laporan akhir program p2m penerapan...

Download LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1958123119820310… · membantu pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dari

If you can't read please download the document

Upload: phamkhuong

Post on 06-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 1

    LAPORAN AKHIR

    PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

    Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi

    Peradilan Semu untuk Meningkatkan Penguasaan Pemahaman

    Mahasiswa Undiksha tentang Konstitusi Negara RI

    Oleh

    Drs. Ketut Sudiatmaka, M.Si.(Ketua)

    NIP.195812311982031045

    Drs. I Nyoman Suditha, M.Pd (Anggota)

    NIP. 1950071519780301002

    Drs. I Wayan Landrawan, M.Si. (Anggota)

    NIP.196012311986031018

    Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

    Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 174/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5

    Maret 2015

    JURUSAN ILMU HUKUM

    FAKULTAS ILMU SOSIAL

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

    2015

  • 2

  • 3

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur yang sedalam-dalamnya kami panjatkan atas kehadirat Ida Sang Hyang

    Widhi Wasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga laporan akhir pelaksanaan

    kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini dapat diselesaikan. Tak lupa kami juga

    mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah

    membantu pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dari awal sampai

    dengan selesai.

    Laporan ini memaparkan kegiatan pengabdian masyarakat tentang Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu untuk Meningkatkan

    Penguasaan Pemahaman Mahasiswa Undiksha tentang Konstitusi Negara RI. Proses

    pelatihan, Pendampingan disertai dengan pemberian materi dan modul tentang Hadirnya

    peradilan semu (moot court) sebagai sarana belajar (dalam konstruksi akademis) sebagai

    sebuah bentuk apresiasi yang tinggi bagi dosen pengampu mata kuliah yang dilakukan

    inovasi model kepada mahasiswa.

    Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini

    merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana

    nantinya diharapkan dengan Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui

    Desiminasi Peradilan Semu (moot court) untuk Meningkatkan Penguasaan Pemahaman

    Mahasiswa Undiksha tentang Konstitusi Negara RI. Program ini merupakan program

    rintisan yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan pengetahuan dan wawasan

    mahasiswa tentang konstitusi dengan penerapan Praktek Beracara di Muka Pengadilan.

    Walaupun penyusunan laporan akhir ini masih jauh dari sempurna, namun kami

    berharap dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

    Singaraja, 2 Oktober 2015

    Ketua Pelaksana

  • 4

    DAFTAR ISI

    Cover

    Lembar Pengesahan 1

    Daftar Isi.. 3

    Abstrak. 4

    BAB I.PENDAHULUAN

    1.1 Analisis Situasi 5 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah.. 10 1.3 Tujuan Kegiatan 11 1.4 Manfaat Kegiatan..... 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Peradilan Semu 12

    2.2 Konstitusi Negara RI 12

    2.3 Hasil Tinjauan terhadap P2M Terdahulu.................. 14

    BAB III. METODE PELAKSANAAN

    3.1 Kerangka Pemecahan masalah... 15

    3.2 Khalayak Sasaran 16

    3.3 Keterkaitan 16

    3.4 Metode Kegiatan.. 17

    3.5 Rancangan Evaluasi 17

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Kegiatan 19

    4.1.1 Laporan hasil Kegiatan. 19

    4.1.2 Alur Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui

    Desiminasi Peradilan Semu 21.

    4.2 Pembahasan 21

    BAB V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan 23

    5.2 Saran.. 23

    DAFTAR PUSTAKA 24

    LAMPIRAN 25

  • 5

    ABSTRAK

    Latar belakang kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah pemahaman konstitusi

    yang lemah di kalangan mahasiswa berdasarkan hasil evaluasi sementara nilai rata-rata

    mahasiswa 65 dinilai belum mampu memenuhi standara ketercapaian pembelajaran

    terhadap akses mahasiswa mengenai mata kuliah tersebut. Peradilan semu (moot court)

    memberikan tambahan belajar bagi mahasiswa Jurusan FISIPOL, FISIP, dan FIS untuk

    mengembangkan diri, terutama perwujudan konkrit dari mata kuliah-mata kuliah hukum

    acara. Meskipun belum sepenuhnya benar, tapi proses belajar yang dialami mahasiswa

    dapat diupayakan untuk mengerti lebih jauh mengenai kebiasaan-kebiasaan praktek

    beracara. Hadirnya peradilan semu (moot court) sebagai sarana belajar (dalam konstruksi

    akademis) sebagai sebuah bentuk apresiasi yang tinggi bagi dosen pengampu mata kuliah

    yang dilakukan inovasi model kepada mahasiswa. Adalah hal yang tabu bagi mahasiswa

    untuk memperlihatkan sesuatu yang tidak benar di hadapan hukum. Secara umum,

    peradilan semu (moot court) memberikan gambaran ideal yang perlu untuk ditanamkan

    semenjak dini mengenai peradilan yang bersih dan berwibawa. Dengan demikian, apa

    yang ideal yang ditanamkan kepada generasi penerus penegak hukum di Indonesia tersebut

    dapat membantu perbaikan pelaksanaan peradilan di Indonesia masa depan.

    Tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat ini dengan menyelenggarakan Model

    Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu (moot court)

    untuk Meningkatkan Penguasaan Pemahaman Mahasiswa Undiksha tentang Konstitusi

    Negara RI.

    Program ini merupakan program rintisan yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan

    pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang konstitusi dengan penerapan Model

    Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu.

    Kata kunci: beracara di muka pengadilan, peradilan semu, konstitusi, Negara RI.

  • 6

    ABSTRACT

    Background of community service activities are weak constitution understanding

    among the students based on the results of the evaluation while the average value 65

    student deemed not capable of meeting standara pemebelajaran to access student

    achievement on the course. Moot court (moot court) provide additional learning for

    students of Department FISIPOL, faculty and FIS to develop themselves, especially the

    concrete embodiment of the courses-courses procedural law. Although not entirely true,

    but the learning process experienced by students can attempt to understand more about the

    habits of practice proceedings. The presence of moot court (moot court) as a means of

    learning (the academic construction) as a form of high appreciation for the lecturer of the

    course undertaken innovation models to students. Is a taboo for students to show

    something that is not right before the law. Generally, moot court (moot court) provide an

    ideal picture that needs to be invested since the early hours of the justice clean and

    respectable. Thus, what is ideal is embedded to the next generation of law enforcement in

    Indonesia that can help improve the administration of justice in the future Indonesia.

