analisis model matematika pada makrofag · pdf filestudi literatur studi literatur di jurusan...
TRANSCRIPT
ANALISIS MODEL MATEMATIKA PADA MAKROFAG
YANG TERINFEKSI VIRUS HIV
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan pada matakuliah
Trisna Taufik Darmawansyah
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
ANALISIS MODEL MATEMATIKA PADA MAKROFAG
YANG TERINFEKSI VIRUS HIV DAN RESPON CTL
STUDI LITERATUR
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan pada matakuliah Studi Literatur
di Jurusan Matematika
Oleh
Trisna Taufik Darmawansyah
1209701051
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2012
ANALISIS MODEL MATEMATIKA PADA MAKROFAG
DAN RESPON CTL
Literatur
UNIVERSITAS ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS MODEL MATEMATIKA PADA MAKROFAG YANG
TERINFEKSI VIRUS HIV DAN RESPON CTL
STUDI LITERATUR
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan pada matakuliah studi literatur di
Jurusan Matematika
Oleh :
Trisna Taufik Darmawansyah
1209701051
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing
Pada Tanggal ___/__________/_______
Dosen Pembimbing
Diny Zulkarnaen, M.Si.
NIP. 198212132011011008
Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika
Dr. Elis Ratna Wulan, S.Si., MT.
NIP. 197301122000032001
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi literatur
dengan judul ” ANALISIS MODEL MATEMATIKA PADA MAKROFAG
YANG TERINFEKSI VIRUS HIV DAN RESPON CTL”.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah memberantas segala bentuk kemaksiatan di muka bumi ini, serta
menunjukkan jalan yang terang benderang yaitu ad-Dinul Islam.
Dalam penulisan studi literatur ini, penulis menyadari bahwa tidak akan
mendapatkan hasil yang baik tanpa adanya bimbingan, bantuan, dorongan, saran
serta do’a dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Deddy Ismatullah, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.
2. Dr. H. M. Subandi, Drs. Ir. MP selaku Dekan Fakultas Sain dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.
3. Dr. Elis Ratna Wulan, S.Si., MT selaku Ketua Jurusan Matematika
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.
4. Diny Zulkarnaen, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
bimbingan dan nasihatnya.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua. Penulis berharap
semoga studi literatur ini bermanfaat. Aamiin.
Wassalamua’alaikun Wr. Wb.
Bandung, 20 Agustus 2012
Penulis
Abstrak
Analisis Model Matematika Pada Makrofag Yang Terinfeksi Virus HIV dan Respon CTL
Trisna Taufik Darmawansyah 1209701051
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang makrofag sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Pengaruh virus HIV terhadap makrofag dapat dimodelkan secara matematika dan membentuk suatu sistem persamaan diferensial tak linier orde satu. Pada pembahasan diperoleh 3 titik tetap, yaitu titik tetap yang pertama menggambarkan ketiadaan infeksi virus HIV dalam tubuh, titik tetap yang kedua menunjukkan kestabilan tubuh saat mengalami infeksi virus HIV, sedangkan titik tetap yang ketiga menunjukkan kestabilan tubuh saat mengalami infeksi virus HIV dan respon CTL. Dengan melaukukan beberapa perhitungan, diperoleh 3 nilai eigen. Saat nilai eigen tersebut semuanya bernilai negatif, menunjukkan bahwa titik keseimbangannya bersifat stabil asimtotik. Kata kunci: model matematika, HIV (Human Immunodeficiency Virus), Makrofag, CTL (Cytotoxic T Lymphocyte).
Abstract
Analysis of Mathematical Models In The Infected Macrophages HIV virus and CTL Responses
Trisna Taufik Darmawansyah 1209701051
HIV stands for Human Immunodeficiency Virus which can cause AIDS by attacking macrophages that can damage the human immune system that ultimately can not survive from disease despite very mild. Effect of HIV on macrophages can be modeled mathematically and establish a system of non linear differential equation of order one. In the discussion gained 3 points fixed, that is a fixed point of the first to describe the absence of HIV infection in the body, the point remains that both demonstrate the stability of the body during an infection with HIV, while the third shows the fixed point stability of the body as having HIV infection and CTL responses. With melaukukan some calculations, obtained 3 eigenvalues. When the eigenvalues are all negative, indicating that the equilibrium point is asymptotically stable.
Keywords: mathematical models, HIV (Human Immunodeficiency Virus), macrophages, CTL (Cytotoxic T lymphocytes).
DAFTAR ISI
Abstrak ..................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................ iii
Daftar Isi ................................................................................................... iv
Daftar Gambar.......................................................................................... vi
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.4. Batasan Masalah ................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
1.6. Metode Penelitian ................................................................................. 3
1.7. Sistematika Penelitian .......................................................................... 3
1.8. Kerangka Berfikir ................................................................................. 4
Bab II Kajian Pustaka
2.1. HIV ........................................................................................................ 6
2.2. Makrofag ................................................................................................ 9
2.3. Persamaan Diferensial ............................................................................ 11
2.4. Sistem Persamaan Diferensial ................................................................ 12
2.5. Matriks Jacobi ........................................................................................ 14
2.6. Nilai eigen .............................................................................................. 15
2.7. Titik Tetap ............................................................................................. 15
2.8. Jenis kestabilan ...................................................................................... 17
2.9. Kriteria Routh-Hurwitz .......................................................................... 18
Bab III Pembahasan
3.1. Pembentukan Model Makrofag yang TeriInfeksi Virus HIV ................ 20
3.1.1. Titik tetap ................................................................................... 21
3.1.2. Jenis kesetabilan ......................................................................... 24
3.2. Pembentukan Model Makrofag yang TeriInfeksi Virus HIV
dan Respon CTL.......................................................................... 25
3.2.1. Titik tetap ..................................................................................... 27
3.2.2. Jenis kesetabilan ........................................................................... 29
3.3. Contoh kasus ......................................................................................... 34
Bab IV Penutup
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 39
4.2. Saran ....................................................................................................... 41
Daftar Pustaka ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Kerangka Berfikir........................................................................................ 4
3.1 Skema dinamika makrofag yang terinfeksi virus HIV .............................. 19
3.2 Skema dinamika makrofag yang terinfeksi virus HIV dan respon CTL ... 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Nasronudin (2007), penyakit infeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus) & AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) masih
merupakan masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia. Masalah yang
berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV & AIDS adalah angka
kejadian dan kematian yang masih tinggi. Meskipun telah dicapai berbagai
kemajuan di bidang kedokteran dan farmasi, serta telah dilakukan berbagai upaya
pencegahan primer maupun sekunder, tetapi angka kesakitan dan kematiannya
tetap tinggi.
Menurut WHO, hingga Desember 2000, dilaporkan 58 juta jiwa penduduk
dunia terinfeksi HIV, dalam kurun waktu tersebut 22 juta jiwa meninggal atau
7.000 jiwa meninggal akibat AIDS setiap hari. Transmisi HIV masih tetap saja
berlangsung hingga kini, 16.000 jiwa terinfeksi baru setiap harinya.
Proses pengaktifan sistem kekebalan dalam tubuh pada umumnya adalah
pengaktifan CTL (Cytotoxic T Lymphocytes). CTL membunuh virus lewat reaksi
antigen. Dengan demikian, sel CTL merupakan fungsi biologis yang baik dalam
membunuh virus.
Dewasa ini semakin banyak disiplin ilmu yang menggunakan model
matematika maupun penalaran matematika sebagai alat bantu dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Penggunaan model matematika telah
banyak membantu menyelesaikan masalah-masalah di berbagai bidang sains,
ekonomi dan teknik. Dengan matematika diharapkan akan diperoleh solusi akhir
yang tepat, valid dan dapat diterima secara ilmiah oleh dunia ilmu pengetahuan.
Pemodelan matematika merupakan salah satu cara untuk mengetahui penyebaran
penyakit diantaranya adalah virus HIV.
Berdasarkan paparan di atas, penulis ingin mengangkat tema tulisan ini
dengan judul ”ANALISIS MODEL MATEMATIKA PADA MAKROFAG
YANG TERINFEKSI VIRUS HIV DAN RESPON CTL ”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Bagaimana model matematika pada makrofag yang infeksi virus HIV?
2. Bagaimana titik tetap model matematika pada makrofag yang terinfeksi virus
HIV?
3. Bagaimana kestabilan Titik tetap dari model matematika pada makrofag yang
terinfeksi virus HIV?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan ini
adalah:
1. Mengetahui proses pemodelan infeksi makrofag oleh virus HIV.
2. Mengetahui Titik tetap model infeksi makrofag oleh virus HIV.
3. Mengetahui secara detail kestabilan model makrofag yang terinveksi virus
HIV
1.4 Batasan Masalah
Dalam penulisan ini, penulis memberikan batasan pembahasan pada:
1. Penderita HIV tanpa adanya pengaruh dari luar tubuh (pengobatan).
2. Parameter yang digunakan dalam model makrofag terhadap infeksi virus HIV
bernilai positif
1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini penulis mampu mengetahui,
menelaah, memahami, dan menganalisa pemodelan matematika serta mengetahui,
dan memperdalam pengetahuan tentang model matematika pada makrofag yang
terinfeksi virus HIV.
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam studi literatur ini adalah metode penelitian
pustaka (Library research), yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi dari
berbagai sumber seperti buku, jurnal, atau makalah-makalah. Penelitian dilakukan
dengan melakukan kajian terhadap buku-buku pemodelan matematika dan jurnal-
jurnal atau makalah-makalah yang memuat topik tentang makrofag dan HIV
(Human Immunodeficiency Virus). Langkah selanjutnya adalah mendalami,
mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam
kepustakaan.
1.7 Sistematika Penelitian
BAB I: Pendahuluan
Pada bab ini penulis paparkan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian,
metode penelitian, sistematika penelitian serta kerangka berpikir.
BAB II: Kajian Pustaka
Penulis membahas tentang landasan teori yang dijadikan ukuran
standarisasi dalam pembahasan pada bab yang merupakan tinjauan
teoritis yang terdiri atas HIV, makrofag, persamaan diferensial,
persamaan diferensial tak linier, sistem persamaan diferensial non
linier, matriks jacobi , nilai eigen, titik tetap, jenis kestabilan dan
Kriteria Routh-Hurwitz.
BAB III: Pembahasan
Pembahasan pada bab ini yaitu tentang pembentukan model
matematika pada infeksi virus HIV, model matematika makrofag
terhadap infeksi virus HIV, menentukan titik tetap, mentukan
kestabilan Titik tetap, dan contoh kasus.
BAB IV: Penutup
Penulis pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil
penelitian serta saran.
DAFTAR PUSTAKA
1.8 Kerangka Berfikir
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat formulasi dari
permsalahan real tentang model makrofag yang terinveksi virus HIV, yaitu
dengan mengidentifikasi masalah yang akan timbul tenatang apa yang harus
dilakukan dan apa yang diinginkan dari model tersebut.
Secara umum penulis tidak bisa menganggap bahwa semua faktor yang
berpangaruh pada peristiwa yang sedang di amati dapat dimodelkan dengan
matematika. Hal ini disederhanakan dengan mereduksi banyaknya faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian yang sedang diamati sehingga kompleksitas
persoalan bisa direduksi dengan mengasumsikan hubungan sederhana antara
variabel.
Selanjutnya adalah memperhatikan semua submodel untuk melihat apakah
model yang disusun sudah cukup. Kemudian model tersebut akan diselesaikan
secara matematika. Dalam hal ini model yang digunakan dan penyelesaiannya
menggunakan persamaan diferensial non linear. Mencari titik tetap dari model sel
T yang terinveksi virus HIV menjadi bagian penting dalm penelitian ini. Karena
titik tetap digunakan untuk mencari jenis kesetabilan model.
Bgian selanjutnya adalah menganalisis jenis kesetabilan dari model sel T
yang terinveksivirus HIV, apakah stabil atau tidak. Langkah terakhir yaitu
membuat kesimpulan dari model makrofag yang terinveksivirus HIV. Dalam hal
ini adalah teorema – teorema yang berhubungan dengan model.
Mengasumsikan untuk model makrofag yang terinfeksi virus HIV
Menyelesaikan masalah matematika
Menganalisis titik tetap model
Menentukan jenis kesetabilan model
Membuat kesimpulan
Memformulasikan model real (identifikasi masalah).
Gambar 1.1 Kerangka Berfikir
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel
CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya
tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit bahkan yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit, tubuh kita tidak memiliki
pelindung.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh
makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom
AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh
melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki
karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
2.1.1 Respon selular
Sel dengan reseptor CD4 yang terinfeksi HIV menjadi tempat replikasi
virus. Sel terinfeksi kemudian melepaskan virion melalui permukaan sel atau
melalui sel lisis, yang dapat menginfeksi sel-sel lain. Beberapa virion HIV dibawa
dari tempat infeksi ke limfa dimana sel sistem imun lain menjadi terinfeksi.
Sejumlah besar virus dapat terperangkap di sini oleh sel bertentakel yang disebut
Follicular Dendritic Cell (FDC) yang rentan terhadap infeksi namun dapat
bertahan untuk waktu yang lama.
Sel T dan CD4 sebagai target utama HIV, dapat terinfeksi ketika bertemu
dengan HIV yang terjebak dalam FDC. Replikasi aktif HIV terjadi pada setiap
tahap infeksi. Dalam periode tahunan, saat sejumlah kecil virus terdeteksi dalam
darah, sejumlah signifikan virus terakumulasi dalam sel terinfeksi dan FDC. HIV
yang terjebak dalam FDC terus menginfeksi sekalipun terlindung oleh antibodi.
Dapat dilihat bahwa FDC adalah gudang untuk infeksi HIV dan dapat
menjelaskan bagaimana momentum infeksi HIV dapat terjadi.
Walaupun sel T dan CD4 merupakan target utama HIV, sel sistem imun lain
yang memiliki reseptor CD4 pada permukaannya juga dapat terinfeksi. Sel
berumur panjang yang disebut monosit dan makrofag dapat mengandung
sejumlah besar virus tanpa menjadi mati. Sel T dan CD4 juga adalah gudang yang
penting untuk HIV, karena menyebabkan HIV dalam keadaan inaktif dan stabil.
Proses normal imun akan menyebabkan produksi virion HIV.
Di dalam dan sekitar germinal center, meningkatnya produksi sitokin seperti
tumor necrosis factor (TNF) dan IL-6 dapat mengaktivasi sel T dan CD4 yang
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV. Aktivasi menyebabkan sel yang
tidak terinfeksi menjadi lebih mudah terinfeksi dan meningkatkan replikasi HIV
pada sel yang terinfeksi. Sekresi sitokin berbanding terbalik dengan sekresi sel-sel
regulasi fungsi normal sistem imun. Sekali terinfeksi, sel T dan CD4 dapat
meninggalkan germinal center dan menginfeksi sel T dan CD4 lain yang
berkumpul di daerah limfa di sekitarnya.
Ada beberapa teori tentang bagaimana HIV menghancurkan sel T dan CD4,
yaitu:
1. Direct cell killing. Sel T dan CD4 yang terinfeksi dihancurkan secara langsung
ketika sejumlah besar virus diproduksi dan menembus permukaan sel,
merusak membran sel, atau ketika protein viral dan asam nukleat yang
tekumpul dalam sel menganggu sistem selular.
2. Pembentukan syncytia. Sel terinfeksi dapat bergabung dengan sel tetangga
yang tidak terinfeksi, membentuk sel raksasa seperti balon yang disebut
syncytia.
3. Apoptosis. Sel T dan CD4 yang terinfeksi dapat terbunuh ketika regulasi
selular terganggu oleh protein HIV, yang mungkin menyebabkan
penghancuran sendiri sel yang dikenal sebagai apoptosis.
4. Innocent bystanders. Sel yang tidak terinfeksi dapat mati dengan skenario
innocent bystanders. Pertikel HIV dapat berikatan dengan permukaan sel,
menyebabkan sel seakan-akan terinfeksi sehingga sel dihancurkan oleh sel T
killer.
2.1.2 Perjalanan Infeksi
Infeksi primer HIV diikuti oleh ledakan viremia dimana virus dengan
mudah terdeteksi pada darah peripheral dalam sel mononuklear dan plasma.
Jumlah sel T dan CD4 dalam aliran darah menurun 20-40%. Dua sampai empat
minggu setelah terpapar virus, hingga 70% orang yang terinfeksi HIV mengalami
gejala seperti flu yang berhubungan dengan infeksi akut. Ledakan tersebut diikuti
dengan replikasi tingkat rendah ketika sistem imun pasien melawan balik yang
menyebabkan penurunan HIV secara dramatis dengan adanya sel T killer (sel T
dan CD8) yang menyerang dan membunuh sel Terinfeksi yang memproduksi
virus, dan sel B yang memproduksi antibodi. Sel T dan CD4 pasien dapat
meningkat kembali sampai 80-90% yang menyebabkan pasien terbebas dari gejala
yang berhubungan dengan HIV selama bertahun-tahun, walaupun replikasi tingkat
rendah HIV tetap berlangsung dan menghancurkan sistem imun secara terus-
menerus. Selama periode tersebut, sistem imun mencukupi untuk menjaga
kekebalan tubuh dan mencegah kebanyakan infeksi.
Fase akhir infeksi HIV terjadi ketika sejumlah signifikan limfosit CD4 telah
hancur dan produksi kembali tidak sebanding. Pasien menunjukkan demam yang
berlangsung lama (lebih dari satu bulan) dan penurunan berat badan. Kegagalan
sistem imun mengacu pada manifestasi klinik AIDS.
2.1.3 Perjalanan Menjadi AIDS
Orang yang terinfeksi HIV dapat hidup rata-rata 8-10 tahun setelah infeksi
inisial dan sebelum perkembangan gejala klinis AIDS. Perubahan menjadi AIDS
tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, kehamilan, ataupun faktor resiko. Kondisi
yang menentukan AIDS adalah jumlah sel T dan CD4 yang kurang dari 200
sel/mm3 darah dan adanya infeksi oportunistik tipikal atau kanker, phneumonia,
dan Mycobacterium avium complex. Infeksi oportunistik disebabkan oleh mikroba
yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang sehat. Infeksi biasanya
parah dan terkadang fatal karena sistem imun sangat rusak oleh HIV.
2.2 Makrofag
Makrofag merupakan sel fagosit mononuklear yang utama di jaringan dalam
proses fagositosis terhadap mikroorganisme dan kompleks molekul asing lainnya.
Makrofag diproduksi di sumsun tulang belakang dari sel induk mieloid yang
mengalami proliferasi dan dilepaskan ke dalam darah sesudah atau satu periode
melalui fase monoblas-fase promonosit-fase monosit. Monosit yang telah
meninggalkan sirkulasi darah akan mengalami perubahan-perubahan untuk
kemudian menetap di jaringan sebagai makrofag.
Makrofag sebagai sel fagosit mampu membunuh kuman melalui dua mekanisme
yaitu:
1. Proses oksidatif (oxygen dependent mechanisms)
Proses oksidatif yang terjadi berupa peningkatan penggunaan oksigen,
peningkatan proses hexose inonophosiphate shunt (HMPS), peningkatan produksi
hydrogen peroxide (H202) dan produksi beberapa senyawa seperti superoxide
anion, hydroxyl radicals, single oxygen, myeloperoxiclase yang dapat saling
bereaksi diantaranya: enzymatic generation of superoxide anion, spontaneous
generation of single oxygen and hydroxyl radicals dan enzymatic generation of
halogening comnpound, reaksi-reaksi ini menghasilkan metabolit oksigen yang
toksik sehingga dapat digunakan untuk membunuh kuman.
2. Proses non oksidatif (oxygen independent mechanism)
Proses non oksidatif berlangsung dengan bantuan berbagai protein seperti
hydrolytic enzyme, defensins (cationic protein), lysozyme, lactoferrin clan nitric
oxide synthase (NOS). Pada aktivitas nitric oxide synthase (NOS) diperlukan
bantuan IFNγ dan TNFα tipe I yang dapat meningkatkan produksi NO dari
makrofag di organ limfe.
Makrofag dalam darah dapat diaktivasi oleh berbagai macam stimulant atau
aktivator, termasuk mikroba dan produknya, kompleks antigen antibodi,
inflamasi, limfosit T tersensitasi, sitokin dan trauma. Makrofag yang teraktivasi
mempunyai jumlah lisosom yang meningkat dan menghasilkan serta melepaskan
IL-1, yang mempunyai aktivitas luas dalam inflamasi. IL-1 berperan dalam
terjadinya demam dan aktivasi sel limfoid, menyebabkan pelepasan sitokin
lainnya.
Menurut fungsinva makrofag dibagi menjadi 2 golongan, pertama sebagai
fagosit profesional dan kedua secagai APC (antigen presenting cell) yang
berfungsi menyajikan antigen kepada limfosit. Makrofag sebagai fagosit
professional, sel ini dapat menghancurkan antigen dalam fagolisosom, dan juga
melepaskan berbagai enzim dan isi granula ke luar sel, bersama-sama dengan
sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF) yang dapat membunuh organisme
patogen.
Pengenalan makrofag terhadap substansi asing dimungkinkan oleh adanya
reseptor untuk fosfolipid sedangkan fungsi sebagai sel efektor yaitu
menghancurkan mikroorganisme serta sel-sel ganas dan benda-benda asing karena
sel ini antara lain mempunyai sejumlah lisosom di dalam sitoplasma yang
mengandung hidroluse maupun peroksidase yang merupakan enzim perusak yang
dibutuhkan untuk pembunuhan intraselluler. Enzim-enzim ini dapat keluar dari
fagosom dan sel. Makrofag juga mengekspresikan MHC kelas II pada
permukaannya.
Makrofag ini tidak bekerja sendiri dalam menanggulangi infeksi. Mereka
berinteraksi dengan limfosit yang juga mengumpul di tempat invasi bakteri.
Proses pengaktifan makrofag bukanlah proses tunggal. Untuk melihat apakah
makrofag teraktivasi maka dilakukan pengukuran tertentu misalnya kemampuan
killing terhadap mikroba. Pengukuran lain misalnya kemampuan killing terhadap
sel tumor. Aktivasi makrofag diakibatkan adanya peningkatan transkripsi gen-gen.
Peningkatan ekspresi gen-gen tersebut maka makrofag dapat melakukan fungsi
yang tidak dapat dilakukan oleh sel yang sama dalam keadaan istirahat. Fungsi
tersebut antara lain adalah killing bakteria yang sudah difagositosis. Sitokin
aktifator makrofag yang poten adalah IFNγ. IFNγ bukanlah satu-satunya sitokin
yang mengaktivasi makrofag, tetapi makrofag juga diaktifkan oleh kontak dengan
limfosit T melalui CD40. Beberapa ciri yang menunjukkan makrofag teraktivasi
diuraikan sebagai berikut:
1. Makrofag teraktivasi akan meningkat kemampuan killing-nya terhadap
mikroortlanisme.
2. Makrofag teraktivasi akan memacu inflamasi akut dengan mengeluarkan
mediator-mediator inflamasi.
3. Makrofag teraktivasi akan meningkat efisiensinya sebagai set APC.
2.3 Persamaan Diferensial
Definisi 2.1: Persamaan diferensial adalah persamaan yang menyangkut
satu atau lebih fungsi (peubah tak bebas) beserta turunannya terhadap satu atau
lebih peubah bebas (Pamuntjak dan Santosa,1990:1-11)
Definisi 2.2: Persamaan diferensial adalah persamaan yang menyangkut
turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel
bebas (Ross, 1984: 3).
Definisi 2.3: Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan
satu (atau beberapa) fungsi yang tak diketahui (Finizio dkk, 1982 : 1)
Contoh:
1) � ′ � �� � 6
2) �" � 10�′ � 7� � sin �
3) �� �� � �� �� � 0
Menurut peubah bebas, persamaan diferensial dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu persamaan diferensial biasa dan parsial sedangkan persamaan
diferensial dilihat dari bentuk fungsi atau pangkatnya juga dibedakan menjadi dua
yaitu persamaan diferensial linear dan persamaan diferensial non linear.
2.3.1 Persamaan Diferensial Biasa
Definisi 2.4: Persamaan diferensial biasa adalah persamaan diferensial yang
menyangkut satu atau lebih fungsi (peubah tak bebas) beserta turunannya terhadap
satu peubah bebas (Pamuntjak dan Santosa,1990:1-12)
Persamaan-persamaan yang memuat turunan biasa disebut persamaan
diferensial biasa.
Contoh : ���� � 2� � ��
2.3.2 Persamaan Diferensial Non Linear
Persamaan Diferensial Non Linear adalah persamaan diferensial yang bukan
persamaan diferensial linier (Pamuntjak dan Santosa,1990:1-15)
Dengan demikian persamaan diferensial ���, � ′, … , ����� � 0 adalah
persamaan diferensial tak linear jika salah satu dari berikut di penuhi oleh �:
a. � tidak berbentuk polinom dalam �, � ′, … , ���� b. � tidak berbentuk polinom berpangkat lebih dari 2 dalam �, � ′, … , ����
Contoh:
1. ��′ � �� ′′ � 0 persamaan diferensial tak linear karena ���, � ′, … , ����� ���′ � �� ′′ polinom berpangkat dua dalam �, �′, �′′. 2. sin �� ���� � cos � �������� � 0 persamaan diferensial tak linear karena � tidak
berbentuk polinom
2.4 Sistem Persamaan Diferensial
Definisi 2.5: Sistem persamaan diferensial adalah suatu persamaan
diferensial berorde n dan telah dinyatakan sebagai suatu sistem dari n persamaan
berorde satu (Conte dan Boor,1993:359). Persamaan itu dapat ditulis dalam
bentuk sebagai berikut:
�! � "��, ����, �′���, … , �!#$����
Secara umum, suatu sistem n persamaan orde pertama mempunyai bentuk
sebagai berikut:
�$ � %�$%� � "$��, �$, �&, … , �!�
�& � %�&%� � "&��, �$, �&, … , �!�
…
…
…
�! � %�!%� � "&��, �$, �&, … , �!�
Sistem persamaan diferensial merupakan persamaan diferensial yang
mempunyai lebih dari satu persamaan yang harus konsisten serta trivial. Sistem
persamaan diferensial adalah gabungan dari n buah persamaan diferensial dengan
n buah fungsi tak diketahui, dalam hal ini, n merupakan bilangan bulat positif ≥ 2.
Sistem persamaan diferensial juga dibedakan menjadi dua yaitu sistem persamaan
diferensial linear dan sistem non linear.
2.4.1 Sistem Persamaan Diferensial Non Linear
Sistem persamaan yang terdiri dari n buah persamaan diferensial tak linear
dengan n buah fungsi tak diketahui. Sistem ini disebut juga sistem tak linear.
Bentuk umum sistem persamaan diferensial non linear dapat di tulis sebagai
berikut:
%�%� � "��, ��
%�%� � '��, ��
" dan ' mempunyai turunan parsial yang kontinu untuk semua ��, ��, dengan:
%�%�%�%� � "��, ��'��, �� , %�%� � "��, ��'��, �� , �()*�)+�,, 1992: 194�
2.5 Matriks Jacobi
Jika ��0, 1� dan 2�0, 1� diferensiabel di sebuah daerah, maka determinan
Jacobian (jacobian detererminant), atau secara singkat disebut Jacobian, dari � %)+ 2 terhadap 0 %)+ 1 determinan fungsional orde kedua yang didefinisikan
oleh
3��, 2�3�0, 1� � 43�30 3�313230 32314 � 5�6 �726 275 Demikian juga, determinan orde ketiga
3��, 2, (�3�0, 1, 8� � 9 �6 �7 �:26 27 2:(6 (7 (:9 Demikian jacobian dari �, 2, ( terhadap 0, %)+ 8 (Murray,1997)
Contoh:
Suatu sistem persamaan diferensial nonlinear berikut ini:
%8%� � B � )8 � C8�
%�%� � C8� � D� � �
%�%� � � � F� � G�H
Menghasilkan matriks Jacobi sebagai berikut:
I � J�) � C� 0 �C8C� �D � β� C8 � β�0 β� β� � F � GHK
2.6 Nilai eigen
Definisi 2.6: Jika L adalah matriks +�+, maka vektor tak nol di dalam M!
dinamakan vektor eigen ( eigen vector) dari L jika L� adalah kelipatan skalar dari �; yakni L� � C�
Untuk suatu skalar C. Skalar C dinamakan nilai eigen (eigen value) dari L
dan � dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan C. (Anton, 1997: 277).
Untuk mencari nilai eigen matriks L yang berukuran +�+ maka kita
menuliskan kembali L� � C� sebagai L� � CN�
atau secara ekuivalen �CN � L�� � 0
Supaya C menjadi nilai eigen, maka harus ada pemecahan taknol dari persamaan
ini. Akan tetapi persamaan L� � CN� akan mempunyai pemecahan taknol jika dan
hanya jika %O��CN � L� � 0
Ini dinamakan persamaan karakteristik dari L; skalar yang memenuhi persamaan
ini adalah nilai eigen dari L. Bila diperluas, maka %O��CN � L� adalah polinom C
yang kita namakan polinom karakteristik dari L.
2.7 Titik Tetap
Misalkan diberikan sistem persamaan diferensial biasa sebagaimana pada
sistem (3.1). Titik �P disebut titik tetap, jika "��P� � 0. Titik tetap disebut juga titik
kritis atau titik kesetimbangan. Untuk selanjutnya digunakan istilah titik tetap.
(Tu 1994)
Contoh:
Suatu sistem persamaan diferensial berikut ini:
%8%� � � � )� � �1 � Q�H
%�%� � )� � 12 �) � Q�� � R
%�%� � �) � Q�� � 2%
Penyelesaian:
� � )� � �1 � Q�H � 0
)� � 12 �) � Q�� � R � 0
�) � Q�� � 2% � 0
• �) � Q�� � 2% � 0 �) � Q�� � 2%
� � 2%�) � Q�
• )� � $& �) � Q�� � R � 0
)� � 12 �) � Q�� � R
)� � 12 �) � Q� 2%�) � Q� � R
)� � % � R
� � % � R)
• � � )� � �1 � Q�H � 0 �1 � Q�H � � � )�
�1 � Q�H � � � ) 2%�) � Q�
�1 � Q�H � % � R) � 2)%�) � Q�
�1 � Q�H � �) � Q��% � R� � 2)&%)�) � Q�
H � �) � Q��% � R� � 2)&%)�) � Q��1 � Q�
Memiliki titik tetap S�, �, HT: U� � �#VW , � � &��WXY� , H � �WXY���#V�X&W��W�WXY��$XY� Z
2.8 Jenis kestabilan
Kestabilan sebuah sistem ditentukan oleh tanggapannya terhadap masukan
(input) atau gangguan (perturbasi). Secara naluriah, sistem yang stabil adalah
sistem yang tetap dalam keadaan diam bila tidak dirangsang oleh sumber luar dan
akan kembali diam jika semua rangsangan dihilangkan. Jadi, sistem adalah stabil
jika tanggapan denyutnya (prilaku kurva sistem) mendekati nol ketika waktu
mendekati tak hingga.
Keadaan seimbang pertumbuhan populasi dikenal dengan istilah titik tetap.
Kondisi titik tetap mempunyai dua keadaan yaitu stabil dan tidak stabil. Istilah
kestabilan sangat umum dipakai untuk menggambarkan keadaan dinamika suatu
sistem yang tidak mengalami gejolak. Perubahan-perubahan yang berlangsung
dalam sistem dianggap sangat kecil dan tidak terlihat gejolak-gejolak yang berarti.
Keadaan stabil titik tetap suatu sistem dibedakan atas dua macam, yaitu
kestabilan dan kestabilan asimptotik. Kestabilan tercapai jika perilaku kurva
pertumbuhan berada di sekitar titik tetap, sedangkan kestabilan asimtotiktercapai
jika perilaku kurva pertumbuhan menuju titik tetap. Kestabilan asimtotiksendiri
terbagi menjadi dua yaitu asimtotikglobal dan asimtotiklokal.
Jika suatu sistem memiliki titik tetap yang unik (tunggal), maka sering
diduga bahwa stabilitas global dan lokal dari suatu sistem adalah ekuivalen.
Sebuah sistem dikatakan stabil secara lokal jika sejumlah ukuran gangguan yang
sedikit berubah-ubah terhadap titik tetap, sistem tetap di dekat titik tetap, dan
dalam suatu region yang tertentu. Selanjutnya, jika sistem menuju titik tetap,
dikatakan bahwa sistem stabil secara lokal dan asimptotikal. Sedangkan secara
global terjadi, jika sejumlah ukuran gangguan yang sedikit berubah-ubah terhadap
titik tetap, sistem tetap di dekat titik tetap, dan relatif terhadap keseluruhan sistem.
Ditinjau dari nilai eigen, titik tetap nol sistem (3.1) ada 5 macam yaitu:
(Distefano: 1992)
1. Jika nilai eigen J adalah real berbeda dan berlawanan tanda (C$ [ 0 [ C&)
maka � \ ∞ dan � \ ∞ jika � \ ∞ dan titik tetap sistem (3.1) dinamakan
saddle (pelana). Akibatnya titik tetap tidak stabil.
2. Jika nilai eigen J adalah real berbeda dan sama tanda, maka titik tetap
dinamakan node (simpul). Jika kedua nilai eigen negatif �C$, C& [ 0� maka
titik tetapnya stabil (asimtotik), yaitu � \ 0 dan � \ 0 tanpa osilasi jika � \ ∞ dan jika keduanya positif �C$, C& ] 0� maka titik tetap tidak stabil
yaituu � \ ∞ dan � \ ∞ tanpa osilasi jika � \ ∞.
3. Jika nilai eigen J adalah real sama, maka titik tetap dinamakan star. Jika kedua
nilai eigen negatif �C$ � C& [ 0� maka titik tetap star stabil (asimtotik), dan
jika keduanya positif �C$ � C& ] 0� maka titik tetap star tak stabil.
4. Jika nilai eigen J adalah kompleks konjugat C$,& � ^ _ `a, ^ b 0, maka titik
tetap dinamakan focus (spiral). Penyelesaian dari sistem (3.1) merupakan
osilasi dan stabil (asimtotik) untuk ^ [ 0, tidak stabil untuk ̂ ] 0.
5. Jika nilai eigen J adalah imajiner sejati yaitu C$,& � `a maka titik tetap
dinamakan centre (pusat). Penyelesaian dari sistem (3.1) adalah periodik dan
kurvanya tertutup. Titik tetap sistem adalah stabil netral.
2.9 Kriteria Routh-Hurwitz
Kriteria Routh-Hurwitz ini digunakan ketika nilai eigen persamaan
karakteristik tidak dapat ditentukan dengan mudah. Jika diberikan persamaan
karakteristik
c�C� � Cd � )$Cd#$ � e � )d � 0
maka didefinisikan matriks sebagai berikut:
($ � f)$g (& � h)$ 1)i )&j (k � J )$ e 0l m l)&k#$ e )kK
(d � J)$ e 0l m l0 e )dK Dengan syarat setiap unsur (l,m) pada matriks (k adalah
no� � p )&o#�, 0+�0q 0 [ 2r � s t q1, 0+�0q 2r � s0, 0+�0q 2r [ s )�)0 2r ] q � su Dengan demikian, titik tetap �P stabil jika dan hanya jika det (k ] 0, untuk
setiap v � 1,2,3, … , q.
Untuk k=2 k=3 dan k=4, kriteria Routh-Hurwitz diberikan berikut ini:
q � 2: )$ ] 0, )& ] 0
q � 3: )$ ] 0, )i ] 0, )$)& ] )i
q � 4: )$ ] 0, )i ] 0, )x ] 0, )$)&)i ] �)i�& � �)$�&)x
(Edelstein-Keshet 1988).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembentukan Model Makrofag yang TeriInfeksi Virus HIV
HIV, Akronim dari Human Immunodeficiency Virus, merupakan penyebab
dari AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang menyerang sel darah
putih (sel CD4). Sesuai dengan namanya, virus HIV hanya menyerang manusia
khususnya sistem kekebalan tubuh manusia yang melindungi tubuh dari infeksi.
Sel imun yang terinfeksi adalah CD4+ sel T, makrofag, dan sel dendritik. CD4+ sel
T secara langsung maupun tidak langsung dihancurkan oleh virus tersebut. Infeksi
HIV menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan semakin lemah. Makrofag dan
sel-T memliki peranan penting dalam perkembangan penyakit HIV. Tropisme
HIV terutama ditentukan oleh tingkat masuknya seluler pada membran fusi
melalui sel CD4. Namun untuk berhasil masuk, membutuhkan kehadiran
coreceptors yang sesuai. HIV dapat menggunakan berbagai coreceptors untuk
masuk kedalam sel, dan ini menentukan jenis sel yg dapat dimasuki virus. Lebih
khusus, terdapat dua coreceptors penting yang mengatur masuknya HIV ke dalam
makrofag dan sel-T. Yaitu coreceptor CCR5 dan CXCR4. coreceptor CCR5 ada
pada makrofag dan sel-T, sedangkan coreceptor CXCR4 hanya terdapat pada sel-
T saja.
Sebagai pendekatan pertama, dinamika antara HIV dan populasi makrofag
dapat digambarkan oleh model dinamika infeksi yang sederhana.
Berdasarkan gambar 3.1 di atas, variabel-variabel yang digunakan adalah
1. Populasi Makrofag yang tidak terinfeksi (X)
Gambar 3.1 Skema dinamika makrofag yang terinfeksi virus HIV
X Y λ
%
β
)
2. Populasi Makrofag yang terinfeksi (Y)
Dimana y, z { 0.
Setelah mengetahui variabel-variabel yang digunakan dalam membentuk
model matematika, maka selanjutnya adalah menentukan notasi-notasi untuk
memenuhi variabel-variabel tersebut. Parameter-parameter yang digunakan pada
pembentukan model matematika pada makrofag terhadap infeksi virus HIV adalah
sebagai berikut:
• λ � laju produksi makrofag
• % � laju kematian makrofag secara alami
• β � laju terinfeksi makrofag
• ) � laju kematian makrofag yang terinfeksi secara alami
Sehingga dapat dibentuk dalam sistem persamaan diferensial nonlinear berikut ini:
a) ���� � λ � %� � β��
b) ���� � � � )� �3.1�
M~ � C`%)
Diasumsikan bahwa hanya ada 1 virus HIV yang masuk ke dalam makrofag.
Makrofag akan menjadi terinfeksi virus HIV jika sel tersebut melakukan kontak
langsung dengan antigen, bentuk persamaannya adalah
�
Berdasarkan uraian di atas, maka faktor yang mempengaruhi laju perubahan
populasi makrofag terhadap waktu adalah laju produksi makrofag dikurangi laju
kematian makrofag secara alami dikurangi laju terinfeksinya makrofag. (3.1.a)
Laju perubahan populasi makrofag yang terinfeksi terhadap waktu
dipengaruhi oleh laju perkembangan makrofag yang terinfeksi dikurangi laju
matinya makrofag yang terinfeksi (mati alami). (3.1.b)
3.1.1 Titik tetap
Secara analitik, pehitungan titik tetap dari model matematika sistem (3.1)
adalah sebagai berikut:
%�%� � λ � %� � β�� � 0
%�%� � � � )� � 0
Dari persamaan ���� didapat:
β�� – )� � 0
� (β� � )) � 0
atinya � =0 atau β� � ) � 0
untuk � � 0, dari ���� � 0 diperoleh
λ�%� �β�� � 0
λ�%� �β��0� � 0
λ�%� � 0
λ� %�
� � ��
Sehingga titik tetap yang pertama ( E1) adalah S�, �T: U� � �� , � � 0Z, titik
tetap yang pertama menunjukkan atau menggambarkan saat ketiadaannya infeksi.
untuk β� � ) � 0, dari ���� � 0 diperoleh
β� � ) � 0
β� � )
� � )̀
Sedangakn untuk mencari nilai y:
λ�%� �β�� � 0
β�� – )� � 0 +
λ�%� � )� � 0
Substitusi nilai � ke persamaaan λ�%� � )� � 0 diperoleh:
λ�%� � )� � 0
)� � λ � )%̀
)� � λ`̀ � )%̀
)� � λ` � )%`
� � �λ` � )%�`)
� � λ) � %̀
Sehingga titik tetap yang kedua ( E2) adalah S�, �T: U� � W� , � � �W � ��Z, titik
tetap yang kedua menunjukkan atau menggambarkan kestabilan makrofag saat
mengalami infeksi virus HIV. Berdasarkan titik tetap yang kedua, ada
kemungkinan nilai � [ 0, yang artinya tidak terjadi infeksi. Sehingga diberikan
syarat bahwa � ] 0. � ] 0
λ) � %̀ ] 0
λ) ] %̀
λ`)% ] 1
M~ ] 1 (3.2)
Artinya R0] 1 Oq0a1)rO+ dengan � ] 0, Jadi M~ ] 1 merupakan syarat agar � ] 0.
