kestabilan model satu mangsa dua pemangsa...
TRANSCRIPT
KESTABILAN MODEL SATU MANGSA DUA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING III DAN PEMANENAN
STABILITY OF ONE PREY TWO PREDATOR MODEL WITH HOLLING TYPE III FUNCTIONAL RESPONSE AND HARVESTING
Didiharyono, Syamsuddin Toaha, Jeffry Kusuma Bagian Matematika Terapan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin
Alamat Koresponden:
Didiharyono Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 082188150380 Email: [email protected]
Abstrak
Dalam tulisan ini, dibahas kestabilan model satu mangsa dua pemangsa dengan fungsi respon tipe Holling III dan terjadi pemanenan pada populasi kedua pemangsa. Penelitian ini betujuan, untuk mengetahui solusi model mangsa-pemangsa yang mengikuti tipe Holling III dengan menambahkan usaha pemanenan pada populasi kedua pemangsa dan untuk mengetahui keuntungan maksimum dari usaha pemanenan yang optimal pada populasi kedua pemangsa. Kestabilan titik ekuilibrium dilakukan dengan metode pelinearan dan penentuan kestabilan dengan memperhatikan nilai eigen yang diperoleh dari matriks Jacobi yang dievaluasi pada titik ekuilibrium dan menggunakan uji kestabilan Hurwitz dengan memperhatikan koefisien dari persamaan karakteristik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh titik interior 푇퐸 (푥, 푦, 푧) yang stabil asimptotik menurut uji kestabilan Hurwitz dan diperoleh keuntungan maksimal dari usaha ekploitasi atau pemanenan populasi kedua pemangsa. Populasi mangsa pemangsa dapat tetap lestari (bertahan hidup) meskipun dieksploitasi dengan usaha pemanenan dan juga memberikan keuntungan maksimal yaitu sebesar π = 259,3999 dimana didapatkan keuntungan maksimal terjadi pada puncak permukaan fungsi keuntungan. Kata kunci: Model mangsa pemangsa, pemanenan, titik ekuilibrium, kestabilan dan keuntungan maksimal. Abstract
In this paper, we discussed stability of one prey two predator with Holling type III and will harvesting at second predator population. The research aimed is, to investigate solution the predator prey model with Holling type III functional response with addition effort harvesting two predator populations and to investigate maximum profit from optimal harvesting at two predator populations. Stability of equilibrium point use linearization method and determine the stability by notice the eigenvalues of Jacoby matrix evaluation of equilibrium point and can also be determined using Hurwitz stability test by observing the coefficients of the characteristic equation. The result shows that the obtained an interior point 푇퐸 (푥,푦, 푧)which asymptotic stable according to Hurwitz stability test and find maximum profit of exploitation effort or harvest prey population and two predator populations. Predator-prey population is always exist in their life, although exploitation with efforts harvesting and given maximum profit is π = 259,3999 where to find maximum profit on critical points of surface profit function. Key word: Predator prey model, harvesting, equilibrium point, stability and maximum profit.
PENDAHULUAN
Model matematika merupakan bagian dari matematika terapan, yang digunakan
untuk menjelaskan fenomena alam yang terjadi, serta dapat digunakan untuk memprediksi
perilaku sistem untuk jangka waktu tertentu. Pemodelan matematika pada bidang ekologi
sangat menarik untuk dikaji mengingat banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan kehidupan populasi mahluk hidup serta keseimbangan mahluk hidup.
Proses dinamika kehidupan makhluk hidup (organisme) dapat dimodelkan secara matematis
dengan menggunakan persamaan differensial yang melibatkan waktu yang kontinu atau waktu
yang diskrit. Salah satu model matematika yang digunakan dalam menjelaskan fenomena
alam tersebut adalah model populasi mangsa-pemangsa.