    The main objective of this community service activities by organizing Model

    Litigation Practice Advance through Dissemination Moot Court (moot court) to Improve

    Student Mastery Undiksha understanding of the Constitution of the RI.

    The program is a pilot program that is actually in order to increase student knowledge

    and insight about the constitution with the application of the Proceedings at the Advance

    Practice Model through Dissemination Moot Court.

    Keywords: proceedings before the courts, quasi-judicial, constitutional, RI State.

  • 7

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Analisis Situasi

    Secara khusus, kegagalan gerakan Pembangunan Hukum dibanyak negara berkembang

    (Carothers 2006), menunjukkan bahwa dalam konteks tertentu baik dalam ranah teoretikal

    maupun praktikal,studi hukum arus utama tidak dapat menjawab berbagai persoalan

    keadilan yang menyangkut kaum terpinggirkan. Banyak persoalan kemasyarakatan yang

    sangat rumit dan tidak bisa dijawab secara tekstual dan mono disiplin, dan dalam situasi

    seperti ini penjelasan yang lebih mendasar dan mencerahkan bisa didapatkan secara

    interdisipliner.Oleh karenanya dibutuhkan suatu pendekatan hukum yang bisa menjelaskan

    hubungan antara hukum dan masyarakat.Hukum memiliki banyak wajah, oleh karenanya

    di kalangan ilmuwan (hukum) tidak ada kesepakatan yang tunggal tentang pengertiannya.

    Pada umumnya hukum diartikan sebagai seperangkat rules of conduct yang mengatur dan

    memaksa masyarakat, juga mengatur tentang penyelesaian sengketa (Otto 2007: 14-15).

    Dalam pengertian terbatas, hukum selalu dikaitkan dengan hukum Negara (legal

    centralism). Namun para antropolog hukum menangkap hukum dengan perspektif yang

    lebih luas, meliputi tidak hanya hukum negara,tetapi juga sistem norma di luar negara,

    ditambah pula dengan segala proses dan aktor yang ada di dalamnya.

    Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, selain

    mempunyai makna yang sangat mendalam, juga mengandung pokok-pokok pikiran yang

    meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

    Pokok-Pokok pikiran tersebut mewujudkan cita hukum (rechtsidee) yang menguasai

    hukum dasar, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis, Sucipta (2014:49).

    Pencapaian tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia tersebut dioperasionalkan dalam tujuan

    Pembangunan Nasional yang akan mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang

    berdasarkan Pancasila dengan menggunakan kompas pedoman yang ditunjukkan oleh

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    Di dalam memahami Undang-Undang Dasar atau konstitusi Negara Republik

    Indonesia, perlu pemahaman yang jelas dari peserta didik (mahasiswa) tentang makna,

  • 8

    hakikat, dan peranan konstitusi tersebut di dalam mengatur penyelenggaraan

    ketatanegaraan Negara Republik Indonesia. Akan tetapi, tidak seluruh mahasiswa

    menyadari hal tersebut, karena menurut sebagian besar pandangan bahwa konstitusi hanya

    milik fakultas hukum saja. Terjadi kesalahan interpretasi atau penafsiran di berbagai

    kalangan terhadap merebaknya pandangan tadi, pada dasarnya konstitusi adalah milik

    seluruh warga negara sebab mengatur perilaku, tata cara penyelenggara negara, termasuk

    warga negara dan alat-alat kelengkapan negara lainnya dalam bekerja untuk

    menyelenggarakan tatanan kehidupan negara yang berkesinambungan dan konsisten

    dengan cita dan tujuan Negara Republik Indonesia.

    Gambaran tadi menunjukkan ada konsep pembelajaran konstitusi yang perlu

    diintensifkan keberadaannya di tengah-tengah pengembangan kurikulum di jenjang

    pendidikan tinggi. Mengingat mengkaji prihal konstitusi fokus analisa akan mengacu pada

    pedoman penyelenggaraan ketatanegaraan suatu negara yang perlu memperoleh dukungan

    dari seluruh warga negara termasuk mahasiswa di dalamnya untuk patuh, taat, dan setia

    terhadap konstitusi yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, yaitu Undang-Undang

    Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

    Hal ini menjadi agenda penting untuk menuntun mahasiswa mengenal lebih dekat

    tentang landasan operasional penyelenggaraan ketatanegaraan Republik Indonesia. Strategi

    pengembangannya melalui kurikulum pendidikan tinggi mengemban salah satu misi

    melalui pengembangan mata kuliah kepribadian, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan yang

    salah satu sub komponen materinya mengulas tentang konstitusi secara mendalam. Fokus

    tujuannya agar terjadi interaksi berupa pemahaman konseptual dan aplikatif tentang

    konstitusi negara melalui transformasi pengetahuan dari pendidik (dosen) dengan subjek

    didik (mahasiswa) yang berlangsung dalam lingkungan belajar dan interaksi di kelas

    dengan menggunakan bermacam tindakan yaitu salah satunya yang dapat tim pengusul

    tawarkan sebagai bentuk inovasi pembelajaran adalah dengan penerapan Model Praktek

    Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu (moot court) untuk

    Meningkatkan Penguasaan Pemahaman Mahasiswa Undiksha tentang Konstitusi Negara

    RI. Komponen yang cukup signifikan dalam pendidikan adalah proses belajar mengajar.

    Proses ini merupakan bentuk mini dari proses peradilan yang menyisipkan pembekalan

    konseptual tentang konstitusi, praktek penyelenggaraan negara berikut kewenangan untuk

    melakukan refleksi terhadap kinerja aparatur negara melalui kewenangan tupoksi yang

    dimilikinya.

  • 9

    Bagi mereka yang awam dan bukan mahasiswa Fakultas Hukum, mungkin belum

    pernah mendengar istilah ini. Secara etimologis, moot dapat diartikan sebagai dapat

    diperdebatkan atau semu, dan court dapat diartikan sebagai pengadilan/peradilan.

    Dengan demikian, apabila dirangkaikan, moot court dapat berarti peradilan yang dapat

    diperdebatkan.Dalam perkembangannya sekarang ini, moot court dikenal sebagai

    peradilan semu.

