strategi pelaksanaan pada klien dengan risiko perilaku kekerasan

24
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Tindakan Keperawatan Bina Hubungan Saling Percaya Masalah : Risiko Perilaku kekerasan Pertemuan : Ke 1 (satu) A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Klien tenang, kooperatif, duduk sambil bernyanyi. 2. Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan 3. Tujuan khusus Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 4. Tindakan Keperawatan a. Memberikan salam dan panggil nama klien b. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan c. Menjelaskan maksud hubungan interaksi d. Menjelaskan kontrak yang akan dibuat e. Memberi rasa aman dan tunjukkan sikap empati f. Lakukan kontak singkat tetapi sering g. Penuhi kebutuhan dasar pasien. B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) 1. Fase Orientasi a. Salam terapeutik

Upload: kardana-putra

Post on 02-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

asdasdsad

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU

KEKERASAN

Tindakan Keperawatan Bina Hubungan Saling Percaya

Masalah : Risiko Perilaku kekerasan

Pertemuan : Ke 1 (satu)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif, duduk sambil bernyanyi.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan khusus

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

4. Tindakan Keperawatan

a. Memberikan salam dan panggil nama klien

b. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan

c. Menjelaskan maksud hubungan interaksi

d. Menjelaskan kontrak yang akan dibuat

e. Memberi rasa aman dan tunjukkan sikap empati

f. Lakukan kontak singkat tetapi sering

g. Penuhi kebutuhan dasar pasien.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

“Halo, selamat pagi bu. Perkenalkan, saya perawat wayan. Mulai

hari ini saya bertugas untuk merawat ibu selama 1 minggu ke depan.

Nama ibu siapa ? nama lengkapnya ? suka dipanggil siapa?oh ya,

baiklah. Saya panggil bu Wenten saja ya. Hari ini saya jaga pagi dari jam

8 sampai jam 2 sore. Jadi, jika bu Wenten ada keperluan, bisa mencari

saya di ruang perawat”

Page 2: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

b. Evaluasi/ Validasi

“Bagaimana kabarnya hari ini, bu wenten? tadi pagi ibu sudah sarapan?

c. Kontrak

Topik:

“Hari ini kita akan berbincang-bincang untuk saling mengenal”

Waktu:

“Lamanya 15 menit, bagaimana bu Wenten? Jadi, kita akan ngobrol dari

jam 10.00 sampai jam 10.15 nanti ya?”

Tempat:

“Ingin ngobrol dimana, bu wenten? Bagaimana jika di ruang makan?”

2. Fase Kerja

“Bagaimana perasaan dan keadaan bu wenten hari ini?Apakah ada

yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-bincang?”

“Ibu tidak usah khawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya

dan perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu

Ibu”

“Ibu Wenten, bisa saya bertanya tentang identitas Ibu, baik alamat,

keluarga, hobi atau mungkin keinginan untuk saat ini?”

“Bagus sekali ibu sudah dapat menceritakannya dengan sangat detil.”

“Bagaimana dengan teman-teman sekamar bu Wenten? Ibu sudah

kenal dengan mereka semua?Ada berapa orang semuanya? bagus sekali

Ibu bisa menghafal semua nama teman-temannya dengan baik”

“Wah terima kasih bu Wenten karena sudah mau berkenalan dengan

saya dan sekarang saya akan memberitahu identitas saya, Ibu mau kan

mendengarkan?”

“Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman,

jadi ibu tidak perlu sungkan lagi.Bila ada masalah bisa diceritakan pada

saya, Wenten mau kan berteman dengan saya?

3. Fase terminasi

a. Evaluasi

Page 3: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

Subyektif : “Bagaimana perasaan bu Wenten setelah kita berbincang

bincang?”

Obyektif : Klien mau menjawab setiap pertanyaan yang

diberikan perawat serta mampu bercerita dengan nyaman dengan

sesekali melihat ke arah perawat.

4. Rencana Tindak Lanjut

“Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa?Wah, bagus sekali ibu bisa

ingat nama saya.”

“Saya sangat senang bisa berkenalan dengan bu Wenten dan Ibu sudah

bisa mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan dan

berteman dengan saya.”

”Baiklah, sesuai janji di awal, hari ini kita akan berbincang-bincang

selama 15 menit dan ternyata waktunya sudah habis. Jika ada yang ingin

Ibu bicarakan, Ibu bisa mencari saya di ruang perawat.”

5. Kontrak

Topik :

“Bagaimana jika nanti siang kita berbincang-bincang lagi? Nanti kita

akan membahas tentang penyebab perasaan marah dan cara mengontrol

marah bu Wenten.

Tempat:

“Mau dimana kita bincang-bincang? Bagaimana kalau tetap

disini?”

