kepemimpinan dalam perspektif islam

30
BAB I Pendahuluan A. Latarbelakang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi pendidikan beryujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yangbermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuannya untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU Sisdiknas, pasal 3). Pendidikan dengan demikian pada dasarnya merupakan sarana proses humanisasi, proses pemberdayaan, dan sosialisasi, dalam kerangka mana terjadi proses pembangunan manusia yang inovatif, berdaya kritik, berpengetahuan, berkepribadian, dan taat azas. Oleh karena itu, Kepemimpinan terhadap kelembagaan pendidikan sangat dibutuhkan. Bangsa Indonesia yang menyimpan energi besar, berpengetahuan memberi bekal kepemimpinan. Banyak potensi dan kekuatan yang saudara miliki yang bisa disumbangkan kepada masyarakat dan bangsa. Di masa depan, kehidupan masyarakat akan terasa lebih kompleks dengan berbagai persoalan besar yang harus dihadapi dan diselesaikan. Kompleksitas persoalan itu menuntut kemampuan kepemimpinan yang lebih canggih, sehingga bisa mengantarkan masyarakat dan bangsa ke arah kemajuan. Persoalan-persoalan besar dan kompleks itu semakin nyata ketika kita memasuki abad ke-21 nanti. Fenomena kepemimpinan khususnya bagi pemeimpin pendidikan, 1

Upload: eldestof-threebrothers

Post on 14-Apr-2016

60 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

BAB I

Pendahuluan

A. Latarbelakang

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi pendidikan beryujuan

untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yangbermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuannya untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU Sisdiknas, pasal 3). Pendidikan

dengan demikian pada dasarnya merupakan sarana proses humanisasi, proses pemberdayaan,

dan sosialisasi, dalam kerangka mana terjadi proses pembangunan manusia yang inovatif,

berdaya kritik, berpengetahuan, berkepribadian, dan taat azas.

Oleh karena itu, Kepemimpinan terhadap kelembagaan pendidikan sangat dibutuhkan.

Bangsa Indonesia yang menyimpan energi besar, berpengetahuan memberi bekal kepemimpinan.

Banyak potensi dan kekuatan yang saudara miliki yang bisa disumbangkan kepada masyarakat dan

bangsa. Di masa depan, kehidupan masyarakat akan terasa lebih kompleks dengan berbagai

persoalan besar yang harus dihadapi dan diselesaikan. Kompleksitas persoalan itu menuntut

kemampuan kepemimpinan yang lebih canggih, sehingga bisa mengantarkan masyarakat dan

bangsa ke arah kemajuan. Persoalan-persoalan besar dan kompleks itu semakin nyata ketika kita

memasuki abad ke-21 nanti.

Fenomena kepemimpinan khususnya bagi pemeimpin pendidikan, Menjadi seorang

pemimpin pendidikan, tidak saja dituntut untuk menguasai teori kepemimpinan, akan tetapi ia juga

harus terampil dalam menerapkan situasi praktis di lapangan kerja dan etos kerja yang tinggi untuk

membawa lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Idealnya, jika pemimpin pendidikan disamping

memiliki bekal kepemimpinan dari teori dan pengakuan resmi yang bersifat ekstern, tetapi juga

pembawaan petensial yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa, namun

orang dapat melatihnya agar dapat menjadi seorang pemimpin pendidikan yang tangguh dan

terampil berdasarkan pengalamannya.

Pemimpin pendidikan dalam hal ini adalah kepala madrasah sebagai orang yang

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan, harus

memiliki kesiapan dan kemampuan untuk membangkitkan semangat kerja personal. Seorang

pemimpin juga harus mampu menciptakan iklim dan suasana yang kondusif, aman, nyaman,

tentram, menyenangkan, dan penuh semangat dalam bekerja bagi para pekerja dan para pelajar.

Sehingga pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat berjalan tertib dan lancar dalam mencapai 1

Page 2: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

tujuan yang diharapkan.

Kepemimpinan pendidikan pada lembaga pendidikan Islam, yaitu kepala madrasah, penting

sekali bagi peningkatan kualitas pendidikan. Karena lembaga pendidikan yang dikelola oleh

pemimpin yang mengerti komitmen serta berwawasan luas, akan berjalan dengan tertib dan

dinamis sesuai dengan kemajuan zaman. Selain itu, kepala madrasah hendaknya juga mengerti

kedudukan madrasah di masyarakat, mengenal badan-badan dan lembaga-lembaga masyarakat

yang menunjang pendidikan, mengenal perubahan sosial, ekonomi, politik masyarakat, mampu

membantu guru dalam mengembangkan program pendidikan sesuai dengan perubahan yang

terjadi di masyarakat sekaligus membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi.

Realitanya, banyak lembaga pendidikan yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih

baik dan ada pula yang mengalami kemandekan dan bahkan tinggal menunggu kehancurannya.

Adapun salah satu faktor penyebabnya adalah terletak pada kompetensi dan kepemimpinan kepala

madrasah dalam mengelola madrasah.

Apabila seorang kepala madrasah tidak bisa mengatur, mempengaruhi, mengajak

anggotanya untuk meraih tujuan pendidikan, gagap memanfaatkan peluang yang ada, dan

cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang sekedar melaksanakan tugas rutin, maka jangan

diharapkan kualitas pendidikan akan mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika seorang kepala

madrasah tersebut memiliki potensi yang cukup baik, maka ia akan cenderung untuk terus

meningkatkan organisasi pendidikan di lembaga yang dipimpinnya. Sehingga dengan sendirinya

kualitas pendidikan ikut meningkat.

Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis terdorong untuk mengupas lebih lanjut tentang

peran kepemimpinan dalam persfektif islam Dalam Hal ini Rasulullah SAW.

2

Page 3: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Kepemimpinan.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai

karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan

dalam organisasi tersebut. Yang dimaksud dengan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh

James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command sebagaimana yang dikutip oleh

Samsudin Sadili adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja

sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuantertentu.1

Sementara R. Soekarto Indrafachrudi mengartikan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan

dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu.2 Kemudian

menurut Maman Ukas kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat

mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu

maksud dan tujuan. 3

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar

mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.

