penerapan pendekatan bermain untuk meningkatkan

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: AGUS SRI MURDIYANTO K4606016 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: ngonhu

Post on 12-Jan-2017

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT PADA SISWA KELAS

XII IPA 3 SMA NEGERI 4 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh:

AGUS SRI MURDIYANTO

K4606016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT PADA SISWA KELAS

XII IPA 3 SMA NEGERI 4 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

AGUS SRI MURDIYANTO

K4606016

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I

Drs. H. Agus Margono, M.Kes

NIP. 19580822 198403 1 002

Pembimbing II

Drs. Budhi Satyawan M.Pd

NIP. 19650909 199403 1 003

Page 4: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Senin

Tanggal : 27 Desember 2010

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Mulyono, M.M.

Sekretaris : Waluyo, S.Pd, M.Or

Anggota I : Drs. H. Agus Margono, M.Kes

Anggota II : Drs. Budhi Satyawan, M.Pd

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP 19600727 198702 1 001

Page 5: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Agus Sri Murdiyanto. PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT PADA SISWA

KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010

/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui efektifitas penerapan pendekatan

bermain untuk meningkatkan hasil belajar lompat jangkit pada siswa kelas XII IPA 3

SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Intack

Group dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta

tahun pelajaran 2010 /2011 yang berjumlah 36 siswa. Data hasil belajar lompat

jangkit diperoleh melalui tes unjuk kerja, lembar observasi digunakan untuk

mengumpulkan data kegiatan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran teknik

dasar lompat jangkit melalui penerapan pendekatan bermain.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: bahwa hasil kemampuan

siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit meningkat dari 22 % pada

kondisi awal menjadi 61 % pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 94 % pada

akhir siklus II. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan

pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lompat jangkit pada siswa kelas

XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.

Page 6: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi orang lain.

( HR. Al Qodla’iy )

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain.

(QS. Insyirah: 6-7)

Yakinlah apapun yang terjadi padamu adalah jalan terbaik yang

dipilihkan Allah untukmu. Hidup tidak untuk mengeluh, tapi hidup harus

dijalani dan disyukuri.

(Kristina O)

Page 7: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak, Ibu Tercinta dan sekeluarga

Yang selalu mendukungku.

Teman kos dan Sahabat terkasih yang

Selalu membantuku dalam

menyelesaikan sekripsi ini.

Rekan-rekan angkatan ‘06

Almamater

Page 8: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan dengan kesungguhan hati kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan berkat dan karunia-Nya yang setiap waktu

penulis terima dan rasakan, sehingga penyelesaian skripsi ini dapat tepat waktu.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mangalami hambatan, tetapi berkat bantuan

dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. Agus Margono, M. Kes sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.

5. Drs. Budhi Satyawan, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.

6. Kepala Sekolah dan Guru Penjas SMA Negeri 4 Surakarta yang telah memberikan

ijin penelitian.

7. Siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta yang telah bersedia menjadi sampel

penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan yang

Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat

bermanfaat.

Surakarta, September 2010

Page 9: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................. i

PENGAJUAN ................................................................................................... ii

PERSETUJUAN ............................................................................................... iii

PENGESAHAN ................................................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

MOTTO ............................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

F. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................. 5

BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7

1. Kurikulum ................................................................................ 7

2. KTSP ........................................................................................ 8

Page 10: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

3. Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA

.................................................................................................. 12

4. Lompat Jangkit ......................................................................... 14

5. Pembelajaran ............................................................................ 23

6. Pendekatan Pembelajaran ........................................................ 27

7. Pendekatan Pembelajaran Bermain .......................................... 34

B. Kerangka berfikir ............................................................................ 38

C. Perumusan Hipotesis ....................................................................... 39

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 40

A. Setting Penelitian ............................................................................ 40

1. TempatPenelitian ....................................................................... 40

2. Waktu Penelitian ....................................................................... 40

3. Siklus Penelitian ........................................................................ 40

B. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ................................... 41

C. Subjek Penelitian ............................................................................. 41

D. Sumber Data .................................................................................... 41

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................................... 41

F. Analisis data .................................................................................... 42

G. Prosedur Penelitian........................................................................... 42

1. Rancangan Siklus........................................................................ 43

a. Tahap Perencanaan.............................................................. 43

b. Tahap Pelaksanaan............................................................... 43

c. Pengamatan Tindakan.......................................................... 44

d. Tahap Evaluasi (Refleksi).................................................... 44

2. Rancangan Siklus II................................................................... 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN................................... 45

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Sikklus)........................................…… 45

B. Siklus I................................................................................................ 45

Page 11: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

C. Siklus II............................................................................................... 58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 70

A. Simpulan.................................................................................................... 70

B. Saran.......................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 72

LAMPIRAN......................................................................................................... 75

Page 12: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Ilustrasi awalan lompat jangkit ........................................................ 17

Gambar 2.Ilustrasi jingkat lompat jangkit......................................................... 19

Gambar 3. Ilustarasi langkah lompat jangkit...................................................... 20

Gambar 4. Ilustrasi lompat dalam lompat jangkit.............................................. 21

Gambar 5. Ilustrasi mendarat lompat jangkit..................................................... 21

Page 13: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan………............................ 40

Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ................................................. 42

Tabel 3. Deskripsi Kondisi Awal ...................................................................... 45

Tabel 4. Deskripsi Hasil Tes Belajar Pada Siklus I .......................................... 57

Tabel 5. Deskripsi Hasil Tes Belajar Pada Siklus II ......................................... 69

Page 14: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Siklus 1 pada pertemuan 1 ................................................... 76

Lampiran 2. RPP Siklus 1 pada pertemuan 2 ................................................... 82

Lampiran 3. RPP Siklus 1 pada pertemuan 3 ................................................... 90

Lampiran 4. RPP Siklus 2 pada pertemuan 1 ................................................... 95

Lampiran 5. RPP Siklus 2 pada pertemuan 2 ................................................... 102

Lampiran 6. RPP Siklus 2 pada pertemuan 3 ................................................... 109

Lampiran 7. Tabel. Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian

gerakan lompat jangkit pada kondisi awal

(pra siklus)....................................................................................... 114

Lampiran 8. Tabel. Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian

gerakan lompat jangkit pada siklus I.............................................. 116

Lampiran 9. Tabel. Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian

gerakan lompat jangkit pada siklus II............................................. 118

Page 15: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Page 16: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui

aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan kemampuan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan

aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai melalui

pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh.

Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi

juga aspek mental, emosional, sosial dan sepiritual.

Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki

peranan sangat penting yaitu, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,

olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.

Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik

dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat

dan bugar sepanjang hayat.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani didalamnya diajarkan

beberapa cabang olahraga yang terangkum kurikulum pendidikan jasmani. Salah

satu cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu atletik.

Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang diajarkan dari sekolah

tingkat paling rendah (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) bahkan Peguruan Tinggi (PT). Seperti dikemukakan

Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa, “atletik

merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani kepada siswa dari

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) dan Sekolah

Menengah Atas (SMA)”.

Berdasarkan jenisnya materi pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi

dua yaitu, materi pokok dan materi pilihan. Materi pokok merupakan materi yang

Page 17: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

wajib diberikan siswa. Cabang olahraga yang tercakup dalam materi pokok antara

lain: atletik, senam, dan permainan. Sedangkan meteri pilihan sesuai dengan

kemampuan dan situasi serta kondisi sekolah masing-masing.

Atletik adalah salah satu materi pokok yang diajarkan dalam pendidikan

jasmani. Maksud dan tujuan diajarkan cabang olahraga atletik yaitu, untuk

membantu perkembangan dan pertumbuhan siswa serta mengenalkan nomor-

nomor atetik. Nomor-nomor atletik yang diajarkan meliputi jalan, lari, lompat,

lempar. Dari tiap-tiap nomor tersebut didalamnya terdapat beberapa nomor yang

dilombakan atau dipertandingkan. Untuk nomor lari terdiri dari: lari jarak pendek,

jarak menengah jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari

lintas alam. Nomor lompat meliputi lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit,

lompat tinggi galah, nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak

peluru dan lontar martil.

Lompat jangkit salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik

yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK). Lompat Jangkit merupakan suatu rangkaian lompatan yang

terdiri dari awalan lari, kemudian jingkat (hop), melangkah (step), dan lompat

(jump) dan mendarat yang dilakukan secara berurutan dan terpadu untuk

mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya.

Upaya membelajarkan lompat jangkit pada siswa sekolah perlu

diterapkan cara mengajar yang baik dan tepat. Hal ini karena, para siswa pada

umumnya belum menguasai teknik lompat jangkit, bahkan para siswa kurang

senang dengan pembelajaran atletik. Untuk mengatasi hal tersebut, maka

pembelajaran lompat jangkit hendaknya bisa diajarkan secara bervariasi dalam

bentuk aktivitas yang menyenangkan. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa

terhadap pelajaran atletik harus diterapkan melalui bentuk-bentuk pendekatan

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Seorang guru

harus mampu menerapakan pendekatan pembelajaran yang baik dan tepat.

Dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, siswa akan mudah menerima materi

pelajaran dan hasilnya juga akan optimal.

Page 18: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pendekatan bermain merupakan salah satu cara belajar yang dalam

pelaksanaannya dilakukan melalui bentuk permainan. Dalam pendekatan bermain

siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan kemampuannya terhadap tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan cara bermain diharapkan siswa dapat

memliki kreativitas dan inisiatif untuk memecahkan masalah yang muncul selama

proses pembelajaran berlangsung. Melalui bermain dikembangkan juga unsur

kompetitif, sehingga siswa saling berlomba menunjukkan kemampuannya.

Model pendekatan bermain, dimaksudkan untuk mengembangkan aspek-

aspek kemampuan motorik melalui aktivitas bermain yang variatif, berjenjang

tingkat kesulitannya. Permainan atletik merupakan kombinasi antara kegembiraan

gerak dan tantangan tugas gerak yang dekat dengan pengalaman nyata. Dengan

demikian guru dapat memanfaatkan pendekatan bermain ini untuk memotivasi

siswa melakukan lompat jangkit dengan memberikan materi yang merangsang

untuk bermain, yaitu menggunakan pemanasan dengan permainan agar siswa

senang dalam mengikuti pembelajaran lebih lanjut.

Berdasarkan uraian pendekatan pembelajaran bermain yang telah

diungkapkan di atas menggambarkan bahwa, pendekatan bermain merupakan

salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

pencapaian hasil belajar lompat jangkit. Namun pencapaian hasil belajar tidak

hanya dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran saja, masih ada faktor lain

seperti kemampuan kondisi fisik siswa, motivasi, sarana dan prasarana dan lain-

lain.

Upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pencapaian hasil belajar

lompat jangkit tersebut, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam baik secara

teoritik maupun praktik melalui Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai sampel yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4

Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

Berdasarkan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang dilakukan,

pembelajaran pendidikan jasmani yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 4

Surakarta masih terdapat banyak kendala yang dihadapi, misalnya siswa kurang

senang dengan pelajaran atletik, siswa tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti

Page 19: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pelajaran dan fasilitas yang dimiliki sekolah terbatas. Hal tersebut juga diperkuat

dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil tes lompat jangkit

yang telah dilakukan hasil belajar siswa sangat rendah.

Selain observasi yang telah dilakukan hal ini juga terlihat dari

pengalaman peneliti saat PPL, dalam pembelajaran atletik masih ada beberapa

meteri atletik yang belum di ajarkan, misalnya materi lompat jangkit. Padahal

dalam silabus dicantumkan bahwa kelas XII semester I terdapat materi lompat

jangkit. Tetapi dalam kenyataannya pada saat peneliti memberikan materi lompat

jangkit siswa tidak mengetahuinya. Hal ini disebabkan karena guru penjas orkes

belum pernah memberikan materi lompat jangkit.

Berdasarkan permasalahan di atas dirasa perlu diadakan penelitian agar

ditemukan solusi yang tepat guna menyelesaikan permasalahan pembelajaran

dalam pendidikan jasmani, maka dikemukakanlah judul penelitian “Penerapan

Pendekatan Bermain Untuk meningkatkan Hasil Belajar Lompat Jangkit Pada

Siswa Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Banyak kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Lompat Jangkit di SMA

Negeri 4 Surakarta.

2. Siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta belum menguasai teknik

dasar lompat jangkit dengan benar.

3. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMA Negeri 4 Surakarta

belum menunjukkan hasil yang optimal, sehingga perlu pendekatan

pembelajaran yang baik dan tepat.

4. Belum diketahui efektifitas pendekatan pembelajaran bermain terhadap hasil

belajar lompat jangkit.

Page 20: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian maka perlu dibatasi

agar tidak mennyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam

penelitian sebagai berikut:

1. Pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Penguasaan teknik

dasar lompat jangkit dengan benar.

2. Efektifitas pendekatan bermain tehadap hasil belajar lompat jangkit.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah

dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:

Apakah Penerapan Pendekatan Bermain Dapat Meningkatkan Hasil Belajar

Lompat Jangkit Siswa Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun

Pelajaran 2010 / 2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan diatas, tujuan

penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui apakah model pendekatan bermain dapat meningkatkan

hasil belajar lompat jangkit siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta

Tahun Pelajaran 2010/2011?

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, diharapkan mempunyai manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan lompat jangkit serta

mendukung pencapaian prestasi lompat jangkit.

Page 21: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Bagi guru pendidikan jasmani, dapat dijadikan pedoman untuk menentukan

dan memilih pendekatan pembelajaran lebih baik dan efektif untuk

meningkatkan hasil belajar lompat jangkit untuk siswanya.

3. Bagi Lembaga Pendidikan ( Instansi ), sebagai bahan masukan, saran, dan

informasi terhadap sekolah, instansi, lembaga pendidikan untuk

mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat dalam rangka

meningkatkan kualitas proses dan kuantitas hasil belajar siswa maupun

lulusan.