Waktu:

“Kira-kira 10 menit ya. Kalau begitu, Saya pamit dulu. Terima kasih

bu Wenten. Sampai jumpa lagi.”

Page 4: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU

KEKERASAN

Tindakan Keperawatan Klien Dapat Mengidentifikasi Penyebab Perasaan

Marah, Tanda Dan Gejala, Perilaku Kekerasan Yang Biasa Dilakukan,

Akibatnya Serta Cara Mengontrol Secara Fisik

Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan

Pertemuan : Ke 2 (dua)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan khusus

Klien Dapat Mengidentifikasi Penyebab Perasaan Marah, Tanda Dan

Gejala, Perilaku Kekerasan Yang Dilakukan, Akibatnya Serta Cara

Mengontrol Secara Fisik

4. Tindakan Keperawatan

a. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya

b. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/

kesal

c. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/

kesal.

d. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien

e. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien

f. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan klien

g. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan

h. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan

masalahnya selesai

Page 5: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

i. Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien

j. Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

k. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat

l. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien

m. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih

n. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play)

o. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara

tersebut

p. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat

marah.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat siang bu Wenten. Apa kabar siang ini?”

b. Evaluasi/ Validasi

“Tadi kita sudah berkenalan. Bu Wenten masih ingat dengan nama saya?

bagus sekali Ibu masih mengingat nama saya.”

c. Kontrak

Topik:

“Melanjutkan pertemuan kita tadi pagi dan sesuai dengan kesepatan kita,

siang ini kita akan mencoba mempraktikkan kembali dalam membina

hubungan dengan orang lain dengan cara berkenalan baik dengan sesama

klien maupun dengan perawat, dan kita juga akan membicarakan tentang

penyebab ibu marah, dan bagaimana cara mengontrol rasa marah ibu.”

Waktu:

“Kita ngobrol 15 menit hari ini, bagaimana Bu? Jadi, kita akan ngobrol

dari jam 14.00 sampai jam 14.15 nanti ya?”

Tempat:

“Bagaimana kalau ngobrolnya di ruang makan saja?”

Page 6: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

2. Fase Kerja

“Penampilan bu Wenten hari ini bagus, rapi dan bersih. Bagus sekali, bu.

Hal seperti ini harus dipertahankan”.

“ibu Wenten sudah mandi tadi? Ibu kelihatan segar sekali.”

“Ibu, seperti yang sudah saya sampaikan tadi, saya ingin melihat Ibu

berkenalan dengan teman (klien) dan perawat, coba sekarang Ibu praktikkan.”

“Bagus sekali, ternyata Ibu mampu berkenalan. Bagaimana rasanya, Bu?

senang kan punya banyak teman.”

”bu Wenten sudah tahu nama teman-temannya yang berada di sini ya?

Bisa Ibu sebutkan salah satu teman ibu kembali? wah, hebat sekali.”

“Bu Wenten, sekarang kita akan membicarakan tentang perasaan yang ibu

alami selama ini.”

“Apa yang menyebabkan ibu marah? Apalagi penyebab yang lain?

Samakah dengan yang sekarang? O..iya, jadi ada ..... penyebab marah Ibu.

Pada saat penyebab marah itu ada, seperti .....

“Apakah bu Wenten merasakan kesal kemudian dada Ibu berdebar-debar,

mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Setelah itu apa

yang Ibu lakukan? Apa kerugian cara yang Ibu lakukan? Menurut bu Wenten

adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Ibu belajar cara mengungkapkan

kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan

kegiatan fisik. Kalau ada yang menyebabkan bu Wenten marah dan muncul

perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, Ibu dapat melakukan: tarik

nafas dalam dan pukul kasur dan bantal. Mari kita coba latihan tarik nafas

dalam: berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup

perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba

lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5

kali. Bagus sekali, Ibu sudah bisa melakukannya”

“Mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana kamar Ibu Wenten?

Jadi kalau nanti Ibu kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan

lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba

Ibu lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali Ibu melakukannya”.

Page 7: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

“Sekarang kita buat jadwalnya ya bu, mau berapa kali sehari Ibu Wenten

latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam? Baik Ibu ini

jadwalnya, kapan Ibu mau latihan tarik nafas dalam dan memukul bantal atau

kasur. Jika Ibu melakukannya coret disini bu”

3. Fase terminasi

a. Evaluasi

Subyektif : “Bagaimana perasaan Bu Wenten setelah kita berbincang-

bincang tentang perasaan marah dan cara latihan

menyalurkan marah? Ibu juga tadi sudah mampu

mempraktikkan latihan untuk mengontrol emosi dengan

cara memukul bantal/kasur, dan tarik napas dalam apabila

akan marah.”

