiti Teknologi Malaysia,
Universiti Teknologi MARA, Universiti Kebangsaan Malaysia, dan masih banyak universitas
yang lainnya.
Pertanyaan:
Bagaimana mekanisme masuknya mahasiswa Malaysia ke ITB?
Jawaban:
Setiap tahunnya di Malaysia digelar pameran pendidikan yang diselenggarakan oleh universitas-
universitas ternama di Indonesia. Pameran ini diadakan setidaknya 2 – 3 kali dalam setahun. Dari
pamera inilah mereka mengetahui berbagai informasi tentang universitas di Indonesia. Untuk
masuk ITB, mereka mengikuti seleksi mahasiswa asing atau overseas student admission atau
setara dengan USM-ITB. Syarat pendaftaran dan penyajian soal serta jenis tes yang dilakukan
pun sama dengan USM-ITB hanya saja dalam bahasa Inggris.
Pertanyaan:
Apakah mahasiswa Malaysia termasuk dalam anggota himpunan? Sejauh mana keaktifan mereka
di himpunan? Apakah ada perkumpulan mahasiswa Malaysia di ITB?
Jawaban:
Iya, mahasiswa Malaysia termasuk dalam himpunan (HMF). Sampai dengan angkatan 2007 yang
masuk himpunan adalah mahasiswa yang berminat saja, namun untuk angkatan 2008 karena ada
masalah yang terjadi, tidak diketahui apa masalahnya, menurut salah satu anak farmasi, semua
mahasiswa Malaysia termasuk himpunan. Hanya saja ada anggota aktif dan non-aktif. Untuk
anggota yang aktif, selanjutnya akan mengikuti kaderisasi kedua.
Mahasiswa Malaysia seringkali diundang dan dilibatkan dalam beberapa acara himpunan yang
diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) seperti acara olahraga, kebudayaan, rapat
himpunan, belajar bersama, atau hanya sekedar kumpul-kumpul di himpunan. Menurut
mahasiswa Indonesia, mahasiswa Malaysia ramah, bersahabat, aktif, dan mudah bergaul.
Mahasiswa Malaysia dan mahasiswa asing lain yang kuliah di ITB tergabung dalam suatu
organisasi atau unit yang dinamakan ISF (International Student Forum). Forum Mahasiswa
Internasional ITB ini berdiri sejak Maret 2007, bertujuan untuk membangun komunikasi antara
mahasiswa lokal dan mancanegara, serta sebagai ajang mahasiswa asing untuk berkumpul dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan ITB maupun Bandung secara umum. Sebagian besar
anggota unit ini merupakan mahasiswa Sekolah Farmasi ITB yang kenyataannya memang
Sekolah Farmasi ITB memiliki jumlah mahasiswa asing paling banyak. Anggotanya terdiri dari
beberapa mahasiswa asing yang berasal dari berbagai negara seperti Jepang, Malaysia, Vietnam,
Laos, Myanmar, Kamboja, Malawi, Uganda, Sudan and Republik Czech. Namun anggota
terbanyak berasal dari Malaysia.
Pertanyaan:
Adakah mahasiswa malaysia selain di farmasi ITB? Adakah di antara mahasiswa malaysia yang
berminat menetap di indonesia?
Jawaban:
Ada beberapa mahasiswa asing yang tersebar di beberapa jurusan lain di ITB, hanya saja
jumlahnya tidak terlalu banyak dan tidak sebanyak mahasiswa Malaysia di jurusan farmasi.
Selain itu kelompok kami hanya meneliti kebudayaan mahasiswa Malaysia yang berada di
jurusan farmasi saja.
Dari hasil kuisioner yang kami sebarkan, setelah lulus dari ITB lebih dari 60% mengatakan akan
bekerja di Malaysia, dan sebagian (13%) akan mengambil program master di Malaysia. Tidak
ada mahasiswa Malaysia yang ingin menetap di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.itb.ac.id/news/2039.xhtml
www.itb.ac.id/news/itb_berita_2417.pdf
http://www.itb.ac.id/usm-itb/
http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia