laporan 1 atresia bilier.docx
TRANSCRIPT
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 1/14
1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA BILIER
Oleh :
EMA ARUM RUKMASARI
PK.08.14.075
PROGRAM STUDI NERS
STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG
2014
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 2/14
2
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP ATRESIA BILIER
I. Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk
atau tidak berkembang secara normal. Atresia bilier merupakan suatu defek
congenital yang merupakan hasil dari tidak adanya atau obstruksi satu atau
lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau intrahepatik.
Fungsi dari sistem empedu adalah membuang limbah metabolik dari hati dan
mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di dalam
usus halus.
Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke kandung
empedu. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika
tidak diobati bisa berakibat fatal.
B. Etiologi
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran
empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan
perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui secara pasti tetapi
kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine.
Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran.
Etiologi atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli
menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan
adanya kelainan kromosom trisomi17, 18 dan 21; serta terdapatnya anomali
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 3/14
3
organ pada 30% kasus atresia bilier. Namun, sebagian besar berpendapat
bahwa atresia bilier adalah akibat proses inflamasi yang merusak duktus
bilier, bisa karena infeksi atau iskemi
Beberapa faktor-faktor predisposisi berikut:
infeksi virus atau bakteri
masalah dengan sistem kekebalan tubuh
komponen yang abnormal empedu
kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu
hepatocelluler dysfunction
C. Patofisiologi
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran
normal empedu ke luar hati dan ke dalam kantong empedu dan usus.
Akhirnya terbentuk sumbatan dan menyebabkan empedu balik ke hati. Ini
akan menyebabkan peradangan, edema dan degenerasi hati. Dan apabila asam
empedu tertumpuk dapat merusak hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan
cirrhosis. Kemudian terjadi pembesaran hati yang menekan vena portal
sehingga mengalami hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal hati.
Jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan
rasa gatal. Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan dikeluarkan ke dalam
aliran darah, yang dapat mewarnai kulit dan bagian putih mata sehingga
berwarna kuning. Degenerasi secara gradual pada hati menyebabkan
joundice, ikterik dan hepatomegali.
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 4/14
4
Karena tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus, lemak dan vitamin
larut lemak tidak dapat diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak yaitu
vitamin A, D,E,K dan gagal tumbuh.
D. Gejala Klinis
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala
penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup.
Gejala-gejala termasuk:
Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat
tinggi (pigmen empedu) dalam aliran darah.
Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi
baru lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari
kehidupan. Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat
lahir, tapi ikterus berkembang pada dua atau tiga minggu setelah lahir
Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan
dari hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan
dibuang dalam urin.
Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin
yang masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi
bengkak akibat pembesaran hati.
Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat.
Degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus, dan
hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan lemak yang
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 5/14
5
larut dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi, defisiensi lemak
larut dalam air serta gagal tumbuh
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan malnutrisi.
Gatal-gatal, Rewel, splenomegali menunjukkan sirosis yang progresif dengan
hipertensi portal / Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah
yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati), Distensi
abdomen, Varises esophagus, hepatomegaly, Jaundice dalam 2 minggu
sampai 2 bulan, Lemah, pruritus, Anoreksia, Letragi
E. Komplikasi
Komplikasi yang di timbulkan pada oenyakit atresia bilier adalah:
Cirrhosis
Gagal hati
Gagal tumbuh
Hipertensi portal
Varises esophagus
Asites
Encephalopathy
F.
Pemeriksaan Diagnostik
Fungsi hati : bilirubin, aminotranferase dan faktor pembekuan : protombin
time, partial thromboplastin time.
Pemeriksaan urine : pemeriksaan urobilinogen penting artinya pada pasien
yang mengalami ikterus. Tetapi urobilin dalam urine negatif. Hal ini
menunjukkan adanya bendungan saluran empedu total.
Pemeriksaan feces : warna tinja pucat karena yang memberi warna pada
tinja / stercobilin dalam tinja berkurang karena adanya sumbatan.
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 6/14
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 7/14
7
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian Anak
1. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) : RR meningkat >40x/menit, penggunaan otot bantu
pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.
b. B2 (blood) : TD meningkat, HR meningkat (tachicardi),
kecenderungan perdarahan.
c.
B3(brain) : gelisah (rewel), gangguan mental, gangguan kesadaran
sampai koma.
d.
B4 (bladder) : Perubahan warna urin dan feses.
-Urine : warna gelap, pekat
-Feses : warna dempul, steatorea, diare
e.
B5 (bowel) : distensi abdomen, kaku pada kuadran kanan, asites,
anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan makanan
pembentuk gas, regurgitasi berulang, penurunan berat badan, dehidrasi,
hepatomegali. feses warna pucat, lingkar perut 52 cm.
f. B6 (Bone) : letargi atau kelemahan, otot tegang atau kaku bila kuadran
kanan atas ditekan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal gatal (pruritus),
kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K), oedem perifer
Keterangan tambahan :
Anak dengan Atresia Billiary ekstrahepatik, setelah usia 6 tahun terjadi
gangguan neuromuskuler seperti tidak ada reflek-refleks tendo dalam,
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 8/14
8
kelemahan memandang ke atas, ketidak mampuan berjalan akibat
parosis kedua tungkai bawah serta kehilangan rasa getar.
