lap.1 kjt sterilisasi dan aklimatisasi

11
INOKULASI Laporan Praktikum Untuk memenuhi tugas matakuliah Kultur Jaringan Tanaman yang dibina oleh Disusun Oleh: Kelompok II Jamilatus Sa’diyah (1104142154) The Learning University

Upload: jamilatus-sadiyah

Post on 26-Sep-2015

275 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

kultur jaringan

TRANSCRIPT

INOKULASI

Laporan PraktikumUntuk memenuhi tugas matakuliah Kultur Jaringan Tanaman yang dibina oleh

Disusun Oleh:Kelompok IIJamilatus Sadiyah (1104142154)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN BIOLOGIFebruari 2015A. TopikSterilisasi dan AklimatisasiB. Hari/TanggalRabu/14-Januari-2015C. Tujuan1) Untuk mengetahui cara sterilisasi dengan tepat2) Untuk mengetahui cara aklimatisasi dengan tepatD. Dasar TeoriKultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan sering disebut juga perbanyakan tanaman secara in vitro, yaitu budidaya tanaman yang dilaksanakan dalam botol-botol dengan media khusus dan alat-alat yang serba steril. Sistem perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan ini dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Tanaman baru yang dihasilkkan mempunyai sifat-sifat biologis yang sama dengan sifat induknya. Sistem budidaya jaringan juga memiliki keuntungan lain yaitu penghematan tenaga, waktu, tempat dan biaya (Mirsadik, 2013).Salah satu hal yang mutlak diperlukan dalam kultur jaringan tumbuhan adalah sterilisasi.Sterilisasi adalah suatu proses mematikan mikroorganiseme yang mungkin ada pada suatu benda. Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu dengan penggunaan panas, menggunakan bahan kimia dan dengan cara penyinaran. Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah. Bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Adajuga sterilisasi kimiawi dengan menggunakan gas atau radiasi atau bahan kimiawi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan. Namun yang umum digunakan secara rutin di laboratorium adalah menggunakan panas dengan aotoklaf (Henuhili, V. 2012)Perlakuan lainnya yang sering dilakukan dalam kutur jaringan tumbuhan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik (botol kultur) ke dalam komuniti pot (kompot) atau diikatkan pada mos untuk digantung, dengan kata lain aklimatasasi adalah penyesuaian tanaman ke lingkungan alami. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara bertahap supaya tanaman hasil kultur jaringan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Baik suhu, kelembaban, cahaya maupun faktor lainnya akan berbeda dan tanaman hasil kultur jaringan juga memiliki kekurangan dibanding tanaman yang ditanam di lingkungan alami. Menurut Pierik (1987), tanaman hasil kultur jaringan memiliki lapisan lilin (kutikula) yang tidak berkembang sempurna dan akar yang belum bisa berfungsi dengan baik. Saat pemindahan tanaman ke kondisi normal atau dalam media pakis, tanah, atau compost, harus dilakukan secara bertahap dan menghindari infeksi dari fungi serta bakteri karena tanaman hasil kultur jaringan belum mampu beradaptasi dengan patogen-patogen yang biasa ditemukan di lingkungan luar. Pemberian fungisida diperlukan untuk mencegah serangan jamur, pembersihan media secara benar juga mengurangi resiko serangan. Pemindahan pertama dilakukan ke dalam community pot yang bisa menampung jumlah bibit yang cukup banyak. Pada tahap awal kelembaban sangat perlu dijaga dan pemberian nutria tambahan bisa dilakukan dengan penyemprotan pupuk daun. Selanjutnya bibit bisa dipindah ke pot-pot individu saat daun dan akar siap untuk mendukung pertumbuhannya.

E. Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain.1) Botol Selai 10) Gunting2) Cawan Petri 11) Kompor3) Nampan plastik 12) Sprayer4) Keranjang Plastik5) Pot Plastik 6) Beaker Glass7) Autoklaf8) Serbet9) PinsetBahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain.1) Air Bersih10) Plantlet anggrek2) Pakis papan11) Benang kasur3) Pakis kasar 4) Moss kasar dan halus5) Arang6) Fungisida 0,2 % dan 0,1%7) Stopwatch8) Vaselin9) Kertas Sampul

F. Langkah Kerja1) Sterilisasi Alat

Mencuci botol selai dan cawan petri yang akan disterilisasi dengan air mengalir hingga benar-benar bersihLangkah-langkah yang dilakukan untuk sterilisasi alat adalah sebagai berikut.