Page 22: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kurikulum

Kurikulum berasal dari kata latin “curricula” yang semula berarti suatu

jalan untuk mencapai tujuan pengajaran. Kemudian istilah tersebut berkembang

menjadi sejumlah mata pelajaran (silabus) yang diberikan di suatu lembaga

pendidikan untuk memperoleh sertifikat atau ijasah tertentu.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (19) Kurikulum

memiliki pengertian “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Masnur

Muslich, 2007 : 01)

Selain itu penjelasan mengenai kurikulum dari beberapa ahli yang

dikutip dalam Achasius Kaber (1988:3), diantaranya:

Harnack (1968) : Kurikulum meliputi semua pengalaman belajar dan

mengajar yang terpimpin dan diarahkan oleh sekolah.

James Popham dan Eva Baker ( 1970) : Kurikulum sebagai hasil

belajar yang direncanakan, dimana tanggung jawab dipegang oleh sekolah.

Ronald C. Doll (1978) : Kurikulum adalah bahan dan proses baik yang

bersifat formal maupun informal yang mana anak memperoleh pengetahuan

dan pengertian, mengembangankan ketrampilan, merubah sikap-sikap,

apresiasi dan nilai-nilai dibawah tanggung jawab sekolah.

Doll memberi gambaran yang lebih lengkap mengenai kurikulum

meliputi bahan, proses, dan hasil serta mementingkan unsure formal maupun

informal (kurikulum yang tersembunyi).

Hass (1980) : semua pengalaman individu anak dari suatu program

pendidikan yang tujuannya mencapai tujuan umum maupun tujuan yang

spesifik yang direncanakan dalam kerangka teori, riset atau praktek

professional masa lalu dan sekarang.

Dalam perumusan ini Hass mementingkan kurikulum yang berpusat

pada anak, menegaskan pentingnya tujuan yang spesifik disamping tujuan

umum, serta peranan riset, teori dan pengalaman praktek di sekolah.

Page 23: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Saylor, Alexander dan Lewis (1981) : merumuskan kurikulum sebagai

suatu rencana yang memberikan serangkaian kesempatan belajar bagi anak.

Olivia (1982) : kurikulum adalah suatu rencana atau program untuk

semua pengalaman yang dihadapi anak dibawah pengarahan sekolah.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa kurikulum adalah semua kegiatan yang diberikan kepada siswa atau

“semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah”.

Untuk menentukan apa yang akan diajarkan kepada anak-anak di kelas

tertentu diperlukan kurikulum. Kurikulum yang sebenarnya adalah usaha yang

nyata yang dilakukan oleh guru terutama di dalam kelas untuk mempengaruhi

anak ke arah terwujudnya tujuan pendidikan. Kurikulum yang sesungguhnya

adalah interaksi antara siswa dan guru serta lingkungannya di bawah bimbingan

guru.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di susun dalam rangka

memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Masnur muslich :2007:01).

Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses

penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran,

sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sehingga hasil

interaksi dengan lingkungan. Implementasi KTSP juga dapat diartikan sebagai

aktualisasi kurikulum operasional dalam bentuk pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran dan

penilian adalah operasional konsep KTSP yang masih bersifat potensial (tertulis)

menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian

pembelajaran berbasis KTSP adalah hasil terjemahan guru terhadap KTSP.

E. Mulyasa (2007:246) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis KTSP

sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:

Page 24: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1) Karakteristik KTSP, yang mencakup ruang lingkup KTSP dan

kejelasannya bagi pengguna dilapangan.

2) Strategi Pembelajaran, yaitu strategi yang digunakan dalam

pembelajaran, seperti diskusi, pengamatan dan tanya jawab, serta

kegiatan lain yang dapat mendorong pembentukan kompetensi peserta

didik.

3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan,

ketrampilan, nilai, dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampunnya

untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning) dalam

pembelajaran.

E. Mulyasa (2007:247) berpendapat bahwa Pelaksanaan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan sedikitnya harus memperhatikan tujuh prinsip sebagai

berikut :

1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan

kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi

dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan

pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk

mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:

(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu

melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama

dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan

menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif, aktif,

kreatif, dan menyenangkan.

3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan

sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik

dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta

didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindivuduan, kesosialan, dan moral.

4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan

pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan

hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing

nagarsa sung tuladan.

5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi

dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial,

dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan

muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7) kurikulum yang menyangkut seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam

Page 25: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan

memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Ketujuh prinsip diatas harus diperhatikan oleh para pelaksana kurikulum

(guru), dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, baik menyangkut

perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah

mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi.

Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan

Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23

Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP).

KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan / sekolah yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan

(SKL), dan standar isi. SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.. Departemen pendidikan

Nasional mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010, semua sekolah telah

melaksanakan KTSP.

Terkait dengan penyusunan KTSP, Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) telah membuat panduan penyusunan KTSP. Panduan ini diharapkan

menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTS/SMPLB,

SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan

kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang

bersangkutan.

Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan

pendidikan hampir senada dengan prinsip implementasi KBK (Kurikulum

Berbasis Kompetensi) yang disebut Pengelolaa Kurikulum Berbasis Sekolah

(KBS). Prinsip ini diimplementasikan untuk memberdayakan daerah dan sekolah

Page 26: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran

sesuai dengan kondisi aspirasi mereka. Prinsip pengelolaan KBS mengacu pada “

kesatuan dalam kebijaksanaan dan keberagaman dalam pelaksanaan”. Yang

dimaksud dengan “kesatuan dalam kebijaksanaan” ditandai dengan sekolah-

sekolah menggunakan perangkat dokumen KBK yang sama dikeluarkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan “ keberagaman dalam pelaksanaan

“ ditandai dengan keberagaman silabus yang akan dikembangkan oleh sekolah

masing-masing sesuai dengan karakteristik sekolahnya.

Dengan adanya pengelolaan KBS, banyak pihak / instansi yang akan

berperan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya, yaitu sekolah, kepala

sekolah, guru dinas pendidikan kabupaten atau kota, dinas pendidikan provinsi

dan depdiknas. Pada KTSP, kewenangan tingkat satuan pendidikan (sekolah)

untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih diperbesar.

Kurikulum yang semula dipandang sejumlah mata pelajaran kemudian

beralih makna menjadi semua kegiatan dan semua pengalaman belajar yang

diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah untuk tujuan

pendidikan. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu

didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaanya

yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, atau daerah.

Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk

merancang dan dan menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian

hasil pembelajaran. Untuk itu, banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah

karena sebagian besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar

Nasional Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus

menyususun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )atau silabusnya

dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar

Kompentensi Lulusan yang diterapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan dijelaskan :

1) Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang

sederajat menekan kan pentingnya kemampuan dan kegemaran

Page 27: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan

berkomunikasi ( Pasal 6 Ayat 6 ).

2) Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,

mengembangkan kurikulum tingkat sayuan pendidikan dan silabusnya

berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan

di bawah supervise Sinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggung

jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta

Departemen yang menangani urusan pemerintah di bidang agama untuk

MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2 ).

3) Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan

pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar, (Pasal 20).

Berdasarkan ketentuan diatas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak

yang seluas-luasnya untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-

variasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan

kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan diatas, perlu adanya

panduan pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar daerah atau

sekolah tidak mengalami kesulitan.

3. Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA

Sruktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang

ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai

dengan kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi

lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.

Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua

kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh

peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri

atas empat program: (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam, (2) Program Ilmu

Pengetahuan Sosial, (3) Program Bahasa, (4) Program Keagamaan, Khusus untuk

MA (E. Mulyasa, 2007:54).

Kurikulum pendidikan jasmani tersusun dari pemgalaman-pengalaman

yang dengan sadar dipilih dan diorganisasi untuk tujuan mengembangkan pribadi

anak dengan pemahaman-pemahaman perasaan terhadap nilai-nilai, ketrampilan-

Page 28: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

ketrampilan atau kemampuan-kemampuan baru, fungsinya adalah untuk

merangsang pengalamanya agar dapat menghasilkan pertumbuhan dan

perkembangan jasmani, sosial, dan kejiwaan yang diinginkan.

Ciri-ciri utama dari suatu program pendidikan jasmani yang baik sama

dengan setiap program pendidikan yang lain, karena pendidikan ekonomi,

pendidikan sains, pendidikan bahasa dan sebagainya misalnya menarik prinsip

dasarnya dari sumber-sumber yang sama seperti yang dilakukan oleh pendidikan

jasmani. Prinsip-prinsip ini berasal dari suatu analisis mengenai sifat dan

kebutuhan masyarakat, sifat individu, sifat proses belajar, dan prinsip-prinsip ini

berasal dari suatu analisis mengenai sifat dan dan kebutuhan masyarakat, sifat

individu, sifat proses belajar, dan prinsip-prinsip dasar dari pengembangan,

organisasi dan administrasi kurikulum. Pendidikan jasmani merupakan integral

dari proses pendidikan dan menarik prinsip-prinsipnya dari sumber-sumber yang

sama seperti yang dilakukan oleh bidang-bidang pendidikan lainnya.

Program pendidikan jasmani pada sekolah lanjutan meliputi hal-hal

sebagai berikut (Samsudin, 2008:8):

a. Mencintai olahraga tim atau beregu.

b. Kegembiraan dan minat dalam kepelatihan olahraga.

c. Pengelompokan ke dalam bagian-bagian tentang pokok bahasan (subject

matter)

d. Kelompok siswa yang berminat untuk bekerja atau beraktivitas.

e. Kepuasan yang diperoleh dalam melihat siswa mentransfer keterampilan

dari kelas pendidikan jasmani kegiatan di dalam sekolah (intramural) dan

rekreasi setelah sekolah.

f. Tantangan yang membimbing siswa untuk melewati periode yang

canggung, transisional dari ketidaktenangan dan ketidaktentuan pada

masa sekolah lanjutan pertama.

g. Inspirasi yang diperoleh dari bekerja dengan staf dan kolega profesional

yang lain.

h. Mencintai makin banyak permainan dan aktivitas dengan organisasi

tinggi (Bucher, 1979:350).

Garis-garis pedoman program pendidikan jasmani di sekolah lanjutan

menggambarkan bahwa banyak garis pedoman yang diajukan di sekolah dasar

juga tepat untuk sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Kesimpulannya adalah

Page 29: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

bahwa program untuk sekolah lanjutan yang lebih tepat disesuaikan dengan

format sebagai berikut (Samsudin, 2008:9):

a. Program pembelajaran harus memenuhi perbedaan kebutuhan semua

siswa dan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan tiap siswa.

b. Pogram harus diseimbangkan antara olahraga tim dan perseorangan,

olahraga air, senam, aktivitas uji diri, dansa, dan aktivitas berirama.

c. Kemajuan harus berangkai yang berkaitan dengan keterampilan dan pola

gerak tertentu.

d. Kesempatan belajar efektif (pilihan) harus diberikan.

e. Pengetahuan tentang tubuh manusia dan prinsip-prinsip gerak manusia

sangat penting.

f. Aktivitas kreativitas, pengarahan diri (seft-direction), aktivitas yang berat

dan kuat, disamping prinsip-prinsip pengaman harus didorong.

g. Kebugaran jasmani dan keterampilan yang dapat dilakukan dalam

kegiatan intramural, antar sekolah (interscholastic), dan program rekreasi

yang komprehensif untuk semua siswa harus ditekankan.

h. Pengembangan hubungan manusia dan pendorongan siswa yang

memiliki kesulitan yang disebabkan program-program fisik, sosial, dan

emosi sangat penting untuk dijadikan program utama (Bucher,

1979:350).

4. Lompat Jangkit

a. Pengertian Lompat Jangkit

Lompat Jangkit disebut juga dengan lompat jingkat atau lompat tiga

(triple jump). Istilah lompat tiga, bukan berarti gerakannya hanya terdiri tiga

gerakan melompat saja yang dilakukan secara berturut-turut. Akan tetapi gerakan

sebenarnya terdiri atas berjingkat (hop), melangkah (step), dan melompat (jump).

Itulah sebabnya lompat jangkit atau lompat tiga disebut pula “hop-step-jump”.

Dalam hal ini, Aip Syarifuddin (1992: 128) menyatakan “lompat jangkit adalah

suatu bentuk gerakan lompat yang merupakan rangkaian urutan gerak yang

dilakukan dengan berjingkat, melangkah dan melompat dalam usaha mencapai

jarak sejauh-jauhnya”. Sedangkan menurut Mochamad Djumidar A. Widya (2004:

79) berpendapat, “lompat jangkit adalah rangkaian suatu gerakan lari, lompat

dengan suatu gerakan yang cepat dari lompatan-lompatan atau tumpuan yang

telah ditentukan yaitu dua kali jingkat yang sama dan satu kali kaki dengan

gerakan yang tidak terputus”.

Page 30: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Dengan demikian, berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas

menunjukkan bahwa lompat jangkit adalah suatu rangkaian lompat yang terdiri

awalan lari, kemudian jingkat (hop), langkah (step), dan lompat (jump) dan

mendarat yang dilakukan secara berurutan dan terpadu untuk mencapai jarak

lompatan yang sejauh-jauhnya.

Untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya, seorang atlit harus

mampu mengimbangi usahanya pada ketiga gerakan tersebut. Lompat jangkit

memiliki tuntutan yang besar pada kemampuan memantul yaitu kemampuan

untuk melompat, mendarat dan melompat lagi. Sehingga seorang atlit lompat

jangkit harus memiliki kekuatan otot, kelincahan melompat dan daya tahan dan

daya lenting yang tinggi.

b. Teknik Lompat Jangkit

Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam

melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu

proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga, atau dengan kata

lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang

memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.

Teknik lompat jangkit merupakan faktor yang sangat penting dan harus

dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jangkit terdiri dari beberapa

bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan harmonis.