    Peradilan Semu (moot court) memberikan tambahan belajar bagi mahasiswa Fakultas

    Hukum maupun di luar Fakultas Hukum untuk mengembangkan diri, terutama perwujudan

    konkrit dari mata kuliah-mata kuliah hukum acara yang juga dikembangkan di lingkungan

    FISIP, FISIPOL, dan FIS. Meskipun belum sepenuhnya benar, tapi proses belajar yang

    dialami mahasiswa, dapat diupayakan untuk mengerti lebih jauh mengenai kebiasaan-

    kebiasaan praktek beracara. Tugas hakim, jaksa, penasehat hukum, dan bahkan kedudukan

    terdakwa serta saksi-saksi di pengadilan menarik untuk digali dan dicerna sisi-sisi

    ilmiahnya. Mahasiswa yang belajar di dalam peradilan semu (moot court) mencernakan

    mata kuliah yang ia dapat selama kuliah, menganalisis kasus dan tindakan-tindakan yang

    perlu dilakukan oleh penegak hukum dalam upaya menangani kasus-kasus. Tentu saja

    dengan demikian peradilan semu (moot court) sendiri memberikan peluang bagi

    mahasiswa untuk berkarya, mencoba-coba, dan sekaligus pura-pura menjadi penegak

    hukum sesungguhnya. Mereka dapat menjadi hakim, jaksa, penasehat hukum, dan bahkan

    saksi dan terdakwa dalam suatu acara pengadilan.

    Peradilan semu (moot court) juga berisi mengenai perdebatan-perdebatan akademis

    mengenai telaah kasus-kasus fiksi dan nonfiksi yang dilihat berdasarkan analisis dalam

    kerangka yuridis normatif berdasarkan teori-teori hukum yang mahasiswa dapatkan selama

    kuliah. Perlahan tapi pasti mahasiswa diperhadapkan pada tataran ideal kekuatan peradilan

    yang dapat memutus perkara mengenai berbagai kasus yang terjadi. Kemampuan untuk

    membuat atau praktek membuat berkas-berkas yang diperlukan untuk beracara di

    pengadilan dipertaruhkan bagi mahasiswa di dalam peradilan semu (moot court). Surat

    dakwaan, surat tuntutan, putusan hakim, pembelaan, adalah beberapa di antara berbagai

    berkas yang mutlak diperlukan untuk melaksanakan acara peradilan.

    Hadirnya peradilan semu (moot court) sebagai sarana belajar mendalami konstitusi

    Negara Republik Indonesia (dalam konstruksi akademis) menjadi bahan peninjauan

    kembali dalam melihat praktek-praktek peradilan di Indonesia. Adalah hal yang tabu bagi

    mahasiswa untuk memperlihatkan sesuatu yang tidak benar di hadapan hukum. Secara

    umum, peradilan semu (moot court) memberikan gambaran ideal yang perlu untuk

  • 10

    ditanamkan semenjak dini mengenai peradilan yang bersih dan berwibawa. Dengan

    demikian, apa yang ideal yang ditanamkan kepada generasi penerus penegak hukum di

    Indonesia tersebut dapat membantu perbaikan pelaksanaan peradilan di Indonesia masa

    depan (saifudiendjsh, 2009).(http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/peradilan-semu-

    moot-court.html).

    Proses belajar mengajar dengan menggunakan model praktek beracara di muka

    pengadilan melalui desiminasi peradilan semu (moot court) tidak boleh dilepaskan dari

    komponen sistem lainnya, seperti: 1).Mahasiswa itu sendiri sebagai masukan mentah

    (rawput) dalam kapasitasnya sebagai subyek pengemban amanat konstitusi, 2).Hasil yang

    diperoleh sebagai akibat pemerosesan masukan (output) berupa peningkatan pemahaman

    mahasiswa melalui pengembangan 4 (empat) sikap kewarganegaraan, yang meliputi: sikap

    relegi, sikap pengetahuan, sikap keterampilan, dan sikap sosial. 3).Masukan lingkungan

    (environmental) yang dibutuhkan dalam pemerosotan seperti Orang Tua/Wali teman

    sejawat atau rekan mahasiswa dan Masyarakat, 4).Masukan alat (instrumental input)

    pemerosotan seperti kurikulum, sarana dan prasarana termasuk dosen selaku fasilitator

    pengembangan model peradilan semu (moot court) dalam pendalaman materi konsitusi

    bagi mahasiswa.

    Mengacu dari konsepsi tersebut, jelaslah bahwa faktor dosen menempati posisi sentral

    dan strategis dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga diperlukan

    pengembangan inovasi dan kreasi terbaru dosen terhadap mahasiswa dalam menjembatani

    kebutuhan belajar mereka. Dosen sebagai sub komponen instrument atau alat harus

    diberdayakan secara optimal. Peranan dosen dalam pengajaran belum dapat tergantikan

    oleh mesin pengajaran seperti tape recorder, komputer dan lain-lain yang diciptakan

    manusia. Jadi, sifat otodidak metodik itu tetap selalu muncul untuk dapat mengkreasikan

    pengembangan materi kuliah yang diampu dengan harapan dapat menyasar pemahaman

    mahasiswa secara terarah. Sehubungan dengan tanggung jawab profesinya, dosen dituntut

    untuk mencari gagasan baru, penyempurnaan metode, bahkan memvariasikan multi

    metode dan mengupayakan pembuatan serta penggunaan alat peraga atau media yang

    konkrit.

    Berdasarkan pada prinsip efektifitas dan transparansi dalam pengembangan materi

    ajar, dosen harus mampu melihat dan mengevauasi kinerjanya sendiri. Kemampuan ini

    berkaitan dan memiliki urgensi dengan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di

    dalam kelas sendiri. Berdasarkan pengalaman faktual yang dialami oleh tim pengusul

    susulan P2M sendiri, yaitu menurut hasil evaluasi yang dilakukan dapat memperbaiki

    http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/peradilan-semu-moot-court.htmlhttp://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/peradilan-semu-moot-court.html

  • 11

    informasi bagi dosen pengampu mata kuliah khususnya MKPK (mata kuliah

    pengembangan kepribadian) tentang PKn dengan mengusung tema pendalaman

    pemahaman konstitusi oleh mahasiswa, dapat ditinjau dari keefktifan pembelajaran yang

    dilakukan. Informasi hasil evaluasi dijadikan acuan dosen melihat, mengevaluasi

    kinerjanya sendiri, serta sebagai acuan dalam rangka penyempurnaan pembelajaran.