Hubungan antara spesies pemangsa dan spesies yang dimangsanya sangatlah erat,
pemangsa tidak akan dapat hidup jika tidak ada mangsa. Selain itu, pemangsa juga berperan
sebagai pengontrol populasi mangsa. Interaksi antar spesies yang terjadi dalam suatu
ekosistem dapat menyebabkan keadaan populasi suatu spesies berubah. Interaksi tersebut
dapat memberikan dampak positif, negatif atau bahkan tidak berpengaruh terhadap spesies-
spesies yang berinteraksi. Salah satu penyebab kepunahan populasi adalah tingkat
pemangsaan terhadap populasi mangsa yang sangat tinggi dan rendahnya tingkat
pertumbuhan mangsa atau rendahnya populasi awal dari populasi mangsa.
Banyak peneliti yang mengembangkan model Lotka-Volterra dengan menambahkan
beberapa asumsi. Srinivasu dkk., (2001) mengkaji model Lotka-Voltera dengan mengontrol
system pemamenan dari model tersebut dan Kar (2003) mengkaji model Lotka-Voltera
dengan menambahkan pengaruh waktu tunda pada pemanenan yang selektif. Kemudian
Zhang dkk., (2011) mengkaji model Lotka Voltera dengan fungsi respon tipe Holling III pada
interaksi antara mangsa-pemangsa dengan usaha pemanenan konstan pada populasi mangsa.
Agarwal dkk., (2012) dan Jiang (2013) mengembangkan model tersebut dengan
menambahkan usaha pemanenan konstan pada populasi mangsa pemangsa. Model tersebut
tetap dikembangan oleh Liu dkk., (2012) dan Wang dkk., (2012) yang konsen mengkaji usaha
pemanenan populasi mangsa dengan menyertakan mangsa pelarian (refuge). Selanjutnya,
pada penelitian Zhao dkk., (2013) melihat efek atau pengaruh mangsa pelarian (refuge)
terhadap keadaan awal populasi mangsa
Oleh karena itu, penulis menganalisis model Lotka-Voltera dengan fungsi respon tipe
Holling III pada populasi satu mangsa dan populasi dua pemangsa dengan asumsinya bahwa
populasi kedua pemangsa merupakan populasi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia, sehingga terjadi pemanenan. Penelitian ini betujuan, untuk mengetahui solusi model
mangsa-pemangsa yang mengikuti tipe Holling III dengan menambahkan usaha pemanenan
pada populasi kedua pemangsa dan untuk mengetahui keuntungan maksimum dari usaha
pemanenan yang optimal pada populasi kedua pemangsa.
BAHAN DAN METODE
Secara umum kerangka penelitian ini dimulai dengan konstruksi model, tahapan
penyelesaian yang mencakup penentuan titik ekuilibrium, melinearisasi model, analisis
kestabilan titik ekuilibrium, kemudian melakukan simulasi numerik. Adapun variabel
penelitian adalah menganalisis kestabilan model satu mangsa dua pemangsa dengan fungsi
respon tipe Holling III dan terjadi pemanenan pada populasi kedua pemangsa. Software
komputasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Maple.
HASIL
Model populasi satu mangsa dan dua pemangsa dengan fungsi respon yang
mengikuti tipe Holling III diberikan pada persamaan (1) berikut 2 2 2
1 22 21 2
dx rx x xPx m y m zdt K a x a x
2
1 121
dy xm y Qy c yzdt a x
(1)
2
2 222
dz xm z Sz c yzdt a x
dimana 1 2Q b E dan 2 3S b E . Dari model (1) diperoleh lima titik ekuilibrium yaitu
1( , , )TE x y z , 2 ( , , )TE x y z , 3( , , )TE x y z , 4 ( , , )TE x y z , dan 5 ( , , )TE x y z
2 2 2 22 5 2 5 1 5 1 5
5 2 22 2 5 1 1 5
, ,( ) ( )
m x Sa Sx m x Qa Qxx
c a x c a x
dimana, x5 merupakan akar-akar dari
persamaan 푟푍 푐 푐 − 푟퐾푍 푐 푐 + (−푚 퐾푆푐 + 푚 퐾푚 푐 + 푚 퐾푐 푚 −푚 퐾푐 푄 +
푟푎 푐 푐 + 푟푎 푐 푐 )푍 + (−푟퐾푎 푐 푐 − 푟퐾푎 푐 푐 )푍 + (−푚 퐾푆푎 푐 −푚 퐾푐 푄푐 +
푟푎 푎 푐 푐 )푍 − 푟퐾푎 푎 푐 푐 .