Menurut Gerry A. Carr. (2000: 161) bahwa ”Dalam lompat jangkit sangat dituntut

pada kemampuan memantul (yaitu, kemampuan untuk melompat, mendarat, dan

melompat lagi”. Sedangkan menurut Aip Syarifuddin (1992: 128) bahwa ”Lompat

jangkit dapat dibagi ke dalam berjingkat (hop), melangkah (step), melompat

(jump)”. Selain itu juga Eddy Purnomo. (2007: 94) menyatakan ”Faktor-faktor

yang sangat menentukan untuk mencapai prestasi lompat jangkit adalah awalan,

gerakan jingkat (hop), gerakan langkah (step), gerakan lompat (jump), dan

mendarat”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik lompat

jangkit terdiri lima tahapan yaitu awalan, jingkat (hop), langkah (step), melompat

(jump), dan mendarat. Kelima tahapan tersebut harus dikuasai dan harus

Page 31: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dilakukan dengan harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi

yang optimal.

Menurut Dr. Dikdik Zafar Sidik. M.Pd. (2010: 71) menyatakan bahwa

lompat jangkit terbagi dalam beberapa fase:

1) Dalam fase awalan, pelompat melakukan lari percepatan sampai ke

kecepatan yang terkontrol.

2) Dalam fese jingkat, pelompat melakukan gerakan cepat dan datar,

menjangkau 35% jarak keseluruhan.

3) Dalam fase langkah, pelompat menjangkau kira-kira 30% jarak

keseluruhan. Langkah ini adalah bagian yang paling kritis dalam lompat

jangkit. Lama waktunya harus sama dengan tahap jingkat.

4) Dalam fase lompat, pelompat bertolak dengan kaki berlawanan dan

menjangkau kira-kira 35% jarak keseluruhan.

Tujuan lompat jangkit yaitu melompat sejauh mungkin dengan tiga

lompatan yang sesuai dengan peraturan dalam lompat jangkit. Dalam lompat

jangkit, faktor kesulitan yang terjadi adalah mempertahankan kecepatan horizontal

yang tinggi untuk setiap lompatan. Untuk itu dalam lompat jangkit diperlukan

suatu teknik yang baik dan benar. Untuk lebih jelasnya teknik-teknik lompat

jangkit dapat diuraikan sebagai berikut:

Dadang Masnun (1999: 6.7-6.11) menyatakan bahwa teknik lompat

jangkit dikatakan efektif apabila memiliki ciri-ciri:

1) Awalan

a) Awalan bagian pertama

b) Awalan bagian kedua

2) Jingkat (lompatan pertama)

3) Langkah (lompatan kedua)

4) Lompatan (lompatan ketiga)

Sedangkan pelaksanaan dari teknik lompat jangkit adalah sebagai berikut:

1) Awalan

“Tujuan dari awalan adalah untuk menghasilkan kecepatan horizontal

setinggi mungkin dan mempersiapkan tolakan pertama pada papan tolak” (Dadang

Masnun, 1999: 6.8). sedangkan jarak awalan dari tiap atlet adalah berbeda-beda,

biasanya antara 32 meter sampai dengan 36 meter.

a) Awalan Bagian Pertama

Page 32: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Seorang atlet pelompat jangkit memiliki cara sendiri-sendiri untuk dapat

secepatnya mencapai kecepatan setingginya. Yang paling penting yaitu membuat

kecepatan selalu sama pada setiap langkah pertama dari awalan, sehingga akan

menghasilkan tolakan yang tepat pada papan.

b) Awalan Bagian Kedua

Untuk awalan pada bagian kedua ini sangat penting sekali khususnya

untuk take off (tolakan pertama). Perpindahan dan percepatan pada percepatan

irama perlangkah dan perpendekan langkah terjadi pada awalan bagian kedua ini,

maka dengan sendirinya irama langkah akan berubah. Tolakan pertama lebih

besar disbanding dengan tolakan pada lompat jauh. Untuk menghasilkan pola

gerak tersebut, tungkai saat menyentuh papan harus dengan gerakan yang cepat

dan bertenaga. Dengan demikian tempo kontak dengan papan dapat dipersingkat,

akibatnya kecepatan horisontal tidak berkembang.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan awalan sebelum melakukan tolakan

sebagai berikut:

Gambar 1. Ilustrasi awalan lompat jangkit

(Eddy Purnomo, 2007: 94)

2) Jingkat (Lompatan Pertama)

Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan jingkat ada beberapa hal

yang dilakukan seorang pelompat. Dalam hal ini Dadang Masnunn (1999: 6.10)

menyatakan bahwa:

Yang harus dilakukan pada jingkat atau lompat pertama yaitu:

1) Berkurangnya kecepatan diusahakan sekecil mungkin.

Page 33: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

2) Lompat untuk mencapai hasil yang optimal dengan tetap mengontrol

saat mendarat dan mulai tahap langkah.

3) Mempersiapkan posisi mendarat dan tolakan pada tahap langkah.

4) Mempertahankan keseimbangan.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ada empat hal yang harus

diperhatikan pada jingkat atau lompat pertama yaitu berkurangnya kecepatan

diusahakan sekecil mungkin, tetap mengontrol saat mendarat dan mulai tahap

melangkah, mempersiapkan posisi mendarat dan tolakan pada tahap langkah serta

mempersiapkan keseimbangan. Kesalahan yang dilakukan pada saat jingkat atau

lompat pertama akan berakibat gerakan lompat keseluruhan tidak berhasil dengan

baik. Hal terpenting dan harus diperhatikan pada saat jingkat yaitu jangan

dilakukan terlalu tinggi, karena akan mengurangi kecepatan yang telah dicapai.

Seperti dikemukakan Tamsir Riyadi (1985: 107) bahwa, “saat berjingkat harus

rendah, karena dengan demikian kecepatan yang telah diperoleh pada saat

melakukan awalan dapat tetap dipertahankan, sehingga akan membantu kelanjutan

gerakan berikutnya”.

Pada gerakan jingkat (hop) terdiri dari tahap menolak, melayang dan

mendarat. Tolakan harus dilakukan dengan cepat dan mendorong tubuh kearah

depan. Kaki kanan mendarat di papan tolakan pada bagian yang rata. CG (pusat

berat) badan tidak direndahkan yang akan mengakibatkan lutut kaki tolak

membengkok lebih dalam saat meredam benturan.

Tungkai atas kaki ayun, diayunkan mendarat (horizontal). Lutut ditekuk

(fleksi) membentuk sudut lancip. Posisi fleksi lutut yang demikian akan

memperpendek jari-jari pendulum, sehingga memungkinkan diayun kedepan

dengan cepat. Apabila lutut kaki diayun hanya sedikit ditekuk (dalam posisi sudut

tunpul) maka jari-jari pendulum akan lebih panjang sehingga ayunannya lambat.

Sikap badan bagian atas tegak, gerakan lengan yang berlawanan berguna untuk

menjaga keseimbangan di saat tubuh melayang.

Saat melayang, pelompat melakukan gerakan pergantian posisi kaki (kaki

tolak digerakkan ke depan menjadi kaki mendarat), dan mempersipkan untuk

menolak pada tahap langkah (step). Tungkai atas kaki tolak di angkat setinggi

mungkin, dari posisi ini pendaratan diawali dengan memulai gerakan

Page 34: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

membenturkan kaki ketanah dengan penuh tenaga kearah bawah dan belakang.

Mendarat pada bagian telapak kaki yang datar 1 atau 1 ½ kaki di depan CG tubuh.

Mendarat pada telapak kaki ini penting agar tekanan berat tubuh yang besar dapat

dibagi pada bidang yang relatife luas.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan jingkat dalam tenik dasar lompat

jangkit sebagai berikut:

Gambar 2. Ilustrasi gerakan jingkat (hop) lompat jangkit

(Eddy Purnomo, 2007: 95)

3) Langkah (Lompat Kedua)

Tahap langkah (step) pada dasarnya sama dengan jingkat. Langkah

merupakan bagian terpendek dari ketiga lompatan dan dilaksanakan dalam kondisi

yang sulit, sebab tungkai yang sama harus meredam berat badan dan memberi

kecepatan kembali.

Saat meredam berat badan sangat singkat. Tolakan harus dilakukan

dengan daya ledak, makin baik gerakannya perenggangan ayunan dikoordinasikan

maka tolakannya akan lebih efektif. Tungkai ayun diayunkan lebih tinggi

mendarat dan tungkai tolak dilipat pada lutut sehingga membentuk sudut lancip.

Kepala dan badan tegak. Gerakan lengan sinkron dengan gerak tungkai yang

berlawanan dengan tujuan memelihara keseimbangan.

Mendarat pada bagian telapak kaki yang datar didepan proyeksi CG

tubuh pada bidang horisontal. Makin tinggi kecepatan horisontal yang dihasilkan

akan makin jauh ke depan lontaran horisontalnya berarti makin panjang jarak titik

tempat menolak dengan titik mendaratnya. Tubuh yang terlalu cepat melewati titik

Page 35: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pendaratan akibatnya tidak menerima tenaga ekstensi tungkai secara penuh. Jika

pendaratan dilaksanakan dengan sempurna maka efek benturannya akan kecil.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan langkah dalam tenik dasar lompat

jangkit sebagai berikut:

Gambar 3. Ilustrasi gerakan langkah (step) lompat jangkit

(Eddy Purnomo, 2007: 96)

4) Lompatan (Lompatan Ketiga)

“Pada lompatan terakhir atlet harus konsentrasi pada hal-hal yaitu (1)

pertahankan sekecil mungkin meomentum horisontal yang hilang dengan

melakukan gerakan aktif menolak (take off), (2) mempersiapkan untuk pendaratan

(Dadang Masnun, 1999:6.11)”.

Pada tahap melompat tubuh mengalami kehilangan kecepatan yang

terbesar disebabkan tahap sebelumnya telah melaksanakan dua lompatan panjang.

Dalam melakukan lompatan segala bentuk gerakan, seperti pada lompat jauh

boleh dilakukan. Seperti dikemukakan Aip Syarifuddin 1992: 131) bahwa, “sikap

atau garakan pada saat melayang diudara sama seperti pada lompat jauh. Yaitu

tergantung dari teknik yang telah dikuasai oleh si pelompat apakah jongkok,

menggantung atau jalan di udara”.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan lompat dalam tenik dasar lompat

jangkit sebagai berikut:

Page 36: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Gambar 4. Ilustrasi gerakan lompat (jump) pada lompat jangkit

(Eddy Purnomo, 2007: 97)

5) Pendaratan

Sikap medarat pada lompat jangkit juga sama seperti pada lompat jauh,

baik untuk gaya jongkok, gaya menggantung maupun gaya berjalan diudara. Pada

waktu akan mendarat kedua kaki diangkat atau dibawa kedepan, kemudian

mendarat pada kedua kaki mengeper dengan cara membengkokan kedua lutut,

berat badan dibawah ke depan supaya jangan sampai jatuh ke belakang, kepala

ditundukkan, kedua tangan kedepan.

Gambar 4. Ilustrasi Pendaratan Lompat Jangkit

(Aip Syarifuddin, 1992:91)

Page 37: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

c. Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Teknik Lompat Jangkit

Lompat jangkit merupakan salah satu nomor lompat yang memiliki

keunikan gerakan tersendiri dan lebih sulit jika dibandingkan dengan teknik

nomor lompat lainnya. Tingkat kesulitan pada lompat jangkit terletak pada jingkat

(hop), melangkah (step) dan melompat (jump). Seringkali pada gerakan ini

dilakukan dengan lompatan tiga kali secara berturut-turut. Menurut Dadang

Masnun (1999: 16-6.17) kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada teknik

lompat jangki yaitu :

1) Kesalahan pada jingkat :

a) Kaki tolak (take off) mendarat terlalu jauh didepan badan, sebab

melakukan jingkat terlalu tinggi.

b) Gerakan tungkai terlalu awal saat melayang, sebab tolakan terlalu

lamban dan sangat singkat.

c) Kaki tolak (mendarat terlalu jauh didepan CG tubuh), sebab

mendarat dengan pasif.

2) Kesalahan pada langkah :

a) Lompat terlalu datar, sebab otot-otot kurang kuat dan ayunan kaki

mengayun terlalu lemah.

3) Kesalahan Lompat :

a) Kurva lompatan terlalu datar, sebab koordinasi tungkai dan lengan

saat menolak jelek.

b) Menurunkan kaki terlalu cepat saat mendarat, sebab posisi tubuh

bagian atas menolak tidak tepat.

Dan menurut Garry A. Carr (2000: 172-173) kesalahan umum dalam

teknik pelaksanaan lompt jangkit sebagai berikut;

1. Atlet menggunakan langkah yang tersendat-sendat dalam run-up. Run-

up tidak teratur.

2. Pelompat terlalu memiringkan tubuh ke belakang saat takeoff.

3. Pantulan terlalu tinggi dan jauh. Pelompat “tenggelam” pada akhir

pantulan dan tidak memiliki daya gerak untuk melangkah dan

melompat.

4. Kaki yang melompat dibiarkan menggantung atau menarik saat

memantul.

5. Atlet melakukan lompat jangkit dengan kaki yang kaku.

6. Atlet mendarat pada ujung jari kaki pada akhir pantulan atau langkah

dan mengluhkan pendaratan yang menimbulkan rasa sakit.

7. Gerakan tangan atlet salah dan sembarangan dalam lompatan.

8. Langkah sangat pendek, dan tidak ada gerakan untuk menambah jarak.

9. Setelah memantul dan melangkah, lompatan menjadi lemah dan

pendek.

Page 38: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Kesalahan-kesalahan seperti di atas harus dihindari, agar memperoleh

hasil lompatan sejauh-jauhnya. Kesalahan teknik merupakan sebuah kegagalan

sehingga prestasi tidak diciptakan. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, maka

bagian-bagian teknik lompat jangkit dari awalan, gerakan jingkat (hop), langkah

(step) dan melompat (jump) harus dirangkaikan secara selaras dan harmonis

dengan mengembangkan faktor-faktor yang mendukungnya.

5. Pembelajaran

a. Konsep Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses

pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku

dimanapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar,

walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru

mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga

mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kongnitif), juga dapat

mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek

psikomotor) seseorang peserta didik.

Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga

mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the

learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa.