    Fakultas Ilmu Sosial terletak di pusat kota Singaraja, tepatnya di jalan Udayana

    Kampus Tengah Singaraja. Fakultas Ilmu Sosial atau sering disingkat FIS merupakan

    sebuah fakultas yang menjadi bagian dari Universitas Pendidikan Ganesha. Terdapat

    beberapa jurusan yang bernaung di bawah FIS Undiksha, yaitu antara lain : PPKn,

    Pendidikan Geografi, Pendidikan Sejarah, Ilmu Hukum, Pendidikan Sosiologi, D3

    Kepustakaan, dan D3 Pemetaan. Dari sekian jumlah jurusan yang disebutkan, 4 (empat)

    diantaranya merupakan jurusan baru yang dikembangkan di lingkungan FIS Undiksha,

    yakni Ilmu Hukum, Pendidikan Sosiologi, D3 Kepustakaan, maupun D3 Pemetaan.

    Dengan dikembangkannya Jurusan Ilmu Hukum sebagai salah satu jurusan baru di

    lingkungan FIS Undiksha memberikan kontribusi tersendiri dalam hal pengembangan

    wawasan dan pemahaman kesadaran hukum mahasiswa terkait dengan aspek akademis

    yang menjadi prasyarat utama mahasiswa dalam menyelenggarakan aktifitas formalnya di

    dalam kampus.

    Berkaitan dengan hasil evaluasi, tim pengusul P2M melakukan pengamatan hasil

    evaluasi mahasiswa semester 3 tahun ajaran 2014/2015. Dari data sementara hasil

    perkembangan belajar mahasiswa, nilai rata-rata kelas untuk mata kuliah dengan sub tema

    pokok konstitusi negara Republik Indonesia adalah 65. Angka ini menunjukkan rendahnya

    tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi kuliah. Berdasarkan kenyataan tersebut,

    tim pengusul P2M mengambil langkah tindak lanjut berupa perbaikan pembelajaran

    karena pembelajaran materi kuliah MKPK (Pendidikan Kewarganegaraan) dengan pokok

    bahasan konstitusi di semester 3 masih bermasalah.

    Tim Pengusul P2M memiliki kesadaran serta merasa bahwa ada sesuatu yang tidak

    beres di kelas, yang jika dibiarkan berlarut-larut akan berdampak buruk bagi proses dan

    hasil belajar mahasiswa. Renungan dan refleksi membuat masalah tersebut menjadi jelas.

    Untuk menjernihkan masalah-masalah yang telah tim pengusul P2M kenali, maka penulis

    melakukan identifikasi terhadap beberapa masalah yang terjadi dalam pemahaman

    kosntitusi mahasiswa, yaitu; 1).Rendahnya penguasaan mahasiswa terhadap materi

    pelajaran, 2). Mahasiswa cenderung memunculkan pembicaraan secara serentak, baik

    menjawab pertanyaan ataupun apabila mengungkapkan opini, 3).Tim pengusul P2M

  • 12

    merasa kesulitan memotivasi belajar mahasiswa yang masih rendah, 4).Mahaiswa tidak

    mau bertanya jika ada konsep-konsep yang belum dipahami tentang konstitusi.

    Berpatokan pada masalah-masalah yang teridentifikasi seperti tersebut di atas, tim

    penyusun P2M melakukan diagnosis untuk menemukan faktor penyebab dari masalah

    tersebut. Suatu masalah dapat dengan mudah diatasi apabila kita menemukan faktor yang

    menyebabkan. Ada 2 (dua) cara yang tim pengusul P2M rancang untuk mendiagnosis

    (menganalisis) masalah-masalah tersebut yakni: 1).Merenungkan kembali (refleksi)

    masalah-masalah tersebut dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang dijawab sendiri

    (melakukan instospeksi), 2).Bertanya kepada mahasiswa, apa yang terjadi sehingga hasil

    belajar serta pemahaman mereka terhadap materi pelajaran selalu rendah dalam hal ini tim

    pengusul P2M melakukan wawancara dengan mahasiswa. Untuk memberikan suatu

    penyelesaian terhadap fokus masalah penguasaan konsep konstitusi Negara Republik

    Indonesia beserta penerapannya, maka tim pengusul P2M melakukan perbaikan berbasis

    Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu (moot

    court) untuk Meningkatkan Penguasaan Pemahaman Mahasiswa Undiksha tentang

    Konstitusi Negara RI.

    1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

    Menurut hasil pengkajian permasalahan yang terjadi di lapangan, ada beberapa

    permasalahan yang dapat diidentifikasi keradaannya sehingga berdasarkan pertimbangan

    perlu disasar program P2M. Identifikasi masalah yang dimaksudkan diantaranya, yaitu:

    (1) Rendahnya penguasaan mahasiswa terhadap pemahaman konstitusi negara

    Republik Indonesia,

    (2) Mahasiswa cenderung memunculkan pembicaraan secara serentak, baik menjawab

    pertanyaan ataupun apabila mengungkapkan opini,

    (3) Tim pengusul P2M merasa kesulitan memotivasi belajar mahasiswa yang masih

    rendah,

    (4) Mahaiswa tidak mau bertanya jika ada konsep-konsep yang belum dipahami

    tentang konstitusi secara terperinci.

    Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam

    pengabdian masyarakat ini adalah: bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan oleh tim

    pelaksana P2M untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam

    rangka membangun karakter nasional warga negara Indonesia yang berakhlak mulia,

    berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri serta bertanggung jawab bagi

  • 13

    kehidupan bangsanya, khususnya memperdalam pengertian, pemahaman, maupun

    penerapan konstitusi dalam penyelenggaraan ketatanegaraan di Negara Republik Indonesia

    untuk dapat menghasilkan sebuah pengalaman ilmiah dalam rangka mempersiapkan diri

    sebagai warga negara yang baik dan memiliki loyalitas terhadap masyarakat negaranya?

    1.3 Tujuan Kegiatan

    Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah di atas, maka yang

    menjadi tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat ini dengan menyelenggarakan

    Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu untuk

    Meningkatkan Penguasaan Pemahaman Mahasiswa Undiksha tentang Konstitusi Negara

    RI. Sehingga tujuan dari pelaksanaan P2M, diantaranya yaitu:

    1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa terhadap pemahaman konstitusi

    negara Republik Indonesia.