Obyektif : Klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan

perawat serta mampu mempraktikkan memukul

bantal/kasur dan tarik napas dalam.

b. Rencana Tindak Lanjut

“Sementara cukup di sini dulu

ya, pembicaraan kita. Saya senang Bu Wenten mau mengobrol

dengan saya. ”Iya jadi ada 2 penyebab yang membuat Ibu marah ........

(sebutkan) dan Ibu rasakan ..... (sebutkan) dan yang Ibu lakukan ....

(sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan).

“Berapa tadi cara mengontrol marah jika perasaan marah Ibu

muncul?Baiklah bu Wenten sudah memasukkan kedua cara tadi ke dalam

jadwal kegiatan sehari-hari Ibu.. jadi kalau ada keinginan marah, gunakan

kedua cara tadi ya bu”.

c. Kontrak

Topik :

“Besok kita akan bertemu lagi, berbincang lagi tentang latihan patuh

minum obat, Bu Wenten setuju?”

Tempat:

“Mau dimana kita bincang-bincang? Bagaimana kalau tetap disini?”

Page 8: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

Waktu:

“Jam 15.00 ya, Bu. Kita akan ngobrol kira-kira 15 menit lagi ya. Baik,

saya permisi dulu, bu Wenten bisa melanjutkan kegiatan yang lainnya

terimakasih ya atas waktunya”

Page 9: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU

KEKERASAN

Tindakan Keperawatan Klien Dapat Mendemonstrasikan Cara Mengontrol

Perilaku Kekerasan Secara sosial atau verbal

Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan

Pertemuan : Ke 3 (tiga)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Keadaan umum klien tenang, klien mengatakan pernah bertengkar dengan

tetangganya, penampilan(pakaian) sedikit rapi namun tidak sesuai, kontak

mata bagus saat diajak bicara.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan khusus

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau verbal

4. Tindakan Keperawatan

a. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien

b. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih

c. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play)

d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara

tersebut

e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat

marah.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat siang bu Wenten, masih ingat dengan saya?bagaimana kabar

Ibu sekarang?”

Page 10: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

b. Evaluasi

“Bagaimana perasaan bu Wenten sekarang?” “Bagaimana ibu, sudah

dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?

Bagaimana dengan minum obatnya sesuaikah dengan jadwalnya? Apa

yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur dan obatnya

diminum?”

c. Kontrak

(Topik) : “Sesuai dengan janji saya ke Ibu Wenten kemarin, sekarang

kita ngobrol tentang cara mengontrol marah dengan cara verbal.”

(Waktu) : “ Kita ngobrolnya 15 menit saja ya bu hari ini.apakah Ibu

bersedia?”

(Tempat) : “Ibu, kita ngobrolnya seperti biasa ya, ditempat ini saja.”

2. Kerja

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga

caranya, yaitu :

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah

serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, tolong

ambilkan saya air minum itu’. Coba Ibu Wenten praktekkan. Bagus

bu”.

2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Ibu tidak ingin

melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena

sedang ada kerjaan’.

3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang

membuat kesal, bu Wenten dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah

karena perkataanmu itu’

“Coba Ibu praktekkan. Bagus”

“Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali Bu Wenten

dalam sehari mau latihan bicara yang baik ?”

“Bisa kita buat jadwalnya? Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-

hari, misalnya meminta makan, minta obat atau minta uang, dll. Begitu

Page 11: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

juga dengan latihan tarik nafas dalam, latihan pukul bantal/kasur, dan

jadwal minum obat tetap dilanjutkan seperti jadwal sebelumnya”

3. Terminasi

a. Evaluasi

Subyektif: “Ibu, setelah ngobrol – ngobrol tadi bagaimana perasaan bu

Wenten sekarang?”

Obyektif: “Klien dapat mempraktikkan dalam mengontrol perasaan

marah, kontak mata ada.”

b. Tindak Lanjut

“Sepertinya pertemuan kita hari ini sudah cukup, sekarang Bu Wenten

bisa beristirahat, kalau Ibu mau bercerita lagi / hal lain yang ingin

disampaikan, Ibu bisa cari saya, atau mencari perawat yang lainnya.”

c. Kontrak yang akan datang

Topik: “bu Wenten besok siang bagaimana kalau kita ngobrol lagi,

tentang cara mengontrol perasaan marah dengan cara spiritual.”

Waktu: “Ibu besok pagi kita ngobrolnya selama 15 menit ya bu ?”

Tempat: “Bu Wenten, dimana nanti kita ngobrolnya? Ibu mau di

ruangan ini lagi?”