Pembelajaran mengandung arti bahwa setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses

pembelajaran merupakan seperangkat prinsip-prinsip yang dapat digunakan

sebagai pedoman untuk menyusun berbagai kondisi yang dibutuhkan dalam

mencapai tujuan pendidikan.

Page 39: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b. Hakikat Pembelajaran

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan

pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan

yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi

aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan

belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan

perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk

memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi

saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun disini

guru lebih berperan sebagai pengelola.

Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut

Purwadarminta 1976 yang dikutip H.J.Gino Suwarni, Suripto, Maryanto dan

Sutijan (1998: 30) bahwa “pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar

atau mengajarkan”. Hal ini juga dikemukakan Wina Sanjaya (2006: 74) bahwa

”mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari guru kepada

siswa”.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling hubungan

antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran

adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta

didik.

Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan

meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan

jenis belajar dan hasil belajar tersebut. Kegiatan belajar merupakan masalah yang

sangat kompleks dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek

kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Pada tahap baru mengenal substansi

yang dipelajari, baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, maupun

psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu yang pada

mulanya. Namun setelah guru berusaha untuk memusatkannya dan menangkap

perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran, maka sesuatu yang asing itu menjadi

Page 40: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

berangsur-angsur berkurang. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan

semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar

terjadi proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.

Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan sekolah,

dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi sosial kultural

melalui media masa. Dalam konteks pendidikan non formal justru sebaliknya

proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat,

termasuk dunia kerja, media massa dan lain sebagainya. Hanya sebagian kecil saja

pembelajaran terjadi di kelas dan lingkungan.

Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini

berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika

tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak

mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus menyadari benar-benar

keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar, metode, dan bahkan cara mengukur

perubahan atau kemajuan yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu

menerapkan cara mengajar yang cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki

pengetauhan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan

suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegitan mengajar meliputi

pengetahuan, menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan yang diatur sesuai

dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ini sesuai dengan yang

dikemukakan Nana Sudjana (2009: 57-58) yaitu:

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan

guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha

meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat

kemampuan yakni: 1) Merencanakan programbelajar mengajar, 2)

Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, 3)

Menilai kemajuan proses belajar mengajar, 4) menguasai bahan pelajaran

dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang

dipegangnya.

Page 41: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan program

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan pembelajaran dan

menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika seorang guru memiliki

kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan

diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil belajar dapat dicapai dengan baik, jika

seorang guru mampu melaksanakan tugas diantaranya mengelola proses

pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek

kegiatan. Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 4) bahwa:

Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya

proses belajar terjadi di kelas dan di lapangan, ciri utamanya terjadinya

proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat didalam proses

pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi

untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai

pengelola proses belajar dan pembelajaran.

Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam

menyampaikan tugas ajar agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Hal yang

terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu

menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa

manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

c .Prinsip Prinsip Pembelajaran.

Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa

suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip

H.J.Gino dkk (1998: 51) bahwa “perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai

jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam kecakupan, kebiasaan, sikap,

pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, pendeknya mengenai segala

aspek organisme atau pribadi seseorang”.

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk

mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses

pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut

Wina Sanjaya (2008: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam

pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:

Page 42: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1) Berpusat pada siswa

2) Belajar dengan melakukan

3) Mengembangkan kemampuan sosial

4) Mengembangkan keingintahuan,imajinasi dan fitrah

5) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah

6) Mengembangkan kreatifitas siswa

7) Mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi

8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik

9) Belajar sepanjang hayat

Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan

oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran

yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh

hasil belajar yang optimal.

6. Pendekatan Pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan,”sebagai

proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”. Suharno, Sukardi,

Chodijah dan Suwalni (1998: 25) berpendapat,”pendekatan pembelajaran

diartikan model pembelajaran”. Sedangkan pembelajaran menurut H.J. Gino dkk.

(1998: 32) bahwa,”pembelajaran atau intruction merupakan usaha sadar dan

disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan

faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”. Sukintaka

(2004: 55) bahwa ,”pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru

mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi

peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”.

Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat

disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang

mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan

membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa

,”pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku

siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh

Page 43: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

hasil belajar secara optimal”. Sedangkan Syaiful Sagala (2010: 68) berpendapat

bahwa ”pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru

dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional

tertentu”.

Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran yang dikemukakan dua

ahli tersebut menunjukkan bahwa, dalam suatu peristiwa pembelajaran terjadi dua

kejadian secara bersama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini

guru, (2) pihak lain yang menerima adalah peserta didik atau siswa. Kedua

komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar.

b. Pentingnya Pendekatan pembelajaran

Dalam proses pembelajaran terdapat komponen siswa sebagai obyek

yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar untuk memberikan materi

pelajaran guna terjadi perubahan pada diri siswa. Mengajar merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan

yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan

atau ketangkasan. Seperti dikemukakan oleh Slameto (2010: 97) bahwa,”kegiatan

mengajar meliputi penyampaian pengetahuan, menularkan sikap, kecakapan atau

keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan yang menghubungkannya

dengan subyek yang sedang diajar”.

Upaya untuk menyampaikan materi atau keterampilan kepada siswa,

maka harus diterapkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan

pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah

dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut merupakan

pendekatan yang membantu tercapainya dengan mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran

yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah dirumuskan.

Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat

mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan

pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan

oleh guru.

Page 44: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan

mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan

metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motifasi belajar siswa,

sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal.

c. Jenis Pendekatan Pembelajaran

1) Pendekatan Deduktif

Pendekatan Deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadan

umum keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bemula

dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh

khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan

khusus. Saiful Sagala (2010: 76).

Langkah – langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan deduktif

dalam pembelajaran adalah :

a) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan

deduktif;

b) menyajiakn aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi

dan buktinya;

c) disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan

antara keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip umum;

d) disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa

keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

Sedangkan berfikir deduktif disebut juga berfikir dengan menggunakan

silogisme terdiri dari tiga proposisi statement yang terdiri dari ”premise” yaitu

dasar penarikan kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung suatu

kebenaran. Berfikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju ke

yang khusus. Dalam berfikir deduktif ini orang bertolak dari suatu teori, prinsip,

atau kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ

diterapkan fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus

yang berlaku bagi fenomena tersebut.

2) Pendekatan Induktif

Dalam penarikan kesimpulan pendekatan induktif didasarkan atas fakta-

fakta yang kongkrit sebanyak mungkin, sistem ini dipandang sebagai sistem

berfikir yang paling baik pada abadpertengahan yaitu cara induktif disebut juga

sebagai dogmatif yaitu bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara

Page 45: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

rasional. Berfikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari

khusus menuju ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari

brbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan ciri-ciri atau sifat-sifat itu

terdapat pada semua jenis fenomena.

Langkah – langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif

adalah :

a) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan

pendekatan induktif.

b) menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang

memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang

terkandung dalam contoh-contoh itu.

c) disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang

atau menyangkal pemikiran itu.

d) disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti

berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu.

Pada tingkat ini menurut Syamsudin Makmun (2003: 228) yang dikutip

dari Syaiful Sagala (2010: 77)

siswa belajar mengadakan kombinasi dari beberapa konsep atau pengertian

dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif,

analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas), sehingga

siswa dapat membuat kesimpulan (kongklusi) tertentu yang mengkin

selanjutnya dapat dipandang sebagai ”rule” (prinsip, dalil, aturan,

hukum,kaidah, dan sebagainya).

3) Pendekatan Konsep

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang

yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi

prinsip, hokum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman,

melalui generalisasi dan berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan

meramalkan. Menurut pendapat Syaiful Sagala (2010: 71) menyatakan bahwa

“pendekatan konsep adalah pendekatan pengajaran yang secara langsung

menyajikan konsep tanpa member kesempatan pada siswa untuk menghayati

bagaimana konsep itu diperoleh”.

Konsep menunjukkan satu hubungan antara konsep-konsep yang lebih

sederhana sebbagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang bersifat asasitentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi.

Page 46: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Konsep merupakan pemikiran seseorang atau kelompok orang yang dinyatakan

dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-

prinsip, hokum, dan teori. Konsep didapat dari fakta, peristiwa, pengaklaman

melalui generalisasi, dan berfikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan

disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep

adalah menjelaskan dan meramalkan.

4) Pendekatan Proses

Pembelajaran menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh

konsep-konsep belajar menurut teori “Naturalisme-Romantis” dan teori “Kognitif

Gestalt”. Naturalism-Romantis menekankan pada aktivitan siswa, sedangkan

Kognitif Gestalt menekankan pada pemahaman dan kesatupaduan yang

menyeluruh. Pendekatan proses dalam pembelajaran dikenal pula sebagai

ketrampilan proses, guru menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang

bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Berdasarkan pendapat

Syaiful Sagala (2010: 74) menyatakan bahwa “pendekatan proses adalah suatu

pendekatan pengajaran member kesempatan kepada siswa ikut menghayati proses

penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu ketrampilan proses”.

Siswa diminta untuk merencanakan, percobaan, pengamatan, pengukuran,

perhitungan, dan membuat kesimpulan-kesimpulan sendiri.

Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari

sesame temannya, dan dari manusia-manusia sumber diluar sekolah. Kegiatan-

kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan

pendekatan proses Menurut Syaiful Sagala (2010: 74) sebagai berikut:

a) mengamati gejala yang timbul.

b) mengklasifikasikan sifat sifat yang sama, serupa.

c) mengukur besaran-besaran yang bersangkutan.

d) mencari hubungan antar konsep konsep yang ada.

e) mengenal adanya suatu masalah, merumuskan masalah.

f) memperkirakan penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa.

g) meramalkan gejala yang mungkin akan terjadi.

h) berlatih menggunakan alat-alat ukur.

i) melakukan percobaan.

j) mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data.

k) berkomunikasi.

l) mengenal adanya variable, mengendalikan suatu variable.

Page 47: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Keunggulan dan kelemahan pendekatan proses menurut Syauful Sagala

(2010: 74-75) adalah sebagai berikut; 1) memberibekal cara memperoleh

pengetahuan, hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan dan

masa depan; dan 2) pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat

meningkatkan ketrampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.

Kelemahan pendekatan proses adalah; 3) memerlukan banyak waktu sehingga

sulit untuk dapat menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam

kurikulum; 4) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak

semua sekolah dapat menyediakannya; dan 5) merumuskan masalah, merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, merancangkan suatu percobaan untuk

memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidan semua siswa

dapat melaksanakannya.

Dalam pendekatan pembelajaran penjasorkes juga ada beberapa prose

pendekakatan pembebelajaran. Yang dipandang dapat untuk memudahkan siswa

memahami pembelajaran dan juga belajar yang menyenangkan. Pendekatan

pembelajaran penjasorkes yang diterapkan oleh guru antara lain sebagai berikut:

1. Pendekatan Kompetisi

Makna kompetisi secara umum diartikan sebagai suatu proses dalam

menentukan pemenang dan yang kalah, dengan mengidentifikasi siapa saja

melakukan sesuatu yang lebih baik daripada yang lainya dalam sesuatu

perlombaan atau pertandingan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:

584) “kompetisi adalah persaingan di antara para siswa harus diciptakan suasana

yang sehat dalam belajar”. Setiap oaring yang terlibat didalamnya akan selalu

berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik untuk dirinya maupun

kelompoknya. Dalam pembelajaran atletik, iklim kompetisi dapat di wujudkan

asal tidak keluar aturan pasti yang sudah ditetapkan guru, dan disepakati bersama-

sama dengan siswa.

Pedekatan kompetisi dalam pembelajaran atletik mempunyai manfaat

untuk membentuk karakter siswa, dan sekaligus mempersiapkan siswa dalam

menghadapi kehidupan nyata di masyarakat di luar sekolah. Untuk itu, guru perlu

menciptakan atmosfer pembelajaran yang memungkinkan terjadinya iklim

Page 48: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

kompetisi yang sehat antara siswa/kelompok siswa satu dengan siswa/kelompok

siswa lain. Dalam pendekatan kompetisi ini juga dapat metupakan media untuk

pembelajaran bagi para siswa/kelompok siswa untuk secara ikhlas menerima

kekalahan dan mau mengkui bahwa siswa/kelompok siswa lain lebih baik dari

diri/kelompoknya, dan sekaligus memotivasi siswa/kelompok siswa kalah untuk

berusaha secara maksimal berupaya memperbaiki kemampuan gerak dan

kerjasamanya. Sebaliknya, bagi siswa/kelompok siswa pemenangnya diajarkan

untuk tetap rendah hati akan kemenangan yang diperolehnya, dan mau

memberikan motivasi kepada siswa/kelompok siswa kalah untuk lebih keras dan

serius dalam berlatih/belajar.

Bentuk konkrit dari pendekatan kompetisi dalam pembelajaran atletik ini

yaitu dengan cara memperlombakan bentuk dan model pembelajaran yang telah

diajarkan kepada semua siswa dalam atmosfer pembelajaran yang kondusif dan

menarik Namun demikian harus dipertimbangkan tentang keseimbangan antara

siswa/kelompok siswa yang berlomba, supaya iklim kompetisi teta sejuk tanpa

timbul kekecewaan siswa.

2. Pendekatan Teknik

Pendekatan teknik dalam pembelajaran atletik merupakan cara

pembelajaran teknik-teknik dasar atletik, baik teknik dasar jalan, lari, lempar, dan

lompat secara berulang-ulang dalam bentuk tata urutan pelaksanaan yang tetap

sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya. Pembelajaran atletik dengan

pendekatan teknik ini menekankan pada penguasaan ketrampilan atau teknik dasar

sebagai sub aspek bahasan dari atletik, sehingga pembelajaran dengan pendekatan

ini mengarah pada tuntutan prestasi.

Pembelajaran dengan pendekatan teknik ini mempunyai manfaat

mengenalkan kepada siswa tenik-tenik gerak atletik yang benar dan dapat

mendukung penampilan siswa dalam gerak atletik. Dengan dikuasainya

ketrampilan teknik atleti, maka penampilan gerak siswa menjadi lebih baik.