    2. Untuk memotivasi belajar mahasiswa yang masih rendah terhadap konsep-konsep

    yang belum dipahami tentang konstitusi secara terperinci melalui praktek peradilan

    semu.

    1.4 Manfaat Kegiatan

    Adapun manfaat dari pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat yang

    diusulkan adalah:

    1. Meningkatkan Penguasaan Pemahaman Mahasiswa Undiksha tentang Konstitusi

    Negara RI.

    2. Adanya pengakuan intelektual terhadap proses dan hasil karya seni produk

    produk bahan ajar melalui publikasi ilmiah khususnya terkait dengan hak cipta

    informasi dan publikasi.

  • 14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Peradilan Semu

    Secara etimologis, moot dapat diartikan sebagai dapat diperdebatkan atau

    semu, dan court dapat diartikan sebagai pengadilan/peradilan. Dengan demikian,

    apabila dirangkaikan, moot court dapat berarti peradilan yang dapat

    diperdebatkan.Dalam perkembangannya sekarang ini, moot court dikenal sebagai

    peradilan semu. Peradilan semu (moot court) juga berisi mengenai perdebatan-perdebatan

    akademis mengenai telaah kasus-kasus fiksi dan nonfiksi yang dilihat berdasarkan analisis

    dalam kerangka yuridis normatif berdasarkan teori-teori hukum yang mahasiswa dapatkan

    selama kuliah. Perlahan tapi pasti mahasiswa diperhadapkan pada tataran ideal kekuatan

    peradilan yang dapat memutus perkara mengenai berbagai kasus yang terjadi.

    Kemampuan untuk membuat atau praktek membuat berkas-berkas yang diperlukan

    untuk beracara di pengadilan dipertaruhkan bagi mahasiswa Fakultas Hukum di dalam

    peradilan semu (moot court). Surat dakwaan, surat tuntutan, putusan hakim, pembelaan,

    adalah beberapa di antara berbagai berkas yang mutlak diperlukan untuk melaksanakan

    acara peradilan. Menurut Scholten, hukum tidak hanya terdiri dari undang-undangdan

    peraturan, tetapi juga vonis-vonis hakim, perilaku hukum orang-orangyang tunduk pada

    hukum, perjanjian-perjanjian, surat wasiat,termasuk perbuatan melawan hukum yang

    dilakukan warga masyarakat(Scholten 2005: 14). Hukum bukanlah benda terberi, bahkan

    peraturan perundang-undangan dan berbagai kebijakansekalipun, adalah produk dari tawar

    menawar politik, dan akan sukaruntuk dipercaya bahwa hukum bisa diisolasi dari

    kepentingan politikdan relasi kuasa.

    2.2 Konstitusi Negara RI

    Adanya perubahan atau Amandemen pada Undang-undang Dasar Negara Kesatuan

    Republik Indonesia tahun 1945, membawa konsekuensi hukum adanya perubahan

    peraturan perundang-undangan yang ada untuk disesuaikan dengan amandemen UUD

    1945 tersebut. Dalam Pasal 24 UUD 1945 disebutkan bahwa:

    (1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan

    peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

  • 15

    (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan

    yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan

    agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh

    sebuah Mahkamah Konstitusi.

    (3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam

    undang-undang.

    Sebagai negara yang demokratis, Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan dengan

    memiliki lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dari ketiga lembaga tersebut

    eksekutif memiliki porsi peran dan wewenang yang paling besar apabila dibandingkan

    dengan lembaga lainnya, oleh karenanya perlu ada kontrol terhadap pemerintah untuk

    adanya check and balances. Salah satu bentuk konrol yudisial atas tindakan administrasi

    pemerintah adalah melalui lembaga peradilan.

    Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara perlu

    ada perubahan pengaturan, utamanya mengenai hukum acaranya, karena Peradilan Tata

    Usaha Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 sudah

    dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan

    kehidupan ketatanegaraan menurut Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen. Karena

    itu, diundangkanlah Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

    Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

    Kata perubahan dalam undang-undang ini, berbeda pengertiannya dengan pergantian

    Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

    Nomor 35 tahun 1999 menjadi Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004. Pergantian disini

    mengbawa konsekuensi hukum bahwa Undang-undang Nomor 14 tahun 1970

    sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 35 tahun 1999, dinyatakan tidak

    berlaku lagi. Sedangkan perubahan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 menjadi

    Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004, membawa konsekuensi hukum bahwa ada bagian-

    bagian tertentu yang tidak diadakan perubahan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun

    1986 tetap dinyatakan berlaku, tetapi bagian-bagian tertentu dalam Undang-undang Nomor

    5 Tahun 1986 yang telah dirubah dinyatakan tidak berlaku lagi dan yang berlaku adalah

    ketentuan dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004.

    Pasal-pasal yang dirubah dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 dan

    dimasukkan dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004, meliputi; Pasal 2, Pasal 4, Pasal

    6, Pasal 7, diantara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipi Pasal 9A, Pasal 12 s/d Pasal 22, Pasal 26,

    Pasal 28 s/d Pasal 38, Pasal 39 disisipi 5 pasal (39A, 39B, 39C, 39D dan 39E), Pasal 42,

  • 16

    Pasal 44 s/d Pasal 46, Pasal 53, Pasal 116, Pasal 118 dihapus, dan Pasal 143 disisipi Pasal

    143A.

    2.3 Hasil Tinjauan terhadap P2M Terdahulu

    Kegiatan yang dilakukan Fulthoni dkk (2009) mengenai pengabdian masyarakat

    untuk keadilan dalam memperkuat kelembagaan LBH Kampus. Lembaga Konsultasi dan

    Bantuan Hukum (LKBH) di Fakultas Hukum atau LBH Kampus mempunyai fungsi yang

    vital untuk mendukung akses keadilan untuk masyarakat marjinal. Jumlah masyarakat

    miskin yang semakin bertambah, sementara di sisi lain mereka membutuhkan bantuan

    hukum ketika berhadapan dengan permasalahan hukum. Peran pengacara dan organisasi-

    organisasi penyedia bantuan hukum yang belum optimal dalam menyediakan jasa bantuan

    hukum untuk masyarakat marjinal, yang kemudianmenuntut LKBH di kampus-kampus

    swasta maupun negeri untuk berperan lebih aktif dalam penyediaan jasa bantuan hukum

    untuk masyarakat marjinal. Kita perlumenggarisbawahi bahwa peran pemberian bantuan

    hukum bukan hanya monopoli pengacara dan organisasi-organisasi bantuan hukum.