Titik 푇퐸 merupakan suatu titik yang terjadi pada oktan pertama (titik interior) jika
5 0x , 21 5 0a x dan 2
2 5 0a x yaitu keadaan dimana ketiga komponen titik tersebut
bernilai positif. Oleh karena itu, analisis kestabilan hanya dilakukan pada titik 푇퐸 . Dari
metode linearisasi dan uji kestabilan Hurwitz, diperoleh titik 푇퐸 (푥, 푦, 푧) stabil asimptotik.
Simulasi numerik dilakukan dengan menggunakan nilai parameter dari penelitian
lain yang relevan dengan penelitian ini, yaitu K = 1000, r = 1,5, a1 = 0,3, a2 = 0,2, b1 = 0,2, b2
= 0,4, c1 = 0,05, c2 = 0,03, m1 = 1,4, m2 = 1,6, serta pemanenan optimal E2 = 1 dan E3 = 0,
sehingga diperoleh titik (956,5085255; 39,99998834; 3,999990819) dan juga memberikan
keuntungan maksimal yaitu sebesar 259.3999maks . Dengan menggunakan metode
linearisasi diperoleh persamaan karakteristik푓(휆) = 휆 + 4,0695휆 + 5,2721 + 2,1516.
Dari persamaan karakteristik diperoleh 푝 = 2,1516, 푝 = 5,2721, 푝 = 4,0695. Karena
푝 ,푝 , 푝 > 0, dan 푝 푝 − 푝 > 0 maka menurut uji kestabilan Hurwitz, titik 푇퐸 stabil
asimptotik. Gambar 1, 2, dan 3 pada lampiran memperlihatkan perilaku kurva solusi masing-
masing populasi terhadap waktu (tahun) di sekitar titik ekuilibrium dengan nilai awal
푁 (0) = 950, 푁 (0) = 36, dan 푁 (0) = 3.
PEMBAHASAN
Penelitian menunjukkan bahwa model satu mangsa dua pemangsa dengan fungsi
respon tipe Holling III memiliki lima titik ekuilibrium yang salah satunya merupakan titik
interior yang stabil asimptotik berdasarkan uji kestabilan Hurwitz dan pemanenan pada
populasi kedua pemangsa memberikan keuntungan yang maksimal. Model populasi satu
mangsa dan dua pemangsa dengan fungsi respon yang mengikuti tipe Holling III diberikan
pada Persamaan (2) berikut: 2 2
1 22 21 2
1- - -dx x x xrx m y m zdt K a x a x
2
1 1 121
- -dy xm y b y c yzdt a x
(2)
2
2 2 222
- -dz xm z b z c yzdt a x
Suatu asumsi bahwa kedua populasi pemangsa yang ditinjau merupakan populasi
yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, maka kedua populasi tersebut selanjutnya
dieksploitasi dengan pemanenan pada masing-masing ukuran populasi. Dengan pertimbangan
tersebut model Persamaan (2) dikembangkan menjadi, 2 2
1 22 21 2
1dx x x xrx m y m zdt K a x a x
2
1 1 1 221
dy xm y b y c yz E ydt a x
(3)
2
2 2 2 32 22
dz xm z b z c yz E zdt a x
Keterangan
x, y, z : Ukuran populasi mangsa, pemangsa pertama dan pemangsa kedua
r : Laju pertumbuhan intrinsik
E2, E3 : Usaha Pemanenan pada populasi pemangsa pertama dan pemangsa kedua
m1 dan m2 : Laju kelahiran pemangsa pertama dan pemangsa kedua
a1 dan a2 : Konstanta kejenuhan pemangsa pertama dan pemangsa kedua
b1 dan b2 : Laju kematian pemangsa pertama dan pemangsa kedua
c1 : Mengukur laju konsumsi pemangsa pertama oleh pemangsa kedua
c2 :Mengukur konversi pemangsa pertama yang dikonsumsi pemangsa kedua ke
dalam laju reproduksi pemangsa kedua
Titik ekuilibrium 푇퐸 (푥, 푦, 푧) model (1) diperoleh dengan menyelesaikan = 0,
= 0, dan = 0, dengan melinearisasi model (4) dengan menggunakan matriks Jacobi
1 1 1
2 2 2
3 3 3
f f fx y zf f fx y zf f fx y z
A
Untuk mencari nilai eigen matriks A yang berukuran 3 x 3, maka dapat digunakan
persamaan det( ) 0 A I yang biasa disebut persamaan kateristik dari A, yaitu3 2
2 1 0( )f a a a . Menurut kriteria kestabilan Routh-Hurwitz titik T5 stabil
asimptotik jika dan hanya jika 0 0,a 2 0,a dan 2 1 0 0,a a a (Jeffries, 1989).