3.1.2 Jenis kestabilan
Untuk mengetahui jenis kestabian dari sistem (3.1) maka terlebih dahulu
dicari matriks Jacobi dari sistem tersebut.
I � h�% �`�`� `� � )j Akar-akar karakteristik untuk sistem (3.1) adalah:
5�% � � �`�`� `� � ) � �5 � 0
��% � ���`� � ) � �� � f��`���`��g � 0 ��% � ���`� � ) � �� � `&�� � 0
Untuk titik tetap pertama ( E1) U� � �� , � � �Z diperoleh:
��% � �� �`C% � ) � �� � `&C% �0� � 0
��% � �� �`C% � ) � �� � 0
Diperoleh Nilai eigen:
�$ � �%
�& � `C% � )
� )�`C)% � 1�
� )�`C)% � 1�
� )�M~ � 1�, �& akan bernilai negatif apabila M~ [ 1
Dari uraian diatas diperoeh teorema sebagai berikut:
Teroma 3.1
Titik tetap ( E1) bersifat stabil asimtotik apabila M~ [ 1.
Untuk titik tetap yang kedua ( E2) U� � �� , � � �� � ��Z diperoleh:
��% � �� �`)̀ � ) � �� � `&)` �C) � %̀� � 0
��% � ������ � `)�C) � %̀� � 0
��% � ������ � �`)C) � `)%` � � 0
��% � ������ � �`C � )%� � 0 �& � %� � �`C � )%� � 0
�$ � �& � �Q) � �%
�$�& � R)
� �`C � )%�
� )% ���W� � 1� � )%�M~ � 1�, �& akan bernilai positif apabila M~ ] 1
Karena negatif maka �$ � �& [ 0 � �$dan �& negatif�$dan �& berbeda tandau Bernilai positif maka �$. �& ] 0 ��$dan �& negatif�$dan �& positif u Dari kedua pertimbangan diatas, maka diperoleh akar-akar bernilai negatif.
Teroma 3.2
Titik tetap ( E2) bersifat stabil asimtotik apabila M~ ] 1.
3.2 Pembentukan Model Makrofag yang TeriInfeksi Virus HIV dan Respon
CTL
Diantara mekanisme makrofag, khususnya terhadap mikroorganisme
intraselular adalah sel T sitotoksik CD8 yang dapat mengenal antigen tertentu
secara spesifik disertai interaksi dengan MHC kelas I melisiskan sel yang
terinfeksi. Dinamika antara HIV, populasi makrofag dan respon CTL dapat
digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan gambar 3.2 di atas, variabel-variabel yang digunakan adalah
1. Populasi Makrofag yang tidak terinfeksi (X)
2. Populasi Makrofag yang terinfeksi (Y)
3. Populasi limfosit T sitotoksik (CTL)/CD8 (Z)
Dimana y, z, � { 0.
Setelah mengetahui variabel-variabel yang digunakan dalam membentuk
model matematika, maka selanjutnya adalah menentukan notasi-notasi untuk
memenuhi variabel-variabel tersebut. Parameter-parameter yang digunakan pada
pembentukan model matematika pada makrofag terhadap infeksi virus HIV adalah
sebagai berikut:
• λ � laju produksi makrofag
• % � laju kematian makrofag secara alami
• β � laju terinfeksi makrofag
• ) � laju kematian makrofag yang terinfeksi secara alami
• G � laju proses lisis pada makrofag yang terinfeksi
• R � laju laju proliperasi CTL dalam merespon antigen
• Q � laju kematian CTL secara alami
Sehingga dapat dibentuk dalam sistem persamaan diferensial nonlinear berikut ini:
a) ���� � λ � %� � β��
b) ���� � � � )� � G�H �3.3�
c) ���� � R�H � QH
M~ � C`%)
Gambar 3.2 skema dinamika makrofag yang terinfeksi virus HIV dan respon CTL
Z X Y λ
%
β
)
R
G
Q
Laju perubahan populasi makrofag yang terinfeksi terhadap waktu
dipengaruhi oleh laju perkembangan makrofag yang terinfeksi dikurangi laju
matinya makrofag yang terinfeksi (mati alami) serta dikurangi laju proses lisis
(penguraian) oleh CTL terhadap sel yang terinfeksi virus HIV. (3.3.b)
Ketika limfosit mengamat-amati sel, melihat ada sel yang diperkirakan telah
kemasukan virus, maka sel tersebut dibunuh oleh sel T limfosit, namanya CTL
(Cytotoxic T Lymphocyte/sel T si peracun). Sel T sitotoksik (CTL) yang
teraktivasi, yaitu sel T- sitotoksik yang pernah terpapar pada antigen tertentu dan
diprogramkan untuk berproliferasi bila terpapar lagi pada antigen bersangkutan,
tidak akan berfungsi sebagai sitotoksik kalau reseptor selnya tidak terikat pada
antigen, Maka perubahan jumlah limfosit T sitotoksik (CTL) terhadap waktu
dipengaruhi oleh laju proliferasi yang dilakukan oleh CTL terhadap sel yang
terinfeksi virus HIV pada saat merespon antigen dikurangi laju kematian sel CTL
secara alami, hal ini dapat digambarkan dalam bentuk persamaan (3.3.c)
3.2.1 Titik tetap
Secara analitik, pehitungan titik tetap dari model matematika sistem (3.3)
adalah sebagai berikut: %�%� � λ � %� � β�� � 0
%�%� � � � )� � G�H � 0
%H%� � R�H � QH � 0
Dari persamaan ���� didapat:
c�H � QH � 0
H�R� � Q� � 0
Artinya H � 0 atau R� � Q � 0.
untuk H � 0, dari ���� � 0 diperoleh:
Titik tetap yang pertama ( E1) adalah S�, �, HT: U� � �� , � � 0, H � 0Z, titik
tetap yang pertama menunjukkan atau menggambarkan saat ketiadaannya infeksi.
Titik tetap yang kedua ( E2) adalah S�, �, HT: U� � W� , � � �W � �� , H � 0Z, titik
tetap yang kedua menunjukkan atau menggambarkan kestabilan makrofag saat
mengalami infeksi virus HIV.
untuk R� � Q � 0, dari ���� � 0 diperoleh
R� � Q � 0
R� � Q
� � QR
untuk mencari nilai � substitusi nilai � ke persamaaan ���� diperoleh;
λ�%� �β�� � 0
λ�%� �β� YV � 0
���YV � %� � 0
λ� ���YV � %�
� � C�βQR � %�
� � C�βQ � %RR �
� � CR%R � βQ
untuk mencari nilai H substitusi nilai � dan � ke persamaaan ���� diperoleh:
� � )� � G�H � 0
β � CR%R � βQ� �QR� � )�QR� � G�QR�H � 0
βCQ%R � βQ � )QR � GQHR � 0
cβCQ%R � βQ � )Q � GQH � 0
GQH � cβCQ%R � βQ � )Q
GQH � cβCQ � )Q�%R � βQ�%R � βQ
GQH � cβCQ � )Q%R � )QβQ%R � βQ
GQH � Q�cβC � )%R � )βQ�%R � βQ
H � Q�cβC � )%R � )βQ�GQ�%R � βQ�
H � �cβC � )%R � )βQ�G�%R � βQ�
H � c�βC � )%� � )Qβ�G�%R � Qβ�
Sehingga titik tetap yang ketiga ( E3) adalah S�, �, HT: U� � �V�VX�Y , � �YV , H � ����#W��#WY����VXY�� Z, titik tetap yang ketiga menunjukkan atau menggambarkan
kestabilan makrofag saat mengalami infeksi virus HIV
3.2.2 Jenis kestabilan
Untuk mengahui jenis kesetabian dari sistem (3.3) maka terlebih dahulu
dicari matriks Jacobi dari sistm tersebut.