Apabila kolestasis kronis berat terjadi akibat Atresia Billiary
ekstrahepatik, maka akan tampak gambaran wajah yang disebut Watson
Syndrome-Alagine (Displasia Anterio B Hepatis) yaitu perkembangan
tulang dahi yang menonjol, hipertelorisme, kemiringan okuler,
anti mongoloid, tulang hidung yang datar serta dagu yang runcing.
Penderita juga mengalami stenosis arteri pulmonar serta cacat-cacat
pada lengkungan bagian depan vertebra.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
- Bilirubin direk dalam serum meninggi. Normalnya (0,3 – 1,9 mg/dl)
-
Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati
akibat bendungan empedu yang luas. Normalnya (1,7 – 7,1 mg/dl)
- Tidak ada urobilinogen dalam urin.
- Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase
alkalifosfatase (5-20 kali lipat nilai normal) serta fraksi-fraksi lipid
(kolesterol fosfolipid trigliserol).
b. Pemeriksaan Diagnostik
USG yaitu untuk mengetahui kelainan kongenital penyebab
kolestasis ekstra hepatik (dapat berupa dilatasi kristik saluran
empedu).
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 9/14
9
Sintigrafi Radio Kolop Hepatobilier untuk mengetahui kemampuan
hati memproduksi empedu dan mengeekskresi kan ke saluran
empedu sampai tercurah ke duodenum. Jika ditemukan empedu di
duodenum maka dapat berarti terjadi atresia intra hepatik.
Biopsi hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan
noduler. Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75 % penderita
tidak ditemukan lumen yang jelas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi
abdomen
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai dengan
berat badan turun dan konjungtiva anemis.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu
dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.
4.
Kekurangan volume cairan beerhubungan dengan mual dan muntah
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
6. Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan (gagal tumbuh)
berhubungan dengan penyakit kronis
7. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
C. Intervensi Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 10/14
10
Tujuan : Bayi akan mempertahankan pola nafas efektif, bebas dispneu dan
sianosis, dengan nilai GDA dan kapasitas vital dalam rentang normal
INTERVENSI RASIONAL
- Awasi frekuensi, kedalaman, dan
upaya pernafasan
- Auskultasi bunyi nafas krekles,
mengi dan ronchi
Observasi perubahan tingkat
kesadaran
Berikan posisi kepala bayi lebih
tinggi
Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
Kolaborasi untuk pemeriksaan GDA
- Pernafasan dangkal, cepat/dispneu
mungkin ada hubungan hipoksia
atau akumulasi cairan dalam
abdomen
-
Menunjukan terjadinya komplikasi
(contoh adanya bunyi tambahan
menunjukan akumulasi
cairan/sekresi) meningkatkan resikoinfeksi
Perubahan mental dapat menunjukkan
hipoksia dan gagal nafas
Memudahkan pernafasan dengan
menurunkan tekanan pada diagfragma
Untuk mencegah hipoksia
Mengetahui perubahan status pernafasan dan terjadinya komplikasi
paru
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai dengan
berat badan turun dan konjungtiva anemis.
Tujuan : Bayi akan menunjukkan peningkatan berat badan progresif mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji distensi abdomen
Pantau masukan nutrisi dan frekuensi
muntah
Timbang BB setiap hari.
Distensi abdomen merupakan tanda
non verbal gangguan pencernaan.
Mengidentifikasi kekurangan /
kebutuhan nutrisi dengan mengetahui
intake dan output klien.
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 11/14
11
Berikan makanan /minuman sedikit
tapi sering.
Berikan kebersihan oral sebelum
makan
Kolaborasi:
Konsul dengan ahli diet sesuai
indikasi.
Berikan diet rendah lemak, tinggi serat
dan batasi makanan penghasil gas.
Berikan makanan yang mengandung
medium chain triglycerides (MCT)
sesuai indikasi.
Monitor laboratorium; albumin,
protein sesuai program.
Berikan vitamin-vitaminyang larut
dalaam lemak (A, D, E dan K)
Mengawasi keefektifan rencana diet
Untuk menurunkan rangsang
mual/muntah.
Mulut yang bersih meningkatkan
nafsu makan.
Berguna dalam memenuhikebutuhan
nutrisi individu dengan diet yang
paling tepat.
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan
meminimalkan rangsang pada kantungempedu.
Meningkatkan pencernaan dan
absorbsi lemak serta vitamin yang
larut dalam lemak.
Memberi informasi tentang
keefektifan terapi.
Vitamin-vitamin tersebut terganggu
penyerapannya.
3.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu
dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.