Page 12: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU

KEKERASAN

Tindakan Keperawatan Klien Mendemonstrasikan Cara Mengontrol Perilaku

Kekerasan Dengan Cara Spiritual

Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan

Pertemuan : Ke empat (empat)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

-

2. Diagnosa keperawatan

Risiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus:

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

4. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien

b. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih

c. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play)

d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara

tersebut

e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat

marah.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi Bu Wenten, bagaimana keadaannya sekarang ?

Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur

bantal dan bicara yang baik?”

Page 13: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

b. Evaluasi

“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur

bantal dan bicara yang baik?

c. Kontrak

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mengontrol

marah bu Wenten yaitu dengan ibadah?” bagaimana jika kita

berbincang-bincang selama 15 menit, ibu setuju ?

2. Fase Kerja

“Coba bu Wenten ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Ibu lakukan”

“Bagus”

“Nah, kalau Ibu Wenten sedang marah coba Ibu langsung duduk dan tarik

nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks.

“Coba Ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Ibu lakukan bila Ibu

merasa marah. Ibu bisa melakukan tri sandya ?

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Ibu. Jam

berapa Ibu akan sembahyang?

3. Terminasi

a. Evaluasi

Subyektif: “Bagaimana perasaan bu Wenten setelah kita bercakap-

cakap? Coba Ibu ulangi kembali cara mengontrol perasaan marah

dengan cara spiritual atau ibadah”.

Obyektif : “Klien mau menjawab pertanyaan perawat”.

b. Tindak lanjut

“Nah, ini sudah 15 menit jadi kita cukupkan dulu pembicaraan kita.

Nanti jika bu Wenten membutuhkan bantuan bisa mencari saya di

ruang perawat dan juga bisa pada perawat yang lain.

Page 14: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

c. Kontrak yang akan datang

Topik : “Kita akan membicarakan tentang pentingnya dukungan

keluarga terhadap bu Wenten

Waktu : “Ibu sebentar setelah makan sore sekitar pukul 17.00 saya

akan kembali lagi”

Tempat : “Kita bertemu di tempat ini lagi ya bu”

Page 15: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU

KEKERASAN

Tindakan Keperawatan Klien Dapat Mendemonstrasikan Cara Mengontrol

Perilaku Kekerasan Dengan Obat

Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan

Pertemuan : Ke 5 (lima)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan khusus

Mengontrol Perilaku Kekerasan Dengan Obat

4. Tindakan Keperawatan

a. Jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dan

keluarga)

b. Diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti minum

obat tanpa seijin dokter

c. Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara minum).

d. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.

e. Anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efek

yang tidak menyenangkan.

f. Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi bu Wenten, apa kabar hari ini? Masih ingat dengan

saya?”

“Bagus Ibu masih ingat dengan saya”

Page 16: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

b. Evaluasi

“Apa yang bu Wenten rasakan hari ini? sudah dilakukan latihan tarik

nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah

melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat jadwal kegiatannya”.

“Apakah selama kita tidak bertemu ada hal yang membuat Ibu

marah?”

“Apa yang Ibu lakukan untuk mengatasinya? Hasilnya bagaimana

Ibu?”

c. Kontrak

Topik:

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara tentang pentingnya minum obat

dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa

marah?

Waktu:

“Ya seperti janji kita kemarin kita bicara 15 menit dari pukul 17.00 –

17.15 WITA”

Tempat:

“Bagaimana kalau kita ngobrolnya disini saja?” Sekarang saya akan

jelaskan tentang pentingnya minum obat”.

2. Kerja

“Bu Wenten sudah dapat obat dari dokter ? Ibu sudah tau bagaimana

kegunaan obat Ibu ? warna obat Ibu apa ? dan apakah Ibu meminta obat

jika Ibu sakit ? baiklah, bu wenten ini obatnya, Ibu perlu minum obat ini

secara teratur agar pikirannya jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi

nyenyak. Obatnya ada 3 macam bu, namanya olandoz warnanya merah

dosisnya 10 mg diminum 1 kali sehari setiap malam.

Risperidon perlu secara teratur minum obat dan tidak menghentikannya

tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang kita masukkan waktu minum

obatnya kedalam jadwal ya bu”

Page 17: Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan

3. Fase terminasi

a. Evaluasi

Subjektif: “setelah ngobrol tadi, apa yang Bu Wenten rasakan? Ibu

masih ingat apa yang kita bicarakan tadi?” “Bagaimana perasaan Ibu

setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol perasaan marah

dengan cara minum obat yang benar?”

“Coba bu Wenten sebutkan lagi cara minum obat yang benar”

Objektif:”klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.

b. Tindak lanjut

“Indra, sudah 15 menit kita ngobrol – ngobrolnya,sekarang Ibu bisa

beristirahat. Terima kasih.”

c. Kontak yang akan datang