I � J�% � `� �`� 0`� `� � ) � GH �G�0 RH R� � QK Akar-akar karakteristik untuk (3.3) adalah:
9�% � `� � � �`� 0`� `� � ) � GH � � �G�0 RH R� � Q � �9 � 0
��% � `� � �� 5`� � ) � GH � � �G�RH R� � Q � �5 � `� 5`� �G�0 R� � Q � �5� 0 ��% � `� � ��f�`� � ) � GH � ���R� � Q � �� � G�RHg� `&���R� � Q � �� � 0
Untuk titik tetap yang pertama ( E1) U� � �� , � � �, � � �Z diperoleh:
��% � �� �`C% � ) � �� ��Q � �� � 0
�$ � �%
�& � �Q
�i � �`C% � )�
� �`C)% � 1�
� �M~ � 1�, �i akan bernilai negatif apabila M~ [ 1
Teroma 3.3
Titik tetap ( E1) baersifat stabil asimtotik apabila M~ [ 1.
Untuk titik tetap yang kedua ( E2) U� � �� , � � �� � �� , � � �Z diperoleh:
��% � `� � ���`� � ) � ���R� � Q � �� � `&���R� � Q � �� � 0
��% � `� � ���`� � ) � ���R� � Q � �� � `& )̀ ��R� � Q � �� � 0
��% � `� � ���`� � ) � ���R� � Q � �� � `)��R� � Q � �� � 0
��% � `� � ���`� � ) � ���R� � Q � �� � `) �C) � %̀� �R� � Q � �� � 0
��% � `� � �������R� � Q � �� � �C` � %)��R� � Q � �� � 0
�R� � Q � ����% � `� � ������ � �C` � %)� � 0
�R� � Q � ��f��% � �`C) � %� � �� ���� � �C` � %)�g � 0
�R� � Q � ��f��% � `C) � % � �� ���� � �C` � %)�g � 0
�R� � Q � ��f�� `C) � �� ���� � �C` � %)�g � 0
�R� � Q � ��f� `C) � �& � �C` � %)�g � 0
�R� � Q � ��f�& � � `C) � )%�M~ � 1�g � 0
• R� � Q � � � 0
�$ � R� � Q, �$ akan bernilai negatif apabila R� [ Q
• �& � � ��W � C` �1 � $��� � 0
�& � �i � � `C)
�&�i � )%�M~ � 1�, �&�i akan bernilai positif apabila M~ ] 1
Karena negatif maka �& � �i [ 0 � �&dan �i negatif�&dan �i berbeda tandau Bernilai positif maka �&. �i ] 0 ��&dan �i negatif�&dan �i positif u Dari kedua pertimbangan diatas, maka diperoleh akar-akar bernilai negatif.
Teroma 3.4
Titik tetap ( E2) saat mengalami infeksi tanpa respon CTL ada apabila
memenuhi (3.2), dan bersifat stabil asimtotik bila R� [ Q.
Untuk titik tetap yang ketiga ( E3) U� � ����X�� , � � �� , � � ����#���#�������X��� Z
diperoleh:
��% � `� � ��[�`� � ) � GH � ���R� � Q � �� � G�RHg � `&���R� �Q � �� � 0
• �% � `� � � � �% � �YV � �
• `� � ) � GH � � � ` �V�VX�Y � ) � G �����#W��#WY�����VXY�� � � �
� `CR%R � βQ � �c�βC � )%� � )Qβ��%R � Qβ� � � � � )
� `CR%R � βQ � cβC�%R � Qβ� � ��R)% � )Qβ��%R � Qβ� � � � � )
� �) ��R% � Qβ��%R � Qβ� � � � � )
� ) � R% � Q�%R � Q� � � � )
� ) � � � )
� ��
• R� � Q � � � R YV � Q � �
� Q � Q � �
� ��
��% � `� � ��[�`� � ) � GH � ���R� � Q � �� � G�RHg � `&���R� �Q � �� � 0
��% � �YV � �� f�������� � G�RHg+ `&������ � 0
��% � `QR � �� f�& � G�RHg � �`&�� � 0
�%�& � %G�RH � `QR �& � `QR G�RH � �i � �G�RH � �`&�� � 0
��i � %�& � `QR �& � �G�RH � �`&�� � %G�RH � `QR G�RH � 0
��i � �& �% � `QR � � ��G�RH � `&��� � G�RH �% � `QR � � 0
�i � �& �% � `QR � � ��G�RH � `&��� � G�RH�% � `QR � � 0
Dengan menggunakan kriteria Routh-Hurwitz didapatkan:
)$ ] 0
)i ] 0
)$)& � �% � `QR � �G�RH � `&���
� �%G�RH � `QR G�RH� � �%`&�� � `QR `&���
� G�RH �% � `QR � � `&�� �% � `QR �
G�RH �% � `QR � � `&�� �% � `QR � ] G�RH �% � `QR � � )i
)$)& ] )i
Karena sistem (3.3) untuk titik tetap ke tiga memenuhi kriteria Routh-
Hurwitz maka sistem (3.3) dikatakan stabil asimtotik pada titik tetap ketiga.
Berdasarkan titik tetap yang ketiga, ada kemungkinan nilai H [ 0, yang
artinya tidak terjadi infeksi. Sehingga diberikan syarat bahwa H ] 0. c�βC � )%� � )Qβ ] 0
c�βC � )%� ] )Qβ
c�`C)% � )%)%� ] )Qβ)%
�M~ � 1� ] QβR%
M~ ] 1 � QβR%
Teroma 3.5
Titik tetap ( E3) saat mengalami infeksi ada apabila M~ ] 1 � Y�V�, dan selalu
bersifat stabil asimtotik.
3.3 Contoh kasus
Dari persamaan yang terbentuk pada Model Makrofag yang terinfeksi Virus
HIV, membentuk sistem persamaan diferensial non linier orde satu. Misalkan
diberikan parameter pada persamaan diferensial sebagai berikut:
• λ � 1
• % � 0,1
• β � 2
• ) � 0,5
• G � 1
• R � 0,15
• Q � 0,1
3.3.1 Contoh kasus untuk Model Makrofag yang Terinfeksi Virus HIV
Model Makrofag yang Terinfeksi Virus HIV, sistem persaaannya menjadi:
a) ���� � 1 � 0,1� � 2�� �3.4�
b) ���� � 2�� � 0,5�
Maka titik tetap yang pertama ( E1) adalah S�, �T: S� � 10, � � 0T, titik
tetap yang kedua ( E2) adalah S�, �T: S� � 0,25, � � 1,95T
Dari sistem (3.4), maka diperoleh titik tetap yang pertama yakni S� �10, � � 0T, yang menunjukkan atau menggambarkan saat ketiadaannya infeksi,
sedangkan titik tetap yang kedua S� � 0,25, � � 1,95T yang menunjukkan atau
menggambarkan kestabilan tubuh saat mengalami infeksi virus HIV.
Dengan memasukkan nilai parameter pada sistem (3.4), maka diperoleh
matriks Jacobi yakni:
I � h�0,1 �2�2� 2� � 0,5j I$ � �0,1 �200 19,5¡
Akar-akar karakteristiknya adalah:
¢�0,1 � � �200 19,5 � �¢ � 0
��0,1 � ���19,5 � �� � 0 �$ � �0,1 �& � 19,5
Nilai eign di sekitar titik tetap pertama yang menunjukkan kestabilan saat
ketiadaannya infeksi, berdasarkan penjelasan sebelumnya maka jenis kestabilan
sistem (3.4) di titik tetap pertama adalah tidak stabil.