    LKBH juga mempunyai peranuntuk memberikan bantuan hukum untuk masyarakat

    marjinal.

    Bercermin dari kinerja LKBH di atas, diorientasikan sebagai penyedia bantuan hukum

    untuk masyarakat marginal. Sedangkan, usulan P2M dari tim pengusul P2M tersendiri

    adalah bahwa praktek beracara di muka pengadilan merupakan suatu penawaran dalam

    model pengembangan strategi pembelajaran yang tujuannya mengajak dan merangkul

    mahasiswa untuk dapat lebih dekat mengenal konstitusi Negara Republik Indonesia yang

    ajeg dan konsisiten dengan cita-cita dan tujuan negara Indonesia.

  • 17

    BAB III

    METODE PELAKSANAAN

    3.1Kerangka Pemecahan Masalah

    Untuk dapat memenuhi rancangan program P2M, keseluruhan program dirancang

    dengan pendampingan terstruktur dari tim ahli pengusul P2M untuk dapat memenuhi

    target solusi yang ditawarkan maka dalam program P2M disasar Praktek Beracara di Muka

    Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu untuk Meningkatkan Penguasaan

    Pemahaman Mahasiswa Undiksha tentang Konstitusi Negara RI sehingga menghasilkan

    produk bahan ajar yang berkualitas dan berkuantitas tinggi secara administratif.

    Pada usulan program P2M ini yaitu berupa pendampingan kepada mahasiswa dalam

    bentuk intermediasi iptek dengan langkah penerapan model praktek beracara di muka

    pengadilan melalui desiminasi peradilan semu (moot court) Peradilan semu (moot court)

    dibina dengan transfer pengetahuan mengenali konstitusi secara mendalam yang dijadikan

    sampel untuk ditinjau dari segi pengembangan pengetahuan dan memperluas wawasan

    sebagai target sasaran untuk selanjutnya terbangun komunitas jaringan antara dosen

    pengampu mata kuliah kepada mahasiswa selaku subyek dari peradilan semu (moot court).

    Berdasarkan analisa tim pengusul P2M dari bidang keahlian Ilmu Hukum, PPKn, dan

    Pendidikan Geografi, diharapkan ke depannya apabila program ini berjalan efektif kurang

    pemahaman mahasiswa terhadap konstitusi dapat ditindak lanjuti untuk dilakukan

    pendampingan intensif dari tim ahli yang sudah tim pengusul rekomendasi.

  • 18

    Secara skematik kerangka pemecahan masalah terhadap usulan proposal P2M yang

    diusulkan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

    3.2 Khalayak Sasaran

    Khalayak sasaran strategis yang dituju dalam pengabdian masyarakat ini mahasiswa

    jurusan Ilmu Hukum undiksha yang berjumlah 35 orang. Alasan dipilihnya mahasiswa

    sebagai subyek P2M mengengita jurusan Ilmu Hukum dikategorikan sebagai jurusan baru

    dari hasil pengembangan batang tubuh keilmuan PPKn. Dari jumlah 67 mahasiswa dengan

    formasi 2 (dua) kelas menunjukkan bahwa dilakukan perampingan dari segi jumlah sampel

    yang menunjukkan karakteristik dari populasi usulan program P2M yangdiusulkan.

    Studi Pendahuluan

    Terkait dengan

    penguasaan

    konsep dan

    pemahaman

    konstitusi

    mahasiswa

    Identifikasi masalah

    pembelajaran

    Tahap Rancangan

    Usulan Proposal

    P2M

    1. Memunculkan

    masalah

    pembelajaran

    2. Kompilasi gagasan

    dengan anggota

    tim pengusul

    P2M

    Tahap seleksi

    administrasi instastik

    dan penentuan reviwer

    Tahap

    Seleksi

    indinamik

    oleh

    reviewer

  • 19

    3.3 Keterkaitan

    Kegiatan ini memiliki keterkaitan yang sangat mutualis dengan berbagai pihak, antara

    lain: Jurusan PPKn, Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial yang bernaung dibawah

    Lembaga Universitas Pendidikan Ganesha.

    3.4 Metode Kegiatan

    1. Rancangan Program

    Program ini merupakan program yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan

    pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai Model Praktek Beracara di Muka

    Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu (moot court).

    2. Prosedur-Sistim Pelaksanaan Program

    Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai

    permasalahan yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa

    mengenai Konstitusi Negara RI melalui penerapan Model Praktek Beracara di Muka

    Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu (moot court).

    Lama pelaksanaan kegiatan adalah 8 (delapan) bulan yang dimulai dari tahap

    perencanaan, pelaksanaan sampai pada proses evaluasi dengan melibatkan mahasiswa

    jurusan ilmu hukum undiksha. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan sertifikat

    sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Melalui program ini,

    diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan pemehaman dalam hal

    Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan Semu(moot

    court).

    3.5 Rancangan Evaluasi

    Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan

    dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan

    evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha

    Singaraja. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk

    menjustifikasi tingkat keberhasilan kegiatan dapat diuraikan pada tabel berikut :

    Tabel 01. Indikator Keberhasilan Program

    NoNo. Jenis Data Sumber

    Data

    Indikator Kriteria

    Keberhasilan

    Instrumen

    1.

    1 Pengetahuan

    tentang Model

    Praktek Beracara

    mahasis

    wa

    Pengetahuan

    mahasiswa

    Terjadi

    perubahan yang

    positif terhadap

    Tes obyektif

  • 20

    di Muka

    Pengadilan

    melalui

    Desiminasi

    Peradilan Semu

    pengetahuan

    tentang Model

    Praktek

    Beracara di

    Muka

    Pengadilan

    melalui

    Desiminasi

    Peradilan Semu

    2.

    2

    Pengetahuan

    tentang Bahan

    Ajar

    mahasis

    wa

    Pengetahuan

    dan wawasan

    serta

    keterampilan

    mahasiswa

    Terjadinya

    perubahan yang

    positif wawasan

    serta

    keterampilan

    mahsiswa dalam

    praktik di kelas

    Pedoman

    wawancara

    dan format

    observasi

    Sumber: hasil wawancara dan observasi di lapangan terhadap subyek yang akan dilibatkan

    dalam P2M.