Dalam pendekatan ini selalu terjadi pengulangan gerak yang sering, disertai

dengan koreksi atas kesalahan teknik gerak atletik yang dilakukan siswa.

Sehingga siswa akan cepat merasa bosan karena siswa diharuskan mengulang-

Page 49: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

ulang gerak yang sama dengan cara yang benar sesuai dengan tuntutan teknik

gerak yang ditetapkan. Bagi siswa yang memang sudah memiliki bakat dan

senang dalam atletik, biasanya tidak akan mengalami kesulitan dalam

mempelajari teknik-teknik dasar gerak atlrtik ini, namun bagi siswa yang tidak

berbakat dalam atletik biasanya kesulitan untuk melakukannya. Kondisi ini

diperparah apabila siswa yang tidak memenuhi tuntutan penguasaan teknik atletik

menjadi semakin tidak senang terhadap atletik, dan akhirnya menjadi apatis

terhadap pembelajaran dengan matri atletik.

Pembelajaran atletik dengan pendekatan teknik ini kurang sesua dengan

sifat dasar manusia yang gemar bermainan. Pendektan teknik ini seringkali

membatasi hasrat gerak siswa, sehingga kebebasan untuk bergerak sangat kurang

karena gerak siswa diatur dengan keinginan dan tingkat penguasaan kemampuan

dan perbedaan individu siswa juga berkurang dan bahkan hilang sama sekali.

Untuk mengetahui kebosanan dalam pembelajaran atletik dengan pendekatan

teknik ini, dapat diupayakan dengan pengenalan dan pengayaan teknik-teknik

dasar gerak melalui model pembelajaran yang menarik.

7. Pendekatan Pembelajaran Bermain

a. Pengertian Bermain

Bermain sangat di sukai oleh anak karena sifat dari bermain sendiri

menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra ( 2001:6) menyatakan ”bermain

adalah kgiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syariffuddin (2004:17)

mengartikan “bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat/produktif untuk

menyenangkan diri”. Selanjutnya M Furqon (2008:4) menyatan bahwa

bermain adalah aktifitas yang menyenangkan serius dan sukarela, di mana

anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain

bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu yang

menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain

bersifat serius karena bermain memberikan sifat kesempatan untuk

meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan untuk

memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak

nyata karena anak berada di luar kenyataan, denganmemasuki suatu dunia

imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat

Page 50: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-

kadang menemukan dirinya dari bermain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas jasmani

siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga melalui bermain dapat

memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa.

Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya

kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat

mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti

halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang

kaya, yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut

Yudha M. Saputra (2001: 9-10) kegiatan atletik bernuansa permainan

mengandung beberapa ciri sebagai berikut:

1. siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi dengan irama tertentu.

2. mengakibatkan kegemaran berlomba/bersaing secar sehat.

3. menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba menggunakan alat-alat

berlatih

4. tugas gerak yang mengandung resiko yang sepasdan dengan

kemampuan siswa dan menjadi tantangan.

5. menguji ketangkasan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang baru.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 698) bahwa ”bermain adalah

melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus

Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka

belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.

Berdasarkan pengertian di atas di tarik kesimpulan yang di maksud bermain

adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu

untuk bersenang-senang.

b. Fungsi Bermain

Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela

dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi untuk

memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintaka (1992:7)

Page 51: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang

memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui

kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”.

Selanjutnya meurut Yudha M. Saputra (2001:6) ”dengan bermain dapat

memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa”.

Sedangkan menurut Yudha M. Saputra (2001:6) kegiatan bermain dapat

meningkatkan belajar siswa dengan sasaran aspek yang dapat di kembangkan

menurut lima aspek. Aspek - aspek tersebut adalah:

1. manfaat bermain untuk perkembangan fisik.

2. manfaat bermain untuk perkembangan motorik.

3. manfaat bermain untuk perkembangan sosial.

4. manfaat bermain untuk perkembangan emosional.

5. manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga

c. Dorongan Dasar Anak Dalam Bermain

Dorongan dasar bagi anak sangat peting terutama anak dalam masa

pertumbuhan maupun perkembangan. Menurut Agus Mahendra (2004 : 8)

”dorongan dasar adalah suatu keinginan untuk melakukan dan menghasilkan

sesuatu”. Semua anak memiliki perasaan seperti ini yang kemungkinan besar

merupakan sifat turunan atau pengaruh lingkungan. Dorongan dasar dikaitkan

dengan pengaruh masyarakat, guru, orang tua, dan teman-teman sendiri. Biasanya

dorongan besar akan berpola sama pada setiap anak dan tidak dipengaruhi oleh

sifat kematangan. Selanjutnya menurut Agus Mahendra (2004: 8) ”Dorongan

tersebut niscaya mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasnmani dan

untuk menciptakan program yang sesuai dengan sifat-sifat anak”. Sedangkan

dorongan-dorongan tersebut menurut Agus Mahendra (2004: 9) sebagai berikut:

1. Dorogan untuk bergerak.

2. Dorongan untuk berhasil dan mendapatka pengakuan

3. Dorogan untuk Mendapatkan pengakuan teman dan masyarakat

4. Dorogan untuk Bekerja sama dam bersaing

5. Dorogan untuk kebuaragn fisik dan daya tarik

6. Dorogan untuk bertualang

7. Dorogan untuk kepuasan kreatif

8. Dorogan untuk menikmati irama

9. Dorogan untuk mengetahui

Page 52: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada berbagai macam

dorongan diantaranya: untuk bergerak, mendapatkan pengakuan, bekerja sama,

bertualang dan lain-lain.

d. Pendekatan Bermain

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep

dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa, ”pendekatan

bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi

permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999:

35) berpendapat, ”strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi

pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan

modifikasi atau pengembamgan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally

Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik)”.

Berdasarkan pendapat dari tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,

pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam

bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu

teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan,

diharapkan akan meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar menjadi

lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang

mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan

teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk

itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman

(2000: 35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas

permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai

beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama

sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang

dilakukannya.

2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan

membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa

tekanan untuk menguasai strategi.

Page 53: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan

lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi

bermain.

Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang

guru. Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang

masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya.

Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan

pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama

pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak

tercapai.

B. Kerangka Berfikir

Pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara yang diterapkan seorang

guru untuk memberikan materi pelajaran dengan cara-cara tertentu yang efektif

agar materi pelajaran dapat diterima atau dikuasai dengan baik oleh siswa. Banyak

pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa, diantaranya dengan pendekatan bermain. Pendekatan bermain dapat

diterapkan dalam semua cabang olahraga termasuk lompat jangkit.

Pembelajaran lompat jangkit dengan pendekatan bermain merupakan

cara belajar, dimana tugas ajar yang diberikan disajikan dalam bentuk permainan.

Dalam hal ini teknik-teknik lompat jangkit dipelajari melalui bentuk permainan.

Permainan lompat jangkit telah dikonsep oleh guru. Konsep permainan lompat

jangkit dapat menggunakan alat atau tanpa alat yang mengarah pada pola gerakan

lompat jangkit.

Maksud dan tujuan pembelajaran lompat jangkit dengan pendekatan

bermain adalah untuk memenuhi hasrat gerak anak, dapat menimbulkan rasa

senang dan gembira, meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan kebugaran

jasmani siswa. Disamping itu juga, melalui permainan siswa dituntut memiliki

inisiatif dan kreatifitas, sehingga hal ini akan merangsang kemampuan berfikir

dan memecahkan masalah yang terjadi dalam permainan. Kemampuan siswa

untuk memahami konsep permainan, dapat meningkatkan penguasaan teknik

Page 54: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

lompat jangkit. Dengan menguasai teknik lompat jangkit, diharapkan siswa dapat

melakukan lompat jangkit dengan benar dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan ciri-ciri dari pendekatan bermain tersebut menunjukkan

bahwa, pendekatan bermain merupakan metode pembelajaran yang dapat

memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak. Pengaruh yang ditimbulkan

dari pendekatan bermain bersifat menyeluruh baik fisik, teknik maupun sosial.

Dengan demikian diduga pendekatan bermain memiliki pengaruh terhadap

peningkatkan hasil belajar lompat jangkit.

C. Perumusan Hipotesis

Melalui kerangka pemikiran yang telah disusun sebelumnya maka dapat

sdirumuskan hipostesis terhadap penelitian adalah sebagai berikut :

“Penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lompat

jangkit pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran

2010/2011.”

Page 55: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan di Sekolah SMA

Negeri 4 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan dari bulan

September 2010 Sampai Selesai.

3. Siklus PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada beberapa siklus

untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktifitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran lompat jangkit melalui pendekatan bermain.

Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan.

No Rancangan Kegiatan Waktu ( Bulan )

Nov

2009

Jan

2010

Mar

2010

Sep

2010

Okt

2010

Nov

2010

Des

2010

1 Persiapan

a. Observasi

b. Identifikasi Masalah

c. Penentuan Tindakan

d. Pengajuan Judul

e. Penyusunan Proposal

f. Pengajuan Ijin Penelitian

2 Pelaksanaan

a. Seminar Proposal

b. Pengumpulan data

penelitian atau

pelaksanaan tindakan

3 Penyusunan Laporan

a. Penulisan Laporan

b. Ujian Skripsi

Page 56: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

B. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Persiapan sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dan

dibuat berbagai input instrumental yang akan dikenakan untuk memberikan

perlakuan dalam PTK, yaitu:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Dengan Kompetensi Dasar mempraktekkan gerakan lompat jangkit dengan

menggunakan peraturan-peraturan yang sesungguhnya serta nilai kerjasama,

kejujuran, semangat, dan percaya diri.

2. Perangkat Pembelajaran yang berupa; lembaran pengamatan siswa berupa

check list, dan lembaran evaluasi.

3. Dalam persiapan juga akan diurutkan siswa sesuai absen.

C. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas XII IPA 3 SMA

Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011, yang berjumlah 36 siswa. Dengan

komposisi siswa putra: 13 anak dan siswa putri: 23 anak.

D. Sumber Data

Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai

berikut:

1) Siswa, untuk mendapatkan data tentang lompat jangkit dengan penerapan

pendekatan bermain pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta

tahun pelajaran 2010 / 2011.

2) Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan

pendekatan bermain dalam pembelajran lompat jangkit sekolah SMA Negeri

4 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini

terdiri dari; tes dan observasi.

Page 57: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

1) Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil gerakan lompat

jangkit siswa.

2) Observasi: dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang

aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar saat penerapan

pendekatan bermain dalam pembelajaran lompat jangkit.

Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

sebagai berikut:

Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Instrumen

F.

1. Siswa Kemampuan

melakukan rangkaian

gerakan lompat

jangkit.

Praktik dan

unjuk kerja

praktek

Pedoman

Observasi

F. Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan

siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik prosentase

untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

Kemampuan melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit : dengan

menganalisis rangkaian gerakan lompat jangkit. Kemudian dikategorikan

dalam klasifikasi baik, cukup, kurang.

G. Prosedur Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya

hasil belajar lompat jangkit kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta tahun

pelajaran 2010 / 2011. Setiap tindakan upaya pencapaian tujuan tersebut

dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri atas empat

tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi

Page 58: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dan interprestasi; (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.

Penelitian ini direncanakan dalam beberapa siklus:

1. Rancangan Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun sekenario pembelajaran

yang terdiri dari :

1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui

kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam

pembelajaran penjasorkes.

2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan

(treatment) yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lompat

jangkit.

3) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian

lompat jangkit.

4) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.

5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.Tahap Pelaksanaan.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan sekenario

pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :

1. Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum

2. Melakukan pemanasan.

3. Melakukan teknik dasar lompat jangkit.

a. Melakukan awalan atau ancang-ancang dengan pendekatan

bermain yang telah disiapkan oleh guru dan penelitian.

b. Melakukan jingkat melalui pendekatan bermain yang telah

disiapkan oleh guru dan peneliti.

c. Melakukan langkah melalui pendekatan bermain yang telah

disiapkan oleh guru dan peneliti.

Page 59: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

d. Melakukan lompat dan pendaratan dengan melalui pendekatan

bermain yang telah disiapkan oleh guru dan peneliti.

4. Melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.

5. Melaksanakan penenangan / pendinginan.

c. Pengamatan tindakan

Pengamatan dilakukan terhadap: Kemampuan melakukan rangkaian

gerakan lompat jangkit.

d. Tahap Evaluasi ( Refleksi )

Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil

penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan

yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.

Penelitan tindakan kelas ini berhasil apabila sebagian besar (70% dari siswa)

dapat melakukan rangkaian gerakan ketrampilan lompat jangkit dengan benar.

2. Rancangan Siklus II

Pada rancangan siklus II tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah

dicapai pada tingkatan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut

dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan

jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi, dan

interprestasi, serta analisis, dan refleksi yang juga mengacu pada siklus

sebelumnya.

Page 60: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Sikklus)

Kondisi awal penelitian diukur dari observasi dan tes unjuk kerja

ketrampilan teknik dasar lompat jangkit. Observasi dan tes unjuk kerja digunakan

untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar kemampuan siswa dalam

melakukan lompat jangkit, baik mengenai ketrampilan maupun mengenai

rangkaian gerakan sebelum diberikan tindakan berupa penerapan pendekatan

bermain dalam proses belajar mengajar yang berlangsung.