Memposisikan Autoklaf di atas kompor dengan benar

Meletakkan saringan kedalam AutoklafMengeringkan botol selai dan cawan petri yang akan disterilisasi dengan serbet hingga tidak ada air yang tersisa

Menuangkan air kedalam Autoklaf sampai batas atas saringanMemotong kertas sampul berbentuk persegi

Menutup bagian atas botol selai dan seluruh bagian cawan petri dengan kertas sampul

Oelskan Vaseline pada bagian atas Autoklaf dan bada bagian penutupnya

Memasukkan peralatan yang akan disterilisasi kedalam Autoklaf

Menutup Autoklaf dengan cara mengunci pengait secara diagonal

Memastikan klep keluarnya uap pada posisi berdiri/tegak

Menghidupkan kompor dengan besar api cukup hingga keluar uap pada klep

Menutup klep kearah samping

Menunggu sampai tekanan pada pressure meter mencapai 15 lb, dan menjaganya tetap pada tekanan tersebut

Menunggu selama 15 menit

Mematikan kompor dan membiarkan jarum penunjuk pada presure meter pada posisi 0 (nol)

Mengembalikan klep pada posisi berdiri hingga uap benar-benar habis

Membuka kunci penutup autoklaf secar diagonal dan mengeluarkan peralatan yang sudah disterilisasi

Menyimpan peralatan yang sudah disterilisasi pada lemari penyimpanan

2) Aklimatisasi

Mengeluarkan planlet anggrek dari dalam botolMembuat larutan fungisida dengan konsentrasi 0,2 %Langkah-langkah yang dilakukan untuk aklimatisasi adalah sebagai berikut.

Membersihkan sisa medium dengan airMerendam media tanam meliputi pakis papan, pakis kasar, Mos kasar, Mos halus, dan arang kedalam larutan fungisida

Membuat larutan fungisida dengan konsentrasi 0,1 %

Menunggu selama 5 menitMenunggu selama 30 menit

Membersikan hasil rendaman dalam air pada baskom terpisah

Mengikat planlet dengan mos kasar dan mos halus dan mengaitkannya menggunakan benang kasur tali rafiaMenata kompos dengan susunan arang, pakis kasar dan menanmkan planlet di atasnya