Sedangakan pemimpin adalah sorang yang mempunyai kemampuan untuk memimpin

segala sumber daya yang ada pada suatu sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk

mencapai. Pemimpin merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun

1990 bahwa pemimpin bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi ,

pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan

prasarana. administrasi , pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta

pemeliharaan sarana dan prasarana.

Sebagaimana yang menjadi fungsi bagi pemimpin ialah memandu, menuntun, membimbing,

membangun, memberi atau membangunkan motivasi kerja, mengemudikan organasisai, menjalin

jaringan-jaringan komunikasi yang baik memberikan supervisi yang efisien dan membawa para

pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju. Sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.

Sedangkan yang menjadi asas kepemimpinan ialah:

1 Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), h. 2612Soekarto Indarafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), h. 23 Maman Ukas, Manajemen, (Bandung: Agini, 2004), h. 268.

3

Page 4: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

1. Kemanusiaan, mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan manusia

oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu demi

tujuan-tujua human.

2. Efisien, efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya, sumber-sumber,

materi dan jumlah manusia atas prinsi penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis sera

asas-asas manajemen modern.

3. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang

lebih tinggi.4

1. Teori Tentang Kepemimpinan

Banyak studi ilmiah dilakukan orang mengenai kepemimpinan dan hasilnya berupa

teori-teori tentang kepemimpinan. G.R Terry mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan

yaitu sebagai berikut:

a. Teori Otokratis.

Pemimpinan tersebut pada dasarnya selalu mau berperan sebagai pemain orkes tunggal

dan berambisi untuk merajai situasi. Teori otokrasi terbagi menjadi tiga yaitu otokrasi keras,

otokrasi lembut dan otokrasi inkompeten. Pemimpin yang bertipe otokrat keras ini memiliki

sifat-sifat tepat, seksama, sesuai dengan prinsip, namun keras dan kaku. Tidak pernah dia

mau mendelegasikan otoritas lembaga atau organisasi yang dipimpinnya merupakan a one

man show. Otokrat lembut banyak memiliki kemiripan dengan otokrat keras namun dia

hanya mentolerir kepatuhan yang sesuai dengan perintah dan prinsip-prinsip yang diciptakan

sendiri. Dia mampu bersikap loyal kepada anggota-anggotanya jika semua anggotanya harus

menyukai semua pemberian dan ketentuannya. Otokrat inkompeten mirip dengan si “bayi”

dia lebih suka mengangkat pegawai-pegawai yang berkarakter lemah, mau mengelu-elu dan

memuji-muji dirinya untuk kemudian mengeluh setinggi langit akan ketidakmampuan

pegawai-pegawai tadi. Pemimpin tipe ini tidak mau mengindahkan moral dan tidak segan-

segan dia menggunakan cara-cara busuk untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

b. Teori Psikologis.

Pemimpin ini memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik untuk

merangsang kesediaan bekerja dan para pengikut dan anak buahnya. Pemimpin merangsang

bawahannya, agar mereka mau bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris

maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi.

c. Teori Sosiologis.

Pemimpin ini menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam

pengambilan keputusan terakhir. Selanjutnya juga mengidentifikasikan tujuan, dan kerap

4 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 93-944

Page 5: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

kali memberikan petunjuk yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap

tindakan yang berkaita dengan kepentingan kelompoknya.

d. Teori Suportif.

Pemimpin ini memciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenagkan, dan bisa

membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik

mungkin, sanggup bekerja sama dengan pihak lain, mau mengembangkan bakat dan

ketrampilannya dan menyadari benar keinginannya sendiri untuk maju.

e. Teori Laissez Faire.

Kepemimpinan laissez faire ditampilkan oleh seorang tokoh yang tidak memiliki

kemampuan menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaannya kepada bawahan nya.

Kedudukannya diperoleh dimungkinkan oleh sistem nepotisme dan penyuapan. Semua

anggota yang dipimpinnya menunjukkan sikap acuh, sehingga kelompok tersebut praktis

menjadi tidak terbimbing dan tidak terkontrol.

f. Teori Kelakuan Pribadi.

Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi para

pemimpinnya. Pola tingkah laku pemimpin tersebut erat berkaitan dengan bakat dan

kemampuannya, kondisi dan sikap yang dihadapinya, good will atau keinginan untuk

memutuskan dan memecahkan permasalahan yang timbul dan derajat supervisi dan

ketajaman evaluasinya.

g. Teori Sifat Orang-orang Besar (Traits of Great Men).

Ada beberapa ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki oleh

seorang pemimpin yaitu memiliki intelegensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya

kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif dan ketrampilan komunikatif, memiliki

kepercayaan diri, peka, kreatif mau memberikan partisipasi sosial dan lain-lain.

h. Teori Situasi.

Terori situasi personal ini lebih menitikberatkan pada dinamik interaksi antara

pemimpin dengan rakyat melalui interaksi, untuk menjaring dan memenuhi harapan dan

keinginan rakyat secara mendasar.

i. Teori Humanistik.

Fungsi kepemimpinan menurut teori ini adalah merealisir kebebasab manusia dan

memenuhi segenab kebutuhan insani yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan

rakyat. Pada teori ini ada tiga variabel pokok yaitu: (1) kepemimpinan yang cocok dan

memperhatikan hati nurani rakyat dengan segenap perasaan, kebutuhan dan kemampuannya.

(2) organisasi yang disusu dengan baik, agar bisa relevan dengan kepentingan rakyat

disamping dengan kepentingan pemerintah, (3) interaksi yang akrab dan harmonis antara 5

Page 6: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

pemerintah dan rakyat, untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup bersama-

sama.5

2. Ciri-ciri pemimpin menurut Islam.

Rasullullah SAW dalam sabdanya menyatakan bahwa pemimpin suatu kelompok adalah

pelayan pada kelompok tersebut. Sehingga sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat dan

mampu melayani serta menolong orang lain untuk maju dengan ikhlas. Beberapa ciri

penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam adalah sebagai berikut:

1. Setia

Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.

2. Terikat pada tujuan.

Seorang pemimpin ketika diberi amanah sebagai pemimpin dalam hal tujuan organisasi

bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan islam

yang lebih luas.

3. Menjunjung tinggi syariah dan akhlak islam.

Seotang pemimpin yang baik bilamana ia merasa terikat dengan peraturan islam, dan

boleh menjadi pemimpin selama ia tidak menyimpang dari syariah. Waktu ia melaksanakan

tugasnya ia harus patuh kepada adab-adab islam, khusunya ketika berhadapan dengan

golongan oposisi atau orang-orang yang tidak sepaham.

4. Memegang teguh amanah.

Al-Qur’an memrintahkan pemimpin melaksankan tugasnya untuk Allah dan selalu

menunjukkan sikap baik kepada orang yang dipimpinnya

Artinya: (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi

niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan

mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (al-

Hajj (22): 41)

5. Tidak sombong.

Menyadari bahwa diri kita ini kecil, karena besar dan hanya Allah-lah yang boleh

sombong. Sehingga kerendahan hati dalam memimpin merupakan salah satu ciri

kepemimpinan yang patut dikembangkan.

6. Disiplin, konsisten dan konsekuen.

Disiplin, konsisten dan konsekuen merupakan ciri kepemimpinan dalam islam dalam

segala tindakan, perbuatan seorang pemimpin. Sebagai perwujudan seorang pemimpin yang

5 Ibid,72-806

Page 7: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

profesional akan memegang teguh terhadap janji, ucapan dan perbuatan yang dilakukan,

karena ia menyadari bahwa Allah Subhanahuwata’ala mengerahui semua yang ia lakukan

bagaimanapun ia berusaha untuk menyembunyikannya.6

B. Konsep Mutu Pendidikan.

Perubahan paradigma pendidikan di Indonesia era milenium ketiga merupakan suatu

keniscayaan yang tak boleh ditolak. Konsep pendidikan sekarang harus meliputi aspek pedagogik

transformasif, yakni proses pembelajaran yang mampu mentransformasikan peserta didik pada arah

yang lebih baik. Baginya, paradigma pedagogik transformatif mampu mengikuti perkembangan

teknologi dan budaya yang bergerak cepat, seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan

telekomunikasi.7

Perkembangan pendidikan yang semakin progresif menjadi tantangan tersendiri untuk

dicarikan formulasi yang tepat dalam ranah lembaga pendidikan, seperti sekolah. Lembaga

pendidikan yang adaptif terhadap perubahan masyarakat dan ilmu pengetahuan serta teknologi

harus berada di dalam perubahan itu sendiri. Paradigma pendidikan yang dikembangkan dalam

sekolah-sekolah tidak lagi berbasis pada kebutuhan peserta didik (child centered-education)

maupun berbasis masyarakat (society centered-education), karena kedua-duanya dapat

mengasingkan kepada masyarakat dan budayanya sendiri.8

Menurut Crosby yang dikutip oleh Hadis dan Nurhayati, 2010:85) mutu ialah conformance

to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu

apabila sesuai dengan standar yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku,

proses produksi, dan produk jadi.9.

Sedangakan menurut Garvi dan Davis Mutu ialah suatu kondidim dinamik yang

berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan pelanggan. Dengan perubahan mutu tersebut, diperlukan peningkatan atau

perubahan keterampilan tenaga kerja, proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan

perusahaan agar produk dapat memenuhi dan melebihi harapan konsumen.10

Oleh karena itu maka mutu dapat dikatakan bahwa suatu proses yang sistematis yang terus

menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan

itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

6 Veithzal Rivai, Kiat Memimpin dalam Abad ke-21, (Jakarta: Murai Kencana, Januari 2004), h. 72-737 H.A.R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural,

(Jakarta: Penerbit Kompas, 2005), h. 928 H.A.R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural,

(Jakarta: Penerbit Kompas, 2005 h. 93.9 Abdul Hadis dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2010), h. 8510 Abdul Hadis dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2010), h. 86

7

Page 8: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi. Telah banyak

pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi

kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Dengan masukan ilmiah ahli itu, pemerintah tak

berdiam diri sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai. Dalam persfektif makro banyak faktor

yang mempengaruhi mutu pendidikan, diantaranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas

pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam

kegiatan proses belajar mengajar, aplikasi metode, strategi dan pendekatan pendidikan yang

mutakhir dan modern, metode evaluasi pendidikan yang tepat, biaya pendidikan yang memadai,

manajement pendidikan yang dilaksanakan secara profesional, sumberdaya manusia para pelaku

pendidikan yang terlatih, berpengetahuan, berpengalaman dan profesional.11

Masukan ilmiah yang disampaikan para ahli dari negara-negara yang berhasil

menerapkannya, seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Selandia Baru dan Singapura selalu

memunculkan konsep yang tidak selalu bisa diadopsi dan diadaptasi. Karena berbagai macam latar

yang berbeda. Situasi, kondisi, latar budaya dan pola pikir bangsa kita tentunya tidak homogen

dengan negara-negara yang diteladani. Malahan, konsep yang di impor itu terkesan dijadikan

sebagai “proyek” yang bertendensi pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Artinya,

proyek bukan sebagai alat melainkan sebagai tujuan.

Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak dilakukan, namun

masih belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan mutu. Di antaranya adalah usaha

peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain; Proyek Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Proyek Perpustakaan, Proyek Bantuan

Meningkatkan Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS), Proyek

Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung (DBL), Bantuan

Operasioanal Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM). Dengan memperhatikan sejumlah

proyek itu, dapatlah kita simpulkan bahwa pemerintah telah banyak menghabiskan anggaran dana

untuk membiayai proyek itu sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam persfektif mikro atau tinjauan secara sempit dan khusus, faktor dominan yang

berpengaruh dan berkontribusi besar terhadap mutu pendidikan ialah guru yang profesional dan

guru yang sejahtera . 12 Oleh karena itu, guru sebagai suatu profesi harus profesional dalam

melaksanakan berbagai tugas pendidikan dan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan yang

diamanahkan kepadanya.

Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan strategis dalam

membimbing pesserta didik kearah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru

11 Abdul Hadis dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2010), h. 312 Abdul Hadis dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2010), h. 3

8

Page 9: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

sering dikatakan ujung tombak pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak

hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknis edukatif tetapi memiliki juga

kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi

peserta didik, keluarga maupun masyarakat.13

Respons perubahan paradigma pendidikan berdampak pada pergeseran paradigma

pendidikan yang mengartikulasikan sistem pembelajaran yang kreatif, inovatif, mencerahkan, dan

konstruktif dalam upaya mencerdaskan anak-anak bangsa. Peran guru bergeser dari sumber dan

pusat pengetahuan menjadi fungsi fasilitator, mediator, motivator, dan inspirator bagi peserta didik.

Agar mutu pendidikan yang baik dapat tercapai, maka mutu tersebut harus didukung oleh

sekolah yang bermutu.  Sekolah yang bermutu adalah “sekolah yang secara keseluruhan dapat

memberikan kepuasan kepada pelanggan (masyarakat)” . Pendapat ini cukup beralasan, karena

terlalu banyak pengelolaan sekolah, yang mengabaikan kepuasan dan kebutuhan pelanggan,

sehingga hasilnya pun akhirnya tidak mampu untuk berkompetisi guna meraih peluang dalam

berbagai bidang, khususnya dalam menghadapi kondisi global dimana sekolah diharapkan dapat

berperan lebih efektif dalam mengembangkan fungsinya.  Adapun yang dimaksud dengan sekolah

efektif atau sekolah unggul (excellent school) adalah sekolah dalam lapangan manajemen sekolah,

dengan karakteristik menurut Sallis (1979) yakni: (1) guru memiliki kepemimpinan yang kuat dan

kepala sekolah memberikan perhatian tinggi terhadap perbaikan mutu pengajaran, (2) guru memiliki

kondisi pengharapan yang tinggi untuk mendukung pencapaian prestasi murid, (3 ) atmosfer

sekolah tidak kaku, sejuk tanpa tekanan, kondusif dalam seluruh proses pengajaran, berlangsung

dalam suatu keadaan/iklim yang nyaman, (4) sekolah memiliki pengertian yang luas tentang fokus

pengajaran dan mengusahakan efektif sekolah dengan energi dan sumber daya untuk mencapai

tujuan pengajaran secara maksimal, (5)  sekolah efektif dalam menjamin kemajuan murid yang

dimonitor secara periodik.14

Mengingat peran-peran tersebut, guru memerlukan strategi pembelajaran (instructional

designs). Langkah-langkah yang kreatif dalam pembelajaran adalah model pembelajaran audio

visual. Model pembelajaran audio visual merupakan perkembangan dari quantum teaching-nya

DePotter. Prinsip dasar pembelajaran ini menggunakan skema VAK (Visual Auditori Kinestetik).

Model pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pendekatan audio visual sebagai

media pembelajaran membutuhkan guru yang kreatif dan aplikatif  ketika mengoperasikan sistem-

sistem berbasis teknologi. Semakin mahir seorang guru dalam mengaplikasikan teknologi berbasis

pembelajaran seperti slide, power point, proyektor, film animasi, gambar yang terkoneksi dengan

internet, maka itu semua akan mempermudah guru mengimplementasikan model pembelajaran 13 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan( Bandung: Alfabeta, 2007), h.9914 Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi, (Jakarta: Penerbit

Kompas, 2006.), hal. 169

Page 10: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

audio visual. Kreativitas guru sangat diperlukan sebagai modal awal pelaksanaan pembelajaran

dengan media audio visual.

Prinsip dasar penggunaan media pembelajaran audio visual dilandasi pada konsep

pedagogik, bahwa siswa semakin menarik untuk mempelajari sesuatu ketika melibatkan panca

indera mereka. Suguhan visualisasi dengan sistem pendengaran yang menarik, akan

membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.

Tingkat kejenuhan yang tinggi berdampak pada hasil pembelajaran yang kurang

memuaskan. Kejenuhan tersebut dapat disebabkan oleh gaya mengajar guru yang monoton, beban

materi yang sangat berat dan banyak, iklim belajar yang tidak kondusif, ketiadaan media

pembelajaran yang representatif, dan segudang permasalahan lainnya. Untuk mereduksi minat

belajar siswa yang rendah, salah satunya adalah dengan optimalisasi penggunaan media

pembelajaran audi visual di dalam kelas. Siswa tidak lagi jenuh dan bosan, tercipta sistem

pembelajaran yang menyenangkan, yang tentunya berimplikasi pada minat belajar siswa itu sendiri.

Dari beberapa deskripsi yang berhubungan dengan tingkat efektivitas penggunaan media

pembelajaran audio visual, maka perlu dilakukan penelitian deskriptif yang mendalam yang

berhubungan dengan peningkatan minat belajar siswa itu sendiri di dalam kelas.

C. Fungsi Kepemimpinan dan Peningkatan Mutu Pendidikan.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tentu tidak lepas dari peran dan

kepemimpinan seorang pemimpin sebagai top leadernya. Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan

kepala , maka usaha untuk meningkatkan kinerja yang lebih tinggi bukanlah pekerjaan mudah bagi

pemimpin karena kegiatan berlangsung dalam sebuah proses panjang yang direncanakan dan

diprogram secara baik pula. Namun pada kenyataannya tidak sedikit pemimpin yang hanya

berperan sebagai pimpinan formalitas dalam sebuah sistem alias hanya sekedar sebagai pemegang

jabatan struktural sambil menunggu masa purna tugas.

Salah satu indikator keberhasilan kepemimpinan seorang pemimpin diukur dari mutu

pendidikan yang dipimpinnya. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input,

proses, dan output pendidikan.15 Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya proses, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang

menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-

benar mampu memberdayakan peserta didik. Output pendidikan adalah merupakan kinerja yang

dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, dan moral

kerjanya.

Dalam konsep yang lebih luas, mutu pendidikan mempunyai makna sebagai suatu kadar

proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan

15 Depdiknas, Petunjuk Pengelolaan Mutu Pendidikan.(Jakarta: Depdiknas, 2001), h.510

Page 11: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

kriteria tertentu.16. Berdasarkan konsep mutu pendidikan tersebut maka dapat dipahami bahwa

pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi

juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan.Input pendidikan merupakan hal yang

mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis

meningkatkan mutu pendidikan

Selama tahun 2002 dunia pendidikan nasional ditandai dengan berbagai perubahan yang

datang bertubi-tubi, beriringan dengan frekuensi yang sangat tinggi. Belum tuntas sosialisasi

perubahan yang satu, datang perubahan yang lain. Beberapa inovasi yang mendominasi panggung

pendidikan selama tahun 2002 antara lain adalah Pendidikan Berbasis Luas (PBL/BBE) dengan life

skills-nya, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK/CBC), Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS/SBM), Ujian Akhir Nasional (UAN) pengganti EBTANAS, pembentukan dewan sekolah

dan dewan pendidikan kabupaten/kota. Setiap pembaruan tersebut memiliki kisah dan

problematiknya sendiri.

Fenomena yang menarik adalah perubahan itu umumnya memiliki sifat yang sama, yakni

menggunakan kata berbasis (based). Bila diamati lebih jauh, perubahan yang “berbasis” itu

umumnya dari atas ke bawah; dari pusat ke daerah; dari pengelolaan di tingkat atas menuju sekolah;

dari pemerintah ke masyarakat; dari sesuatu yang sifatnya nasional menuju yang lokal.

Perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan nasional (kadang-kadang dipahami secara

beragam): manajemen berbasis sekolah (school based management), peningkatan mutu berbasis

sekolah (school based quality improvement), kurikulum berbasis kompetensi (competence based

curriculum), pengajaran/pelatihan berbasis kompetensi (competence based teaching/training),

pendidikan berbasis luas (broad based education), pendidikan berbasis masyarakat (community

based education), evaluasi berbasis kelas (classroom based evaluation), evaluasi berbasis siswa

(student based evaluation) dikenal juga dengan evaluasi portofolio, manajemen pendidikan berbasis

lokal (local based educational management), pembiayaan pendidikan berbasis masyarakat

(community based educational financing), belajar berbasis internet (internet based learning),

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan yang sekarang ini adalh kurikulum 2013.

Banyak inovasi pendidikan yang diluncurkan di Indonesia dewasa ini kurang dihayati secara

penuh oleh pelaksananya (termasuk kepala ), di samping secara konseptual “cacat sejak lahir”,

serba tergesa-gesa, serba instan, targetnya tidak realistik, didasari asumsi yang linier seakan-akan

suatu inovasi akan bergulir mulus begitu diluncurkan dan secara implisit dimuati obsesi demi

menanamkan “aset politik” di masa depan. Maka sudah tentu inovasi model seperti ini mengandung

risiko kegagalan yang besar.

16 Muhammad Surya, Organisasi profesi, kode etik dan Dewan Kehormatan Guru, (Jakarta: Raja Graindo, 2007), h.12

11

Page 12: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan

kepemimpinan pemimpin yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena pemimpin

merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi yang bertugas mengatur semua

sumber organisasi dan bekerjasama dengan dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan

pendidikan. Dengan keprofesionalan pemimpin ini pengembangan profesionalisme tenaga

kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, pemimpin memahami kebutuhan

yang ia pimpin sehingga kompetensi tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia miliki

sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme akan

terwujud.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sesorang .Maka sebagai pimpinan tertinggi

di , seorang pemimpin harus mampu memberikan energi positif yang mampu menggerakkan para

untuk melaksanakan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab sehingga kinerja

mereka menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.Sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh,

seorang pemimpin harus terus berusaha agar ide, nasehat, saran dan (jika perlu)instruksi dan

perintah dan kebijakannya di ikuti oleh para binaannya. Dengan demikian ia dapat mengadakan

perubahan-perubahan dalam cara berfikir, dalam bersikap dan dalam bertindak atau berperilaku.

Maka menjadi tuntutan bagi seorang pemimpin harus selalu merefresh pengetahuan dan wawasan

keilmuannya agar nantinya dapat mendukung tugasnya sebagai seorang pimpinan.

Banyak faktor penghambat tercapainya kualitas kepemimpinan seorang pemimpin seperti

proses pengangkatannya tidak transparan, rendahnya mental pemimpin yang ditandai dengan

kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas dan seringnya

datang terlambat, wawasan pemimpin yang masih sempit serta banyak faktor lain yang

menghambat kinerja seorang pemimpin untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada lembaga

yang dipimpinnya. Ini mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja pemimpin yang

berimplikasi juga pada mutu (input, proses dan output).

Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, pemimpin harus melakukan pengelolaan

dan pembinaan terhadap seluruh komponen melalui kegiatan administrasi, manajemen dan

kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuan manajerial seorang kepala .Sehubungan

dengan itu, pemimpin sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengoreksi

dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di

lingkungan . Disamping itu, pemimpin sebagai pemimpin lembaga pendidikan berfungsi

mewujudkan hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam rangka membina dan

mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak kearah pencapaian

tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara bersungguh-sungguh dan

bertanggung jawab yang dalam bahasa sekarang dikemas dalam istilah profesional.Oleh karena itu, 12

Page 13: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan

yang sangat dipengaruhi oleh dalam melaksanakan tugasnya secara operasional. Untuk itu

pemimpin harus melakukan supervisi yang memungkinkan kegiatan operasional itu berlangsung

dengan baik.