Berikut merupakan hasil observasi pada indikator , sebelum diberi

tindakan berupa penerapan pendekatan bermain dalam kegiatan belajar mengajar

(pra siklus), dapat dilihat pada table sebagai berikut:

Tabel.4.3 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

Aspek yang

diukur

Kondisi Awal

Cara Mengukur Jumlah Siswa

yang lulus

Prosentase

Kelulusan

Kemampuan

siswa dalam

melakukan

rangkaian

gerakan lompat

jangkit

8

22%

Diamati saat

proses belajar

mengajar dengan

menggunakan

lembaran

obsevasi peneliti

0%

5%

10%

15%

20%

25%

pers

en

tase

kelu

lus

an

jumlah siswa yang lulus

Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit

Pra Siklus

Page 61: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Berdasarkan hasil pra siklus, diketahui hanya ada beberapa siswa yang

sudah mampu melakukan lompat jangkit dengan baik atau memperoleh nilai 60 ke

atas. Dari hasil kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat

jangkit ada 8 siswa (22%). Dari data tersebut, menujukkan bahwa kemampuan

siswa dalam melakukan teknik dasar lompat jangkit masih rendah. Untuk

memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

lompat jangkit, maka dilakukan tindakan berupa penerapan pendekatan bermain

yang dilakukan dalam proses belajar mengajar berlangsung.

Dari hasil observasi awal, ada beberapa siklus yang diterapkan untuk

menyelesaikan dan menjawab permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Pada

setiap siklus yang diterapkan masing-masing menggunakan penerapan pendekatan

bermain dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk mengetahui adanya

perubahan dari proses yang diakibatkan oleh tindakan tersebut, maka evaluasi

dilakukan dengan cara melakukan observasi dan tes unjuk kerja dalam lompat

jangkit pada setiap akhir siklus.

Kegiatan selanjutnya setelah observasi awal yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan serta refleksi tehadap tindakan. Serangkai penelitian

dilakukan terdiri dari beberapa siklus. Penelitian diakhir sampai ada perubahan

pada indikator partisipasi siswa ke arah yang lebih baik. Pemahaman masing-

masing siklus dapat dilihat di bawah ini.

B. SIKLUS I

1. Pertemuan I

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan, sebagai berikit:

1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi

dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran

penjasorkes.

Page 62: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan

(treatment) yang diterapkan pada PTK, yaitu pendekatan bermain untuk

pembelajaran lompat jangkit.

3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.

4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan scenario

pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :

1) Pemanasan

a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.

b) Melakukan pemanasan.

Pemanasan yang diberikan berupa permainan yang mengarah pada

unsure-unsur ketrampilan lompat jangkit.

2) Inti Pelajaran

a) Awalan

Gerakan yang dilakukan adalah siswa dibariskan menjadi empat regu,

dalam pembelajaran ini menggunakan pola kompetisi antar regu, setiap

regu tediri dari jumlah siswa yang sama. Masing-masing regu berlari

mengitari barisannya dari samping kanan sampai kemudian melewati

temannya paling depan lalu berputar ke samping kiri kembali

kebelakang tepat di barisannya tadi dan menepuk bahu temannya.

b) Jingkat ( Hop)

Masih dalam posisi empat baris siswa melakukan gerakan lari pelan

lalu jingkat melewati tiga bilah yang diatur rapi baik letak dan

jaraknya. Permainan ini dilakukan dengan system kompetisi cepat-

cepata barisan yang selesai terlebih dahulu, barisan tersebut dinyatakan

menang. Permainan ini bertujuan untuk melatih kekuatan kaki dan

kecermatan dalam melakukan jingkatan.

Page 63: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

c) Langkah ( Step )

Setelah semua siswa melakukan jingkat, siswa masih dalam posisi

empat baris, siswa tetap melakukan gerakan jingkat melewati bilah

yang disusun rapi baik jarak dan letaknya, kemudian gerakan ditambah

dengan langkah melewati kardus yang disusun didepan bilah.

d) Lompat ( Jump )

Posisi siswa masih dalam posisi empat baris, setelah siswa dapat

melakukan gerakan jingkat dan langkah melewati bilah dan kardus

kemudian ditambah dengan kardus dan gerakan ditambah lagi dengan

lompat melewati kardus yang telah susun tadi.

e) Mendarat

Siswa masih dalam posisi empat baris, setelah semua siswa dapat

melakukan gerakan jingkat, langkah dan lompat gerakan selanjudnya

ditambah dengan gerakan mendaran, gerakan ini dilakukan setelah

siswa melakukan gerakan jingkat, langkah, lompat, dan yang terakhir

siswa mendarat didalam ban yang disusun didepan kardus.

f) Melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit

Setelah melakukan teknik-teknik lompat jangkit dengan pendekatan

pendekatan bermain, kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan

secara keseluruhan di bak pasir sesungguhnya. Siswa melakukan

sesuai urutan absen.

3) Penutup

a) Melaksanakan peregangan / pendinginan.

b) Pendinginan dilakukan berupa penguluran (stretching).

c) Evaluasa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

c. Pengamatan Tindakan

Pada langkah ini pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborasi

saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa

unsure gerakan dan dari hasil observasi menyimpulkan bahwa ;

1) Kemampuan rangkaian gerakan lompat jangkit.

Page 64: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Siswa senang dengan metode pendekatan bermain yang diberikan. Hal ini

terlihat dari sikap siswa yang begitu semangat dan antosias saat proses

pembelajaran yang berlangsung. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa

unsur gerakan dan dari hasil observasi menyimpulkan bahwa :

1) Kemampuan melakukan gerakan lompat jangkit.

Siswa senang dengan metode pendekatan bermain yang diberikan. Hal

ini terlihat dari sikap siswa yang begitu antosias dan antusias saat saat

proses pembelajaran belangsung.

a) Awalan

Pada saat pembelajaran awalan siswa tampak senang dengan

penyajian materi dengan pendekatan bermain yang diberikan. Hal

ini dapat dilihat dari sikap antusias siswa saat pembelajaran

berlangsung dan pertanyaan siswa yang cenderung penasaran

menanyakan gerakan apa lagi yang akan dilakukan.

b) Jingkat (Hop)

Pembelajaran pada jingkatan berjalan lancar sesuai dengan RPP.

Siswa juga senang dengan pendekatan bermain yang diberikan.

Pola permainannya adalah berlari melewati bilah yang disusun rapi

dengan sistem kompetisi. Gerakan ini dilakukan berurutan dari

siswa yang berbaris.

c) Langkah (Step)

Pada pembelajaran langkah siswa tampak senang dengan pola

bermain yang diberikan yaitu dengan melangkahi kardus. Untuk

menghindari kebosanan variasi letak kardus diubah ubah dengan

posisi vertical dan horisontal.

d) Lompat (Jump)

Pada pembelajaran lompat , siswa sudah mulai tertarik. Karena

gerakan lompat dilakukan dengan adanya rintangan kardus yang

disusun rapi. Dan juga ada pola bermain didalamnya.

Page 65: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

e) Mendarat

Pada pembelajaran pendaratan, dilakukan secara keseluruhan. Dari

awalan, jingkat melewati bilah, langkah melewati kardus, lompat

juga melewati kardus dan mendarat di tengah ban. Pada

pembelajaran model ini siswa tampak senang karena gerakan

gerakan yang dilakukan cukup bervariasi dengan menggabungkan

lima unsur gerakan lompat jangkit.

d. Refleksi dan Perencanaan ulang (Reflecting and Replanning)

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan pertama

adalah sebagai berikut:

1) Keberhasilan guru / siswa:

Penerapan pendekatan bermain dapat memotivasi siswa untuk belajar.

Pendekatan bermain lebih menantang siswa untuk belajar melakukan

gerakan lompat jangkit, karena model pembelajaran bersifat kompetisi

sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengukuti pembelajaran.

2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:

Untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam melakukan pembelajaran,

sebaiknya peneliti memberikan reword kepada siswa, misalnya berupa

pujian seperti: bagus, baik sekali, bagus sekali, acungkan jempol dan

sebagainya.

3) Rancangan perbaikan:

Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran

pada pertemuan pertama maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada

pertemuan berikutnya, antara lain :

a) Agar siswa tidak salah dalam melakukan setiap gerakan pada

pembelajaran kegiatan tersebut, maka peneliti memberikan penjelasan

cara bermain dengan benar dalam pembelajaran lompat jangkit.

b) Siswa dirasa kurang berhasil pada pertemuan pertama akan diberikan

perhatian yang lebih intensif pada pertemuan berikutnya. Peneliti harus

Page 66: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

tetap memberikan pemahaman dan motivasi pembelajaran yang

berorientasi pada pendekatan bermain.

c) Sebaiknya peneliti memberikan materi permainan kompetisi antar

kelompok sehingga siswa semakin antusias dalam mengukuti kegiatan

pembelajaran

2. Pertemuan II

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan pertama, maka perencanaan

tindakannya adalah sebagai berikut :

1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan pertama. Pendekatan

bermain yang pada pertemuan pertama kurang berhasil dibuat lebih

menarik lagi.

2) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.

3) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario

pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :

1) Pemanasan

a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum

b) Melakukan pemanasan. Pemanasan yang diberikan berupa permainan

yang mengarah pada unsure-unsur ketrampilan lompat jangkit.

c) Stretching.

2) Inti pelajaran

Melakukan teknik dasar lompat jangkit, antara lain:

a) Awalan

Pada pembelajaran awalan pertemuan kedua,bentuk latihan merupakan

pengembangan latihan pada pertemuan sebelumnya. Pola pembelajaran

adalah gerakan bersifat kompetisi antar regu. Caranya siswa dibagi

Page 67: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

menjadi empat regu saling berhadapan dengan jarak tiga meter. Siswa

berlari kearah barisan didepannya dan setelah sampai siswa menepuk

teman yang berada dipaling depan barisan. Kemudian siswa yang

dipegang lari ke arad barisan depanya dan menepuk teman yg berada

di barisan paling depan, gerakan begitu seterusnya sampai siswa

melakukan semua dan posisi siswa berpindah.

b) Jingkat (Hop)

Siswa masih dalam barisan yang dibagi menjadi empat kelompok dan

dipecah lagi dua baris disebelah timur dan dua baris berada disebelah

barat. Antar kelompok diberi jarak tiga baris. Masing-masing barisn

dikasih bilah yang disusun rapi baik jarak maupun letaknya. Permainan

ini dilaksanakan dengan metode kompetisi antar regu. Permainan ini

dimulai kelompok sebelah timur, siswa yang berbaris peling depan

berlari lalu berjingkat melewati bilah yang telah disusun tadi. Setelah

melewati bilang siswa menepuk temannya yang berbaris di paling

depan dan langsung masuk kebarisan. Siswa yang ditepuk tadi

kemudian lari kebarat lalu berjingkat melalui bilah yang telah disusun

setelah itu menepuk temannya lg yng berbaris paling depan kemudian

masuk kedalam barisan. Begitu terus gerakan dan arah lari yang

dilakukan. Sampai siswa melakukan semua.

c) Langkah (Step)

Posisi barisan masih sama, arah lari, dan berpindahnya tempat dalam

barisan namun gerakan di tambah dengan gerakan langkah melewati

kardus yang disusun didepan bilah.

d) Lompat (Jump)

Siswa masih dalam barisan yang dibagi menjadi empat kelompok dan

dipecah lagi dua baris disebelah timur dan dua baris berada disebelah

barat. Antar kelompok diberi jarak tiga meter, arah lari dan

perpindahan barisan masik sama. Setelah siswa melakukan gerakan

jingkat dan langkah kemudian gerakan ditambah lagi dengan lompat

Page 68: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

melewati kardus yang disusun didepan kardus yang digunakan untuk

gerakan langkah tadi.

e) Mendarat

Siswa masih dalam barisan yang dibagi menjadi empat kelompok dan

dipecah lagi dua baris disebelah timur dan dua baris berada disebelah

barat. Antar kelompok diberi jarak tiga meter, arah lari dan

perpindahan barisan masik sama. Setelah siswa melakukan gerakan

jingkat, langkah, dan melompat kemudian gerakan ditambah dengan

gerakan mendarat didalam tengah-tengah ban yang diletakkan setelah

susunan kardus.

3) Penutup

Melaksanakan penenangan / pendinginan.

a) Pendinginan dilakukan dengan gerakan penguluran (stretching).

b) Setelah pendinginan dilakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang

telah dilakukan.

c. Pengamatan Tindakan

Adapun hasil pengamatan pada pertemuan kedua ini sebagai berikut:

1) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan ketrampilan lompat jangkit.

a) Awalan

Pada pelaksanan pertemuan kedua siswa tampak senang dan gembira

setiap melakukan latihan, rupanya metode kompetisi antar regu mampu

membangkitkan semangat siswa,

b) Jingkat (Hop)

Pada pembelajaran jingkatan pertemuan kedua, siswa tampak senang

dengan bentuk pola bermain yang diberikan yaitu dengan lompat

kardus. Untuk menghindari kebosanan variasi letak kardus diubah

ubah dengan posisi vertical dan horizontal.

Page 69: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

c) Langkah (Step)

Pada pembelajaran langkah pada pertemuan kedu kesenangan siswa

agak menurun, karena gerakan masih sama dengan pertemuan pertama,

siswa mengalami kebosanan.

d) Lompat (Jump)

Untuk pembelajaran lompat kesenangan siswa meningkat berbeda pada

waktu pembelajaran langkah, karena pada pembelajaran lompat posisi

kardu horizontal membuat siswa penasaran untuk melakukan

lompatan.

e) Mendarat

Pada pembelajaran sikap mendarat, dilakukan secara keseluruhan. Dari

awalan, jingkat melewati bilah, langkah melewati kardus dan lompat

juga melewati kardus kemudian mendarat di ban. Pada pembelajaran

ini siswa sudah mulai bisa merangkai gerakan secara keseluruhan

secara utuh.

d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan kedua

adalah sebagai berikut:

1) Keberhasilan guru/siswa:

Penerapan pendekatan bermain dapat memotivasi siswa untuk belajar.

Pendekatan bermain lebih menantang siswa untuk melakukan lompat

jangkit, karena pembelajarannya bersifat kompetisi sehingga anak tidak

merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.

2) Kendala yang dihadapi guru/siswa;

a) Pembelajaran memerlukan perbendaharaan gerak yang bervariasi agar

siswa termotivasi dalam melakukan gerakan.

b) Tentunya pujian sebagai pemberian semangat pada anak, harus

dilakukan secara terus menerus untuk mengacu peningkatan prestasi

anak.

