indrawan bab 1-5

Upload: indrawan-wicaksono

Post on 30-Oct-2015

186 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

luka bakar

TRANSCRIPT

A

iiiii5

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH GEL KOMBINASI EKSTRAK TANAMAN YODIUM (Jatropha multifida) DAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR TERMAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Indrawan Wicaksono

20080310196FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2011

Daftar Isi

iDaftar Isi

iiiDaftar Gambar

1BAB I

1PENDAHULUAN

1A.Latar Belakang Masalah

4B.Perumusan Masalah

4C.Tujuan

4D.Manfaat Penelitian

4E.Keaslian Penelitian

6BAB II

6TINJAUAN PUSTAKA

6A.Luka Bakar

14B.Gel

14C.Kerangka Konsep

15D.Hipotesis

16BAB III

16METODE PENELITIAN

16A.Desain Penelitian

16B.Tempat

16C.Waktu Penelitian

16D.Subyek Penelitian

16E.Variabel Penelitian

17F.Definisi Operasional

18G.Instrumen Penelitian

19H.Prosedur Penelitian

26I.Analisis Data

27J.Keterbatasan Penelitian

28K.Diagram Prosedur Penelitian

29DAFTAR PUSTAKA

Daftar Gambar

Gambar1Tumbuhan Yodium................11

Gambar2Daun Pepaya...13

Gambar 3Skema Kerangka Konsep...15Gambar 4Cara Pengukuran Diameter Luka...26

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal tanaman obat tradisional. Hal tersebut didukung dengan ditemukannya 1.260 spesies tanaman obat dari sekitar 30.000 spesies tumbuhan yang ada di hutan tropis (Supriadi, dkk 2001). Melimpahnya tanaman obat tersebut membuat sebagian masyarakat Indonesia mencoba memanfaatkan pengobatan tradisional untuk membantu penyembuhan luka.

(((((( (((((((( ((((((( (((( ((((((((((( (((((( ((((((((((((( ((((( ((((((( ((((( (((((( ((((((((((((( (((((( ((((((( (((((((( (((((( ((((( (((((((((((( (((((( ((((((((( ((( ((((((((( ((((((((( ((((((((( ((((((((( ((((( ((((((((( (((((((((((((( (((((((((((( ((((((((((( (((((((( ((((((((((( ( ((((((((((( (((((( (((((((((( (((((( (((((((( (((((((((((( ( (((( ((( ((((((((( ((((((( ((((((((( ((((((((((( ((((

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-Anam: 99)

Salah satu tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk penyembuhan luka adalah tanaman yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) (Depkes, 2000). Tanaman yodium (Jatropha multifida) mengandung sulfur dan iodin yang berperan sebagai zat antiseptik dalam mempercepat penyembuhan luka (Ilmi, 2009). Septianingsih (2008) mengemukakan bahwa daun pepaya (Carica papaya) memiliki kandungan berupa khemopapain dan papain yang berfungsi sebagai zat antimikroba, dan saponin yang berfungsi sebagai kolagen yang efektif mencegah nekrotik akibat infeksi luka. Hal tersebut sejalan dengan ajaran Islam, bahwa kita harus terus mengikhtiarkan kesembuahan dari aspek manapun asalkan halal sesuai syariat.((((((( (((((((( (((((( ((((((((( ((((

Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku(QS. Asy Syuaraa 80)

Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena sentuhan panas, arus listrik atau bahan kimia yang secara langsung mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Kartohatmojo, 2010). Luka bakar termal terjadi karena konduksi panas pada suhu 44 -51C yang bisa menyebabkan kerusakan sel kulit, sedangkan pada suhu diatas 70C menyebabkan kerusakan seluler yang sangat cepat (Sabiston, 1995).

Luka bakar mempunyai prognosis mordibitas dan cacat yang relatif lebih tinggi daripada kejadian cidera lain di rumah sakit (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2005). Data World Fire Statistic Center (2008) menyebutkan bahwa pada tahun 2003-2005 Singapura menjadi negara yang memiliki persentasi terendah kejadian luka bakar dengan persentasi 0,12% per 100.000 orang, sedangkan Hungaria menjadi negara tertinggi kejadian luka bakar dengan persentasi 1,98% per 100.000 orang. Departemen Kesehatan RI (2008) dalam risetnya mencatat prevalensi kejadian luka bakar di Indonesia sebesar 2,2%, dengan angka kejadian terbanyak di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Kepulauan Riau sebesar 3,8%. Kompres iodium povidon , nitras-argenti 0,5% dan bioplacenton adalah obat topikal sintesis yang sering digunakan sebagai obat luka bakar karena berperan sebagai bakteriostatik untuk semua kuman (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2005). Tjay dan Raharja (2007) menambahkan, penggunaan iodium povidon, nitras argenti 0,5%, dan bioplacenton secara berlebihan dan jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping berupa dermatiitis, bengkak, gatal dan rangsangan nyeri yang sangat pada daerah sekitar luka. Disamping hal tersebut, efek warna cokelat yang menempel pada tempat tidur membuat pasien dan keluarga enggan untuk menggunakan iodium povidon dan nitras argenti sebagai obat topikal luka bakar (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2005). Merujuk dari alasan di atas perlu dikembangkan sistem pengobatan alternatif yang menggunakan tanaman tradisional yang murah, aman dan berkhasiat tinggi untuk mempercepat penyembuhan pada luka bakar (Harmanto dan Subroto, 2006).

Wardani (2009) mengatakan bahwa gel merupakan sediaan farmasi untuk digunakan sebagai penyembuhan luka bakar. Gel juga merupakan sediaan obat topikal yang mempunyai efek mendinginkan pada luka bakar karena mengandung banyak air, warnanya bening dan tidak membuat kotor sekitar.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh gel ekstrak etanol tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dengan daun pepaya (Carica papaya) terhadap penyembuhan luka bakar termal pada tikus putih (Rattus norvegicus).B. Perumusan Masalah

Bagamanakah pengaruh gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) terhadap penyembuhan luka bakar termal pada tikus putih (Rattus norvegicus) ?C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gel kombinasi ekstrak etanol tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) terhadap penyembuhan luka bakar termal pada tikus putih (Rattus norvegicus).D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk memberikan bukti secara ilmiah pengaruh gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) terhadap penyembuhan luka bakar termal pada tikus putih (Rattus norvegicus).E. Keaslian Penelitian

Sejauh yang peneliti ketahui, penelitian pengaruh gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) terhadap luka bakar kimia pada tikus putih (Rattus norvegicus) belum pernah dilakukan. Penelitian ini merujuk pada penelitian tentang daun pepaya (Carica papaya) diantaranya oleh Septiningsih (2008), Nayak, dkk (2007), dengan hasil ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya) dalam sedian gel dapat menyembuhkan luka bakar pada punggung kulit kelinci New Zealand (Septiningsih, 2008). Daun pepaya (Carica papaya) membantu penyembuhan luka bakar pada tikus diabetik (Nayak, 2007). Rujukan penelitian tentang tumbuhan yodium (Jatropha multifida) terdiri dari penelitian Atoillah (2007), Putra (2010), dengan hasil penelitian getah pada tanaman yodium (jatropha multifida) dapat membantu mempercepat penggumpalan darah dan dapat digunakan sebagai penyembuhan luka baru (Atoillah, 2007). Tumbuhan yodium (Jatropha multifida) mempunyai aktivitas yang besar dalam menarik jumlah trombosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) (Putra, 2010).

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada bahan penelitian dengan cara mengkombinasikan daun pepaya (Carica papaya) dan tumbuhan yodium (Jatropha multifida).BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Luka Bakar1. Definisi dan Epidemiologi Luka Bakar

Luka bakar adalah luka yang dapat menyebabkan rusaknya protein dari sel-sel tubuh yang disebabkan panas (termal), listrik, zat kimia atau radio aktif (Oswari 1989).

Luka bakar merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan terbesar khususnya untuk usia dibawah 40 tahun (Cakir dan Yegen, 2004). Sabiston (1995) menambahkan bahwa terdapat sekitar 2 juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat setiap tahun, dengan 10.000 dirawat di Rumah Sakit dan 20.000 di tempat-tempat perawatan luka. Pada tahun 1998 di RS. Cipto Mangun Kusumo dilaporkan terdapat 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38%, sedangkan di RS. dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar dengan angka kematian 26,41% (Kartohatmojo, 2010).

2. Patofisiologi Luka Bakar

Pada saat kulit terpapar oleh panas, zat kimia, listrik atau radio aktif, pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak disertai dengan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal tersebut menimbulkan edema dan bula yang mengandung elektrolit serta menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah (Sjamsuhidajat dan de Jong, 2005).