Tujuan : Bayi akan mempertahankan kelembapan kulit yang ditandai dengan
kulit tidak kering, tidak ada pruritus, jaringan kulit utuh dan bebas lecet
INTERVENSI RASIONAL
Mandikan dengan air hangat sehari
dua kali dan di olesi baby cream
Pertahankan sprei kering dan bersih
Rubah posisi tidur sesuai jadwal
Mencegah kulit kering berlebihan dan
memberikan penghilang rasa gatal
Kelembapan meningkatkan pruritus
dan resiko kerusakan kulit
Pengubahan posisi menurunkan
tekanan pada jaringan dan untuk
memperbaiki sirkulasi
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 12/14
12
Gunting kuku jari hingga pendek,
berikan sarung tangan bila
memungkinkan
Berikan obat sesuai indikasi
(antihistamin)
Mencegah dari cidera tambahan pada
kulit khususnya bila tidur
Antihistamin dapat mengurangi rasa
gatal
4. Kekurangan volume cairan beerhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Bayi akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang ditandai dengan pengisian kembali dengan kapiler kurang dari 3 detik,
turgor kulit baik, produksi urine 1-2ml/kgBB/jam
INTERVENSI RASIONAL
Memantau asupan dan cairan bayi
perjam(cairan infuse, susu per NGT,
atau jumlah ASI yang diberikan,
(timbang popok)
Periksa feses tiap hari
Memantau lingkar perut bayi setiap
hari
Observasi tanda-tanda dehidrasi
(oliguria, kuilt kering, turgor kulit
buruk, ubun-ubun dan mata cekung
Kolaborasi untuk pemeriksaan
elektrolit, kadar protein total, albumin,nitrogen urea darah dan kreatinin serta
darah lengkap
Memungkinan evaluasi keseimbangan
cairan bayi dan tindakan lebih lanjut
Mengetahui kadar PH feces untuk
menentukan absorbsi lemak dankarbohidrat bayi. (PH normal 7-7,5)
Untuk mendeteksi asites
Tanda dehidrasi mengindikasikan
intervensi segera dalam mengatasai
kekurangan cairan pada bayi
Mengevaluasi keseimbangan dan
elektrolit
5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : meningkatkan pemahaman orang tua tentang perawatan pada anak
yang sakit
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 13/14
13
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan kepada klien tentang
pengobatan yang diberikan sepertidosis, reaksi dan tujuan pengobatan.
Jelaskan kepada keluarga pentingnya
stimulus pada anak seperti
pendengaran, visual dan sentuhan
Jelaskan kepada orang tua/keluarga
pentingnya monitor adanya muntah,
mual, keram otot, diare, HR yang
tidak teratur.
Meningkatkan penngetahuan orangtua
terhadap tindakan pengobatan anaknya
Memberikan informasi ntuk
mendapatkan tindakan segea
6. Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan (gagal tumbuh)
berhubungan dengan penyakit kronis
Tujuan : Bayi akan bertumbuh dan berkembang secara normal yang ditandai
dengan mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai
INTERVENSI RASIONALBerikan stimulus pada bayi yang
menekankan pencapaian keterampilan
motorik kasar
Jelaskan pada orangtua bahwa bayi
mereka dapat saja tidak mencapai
tahap-tahap penting perkembangan
dengan kecepatan yang sama seperti
pada bayi sehat
Sedapat mungkin lakukan intervensi
secara berkelompok
Stimulasi bayi yang terencana
membantu tahap-tahap penting dalam
perkembangan dan membantu
orangtua memiliki ikatan dengan bayi
Dapat menghilangkan stress pada
orangtua yang menghadapi masalah
dan memberikan informasi penting
tentang cara-cara menstimulasi
perkembangan
Mengelompokkan intervensi
memungkinkan bayi beristirahat tanpa
gangguan, istirahat diperlukan untuk
tahap tumbuh kembang bayi
8/10/2019 Laporan 1 Atresia Bilier.docx
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-1-atresia-bilierdocx 14/14
14
DAFTAR PUSTAKA
Oldham, Keith T.et all (eds); Biliary Atresia at Principles and Practice of Pediatric
Surgery, 4th Edition.
Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Parlin Ringoringo. 1991. Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak,FK UI,
RSCM. from: url: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/
Widodo Judarwanto. 2010. Atresia Bilier, Waspadai Bila Kuning Bayi Baru Lahir
yang berkepanjangan. From : url:http://koranindonesiasehat.wordpress.com/
Mark Davenport. Biliary Atresia. London: 2010. Available from : url :
http://asso.orpha.net/OFAVB/__PP__4.html
ST.Louis Children's Hospital. Biliary Atresia. Washington University School of
Medicine.2010. Available from : url : http://www.stlouischildrens.org/
content/greystone_779.htm
North American Society For Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and
Nutrition.Biliary Atresia. From : url: http: //www.naspghan.org/ userassets/
Documents/pdf /diseaseInfo/BiliaryAtresia-E.pdf
Steven M. Biliary Atresia. Emedicine. 2009. Available From: url: http://
emedicine. medscape.com/ article/927029-overview
Sjamsul Arief. Deteksi Dini Kolestasis Neonatal. Divisi Hepatologi Ilmu
Kesehatan Anak FK UNAIR.Surabaya. 2006. Available from : url
:http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-ena504-pkb.pdf