Page 70: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

c) Peneliti tidak hanya berada di depan saat memberikan penjelasan

kepada siswa. Peneliti harus memonitor siswa yang berada di bagian

belakang, agar mereka ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

3) Rencana Perbaikan:

Berdasarkan pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran, maka

perlu adanya perbaikan-perbaikan pada pertemuan berikutnya, antara lain

adalah:

a) Peneliti dituntut untuk dapat menciptakan variasi pola permainan

secara kreatif.

b) Kelompok yang dirasa kurang berhasil pada pertemuan kedua akan

lebih diperhatikan.

c) Peneliti harus memberikan pemahaman dan motivasi pembelajaran

yang berorientasi pada pendekatan permainan.

d) Bentuk permainan secara kompetisi antar regu masih bisa digunakan

latihan lebih lanjut.

e) Peneliti harus lebih pintar dalam mengatur waktu. Pada pertemuan

kedua ini, banyak dihabiskan pada kegiatan pemanasan dan inti

pelajaran. Sengga tidak ada waktu untuk pendinginan.

f) Peneliti harus lebih memperhatikan siswa, karena masih ada siswa

tidak serius dalam mengikuti pembelajaran berlangsung.

3. Pertemuan III

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan ke dua, maka perencanaan

tindakannya adalah sebagai berikut:

1) Membuay RPP dengan mengacu pada pertemuan ke dua.

2) Menyusu instrument yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian

lompat jangkit.

3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.

4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.

Page 71: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melakukan skenario pembelajaran

yang telah direncanakan, sebagai berikut:

1) Pemanasan

a) Menjelaskan kegiatan belajar secara umum

b) Melakukan pemanasan. Pemanasan yang diberikan berupa permainan

yang mengarah pada unsur-unsur ketrampilan lompat jangkit.

2) Inti Pelajaran

Pada petemuan ke tiga sudah dijadwalkan sebagai pertemuan evaluasai,

yaitu pertemuan dimana peneliti akan menguji keberhasilan anak pada

akhir pembelajaran penerapan siklus pertama. Yang pertama dilakukan

adalah menyiapkan siswa pada kondisi suasana tes yang dikehendaki

dengan tetap mempertahankan suasana santai tapi serius. Satu per satu

siswa melakukan gerakan lima unsure lompat jangkit dengan benar sesuai

dengan taknik yang diajarkan yaitu awalan, jingkat, langkah, lompat, dan

mendarat. Guru mulai mengamati setiap rangkaian gerakan lompat jangkit,

siswa melakukan satu per satu dari nomor absen 1 hingga terakhir.

Kemudian mencatat pada lembar penilaian lompat jangkit yang telah

disiapkan.

3) Penutup

a) Melakukan penenangan dengan gerakan peregangan.

b) Memberikan evaluasi terkait dengan hasil yang diperoleh siswa,

berikut mengumumkan siapa siswa yang berhasil dan siapa siswa yang

masih kurang.

c. Pengamatan Tindakan

Pada dasarnya metode bermain cukup memberikan gairah baru pada

pembelajaran lompat jangkit, hal ini dapat diamati dari sikap siswa yang tak kenal

menyerah pada saat melakukan tes dan selalu ingin mengulangi gerakan

melompat ketika hasilnya belum memenuhi target yang diharapkan. Masih ada

kesempatan pada siklus II dengan harapan hassilnya akan lebih baik.

Page 72: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus 1

Aspek yang

diukur

Kondisi Awal

Cara Mengukur Jumlah Siswa

yang lulus

Prosentase

Kelulusan

Kemampuan

siswa dalam

melakukan

rangkaian

gerakan lompat

jangkit

8

22%

Diamati saat

proses belajar

mengajar dengan

menggunakan

lembaran

obsevasi peneliti

Kemampuan

siswa dalam

melakukan

rangkaian

gerakan lompat

jangkit

22

61%

Diamati saat

proses belajar

mengajar dengan

menggunakan

lembaran

obsevasi peneliti

a. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)

Dari tabel pencapaian hasil di atas, menujukkan bahwa kemampuan siswa

dalam melakukan teknik dasar lompat jangkit meningkat sesuai target capaian

yang dicantumkan pada proposal. Meskipun demikian, masih perlu peningkatan

pada metode yang diterapkan. Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi

pada pertemuan kelima ini adalah sebagai berikut:

1) Keberhasilan guru/siswa:

0%10%20%30%40%50%60%70%

pe

rse

nta

se k

elu

lus

an

jumlah siswa yang lulus

Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit

Pra Siklus Siklus I

Page 73: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

a) Dari hasil tes pada siklus I menunjukkan bahwa hasil keterampilan

lompat jangkit meningkat dari 22 % pada kondisi awal menjadi 61 %

pada akhir siklus I.

2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:

a) Kendala demi kendala bisa diatasi sedikit demi sedikit meskipun masih

perlu peningkatan dan pengembangan.

b) Demi tercapainya hasil yang maksimal pendekatan internal pada setiap

individu anak masih sangat berperan terhadap semangat siswa.

3) Rencana Perbaikan

Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran

siklus satu, maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya, antara

lain adalah:

a) Mempersiapkan siswa secara fisik dengan menghimbau siswa supaya

tidak melakukan gerakan yang menguras tenaga sebelum latihan,

misalnya bermain kejar-kejaran dengan temannya.

b) Melakukan pendekatan internal lebih intensif pada siswa yang dirasa

masih kurang berhasil.

C. SIKLUS II

1. Pertemuan I

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari refleksi pada siklus pertama, maka perencanaan

tindakannya adalah sebagai berikut:

1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan pertama sebelumnya.

Pendekatan bermain yang pada pertemuan sebelumnya kurang berhasil

dibuat lebih baik lagi.

2) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.

3) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.

Page 74: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario

pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut ;

1) Pemanasan.

a) Mejelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum

b) Melakukan pemanasan.

Pemanasan dikemas dalam sebuah permainan sederhana yaitu

permainan menjala ikan. Caranya ditunjuk tiga anak untuk menjadi

jaring anak lainnya akan menjadi ikan. Siswa yang berperan sebagai

jaring bergandengan tangan mengejar ikan, Sedangkan siswa yang

menjadi ikan berlari menyelamatkan diri dari jaring tetapi tidak boleh

keluar dari lapangan yang sudah ditentukan. Ikan yang terkena jaring

akan bergabung menjadi regu penjaring ikan. Jaring terus menangkap

ikan sampai ikan habis dan menjadi jaring semua.

c) Stretching.

2) Inti Pelajaran

Melakukan teknik dasar lompat jangkit, antara lain:

a) Awalan.

Pembelajaran awalan pada pertemuan siklus dua masih dilaksanakan

dengan teknik permainan yang dimodifikasi. Permainannya adalah

siswa dibagi menjadi empat kelompok, masing masing anggota

kelompok akan berkompetisi berlari melewati empat simpai yang

disusun berjajar menjadi dua lintasan. Satu lintasan dilewati terlebih

dahulu dengan langkah kaki stabil dan kaki melangkah di tengah

simpai, setelag itu berbelok pada lintasan berikutnya dilakukan

bergantian hingga semua anggota kelompok yang selesai terlebih

dahulu akan menjadi pemenangnya.

b) Jingkat (Hop)

Permainan berikutnya adalah permainan yang mengandung unsur

menumpu. Permainan ini masih sama seperti pertemuan pertama pada

siklus satu, tetapi ada perubahan di dalam jarak antar bilah yang

Page 75: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

disusun lebih di jauhkan, dan jumlah bilah yang ditambah yang tadinya

tiga sekarang menjadi enam bilah. Permainannya adalah siswa dibagi

menjadi empat baris siswa melakukan gerakan lari pelan lalu jingkat

melewati enam bilah yang diatur rapi baik letak dan jaraknya.

Permainan ini dilakukan dengan system kompetisi cepat-cepata barisan

yang selesai terlebih dahulu, barisan tersebut dinyatakan menang.

Permainan ini bertujuan untuk melatih kekuatan kaki dan kecermatan

dalam melakukan jingkatan.

c) Langkah (Step)

Siswa masih dalam posisi empat baris, rintangan ditambah kardus yang

disusun didepan bilah baik letak maupun jaraknya, kemudian gerakan

juga ditambah dengan langkah melewati kardun yang disusun di depan

bilah tadi, untuk sistem permainan masih sam, yaitu cepat-cepatan

antar regu, regu yang selesai duluan maka dianggap sebagai pemenang,

dan regu yang kalah mendapat hukuman dari regu yang menang.

d) Lompat (Jump)

Siswa masih dalam posisi empat baris, dan rintangan ditambah lagi

satu kardus yang diusun baik letak maupun jaraknya, setelah siswa

melakukan gerakan jingkat melewati bilah, langkah melewati kardus,

dan ditambah lagi dengan gerakan lompat melewati kardus yang telah

disusun.

e) Mendarat

Pembelajaran mendarat merupakan bentuk pembelajaran bersambung

dengan gerakan sebelumnya. Setelah siswa melakukan gerakan lompat

kemudian siswa mendarat di bak pasir yang telah disusun ban, siswa

mendarat di tengah-tengah dengan posisi kaki rapat dan mengepeer.

f) Melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.

Setelah melakukan teknik-teknik lompat jangkit dengan pendekatan

bermain, kemudian siswa melakukan rangkaian gerakan secara

keseluruhan di bak pasir sesungguhnya. Siswa melakukan menurut

absen.

Page 76: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

3) Penutup

Melaksanakan penenangan / pendinginan.

a) Pendinginan dilakukan berupa penguluran (stretching).

b) Setelah pendinginan, dilakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang

telah dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan memberikan waktu pada

anak untuk bertanya gerakan mana yang dirasa cukup sulit dan peneliti

memberikan respon dengan menerangkan gerakan-gerakan yang

seharusrnya dilakukan dengan benar.

c. Pengamatan Tindakan

Adapun hasil pengamaatan pada pertemuan kedua ini sebagai berikut:

1) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.

a) Awalan

Saat pada pembelajaran awalan siswa tampak senang dengan penyajian

materi. Dengan pendekatan bermain siswa sudah mulai bisa menikmati

pembelajaran.

b) Jingkat (Hop)

Pembelajaran pada tumpuan berjalan lancar sesuai dengan RPP. Siswa

juga senang dengan pendekatan bermain yang diberikan. Hal ini

terlihat dari sikap siswa yang cenderung selalu ingi mencoba lagi.

c) Langkah (Step)

Untuk pembelajaran ini siswa tampak senang dan penasaran karena

siswa ingin mencoba terus menerus, meskipun siswa sudah banyak

yang bisa.

d) Lompat (Jump)

Pada pembelajan ini siswa tampak senang karena gerakan dirangkai

menjadi satu, siswa bersemangat dalam melakukan gerakan.

Page 77: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

e) Mendarat

Pada pembelajaran sikap mendarat, dilakukan secara keseluruhan. Dari

awalan, melewati kardus lalu mendarat di ban. Pada pembelajaran

sikap mendarat sikap terlihat senang dengan pendekatan bermain yang

diberikan.

d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan pertama

adalah sebagai berikut:

1) Keberhasilan guru/siswa:

Penerapan pendekatan bermain pada siklus II ini tampaknya semakin

membuat siswa bersemangat, hal ini terbukti dengan sikap siswa yang tak

henti-hentinya ingin selalu mencoba setiap unsur gerakan dan meminta

peneliti untuk mengevaluasi.

2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:

a) Pada pembelajaran ini dibutuhkan lebih banyak alat dan keaktifan

peneliti secara maksimal.

b) Untuk semakin memacu semangat siswa hadiah selalu disiapkan

berupa pujian, tepuk tangan, dan acungan jempol pada siswa yang

melakukan rangkaian gerakan dengan benar.

c) Peneliti harus selalu memonitor kegiatan siswa dari awal hingga akhir.

3) Rencana Perbaikan:

Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam pembelajaran

siklus satu, maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya,

antara lain adalah:

a) Agar siswa tidak merasa asing dengan kegiatan pembelajaran tersebut

maka peneliti memberikan penjelasan cara bermain dengan benar dalam

pembelajaran lompat jangkit untuk meningkatkan hasil belajar.

b) Kelompok yang dirasa kurang berhasil pada pertemuan pertama akan

diberikan perhatian lebih

Page 78: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

c) Peneliti harus tetap memberikan pemahaman dan motivasi

pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan permainan.

d) Peneliti harus lebih memperhatikan siswa, karena masih ada siswa

yang tidak serius waktu pembelajaran berlangsung.

2. Pertemuan II

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan kedua, maka perencanaan

tindakannya sebagai berikut:

1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan sebelumnya.

2) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.

3) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran,

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario

pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :

1) Pemanasan.

a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.

Guru memberikan penjelasan materi latihan yang akan dilakukan

siswa.

b) Melakukan pemanasan.

Pemanasan yang diberikan berupa permainan yang mengarah pada

unsur-unsur keterampilan lompat jangkit.

c) Stretching.

2) Inti Pelajaran

Melakukan teknik dasar lompat jangkit, antara lain:

a) Awalan

Pada pembelajaran awalan pertemuan kedua, bentuk latihan

merupakan pengembangan latihan pada pertemuan sebelumnya. Pola

pembelajaran adalah gerakan bersifat kompetisi antar regu. Dalam

Page 79: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

permainan ini siswa dibagi menjadi empat regu. Caranya siswa yang

berada pada barisan paling belakang lari zik – zak melewati barisan

teman yang didepannya. Setelah sampai didepan, kemudian disusul

teman berikutnya. Seterusnya permainan ini dilakukan sampai salah

satu barisan selesai terlabih dahulu dan barista tersebut dinyatakan

pemenangnya.

b) Jingkat (Hop)

Permainan berikutnya adalah permainan yang mengandung unsur

menumpu. Pola permainannya adalah siswa dibagi menjadi empat

baris saling berhadapan dibatasi oleh kardus yang disusun berseling

letaknya antara posisi vertikal dan horisontal sebanyak enam buah.