Sabiston (1995), menambahkan bahwa luka bakar pada kulit dibagi menjadi beberapa daerah, (1) daerah koaguasi jaringan pada titik kerusakan maksimal, (2) daerah statis yakni dareah luka yang ditandai dengan aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang masih dapat diselamatkan, daerah stasis akan mengililingi daerah koagulasi, dan (3) daerah hiperemis yakni daerah yang sembuh secara sempurna. 3. Derajat Luka Bakar

Sabiston (2009) menyatakan bahwa untuk mempermudah penanganan pada luka bakar, secara klasik luka bakar dibagi menjadi tiga drajat meliputi:

a. Derajat Satu

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis yang ditandai dengan kemerahan yang timbul 24 jam setelah luka yang diikuti dengan mengelupasnya permukaan kulit. Luka pada derajat satu akan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

b. Derajat Dua

Kerusakan terjadi pada sebagian pada lapisan dermis, yang ditandai dengan munculnya bula. Daerah bintik-bintik biru dari kelenjar sabasea dan akar rambut akan muncul pada tahap penyembuhan luka. Tingkat penyembuhan luka pada luka bakar derajat dua dibagi manjadi dua jenis berdasarkan kedalaman luka bakar yakni luka superfisial dan luka profunda. Luka superficial akan sembuh selama dua minggu, sedangakan penyembuhan luka profunda dimulai dari jaringan granulasi tipis, sempit dan ditutup dengan epitel yang berasal dari dasar luka selain dari tepi luka.c. Derajat Tiga

Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan dermis. Dermis yang terbakar akan mengering dan menciut yang disebut dengan skar. Penyembuhan besifat lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.4. Proses Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan proses perupaan kembali (remodelling) jaringan (Sjamsuhidajat dan de Jong, 2005).

a. Fase inflamasi

Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari ke 5 setelah luka. Tubuh akan melakukan homeostasis untuk menghentikan pendarahan dengan cara vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi homeostasis. Sel mast dalam jaringan memproduksi serotonin sehingga terjadi peningkatan permebelitas kapiler dan eksudasi. Penyerbukan sel radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan terjadinya edema. Tanda dari inflamasi menjadi jelas berupa kemerahan yang disebabkan melebarnya pembuluh darah, rasa hangat, nyeri dan pembengkakan. Aktivitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit ikut menghancurkan dan memakan bakteri dan kotoran luka (Sjamsuhidajat dan de Jong, 2005)

b. Fase proliferasi

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol fase proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai akhir minggu ke 3. Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam amini glisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen yang akan merekatkan tepi luka.

Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk menyesuaikan diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengkerut. Pada akhirnya kekuatan tegangan luka mencapai 25% jaringan normal, dan akhirnya ikatan intramolekul dan antarmolekul akan memperkuat serat kolagen. Pada fase ini luka akan dipenuhi sel radang, fibroblas dan kolagen membentuk jaringan berwarna kemerahan dan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi (Sjamsuhidajat dan de Jong, 2005). Epitel sel basal ditepi luka terlepas dari dasarnya dan berpindah menutupi dasar luka, tempat yang ditinggalkan kemudian diisi oleh hasil mitosis yang lain.proses migrasi epitel hanya berjalan ke permukaan yang rata atau lebih rendah. Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel yang nantinya menuju proses pengaturan kembali, penyerapan yang berlebih ( Bisono, 2009).c. Fase remodeling atau Fase resobsi

Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan. Dikatakan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tidak ada rasa sakit dan gatal. Fase ini terjadi proses kontraksi parut yang dominan (Bisono, 2009)5. Pengobatan Luka Bakar Pada luka bakar ringan, perinsip penangan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air. Mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan dengan luka. Penanganan antiseptik topikal sangat dianjurkan pada luka bakar (Sjamsuhidajat dan de Jong, 2005) Beberapa antiseptik luka bakar antara lain, (1) larutan perak nitrat 0,5% merupakan salah satu obat topikal yang memilki aktivitas bakteri berspektrum luas. Larutan ini tidak menembus eskar sehingga hanya dapat digunakan pada luka awal yang bersih. (2) Perak sulfadiazin diberikan dalam bentuk krim yang larut dalam air. Lautan ini memiliki komponen aktif sediit larut dalam air sehingga kurang dapat menembus eskar luka bakar dengan kedalaman seluruh kulit. (3) Mafenid asetat dapat larut dalam air dan memberikan aktivitas mikrobakterial yang adekuat di dalam dan dibawah jaringan nonviabel (Sabiston, 1995). a. Tumbuhan Yodium

1) Klasifikasi

Tumbuhan yodium sering disebut juga jarak tingkir, jarak gurita (Sunda), jarak cina (Jateng), dan balacai batri (Ternate). Berdasarkan klasifikasinya tumbuhan yodium termasuk kedalam: Divisi

: Spermatophyte

Subdivisi

: Angiospermae,Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Euphorbiales

Familia

: Euphorbiaceae

Genus

: JatrophaSpesies

: Jatropha multifida(Depkes, 2000).