Karena pada posisi titik keseimbangan 5 ( , , )TE x y z pada Persamaan (4.3) terjadi
usaha pemanenan yang dikenakan pada populasi mangsa dengan asumsi bahwa 1 2 0b E
dan 2 3 0b E , serta dengan memisalkan 1 2Q b E dan 2 3S b E , maka 5TE menjadi
2 2 2 2* 2 5 2 5 1 2 1 4 1 5 2 35 5 2 2
2 1 2 5 1 2 1 5
( )( ) ( )( ), ,
( ) ( )m x S a x b E m x Q a x b E
TE xc b a x c b a x
.
Titik keseimbangan * * * *5 ( , , )TE x y z yang stabil asimptotik dihubungkan dengan
persoalan penerimaan total (TR), biaya total (TC) dan keuntungan maksimal ( ). Untuk
keperluan analisis unit harga untuk stok populasi y dan populasi z dinyatakan sebagai 2p dan
3p . Biaya total diasumsikan proporsional hasil tangkapan dengan usaha pemanenan 2E dan
3E dengan koefisien 22c dan 33c . Menurut Toaha (2013) fungsi penerimaan total (TR)
dinyatakan sebagai berikut
* *2 2 3 3
( ) ( )TR TR y TR zp E y p E z
(4)
Selanjutnya, substitusi nilai *y dan *z ke dalam Persamaan (4) sehingga diperoleh,
2 22 22 2 5 2 1 2 3 1 5 3 2 3 322 32 2
2 1 1 22 1 2 5 1 2 1 5
( ) ( ).
( ) ( )p m x p Sb E p m x p Qb E p Qp STR E E
c b c bc b a x c b a x
(5)
Fungsi biaya total (TC) dinyatakan sebagai,
22 2 33 3TC c E c E (6)
Selanjutnya, fungsi keuntungan didefinisikan sebagai penerimaan total dikurangi biaya total
yaitu
TR TC (7)
Dengan mensubstitusikan nilai TR pada Persamaan (5) dan nilai TC pada Persamaan (6)
sehingga akan diperoleh,
2 2 2 22 2 5 2 1 22 2 1 2 5 2 3 1 5 3 2 33 1 2 1 5 322
22 22 12 1 2 5 1 2 1 5
233
1 2
( ) ( )
( ) ( )
p m x p Sb c c b a x E p m x p Qb c c b a x Ep SE
c bc b a x c b a xp Q
Ec b
Karena titik ekuilibrium * * * *5 ( , , )TE x y z bergantung pada usaha pemanenan yang dilakukan
maka fungsi keuntungan bergantung kepada usaha pemanenan. Untuk menentukan nilai usaha
pemanenan yang memberikan keuntungan maksimal, maka perlu ditentukan titik kritis usaha
pemanenan. Berdasarkan Persamaan (8) maka diperoleh turunan pertama yaitu
2 22 2 5 2 1 22 2 1 2 5 2
222 2 12 1 2 5
2 23 1 5 3 2 33 1 2 1 5 3
323 1 21 2 1 5
( ) 2( )
( ) 2( )
p m x p Sb c c b a x p S EE c bc b a x
p m x p Qb c c b a x p Q EE c bc b a x
(9)
Titik kritis dari persamaan (4.8) diperoleh dengan mengambil persamaan (9) yang
sama dengan nol. Dengan demikian diperoleh titik kritis ( *2E , *
3E ) yaitu:
a. Dari 2
0E
, diperoleh 2 2
2 1 5 2 1 22 2 1 2 52 2
2 2 5
( ( ))2 ( )
p m x p Sb c c b a xE
p S a x
b. Dari 3
0E
, diperoleh 2 2
3 1 5 3 2 33 1 2 1 53 2
3 1 5
( ( ))2 ( )
p m x p Qb c c b a xE
p Q a x
Nilai-nilai usaha pemanenan E2 dan E3 memberikan titik keseimbangan * * * *5 ( , , )TE x y z tetap berada pada keadaan yang stabil asimptotik serta memberikan
keuntungan maksimal dari hasil eksploitasi ketiga populasi tersebut. Fungsi keuntungan dari
ketiga populasi tersebut yang bergantung pada 2E dan 3E dimana keuntungan maksimal