Pelari paling depan berlari kemudian jingkat melewati kardus dengan

membawa benda estafet sampai pada regu didepannya berikan benda

estafet kemudian lakukan gerakan yang sama sampai semua anggota

regu melakukannya. Permainan ini bertujuan melatih kekuatan otot

kaki tumpu dan melatih daya ledak kaki tumpu.

c) Langkah (Step)

Permainan masih sama siswa dibagi menjadi empat baris saling

berhadapan, setelah siswa berjingkat melewati kardus kemudian siswa

melangkah melewati kardus lagi yang telah disusun didepanya.

Samapai semua siswa melakukan gerakan tersebut. Dan barisan yang

selesai terlebih dahulu dinyatakan pemenang.

d) Lompat (Jump)

Siswa masih dalam barisan e `mpat baris, setelah siswa

melakukan gerakan jingkat, langkah, kemudian gerakan ditambah

dengan lompat melewati kardus yang disusun horizontal baik letak

maupun jaraknya.

e) Mendarat

Pembelajaran sikap mendarat pada pertemuan keempat masih berupa

pembelajaran berangkai dengan gerak sebelumnya yaitu setelah siswa

jingkat, langkakah, dan melompati kardus target siswa berikutnya

Page 80: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

adalah mendarat pada titik lingkaran ban yang sudah disusun setelah

kardus dengan jarak tertentu.

f) Melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.

Setelah siswa melakukan latihan gerakan bagian per bagian, kemudian

siswa melakukan rangkaian gerakan secara keseluruhan di bak pasir

sesungguhnya. Siswa secara bergantian melakukan sesuai daftar urut

absen. Guru mencatat hasil lompatan tiap anak baik jarak yang dicapai

maupun keberhasilan keterampilan gerak.

3) Penutup

Melaksanakan penenangan / pendinginan.

a) Pendinginan dilakukan berupa penguluran (stretching).

b) Setelah pendinginan dilakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang

telah dilakukan.

c. Pengamatan Tindakan

Adapun hasil pengamatan pada pertemuan kedua ini sebagai berikut:

1) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit.

a) Awalan

Hampir sama dengan pembelajaran sebelumnya, pada pelaksanaan

pertemuan ini siswa tampak senang dan gembira sekali setiap

melakukan permainan, rupanya metode kompetisi antar regu mampu

membangkitkan semangat siswa. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang

selalu ingin mengulangi gerakan.

b) Jingkat (Hop)

Pada pembelajaran jingkat pertemuan kedua , siswa tampak senang

dengan bentuk pola bermain yang diberikan yaitu dengan lompat

kardus. Untuk menghindari kebosanan variasi letak kardus diubah

ubah dengan posisi vertikal dan horisontal dan menambah jarak antar

kardus.

Page 81: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

c) Langkah (Step)

Pembelajaran pada langkah berjalan lancar sesuai dengan RPP. Siswa

juga senang dengan pendekatan bermain yang diberikan. Hal ini

terlihat dari sikap siswa yang cenderung selalu ingi mencoba lagi.

d) Lompat (Jump)

Pada pembelajaran lompat ini siswa tampak senang dengan bentuk

pola bermain yang diberikan yaitu dengan lompat kardus. Untuk

menghindari kebosanan variasi letak kardus diubah ubah dengan posisi

vertikal dan horisontal dan menambah jumlah kardus.

e) Mendarat

Pada pembelajaran sikap mendarat, dilakukan secara keseluruhan. Dari

awalan, melewati kardus lalu mendarat di ban. Karena merupakan

gerak berangkai maka siswa dituntut untuk melakukan gerak yang

benar dari bagian per bagian. Hal ini membuat siswa lebih

berkonsentrasi pada setiap gerakan. Siswa lebih bersemangat lagi, hal

ini bisa diamati dari respon siswa setiap selesai melakukan gerakan

selalu minta dikoreksi dan dievaluasi apakah gerakannya sudah benar,

atau bertanya gerakan mana yang masih kurang.

d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan keempat

adalah sebagai berikut:

1) Keberhasilan guru/siswa:

Keberhasilan dalam tiap fase pembelajaran sudah cukup kelihatan, siswa

sudah cukup baik dalam merespon setiap unsur gerakan dari bagian per

bagian. Ternyata dengan metode bermain yang diterapkan mampu membawa

siswa pada suasana belajar yang dikehendaki siswa yaitu menyenangkan,

tidak membosankan, dan bisa dinikmati.

2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:

a) Guru selalu dituntut untuk selalu memberikan inovasi baru pada

metode bermain dan ragamnya supaya anak tidak mudah bosan.

Page 82: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

b) Pujian dan semangat dari guru masih menjadi umpan balik yang jitu

dalam memberikan semangat pada siswa.

c) Siswa yang mulai jenuh dengan latihan segera diberikan penyegaran

dengan motivasi dan stimulan secara internal.

3) Rencana Perbaikan:

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi , maka perlu ada perbaikan-

perbaikan pada siklus berikutnya, antara lain adalah:

a) Memacu dan memotivasi anak dengan pendekatan internal secara

intensif.

b) Menekan datangnya rasa jenuh sedini mungkin sehingga bisa menekan

rasa jenuh yang semakin parah.

c) Peneliti harus selalu memperhatikan anak sehingga ketika anak mulai

melemah saat pembelajaran harus ada pendekatan intenal untuk

membangkitkan semangat kembali.

3. Pertemuan III

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan ke dua, maka perencanaan

tindakannya adalah sebagai berikut:

1. Membuay RPP dengan mengacu pada pertemuan ke dua.

2. Menyusu instrument yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian

lompat jangkit.

3. Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.

4. Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melakukan skenario pembelajaran

yang telah direncanakan, sebagai berikut:

1. Pemanasan

c) Menjelaskan kegiatan belajar secara umum

Page 83: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

d) Melakukan pemanasan. Pemanasan yang diberikan berupa permainan

yang mengarah pada unsur-unsur ketrampilan lompat jangkit.

2. Inti Pelajaran

Pada petemuan ke tiga sudah dijadwalkan sebagai pertemuan evaluasai,

yaitu pertemuan dimana peneliti akan menguji keberhasilan anak pada

akhir pembelajaran penerapan siklus pertama. Yang pertama dilakukan

adalah menyiapkan siswa pada kondisi suasana tes yang dikehendaki

dengan tetap mempertahankan suasana santai tapi serius. Satu per satu

siswa melakukan gerakan lima unsur lompat jangkit dengan benar sesuai

dengan taknik yang diajarkan yaitu awalan, jingkat, langkah, lompat, dan

mendarat. Guru mulai mengamati setiap rangkaian gerakan lompat jangkit,

siswa melakukan satu per satu dari nomor absen 1 hingga terakhir.

Kemudian mencatat pada lembar penilaian lompat jangkit yang telah

disiapkan.

3. Penutup

c) Melakukan penenangan dengan gerakan peregangan.

d) Memberikan evaluasi terkait dengan hasil yang diperoleh siswa,

berikut mengumumkan siapa siswa yang berhasil dan siapa siswa yang

masih kurang.

c. Pengamatan Tindakan

Pada dasarnya metode bermain cukup memberikan gairah baru pada

pembelajaran lompat jangkit, hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang memuaskan.

Page 84: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus 2

Aspek yang

diukur

Pra Silkus Siklus I Siklus II

Cara

Mengukur

Jumlah

Siswa

yang

lulus

Persentase

Kelulusan

Jumlah

Siswa

yang

lulus

Persentase

Kelulusan

Jumlah

Siswa

yang

lulus

Persentase

Kelulusan

Kemampuan

siswa dalam

melakukan

rangkaian

gerakan

lompat

jangkit

8

22%

22

61%

34

94%

Diamati saat

proses

belajar

mengajar

dengan

menggunaka

n lembaran

obsevasi

peneliti

d. Refleksi

Adapun keberhasilan yang diperoleh pada siklus kedua adalah sebagai

berikut:

1) Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit

meningkat dari 22 % pada kondisi awal menjadi 61 % pada akhir siklus I

dan meningkat menjadi 94 % pada akhir siklus II.

2) Pendekatan bermain memberikan banyak pencerahan dalam metode

pembelajaran dan lebih menantang siswa untuk melakukan latihan lompat

jangkit.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

pers

en

tase

kelu

lus

an

jumlah siswa yang lulus

Kemampuan siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Page 85: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar lompat

jangkit pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010

/ 2011. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kemampuan siswa dalam

melakukan rangkaian gerakan lompat jangkit meningkat dari 22 % pada kondisi

awal menjadi 61 % pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 94 % pada akhir

siklus II.

B. Saran

1. Bagi Guru Penjas SMA Negeri 4 Surakarta

a. Hendaknya pendekatan bermain dapat dikembangkan dan digunakan dalam

pembelajaran lompat jangkit di sekolah.

b. Dalam proses pembelajaran harusnya guru memperhatikan kondisi siswa dan

menggunakan strategi mengajar yang bervariasi. Dengan demikian akan

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani.

2. Bagi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

a. Siswa harus siap untuk mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran

apapun yang diberikan guru dan selalu bersedia dengan kesadaran sendiri

untuk mengikuti petunjuk dan arahan yang diberikan guru.

b. Siswa perlu lebih meningkatkan berbagai aktivitas dan mengembangkan

berbagai metode belajar sekaligus sebagai sarana memperluas pengetahuan

dan wawasannya. Belajar secara mandiri, mengerjakan tugas-tugas dari guru

untuk berlatih mempraktikan teknik dan gerakan yang ada dalam pelajaran.

Page 86: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

3. Bagi Peneliti Berikutnya

Disarankan bagi peneliti di masa mendatang untuk dapat

mengembangkan penelitian tentang pendekatan pembelajaran, sebab pada

dasarnya terdapat beberapa pendekatan pembelajaran lain yang dapat digunakan

untuk memodifikasi teknik pembelajaran pendidikan jasmani.

Page 87: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

DAFTAR PUSTAKA

Achasius Kaber. 1988. Perkembangan Kurikulum. Jakarta : Depdikbud

Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta:

Depdiknas. Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktorat Tenaga Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan

Peningkatan Mutu Guru Penjas Dikdasmen.

Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Penilaian

Tenaga Kerja

Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. UNS Press.

Dadang Masnun. 1999. Atletik, Lari Gawang, Lompat Jangkit, Lompat Tinggi,

Lempar Lembing. Jakarta : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. 2010. Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Eddy Purnomo. 2007. Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta :

UNY

E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Gerry A. Carr. 2000. Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

H.J. Gino dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press.

Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek

Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung (GP) Press

Jess Jarver. 2005. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya.

Jonath U., Haag E., & Krempel R. 1987. Atletik I. Alih Bahasa Suparno. Jakarta:

PT. Rosda Jaya Putra.

Page 88: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Masnur Muslich. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar

Pengembangan Dan Pemahaman. Jakarta : PT Bumi Aksara

Mochamad Djumidar A. Widya. 2004. Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar

Atletik Dalam Bermain. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

M Furqon H.2008. Mendidik Anak dengan Bermain.Buku Pegangan Guru Penjas

di Sekolah Dasar. Universitas Sebalas Maret

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Resdakarya

Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.

Jakarta Depdikbud. Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan menengah.

Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.

Jakarta : PT Fajar Inter Pratama

Soegito. 1992. Atletik I. Surakarta: UNS Press.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II.

UNS Press.

Sukintaka. 1992. Teori Bermain Untuk D2, PGSD Penjaskes. Jakarta:

Depdikbud.Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

. 2004. Teori Pendidikan Jasmani Filosofi Pembelajaran dan Masa

Depan. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 1989. Jakarta : Depdikbud

Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta : Pusat Pengkajian dan

Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga.

Page 89: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Wina Sanjaya. 2008. Setrategi Pembelajaran Beriorentasi Standartd Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik Pendekatan Bermain

untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jakarata: Depdiknas.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar & Menengah. Bekerjasama dengan

Direktorat Jenderal Olahraga.

Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman. 1999/2000. Atletik.

Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian

Proyek Penataran Guru SMP Setara DIII.

Page 90: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

DAFTAR PUSTAKA

Achasius Kaber. 1988. Perkembangan Kurikulum. Jakarta : Depdikbud

Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga

Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru

Penjas Dikdasmen.

Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Penilaian

Tenaga Kerja

Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. UNS Press.

Dadang Masnun. 1999. Atletik, Lari Gawang, Lompat Jangkit, Lompat Tinggi,

Lempar Lembing. Jakarta : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. 2010. Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Eddy Purnomo. 2007. Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta : UNY

E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Gerry A. Carr. 2000. Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

H.J. Gino dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press.

Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek

Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung (GP) Press

Jess Jarver. 2005. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya.

Jonath U., Haag E., & Krempel R. 1987. Atletik I. Alih Bahasa Suparno. Jakarta: PT.

Rosda Jaya Putra.

Page 91: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Masnur Muslich. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pengembangan

Dan Pemahaman. Jakarta : PT Bumi Aksara

Mochamad Djumidar A. Widya. 2004. Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar Atletik

Dalam Bermain. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

M Furqon H.2008. Mendidik Anak dengan Bermain.Buku Pegangan Guru Penjas di

Sekolah Dasar. Universitas Sebalas Maret

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Resdakarya

Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.

Jakarta Depdikbud. Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan menengah.

Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.

Jakarta : PT Fajar Inter Pratama

Soegito. 1992. Atletik I. Surakarta: UNS Press.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. UNS

Press.

Sukintaka. 1992. Teori Bermain Untuk D2, PGSD Penjaskes. Jakarta:

Depdikbud.Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

. 2004. Teori Pendidikan Jasmani Filosofi Pembelajaran dan Masa Depan.

Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 1989. Jakarta : Depdikbud

Page 92: PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta : Pusat Pengkajian dan

Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga.

Wina Sanjaya. 2008. Setrategi Pembelajaran Beriorentasi Standartd Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik Pendekatan Bermain

untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jakarata: Depdiknas.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar & Menengah. Bekerjasama dengan

Direktorat Jenderal Olahraga.

Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman. 1999/2000. Atletik. Depdikbud.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek

Penataran Guru SMP Setara DIII.