G. DataH. Analisa DataI. PembahasanProses sterilisasi yang telah dilakukan pada botol selai dan cawan petri dalam praktikum ini bertujuan untuk membunuh semua mikroba yang terdapat pada peralatan tersebut. Pelczar (dalam Adji. 2007) menyatakan bahwa sterilisasi merupakan proses yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi, berarti bebas dari mikroorganisme hidup. Pada dasarnya sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya meliputi; pemanasan, penyinaran, ataupun dengan bahan kimia tertentu.Uap dengan tekanan merupakan metode sterilisasi yang paling efisien karena membuat temperatur di atas mampu mendidihkan titik air. Temperatur tersebut berfungsi untuk mematikan spora bakteri yang sangat tahan panas. Sterilisasi uap digunakan dalam suatu ruangan bertekanan yang disebut autoklaf (Kusnadi, 2004). Teknik Sterilisasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah teknik pemanasan menggunakan Autoklaf.Menurut Hadioetomo (dalam Putri. 2011) autoklaf merupakan pressure cooker yang sangat efektif mematikan mikroba karena pada suhu 1210C dapat melepaskan 686 kalori/g uap air. Autoklaf terutama ditujukan untuk mematikan endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap, pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat mematikan sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit (Kusnadi, 2004). Dalam praktikum ini tekanan yang gunakan 15 lb dengan lama waktu sterilisasi 15 menit pada suhu 121C. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa teknik sterilisasi dengan autoklaf sudah tepat dilakukan untuk menghilangkan mikroba pada peralatan tersebut sehingga dapat menghindari kontaminasi mikroba pada setiap praktikum yang dilakukan.Praktikum lainnya yang dilakukan adalah aklimatisasi planlet anggrek. Planlet angrek yang dipelihara dalam keadaan steril dengan lingkungan (suhu, dan kelembaban) optimal, sangat rentan terhadap lingkungan eksternal. Menurut Mariska dan Sukmadjaja (2003) planlet yang tumbuh dalam kultur jaringan di laboratorium memiliki karakteristik stomata daun yang lebih terbuka dan sering tidak memiliki lapisan lilin pada permukaan daun. Dengan demikian planlet sangat rentan terhadap kelembaban rendah. Mengingat sifat-sifat tersebut, sebelum ditanam di lapangan maka planlet memerlukan aklimatisasi. Dalam aklimatisasai, lingkungan tumbuh (terutama kelembaban) berangsur-angsur disesuaikan dengan kondisi lapangan. Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan planlet keluar dari ruangan aseptik (botol kultur) ke dalam komuniti pot (kompot) atau diikatkan pada mos untuk digantung, dengan kata lain aklimatasasi adalah penyesuaian tanaman ke lingkungan alami. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara bertahap supaya tanaman hasil kultur jaringan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Pierik (1987) menyatakan bahwa tanaman hasil kultur jaringan memiliki lapisan lilin (kutikula) yang tidak berkembang sempurna dan akar yang belum bisa berfungsi dengan baik. Saat pemindahan tanaman ke kondisi normal atau dalam media pakis, tanah, atau compost, harus dilakukan secara bertahap dan menghindari infeksi dari fungi serta bakteri karena tanaman hasil kultur jaringan belum mampu beradaptasi dengan patogen-patogen yang biasa ditemukan di lingkungan luar. Dalam praktikum ini fungisida pada planlet diberikan dengan kadar 0,1 % selama 5 menit, sedangkan pada media digunakan fungisida dengan kadar 0,2% selama 30 menit. Pemberian fungisida tersebut perlu dilakukan pada planlet dan media tanam untuk mencegah serangan jamur. Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah meletakkan planlet pada media tanam. Fungsi media tanam adalah sebagai tempat tumbuh dan menyimpan unsur hara serta air bagi tanaman. Unsur hara dan air tersebut sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Medianya bisa berupa arang kayu, pakis, sabut kelapa dan serbuk gergaji, moss, kulit pinus, pecahan genteng dan batu bata (Livy, 2007). Media yang digunakan dalam praktikum ini meliputi; arang kayu, pakis, dan moss.Arang kayu mempunyai kemampuan mengikat air yang cukup baik. tidak mudahlapuk dan tidak mudah ditumbuhi cendawan yang merugikan tanaman, tapi miskin unsurhara. Media pakis bersifat sukar lapuk, mempunyai daya mengikat air yang baik, sertamemiliki kemampuan draenase dan arerasi yang baik. Sedangkan media moss adalah media tanam yang berasal dari akar paku-pakuan dengan karakteristik memiliki banyakrongga sehinggamemungkinkan akartanaman tumbuhdan berkembangdengan leluasa,mampu mengikat air dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar (Livy, 2007). Penanganan planlet yang kurang baik pada tahap aklimatisasi dapatmengakibatkan kematian. Oleh karena itu hal-hal tersebut diatas perlu diperhatikan saatmengeluarkan planlet dan kondisi steril ke semi steril untuk menjamin pertumbuhan tanaman dengan baik.

J. KesimpulanKesimpulan dalam kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikut.1) 2)

K. Daftar RujukanAdji, Dhirgo. Zuliyanti, dan Herny Larashanty. 2007. Perbandingan Efektivitas SterilisasiAlkohol 70%, Inframerah, Autokla, dan Ozon terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillussubtilis. Jurnal Sain Vet. Vol. 25 No.1Henuhili, V. 2012. Kultur Jaringan Tumbuhan. Petunjuk Praktikum FMIPA UNY. Yogyakarta. Kusnadi. 2004. Mikrobiologi : BAB IV Pertumbuhan Bakteri. Pendidikan Biologi. (online).( http://file.upi.edu/Direktori/D) diakses 16 Januari 2015Livy, W.G. 2007. Budi daya anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hal.Mariska, I., dan Sukmadjaja, D., 2003. Perbanyakan Bibit Abaka Melalui Kultur Jaringan. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumbuer Daya Genetik Pertanian Bogor.Mirsadik, L. 2013. Teknik Kultur Jaringan Program Studi Agroteknologi Fakultas pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. (online). (http://eprints.uns.ac.id/4536/1/101501109200908151.pdf) diakses tanggal 18 Januari 2015Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publishers. Netherlands.Putri, Sindy Marieta. 2011. Efektivitas Sterilisasi Iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan Mesin Berkas Elektron terhadap Berbagai Bahan Pembawa Serta Viabilitas Inokulan dalam Bahan Pembawa Arang Batok dan Zeolit. Skripsi pada program sarjana Institut Pertanian Bogor.