terjadi pada puncak dari permukaan fungsi keuntungan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Model satu mangsa dua pemangsa dengan fungsi respon tipe Holling III dan
pemanenan pada populasi kedua pemangsa menunjukkan bahwa diperoleh titik interior
푇퐸 (푥,푦, 푧) yang stabil asimptotik menurut uji kestabilan Hurwitz dan diperoleh keuntungan
maksimal dari usaha ekploitasi atau pemanenan populasi kedua pemangsa. Populasi mangsa
pemangsa dapat tetap lestari (bertahan hidup) meskipun dieksploitasi dengan usaha
pemanenan dan juga memberikan keuntungan maksimal yaitu sebesar 259.3999maks
dimana didapatkan keuntungan maksimal terjadi pada puncak (titik kritis) dari permukaan
fungsi keuntungan. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menambahkan berbagai pertimbangan
asumsi lainnya misalkan dengan asumsi menambahkan pengaruh waktu tunda dan usaha
pemanenan untuk melihat perubahan dinamika populasi organisme.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, M. and R. Pathak. (2012). Persistence and optimal harvesting of prey-predator model with Holling Type III functional response. International Journal of Engineering, Science and Technology Vol. 4, No. 3 : 78-96
Jeffries, C. (1989). Mathematical modeling in ecology. Boston: Birkhauser. Jiang, Q. and J. Wang. (2013). Qualitative analysis of a harvested predator-prey system with
Holling type III functional response. Advances in difference equations a Springer Open Journal: 249-258
Kar, T.K., 2003. Selective Harvesting in a Prey Predator Fishery With Time Delay. Mathematical And Computer Modelling. 38:449-458.
Liu, X. and Y. Xing. (2012). Qualitative Analysis for a Predator Prey System with Holling Type III Functional Response and Prey Refuge. Hindawi Publishing Corporation Discrete Dynamics in Nature and Society Volume 2012, Article ID 678957.
Srinivasu, P.D., Ismail, S., and Naidu, C.R. (2001). Global dynamics and controllability of a harvested prey-predator system. Journal Biological System, 9(1): 67-79
Toaha, Syamsuddin. (2013). Pemodelan Matematika Dalam Dinamika Populasi. Makassar: Dua Satu Press.
Wang, J. and Liqin Pan. (2012). Qualitative analysis of a harvested predator-prey system with Holling-type III functional response incorporating a prey refuge. Advances in difference equations Springer Open Journal: 96-112
Zhang, X., Xu, R., dan Gan, Q. (2011). Periodic Solution in a Delayed Predator Prey Model with Holling Type III Functional Response and Harvesting Term. World Journal of Modelling and Simulation. Vol. 7 No. 1: 70-80
Zhao, J., Zhao, M. and Yu, H. (2013). Effect of Prey Refuge on the Spatiotemporal Dynamics of a Modified Leslie-Gower Predator-Prey System with Holling Type III Schemes. Journal entropy, 15: 2431-2447
LAMPIRAN
Gambar 1 Perilaku kurva solusi populasi mangsa (x)
Gambar 2 Perilaku kurva solusi populasi pemangsa kedua (y)
Gambar 3 Perilaku kurva solusi populasi pemangsa pertama (z)