  • 21

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Kegiatan

    4.1.1 Laporan Hasil Kegiatan

    Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh hampir mahasiswa Jurusan Ilmu

    Hukum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha dalam kaitannya dengan

    masih terkendalanya dalam penguasaan pemahaman konstitusi Negara Republik Indonesia,

    keterampilan dalam pengelolaan kelas telah dilakukan oleh tim pelaksana program dengan

    menampilkan penerapan Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi

    Peradilan Semu untuk Meningkatkan Penguasaan Pemahaman Mahasiswa Undiksha

    tentang materi terkait secara aplikatif di lapangan dengan menggunakan kelas sebagai

    media untuk melakukan praktik belajar.

    Model sidang peradilan semu sangat cocok diterapkan bagi mahasiswa Jurusan Ilmu

    Hukum mengingat dunia persidangan adalah ruang lingkup pekerjaannya kelak, sehingga

    sejak dini patut diberikan bekal tidak hanya pemahaman konsep secara teoritik tapi juga

    secara praktik dengan adanya model pembelajaran melalui desiminasi peradilan semu.

    Dipilihnya sasaran mahasiswa Ilmu Hukum, mempunyai tujuan untuk memperkenalkan

    bentuk peradilan ke seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum. Ini dapat memudahkan

    mahasiswa khususnya mahasiswa Ilmu Hukum dalam mempraktekkan konsep dan

    teorinya didalam Hukum Acara yang selama ini hanya kita lihat di media massa. Tujuan

    lainnya ialah memberikan pengetahuan kepada seluruh Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum

    yang ingin mengetahui bagaimana menjadi seorang Hakim, pengacara, jaksa, penuntut

    umum serta perangkat pengadilan lainnya secara baik dan benar di dalam acara

    persidangan.

    Peradilan adalah salah satu dari sekian aparat penegak hukum yang sangat berpotensi

    untuk melindungi masyarakat. Tetapi, beberapa waktu belakangan ini terdapat beberapa

    kabar mengenai beberapa oknum yang membuat aparat penegak hukum di Indonesia

    dipandang sebelah mata. Hal ini membuat miris sebagian besar aparat penegak hukum

    diIndonesia. Alih-alih masyarakat ingin menginginkan keadilan tetapi, yang mereka dapat

    hanyalah kehampaan dari aparat itu sendiri.

    Contoh riilnya dapat kita lihat kembali kasus Gayus Halomoan Tambunan, yang

    ketika dia berada di tahanan, beliau dengan mudahnya untuk keluar masuk penjara. Dalam

    hal ini, telah jelas menunjukkan bahwa hukum di Indonesia telah mati. Contoh lainnya,

  • 22

    dimana seorang nenek yang telah lanjut usia yang dituduh mencuri kakao, dapat dengan

    cepat ditindak oleh aparat penegak hukum. Seharusnya, jika kita dapat mencermati dari

    dua kasus yang berbeda di atas, nampak bahwa hukum akan tajam jika mengenai

    masyarakat kecil dan tumpul jika telah mengenai aparat pejabat negara. Sebuah ironi yang

    seharusnya menjadi instrospeksi bagi kita semua.

    Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa betapa mirisnya sistem peradilan di

    Indonesia saat ini. Situasi hukum yang terdapat di Republik Indonesia ini yang masih

    kacau balau. Hal ini membutuhkan keseriusan dari berbagai elemen masyarakat untuk

    menciptakan sebuah reformasi peradilan di Indonesia untuk menjadi sebuah sistem

    peradilan yang lebih mendukung keadilan seluruh rakyat. Itu sebabnya reformasi keadilan

    membutuhkan peran mahasiswa sebagai tonggak berdirinya reformasi keadilan. Namun,

    untuk merubah sebuah kebiasaan yang telah buruk tersebut tidaklah mudah. Diperlukan

    waktu yang lama dan kerjasama dari berbagai pihak untuk mewujudkan sebuah reformasi

    peradilan. Salah satu upaya yangdapat ditempuh adalah memperbaiki SDM ( Sumber Daya

    Manusia ) yang dimiliki. Ini cukup penting, karena SDM merupakan hal yang paling

    mendasar.

    Dengan konsep seperti itu, maka sepertinya mahasiswa perlu melakukan sebuah

    inovasi dan kontribusi yang nyata. Hal ini dipandang perlu sebab, kaum intelektual atau

    para mahasiswa sebagai agen of change mempunyai konsep dan sebuah terobosan yang

    baru sebagai tolok ukur dalam perkembangan sistem peradilan di Indonesia. Yang

    diharapkan nantinya akan mampu membawa peradilan nyata di Indonesia ke arah yang

    lebih baik. Sebuah inovasi yang diterapkan oleh mahasiswa saat ini adalah dengan

    peradilan semu ( Moot Court ) yang lebih di konsentrasikan di dalam Fakultas Hukum.

    Penerapan model praktek beracara di muka pengadilan merupakan salah satu model

    inovatif dan kreatif yang tim pelaksana P2M terapkan. Di mana model ini dilakukan

    dengan memperagakan kepada mahasiswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu.

    Dengan begitu mahasiswa seperti merasakan sendiri peristiwa yang saya ceritakan atau

    yang terjadi. Hal tersebut bertujuan mendekatkan mahasiswa kepada kenyataan di

    lapangan. Selain pada mata kuliah Hukum Konstitusi, maka model ini diterapkan oleh tim

    pelaksana program pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat. Dalam mata kuliah

    Hukum Konstitusi menekankan pada pembangunan hukum nasional yang menyasar

    pembaharuan dan pembinaan hukum bagi seluruh warga negara Indonesia dengan

    menyelaraskan antara teori dan kasus-kasus mengenai penegakan hukum di Indonesia.

    Sehingga dipraktekkan melalui desiminasi sidang peradilan semu dengan contoh-contoh

  • 23

    kasus nyata yang terjadi di masyarakat agar mahasiswa lebih memahami mengenai mata

    kuliah tersebut kemudian membahasnya di kelas. Kedepannya saya berharap jika

    mahasiswa melihat secara langsung peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kasus-kasus

    hukum maka mereka dapat memahami dan menganalisanya dengan baik.