D. Tantangan dan Peluang Kepemimpinan Pendidikan Abad XXI.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saling terkait mengembangkan ekologi kependidikan

dan kesadaran berkomunikasi, bernegara dan berbangsa. Walaupun perbatasan alami negara

tradisional masih berlaku tetapi dengan tak sepenuhnya disadari muncul sekat baru berujud

tepian-tepian teknologik dan sains. Tidak dapat dipungkiri bahwa penyekatan itu

menumbuhkan citarasa kebangunan dan kebanggaan, karena identitas yang melekat sebagai

hamba berpengetahuan. Kehormatan itu, tentu saja tidak datang sendiri, digapai dengan usaha

berat dan konsisten melalui penguasaan ilmu pengetahuan, dengan innovasi teknologi dan

penciptaan keagungan budaya pendidikan. Entitas bangsa lain lalu melihat kelompok tersebut

sebagai mercusuar kehidupan abad ke 21 yang memancarkan kemashalatan, sinar

kemanusiaan yang menjadi pedoman arah. Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,

yang pada saat bersamaan membangkitkan mazhab ekonomi, sinar itu menjadi redup. Muka

pengagumnya berpaling ke arah lain yang lebih menjanjikan peradaban zamannya.

Hampir semua bangsa mendekatkan diri dengan penguasa pasar global, yang ditandai

dengan atribut penguasaan teknologi dan inovasinya. Mereka yang tidak dapat meraihnya harus

rela tergeser ke pinggiran dan tertinggal di belakang. Bersamaan dengan pembaharuan hidup

berkebangsaan dengan ekonomi dan sosial sadar- pengetahuan kita membangun manusia berdaya

cipta, mandiri dan kritis tanpa meninggalkan wawasan tanggungjawab membela sesama untuk

diajak maju menikmati peluang abad ini. Dalam hubungan ini kita ditantang untuk mencipta

tata-pendidikan yang dapat ikut menghasilkan sumber daya pemikir yang mampu ikut

membangun tatanan sosial dan ekonomi sadar-pengetahuan seperti layaknya warga abad XXI.

Mereka harus terlatih mempergunakan kekuatan argumen dan daya pikir, alih-alih kekuatan fisik

konvensional. Tentu saja dalam memandang ke depan dan merancang langkah kita tidak boleh

sama sekali berpaling dari kenyatan yang mengikat kita dengan realita kehidupan. Indonesia

masih menyimpan banyak kantong-kantong kemiskinan, wilayah kesehatan umum yang tidak

memadai dan kesehatan kependudukan yang rendah serta mutu umum pendidikan yang belum

dapat dibanggakan. Ini memerlukan perhatian dan upaya yang serius dan taat asas.

Agar bangsa Indonesia mampu menghadapi berbagai persoalan besar dan kompleks

pendidkan di era global, sesungguhnya lah bangsa yang besar ini membutuhkan kepemimpinan

yang kuat dan tangguh. Dengan kepe mimpinan yang kuat dan tangguh, diharapkan bisa

mengantarkan masyarakat dan bangsa Indonesia memasuki milenium ketiga, yang sarat 13

Page 14: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

dengan berbagai tantangan itu. Setidaknya ada lima hal penting dan strategis, yang menjadi

tantangan dan peluang dalam kepemimpinan pendidikan di masa depan.

Pertama, tantangan globalisasi. Ini merupakan tantangan paling serius dan berat, yang

menuntut kesiapan secara baik, utamanya kesiapan sumber daya manusia yang berkualitas dan

kemampuan daya saing nasional. Kita ketahui bersama bahwa era global telah membuka peluang-

peluang baru terutama di bidang ekonomi, yang bila dimanfaatkan dengan baik akan membawa

pengaruh positif bagi prospek pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, peluang besar itu tidak akan

berarti apa -apa bagi bangsa Indonesia, bila kita tidak mempunyai daya dukung yang memadai

terutama sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki keahlian teknis, keterampilan,

profesionalisme, serta kemampuan daya saing. Dalam konteks ini, kepemimpinan yang solid dan

andal sangat diperlukan untuk mengkonsolidasikan seluruh kekuatan dan potensi, sehingga bangsa

Indonesia mampu menghadapi masalah-masalah besar di abad ke -21.

Kedua, tantangan menjaga integrasi bangsa. Abad ke-21 telah melahirkan berbagai

kecenderungan global, antara lain, menguatnya identitas etnis dan budaya di setiap kelompok

masyarakat dan unit-unit sosial, yang masing-masing memiliki watak egosentrisme. Bagi bangsa

Indonesia, kecederungan ini tentu saja amat rawan dan rentan, mengingat realitas masyarakat kita

yang bersifat pluralistik baik dari segi etnis, budaya, maupun agama ditambah lagi faktor geografi di

mana secara lokasi penduduk terpencar di pulau-pulau. Untuk itu, semua lapisan masyarakat dan

komponen sosial harus berupaya memelihara dan mempertahankan keutuhan bangsa. Realitas

pluralisme masyarakat Indonesia harus tetap menjadi khazanah, dan karenanya diperlukan suatu

daya perekat untuk tetap menjaga integrasi bangsa. Dalam rangka itu, bangsa Indonesia tetap

membutuhkan figur pemimpin yang mampu mengintegrasikan seluruh kekuatan bangsa yang

majemuk ini.

Ketiga, tantangan memperkukuh wawasan kebangsaan. Era global membawa implikasi

dan dampak yang amat luas terhadap realitas kehidupan bangsa kita. Interaksi antarbangsa yang

berlangsung intensif dan terbuka, telah membuka peluang untuk saling melakukan penetrasi nilai-

nilai budaya. Jika kita tidak mempunyai daya resistensi kultural yang kuat, maka kita hanya

sekadar mengadopsi nilai budaya asing semata, yang belum tentu sesuai dengan nilai budaya

bangsa kita sendiri. Untuk itu, kita perlu terus memupuk dan memperkukuh wawasan kebangsaan

kita, agar tidak sampai kehilangan identitas, kepribadian, dan jati diri sebagai bangsa dalam

pergaulan global tersebut.

Keempat, tantangan membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge society).