Sedangkan matriks Jacobi di sekitar titik tetap kedua yang menunjukan
kestabilan saat terjadinya infeksi, yaitu:
I& � h�0,1 �0,53,9 0 j Akar-akar karakteristiknya adalah:
5�0,1 � � �0,53,9 �� 5 � 0
��0,1 � ������ � ��0,5��3,9� � 0 �& � 0,1� � 1,95 � 0 �$ � �0,05 � 1,3955a �& � �0,05 � 1,3955a Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka jenis kestabilan sistem (3.4) di
titik tetap kedua adalah stabil asimtotik.
3.3.2 Contoh kasus untuk Model Makrofag yang Terinfeksi Virus HIV dan
Respon CTL
Model Makrofag yang Terinfeksi virus HIV dan Respon CTL, Sistem
persaaannya menjadi:
a) ���� � 1 � 0,1� � 2��
b) ���� � 2�� � 0,5� � 1�H �3.5�
c) ���� � 0,15�H � 0,1H
Maka titik tetap yang pertama ( E1) adalah S�, �, HT: S� � 10, � � 0, H � 0T, titik tetap yang kedua ( E2) adalah S�, �, HT: S� � 0,25, � � 1,95, H � 0T, titik
tetap yang ketiga ( E3) adalah S�, �, HT: S� � 10, � � 0,6667, H � 0,8953T
Dengan memasukkan nilai parameter pada sistem (3.5), maka diperoleh
matriks Jacobi yakni:
I � J�0,1 � 2� �2� 02� 2� � 0,5 � 1H �1�0 0,15H 0,15� � 0,1K
Dan nilai matriks Jacobi di sekitar titik tetap pertama yang menunjukan
kestabilan saat ketiadaannya infeksi, yaitu:
I$ � J�0,1 �20 00 19,5 00 0 �0,1K Akar-akar karakteristiknya adalah:
9�0,1 � � �20 00 19,5 � � 00 0 �0,1 � �9 � 0
��0,1 � ���19,5 � ����0,1 � �� � 0 �$ � �0,1 �& � �0,1 �i � 19,5
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka jenis kestabilan sistem (3.5) di
titik tetap pertama adalah tidak stabil.
Sedangkan nilai matriks Jacobi di sekitar titik tetap kedua yang menunjukan
kestabilan saat terjadinya infeksi, yaitu:
I& � J�2,1 0 02 �0,5 �10 0 0,05K
Akar-akar karakteristiknya adalah:
9�2,1 � � 0 02 �0,5 � � �10 0 0,05 � �9 � 0
(�2,1 � ��� �0,5 � ��( 0,05 � �� � 0 �$ � �0,5 �& � �2,1 �i � 0,05
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka jenis kestabilan sistem (3.5) di
titik tetap kedua adalah tidak stabil.
Sedangkan nilai matriks Jacobi di sekitar titik tetap ketiga yang menunjukan
kestabilan saat terjadinya infeksi, yaitu:
Ii � J�1,4333 �1,3953 01,3333 0 �0,66670 0,1343 0 K
Akar-akar karakteristiknya adalah:
9�1,4333 � � �1,3953 01,3333 �� �0,66670 0,1343 �� 9 � 0
��1,4333 � �� ¢ �� �0,66670,1343 �� ¢ � 1,3953 ¢1,3333 �0,66670 �� ¢ � 0
��1,4333 � ��f��&� � �0,6667��0,1343�g � 1,3953�1,3333���� � 0 ��1,4333 � ����& � 0,0896� � 1,8603� � 0 �1,4333�& � �1,4333�(0,0896� � �i � 0,0896� � 1,8603� � 0 ��i � 1,4333�& � 1,9526� � 0,1284 � 0 �$ � �0,6821 � 1,1792a �& � �0,6821 � 1,1792a �i � �0,0692
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka jenis kestabilan sistem (3.5) di
titik tetap ktiga adalah stabil asimtotik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab III, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa:
1. Model Makrofag yang terinfeksi virus HIV membentuk sebuah sistem
persamaan diferensial non linier orde satu yang terdiri atas 2 persamaan, yaitu:
a. ���� � λ � %� � β��
b. ���� � � � )�
Analisis model matematika dari dua persamaan di atas adalah:
a) Persamaan pertama menjelaskan tentang laju perubahan populasi
makrofag terhadap waktu, persamaan kedua menjelaskan tentang laju
perubahan populasi makrofag yang terinfeksi terhadap waktu.
b) Secara analitik titik tetap dari dua persamaan di atas menghasilkan 2 titik
tetap yaitu:
a. Titik tetap yang pertama ( E1) adalah S�, �T: U� � �� , � � 0Z, titik
tetap yang pertama menunjukkan atau menggambarkan saat
ketiadaannya infeksi.
b. Titik tetap yang kedua ( E2) adalah S�, �T: U� � W� , � � �W � ��Z, titik
tetap yang kedua menunjukkan atau menggambarkan kestabilan
makrofag saat mengalami infeksi virus HIV.
c) Titik tetap ( E1) bersifat stabil asimtotik apabila M~ [ 1. Titik tetap ( E2)
bersifat stabil asimtotik apabila M~ ] 1.
2. Model Makrofag yang terinfeksi virus HIV dan Respon CTL membentuk
sebuah sistem persamaan diferensial non linier orde satu yang terdiri atas 3
persamaan, yaitu:
a. ���� � λ � %� � β��
b. ���� � � � )� � G�H
c. ���� � R�H � QH
Analisis model matematika dari tiga persamaan di atas adalah:
a) Persamaan pertama menjelaskan tentang laju perubahan populasi
makrofag terhadap waktu, persamaan kedua menjelaskan tentang laju
perubahan populasi makrofag yang terinfeksi terhadap waktu yang
dipengaruhi respon CTL, persamaan ketiga menjelaskan tentang laju
perubahan populasi CTL.
b) Secara analitik titik tetap dari dua persamaan di atas menghasilkan 3 titik
tetap yaitu:
a. Titik tetap yang pertama ( E1) adalah S�, �, HT: U� � �� , � � 0, H �0Z, titik tetap yang pertama menunjukkan atau menggambarkan
saat ketiadaannya infeksi.
b. Titik tetap yang kedua ( E2) adalah S�, �, HT: U� � W� , � � �W ��� , H � 0Z, titik tetap yang kedua menunjukkan atau
menggambarkan kestabilan makrofag saat mengalami infeksi virus
HIV.
c. Titik tetap yang ketiga ( E3) adalah S�, �, HT: U� � �V�VX�Y , � �YV , H � ����#W��#WY�����VXY�� Z, titik tetap yang ketiga menunjukkan atau
menggambarkan kestabilan makrofag saat mengalami infeksi virus
HIV
Titik tetap ( E1) bersifat stabil asimtotik apabila M~ [ 1. Titik tetap ( E2)
saat mengalami infeksi tanpa respon CTL ada apabila memenuhi (3.2), dan
bersifat stabil asimtotik bila R� [ Q. Titik tetap ( E3) saat mengalami infeksi ada
apabila M~ ] 1 � Y�V�, dan selalu bersifat stabil asimtotik.
Dapat disimpulkan bahwa jumlah makrofag secara perlahan tetapi pasti
akan mengalami penurunan hal ini disebabkan adanya replikasi virus yang
menyebabkan terganggunya pembentukan limfosit baru, pada makrofag yang
terinfeksi jumlah populasi saat awal terinfeksi sempat mengalami penurunan yang
dipengaruhi oleh adanya proses lisis oleh CTL namun pada akhirnya akan terus
mengalami kenaikan, sedangkan jumlah populasi pada CD8/CTL akan terus
mengalami peningkatan karena adanya proliferasi yang disebabkan replikasi virus.
4.2 Saran
Pembahasan mengenai model matematika ini masih terbuka bagi peneliti lain.
Pada pembahasan selanjutnya menindak lanjuti penelitian ini, dapat
dikembangkan model dengan menganalisis Model Makrofag yang terinfeksi virus
HIV yang memperhitungkan faktor lain seperti terapi, vaksinasi dan lainnya.