    4.1.2 Alur Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi

    Peradilan Semu

    Adapun alur Model Praktek Beracara di Muka Pengadilan melalui Desiminasi Peradilan

    Semu ini dimulai dari, 1) Tahap persiapan, yang terdiri dari tahap : (a) penyiapan bahan

    administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pelatihan, (b) melakukan koordinasi

    dengan Dosen Pengampu Mata Kuliah Hukum Konstitusi beserta rekan dosen Hukum

    lainnya yang berkompeten di bidangnya, (c) menyiapkan materi pelatihan, (d) menyiapkan

    narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan, dan (e)

    menyiapkan jadwal pelatihan selama 1 hari efektif, 2) tahap pelaksanaan, yang terdiri dari

    : (a) melakukan desiminasi praktek peradilan semu di kelas, (b) diskusi terbatas mengenai

    pentingnya dilaksanakan model praktek belajar melalui desiminasi peradilan semu dan 3)

    tahap evaluasi, yang terdiri dari (a) persentasi kesimpulan hasil desiminasi oleh

    mahasiswa, (b) refleksi dan tes kegiatan praktek peradilan dari tim pelaksana P2M, dan (c)

    memberikan penilaian terhadap mahasiswa yang dinilai paling baik dalam memainkan

    perannya selaku aktor di persidangan.

    4.2 Pembahasan

    Pada proses pendampingan, mahasiswa sangat antusias mendengarkan dan memahami

    prosedur atau tahapan yang mesti dilakukan dalam praktek peradilan semu melalui

    desiminasi di kelas. Mahasiswa sangat antusias, dampak perubahan yang dapat diamati

    setelah diselenggarakannya praktek desiminasi peradilan semu di kelas adalah dapat

    meningkatan dalam motivasi dan prestasi belajar mahasiswa sangat jelas sekali terlihat

    ketika tim pelaksana program P2M menerapkan model praketk peradilan semu sebagai

    model pembelajaran yang inovatif melalui desiminasi. Seperti halnya dalam mata kuliah

    Hukum Konstitusi yaitu mahasiswa tampak antusias dalam mengikuti proses persidangan

    semu di kelas. Tentu saja perubahan tersebut sangat nampak jika dibandingkan dengan

    ketika belum menerapkan model praktek beracara di muka pengadilan dengan

    pembelajaran desiminasi. Motivasi tersebut sangat nampak terlihat dari tingkat kehadiran

    mahasiswa di kelas. Pentingnya pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah Hukum

  • 24

    Konstitusi yaitu sebagai dasar untuk mengantarkan mereka nantinya dalam mengikuti mata

    kuliah selanjutnya dan sebagai pedoman dalam mengembangkan wawasan sebagai warga

    negara yang baik yang memiliki kontribusi besar dalam pembangunan masyarakat, bangsa,

    dan negara serta untuk melatih kepekaan mahasiswa merespon permasalahan penegakan

    hukum nasional di Indonesia. Dengan banyaknya pembahasan atau pemecahan terhadap

    kasus-kasus yang diberikan di kelas mengakibatkan peningkatan terhadap kemandirian dan

    kreativitas berfikir mahasiswa. Berbagai ide-ide dan solusi yang diberikan dalam kegiatan

    tanya jawab di kelas menunjukkan bahwa mahasiswa mulai memahami materi kuliah yang

    diajarkan. Dampak yang sangat besar terhadap peningkatan prestasi atau hasil belajar

    mahasiswa yaitu ditunjukkan pula dalam proses persidangan semu. Dalam mata kuliah

    Hukum Konstitusi yang disajikan dengan melakukan desiminasi praktek persidangan semu

    telah membuka pemikiran baru bagi mahasiswa untuk tanggap dan peka terhadap berbagai

    kasus-kasus atau peristiwa yang terjadi di masyarakat terutama menelaah perubahan

    hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum dalam memenuhi

    perubahan kehidupan masyarakat di Indonesia. Apalagi berbagai fenomena-fenomena

    yang berkaitan dengan peristiwa hukum banyak sekali terjadi di masyarakat. Maka untuk

    lebih mendekatkan mahasiswa pada pemahaman terhadap peristiwa atau fenomena-

    fenomena tersebut tepatlah kiranya jika model praktek persidangan semi dapat diterapkan

    dengan memadukannya melalui proses desiminasi melalui forum diskusi atau tanya jawab.

    Sehingga ketika di akhir proses kegiatan desiminasi tampak kemajuan yang sangat

    signifikan terhadap hasil atau prestasi belajar mahasiswa yang diukur melalui tes lisan

    maupun tertulis yang telah tim pelaksana program P2M berikan.

  • 25

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian pada masyarakat dalam hal praktek

    peradilan semu melalui desiminasi pada mata kuliah Hukum Konstitusi telah memberikan

    dampak yang sangat besar terhadap peningkatan prestasi atau hasil belajar mahasiswa

    yaitu ditunjukkan pula dalam proses persidangan semu. Dalam mata kuliah Hukum

    Konstitusi yang disajikan dengan melakukan desiminasi praktek persidangan semu telah

    membuka pemikiran baru bagi mahasiswa untuk tanggap dan peka terhadap berbagai

    kasus-kasus atau peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat maupun dalam

    ketatanegaraan Republik Indonesia.

    2.2 Saran

    Melalui pelaksnaan desiminasi peradilan semu pada praktek kuliah Hukum Konstitusi,

    ada beberapa saran yang layak dipertimbangkan, yaitu :

    1. Bagi Dosen sebagai informan kunci penyebarluasan informasi di lingkungan

    kampus, hendaknya mampu mengeimplementasikan hasil kegiatan P2M ini dengan

    sharring informasi kepada teman sejawat sehingga dapat dijadikan acuan referensi

    untuk melakukan perbaikan pembelajaran di kelas.

    2. Bagi Mahasiswa, hendaknya memberikan dukungan kepada dosen untuk mendukung

    sepenuhnya kelancaran proses kegiatan desiminasi karena dapat memberikan

    manfaat yang sangat besar bagi pengembangan profesi keahlian di bidang hukum.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/peradilan-semu-moot-court.html.Peradilan

    Semu. Diakses tanggal 1 Januari 2014, pukul 14.00 Wita.

    Asshiddiqie Jimly. 2006. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Konstitusi

    Press.

    http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/peradilan-semu-moot-court.html

  • 27

    Lampiran 01. Dokumentasi Kegiatan P2M Tahun 2015