Tantangan ini sangat penting, serius, dan berat terutama dikaitkan dengan tingkat kemajuan iptek

yang amat tinggi. Membangun masyarakat berpengetahuan adalah membangun kesadaran

ma syarakat mengenai pentingnya mempunyai visi dan wawasan iptek sebagai bekal untuk 14

Page 15: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

menghadapi abad ke -21. Kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, hasrat untuk menggali dan

mengembangkannya, perlu secara terus-menerus ditumbuhkan, sehingga membudaya dalam

kehidupan masyarakat. Dengan begitu, maka upaya menciptakan dan membangun sebuah

masyarakat berpengetahuan akan menjadi kesadaran kolektif. Tanpa berbekal visi dan wawasan

iptek, sulit rasanya kita bisa survive dalam memasuki era global yang penuh tantangan dan sangat

kompetitif itu. Sehubungan dengan hal tersebut, agenda utama bangsa kita adalah membangun

basis kepemimpinan yang berwawasan dan visioner, serta berlandaskan pada iptek.

Kepemimpinan yang demikian tentu akan lebih kuat dan mampu menjangkau masa depan yang

jauh. Ada ungkapan bijak dari seorang filsuf yang patut kita camkan yaitu: ”leadership must be

base on knowledge.”

Kelima, tantangan keterbukaan dan demokratisasi. Kita memahami sepenuhnya bahwa isu

keterbukaan dan demokratisasi telah menjadi ke cenderungan global, dan merupakan arus sosiologis

yang tidak mungkin bisa dibendung. Arus sosiologis tersebut bersifat alami, sehingga sangat tidak

bijaksana bila perkembangannya dibendung atau dihalangi. Masyarakat telah mengalami perubahan

demikian cepa t, dan makin kuat menuntut adanya keterbukaan dan demokratisasi dalam kehidupan

kebangsaan dan kenegaraan. Oleh karena itu, kepemimpinan di masa depan seyogianya bersifat

terbuka, responsif, dan akomodatif terhadap aspirasi-aspirasi perubahan dan pembaruan. Tanpa

komitmen untuk bersikap terbuka dan demokratis, seorang pemimpin tidak akan memiliki legitimasi

dari masyarakat. Selain itu, pemimpin yang bersangkutan niscaya akan ketinggalan zaman, dan

menjadi tidak relevan dengan perkembangan masyarakat. Sebab ia tidak mampu menyelami jiwa

masyarakat, yang menghendaki adanya perubahan dan pembaruan.

Dengan demikian, model kepemimpinan yang ideal di masa depan merupakan kombinasi dari

kualitas-kualitas berikut (i) kemampuan mengantisipasi kecenderungan global, (ii)

berpandangan visioner yang tercermin pada keandalan dalam menguasai iptek, (iii) tetap kukuh dan

berakar pada tradisi budaya bangsa yang terefleksikan dalam wawasan kebangsaan, dan (iv)

responsif-adaptif-akomodatif terhadap tuntutan keterbukaan dan demokratisasi.17

E. Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif Islam

Al-Qur’an bagi umat Islam adalah sebagai konstitusi (hukum dasar) untuk kehidupan di dunia dan

akhirat, memuat prinsip-prinsip umum dan membiarkan rinciannya diterangkan oleh sunnah dan ijtihad para

mujtahid sepanjang masa. Misalnya al-Qur’an hanya menyebutkan teks atau lafalnya saja, namun dari

redaksi dan lafal inilah para mujtahid atau mufassir dapat mengimplementasikan secara rinci makna lafal

tersebut menjadi suatu konsep utuh yang dijadikan pedoman dalam berbagai aspek kehidupan, seperti :

khalifah (wakil, pengganti, pemimpin), syura (permusyawaratan, demokrasi), al-‘adl (keadilan), al-mulk

17 www.ginanjar.com, diakses tanggal 11 Oktober 2013, pkl. 20.0015

Page 16: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

(kedaulatan, kerajaan), ad-dawlah (Negara, pemerintahan), as-sultan (kekuasaan), al-qada (system

peradilan), al-amr bil-ma’ruf wan-nahyu ‘anil-munkar (menganjurkan yang baik dan mencegah yang

mungkar), al-ukhuwah (persaudaraan, kesetaraan), al-ummah (bangsa, umat), as-syu’ub (bangsa), alqabail

(suku bangsa), al-musawa (persamaan), al-hukm (pemerintahan) dan ululamr (amir, raja, pemimpin negara).

Termasuk dalam konteks ini, yaitu ulul-amr atau al-imamah dalam al-Qur’an.

Kepemimpinan dibidang apapun berhubungan dengan ketaatan atau loyalitas. Dalam

kepemimpinan rumah tangga, misalnya, loyalitas pertama adalah kepada Allah dalam menjalankan hukum

keluarga. Pria sebagai suami adalah pemimpin yang harus ditaati oleh istri dan anak-anaknya sebagai

anggota keluarga. Ketaatan kepada suami dan ayah dalam batas-batas yang telah ditetapkan hukum Allah,

sebagai kepala rumah tangga merupakan suatu keharusan. Rumah tangga adalah unit terkecil masyarakat.

Begitu juga dalam masyarakat, ada yang disebut dengan pemimpin formal seperti lurah, camat,

bupati, gubernur, dan presiden, dan warga atau rakyat harus taat kepada pimpinannya. Keberhasilan

pemimpin formal sangat ditentukan oleh kepemimpinan informal di rumah tangga dan keberhasilan

kepemimpinan rumah tangga adalah anak tangga dasar menuju kepemimpinan masyarakat yang berhasil.

Realitas di berbagai Negara diseluruh dunia berbicara, kepemimpinan pada umumnya dimulai dari bawah.

Keberhasilan dari bawah inilah yang membuat masyarakat memilih seseorang untuk kepemimpinan yang

lebih tinggi.

Dari uraian di atas menggenai konsep awal kepemimpinan dan yang mendukung tentang konsep

tersebut,maka dari penjelasan di atas dapat dijadikan menjadi suatu kesatuan konsep tentang kepemimpinan

pendidikan yang berdasarkan al-Qur’an yang mencakup tentang pendidikan akhlak bagi seseorang yang

akan menjadi pemimpin yang sesuai dengan akhlak al-Qur’an, yaitu :18

1. Menyampaikan Amanah

Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan amanah disini adalah merupakan sebuah prinsip

pertanggungjawaban terhadap fungsi administrasi dan control (pengawasan) terhadap anggota

atau staf pendidikan untuk mewujudkan visi misi yang akan dilaksanakan dan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan itu sendiri.

2. Menetapkan hukum dengan adil

Seorang pemimpin pendidikan harus bersikap tegas dan adil dalam melaksanakan tuganya

sebagai pimpinan sehingga memungkinkan lembaga pendidikan menghasilkan aturan-aturan

yang adil tanpa memandang warna kulit, status sosial, ekonomi dan sebagainya

3. Berlaku lemah dan lembut

Seorang pemimpin pendidikan harus mempunyai sifat lemah lembut terhadap anggota-

anggotanya karena sifat ini merupakan faktor subjektif yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin yang dapat merangsang dan mendorong orang lain untuk berpartisipasi dalam

kegiatan musyawarah serta tidak menyakiti orang lain dengan perkataan ataupun perbuatan,

serta memberi kemudahan dan ketentraman kepada anggota. Jika seorang pemimpin tidak

18 Nurfidiat, konsep kepemimpinan pendidikan dalam perspektif al-qur’an surat an-nisa ayat 58 dan surat ali ‘imron ayat 159, Skripsi, IAIN Wali Songo Hal.77

16

Page 17: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

memiliki sifat tersebut, maka orang akan menjauh dan tidak memberikan dukungannya.

4. Pemaaf

Pemaaf juga salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin karena terkadang tidak

semua anggota mempunyai keberanian untuk meminta maaf, boleh jadi dia mengalami

hambatan psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Oleh karena itu, seorang pemimpin

yang bijak harus berusaha memaafkan kesalahan anggotanya tanpa harus menunggu

permohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun anggota yang bersalah telah menyadari

kesalahannya.

5. Bermusyawarah

Pemimpin seharusnya selalu bermusyawarah dalam setiap mengambil sikap dan keputusan

yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Semua permasalahan dipecahkan atau

diselesaikan dengan musyawarah karena dengan cara ini di samping pendapat anggota dapat

terakomodasi juga akan menghasilkan keputusan yang bijaksana. Seorang yang melakukan

musyawarah, apalagi yang berada dalam posisi pemimpin, yang pertama ia harus hindari ialah

tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala, karena jika tidak, maka mitra musyawarah akan

bertebaran pergi.

6. Bertawakkal kepada Allah

Seorang pemimpin juga harus mempunyai konsep tawakal di samping sifat-sifat yang telah

disebutkan di atas. Hal ini dikarenakan apabila seorang pemimpin mempunyai konsep tawakal

dan kemudian mengalami suatu kegagalan, setelah semuanya direncanakan dengan baik, maka

dia tidak akan berputus asa. Dia menerimanya sebagai musibah, ujian dari Allah swt yang harus

dihadapi dengan sabar. Sebaliknya jika berhasil dengan baik, dia bersyukur kepada Allah swt,

tidak sombong dan membanggakan diri, karena dia yakin semua usahanya tidak akan berhasil

tanpa izin dari Allah swt. Dengan demikian, semua situasi dihadapinya dengan tenang. Bila

gagal bersabar, bila berhasil bersyukur.

BAB III

PENUTUP

Dari berbagai perkembangan pengetahuan, teori, dan paradigma kepemimpinan di atas,

dapat disimpulkan adanya 3 faktor yang berpengaruh terhadap suksesnya pemimpin, yaitu :

karakteristik pemimpin, kondisi orang-orang yang dipimpinnya dan perkembangan lingkungan

Dari ketiga faktor tersebut penting untuk diperhatikan adalah menyangkut sosok manusia yang

menjadi fokus perhatian. Dalam konteks globalisasi, pendidikan harus mampu mempertahankan 17

Page 18: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

budaya dan jati diri bangsa di tengah-tengah gencarnya gempuran beragam budaya dan peradaban

bangsa lain. Sebagai sebuah negara yang kaya akan suku budaya yang beraneka ragam

(heterogen), Indonesia harus mampu menjadi bangsa yang mandiri dalam arti sanggup memenuhi

berbagai kebutuhan masyarakat sesuai dengan harapan, cita-cita, dan impiannya.

Dalam pandangan islam hendaklah seorang pemimpin dalam dunia pendidikan meiliki sifat

yang Amanah, Berlaku Adil, Lemah Lembut terhadap sesama, meiliki sifat yang Pemaaf,

Bermusyawarah dalam mengambil suatu keputusan, serta Bertawakkal Kepada Allah SWT.

Daftar Kepustakaan

Azra, Azyumardi, Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi,

Jakarta: Penerbit Kompas, 2006

Depdiknas, Petunjuk Pengelolaan Mutu Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2001

Hadis, Abdul dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010

http//www.ginandjar.com

18

Page 19: Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

Indarafachrudi, Soekarto, Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif, Bogor: Ghalia Indonesia,

2006

Kartono, Kartini , Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Rajawali Press, 2010

Rivai, Veithzal , Kiat Memimpin dalam Abad ke-21, Jakarta: Murai Kencana, Januari 2004

Sagala, Syaiful, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta,

2007

Samsudin, Sadili, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006,

Surya, Muhammad, Organisasi profesi, kode etik dan Dewan Kehormatan Guru, Jakarta: Raja

Graindo, 2007

Tilaar, H.A.R. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi

Kultural, Jakarta: Penerbit Kompas, 2005

Ukas, Maman ,Manajemen, Bandung: Agini, 2004

Nurfidat, konsep kepemimpinan pendidikan dalam perspektif al-qur’an surat an-nisa ayat 58 dan surat ali

‘imron ayat 159,Semarang, Skripsi, IAIN Wali Songo,2011

19