Gambar 1. Tumbuhan Yodium2) Morfologi

Tumbuhan yodium (Jatropha multifida) berhabitat di semak dengan tinggi 2 m, batang berkayu, pangkal membesar, bergetah dengan penampang bulat. Berdaun tunggal, tersebar, memanjang 15-20 cm, menjari, ujung runcing, pangkal bulat. Berbunga majemuk, bentuk malai, bertangkai, benangsari berjumlah delapan, kepala sari berbentuk tapal kuda, dengan putik berjumlah tiga dan kelopak bercabang. Buah bewarna hijau pada saat muda dan berwarna cokelat pada saat tua. Berbiji bulat dengan warna putih saat muda dan berwarna coklat ketika tua (Depkes, 2000). 3) Kandungan Kimia dan Khasiat

Tumbuhan yodium (Jatropha multifida) memilki kandungan kimia berupa alkaloida, saponin, flavonoid dan tannin, sedangkan khasiat yang terkandung dalam tanaman yodium (Jatropha miltifida) antara lain, getah dan daunnya dapat dipakai sebagai obat luka bakar (Depkes, 2000).b. Tumbuhan Pepaya1) Klasifikasi

Pepaya disebut juga gedang (Sunda), kates (Jawa), peute, betik, ralempaya, punti kayu (Sumatera), pisang, malaka, bandas, manjan, kalujawa (Kalimantan) serta kapalaya, kaliki, dan uti jawa (Sulawesi). Kedudukan tanaman pepaya dalam taksonomi meliputi:

Divisi: Spermatophyta,Subdivision: Angiospermae,Kelas: Dicotyledonae,Ordo: Cistales, Familia: Caricacecae, Spesies: Carica papaya Tanaman ini tumbuh di daerah khatulistiwa dengan ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Pepaya berhabitat dengan tinggi kurang lebih 10 m, dengan akar tunggang dan batang tidak berkayu. Daun pepaya berbentuk bulat dan berujung runcing (Rukmana, 1995).

Gambar 2. Daun Pepaya2) Kandungan Kimia

Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain, pseudo karpain, glikosida, dan saponin. Buah mengandung beta karoten, pektin, d-galaktosa, I-arabinosa dan papain. Daun dan akar pepaya mengandung polifenol dan flavonoid dengan khasiat sebagai antiseptik (Depkes, 2000).

3) Morfologi dan Manfaat Pepaya Pohon pepaya tidak bercabang, batang bulat berongga, tidak berkayu, terdapat benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok. Daun terkumpul di ujung batang, berbagi menjari. Akar pepaya berguna untuk obat cacing, peluruh air seni dan penguat lanmbung. Biji papaya berguna untuk obat cacing dan peluruh haid. Daun pepaya berguna sebagai peluruh haid, penurun panas dan sebagai antiseptic (Depkes, 2000).B. Gel Gel merupakan sediaan semi padat digunakan pada kulit, umumnya sediaan tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, pelunak kulit atau sebagai pelindung. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik maupun organik dan saling diresapi cairan (Wardani, 2009).C. Kerangka Konsep Termal, listrik dan kimia merupakan faktor penyebab terjadinya luka bakar. Obat topikal sintesis Iodin povidon, nitras argenti 0,5% dan bioplacenton banyak digunakan orang sebagai obat topikal luka bakar, akan tetapi penggunaan iodium povidon, nitras argenti 0,5% dan bioplacenton yang berlebihan dan jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping berupa dermatitis, bengkak, gatal dan rangsangan nyeri yang sangat pada daerah sekitar luka. Selain itu, harga yang mahal menjadi sebab masyarakat tidak menggunakanya. Peneliti menawarkan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebagai obat topikal luka bakar yang memiliki efek kolagen (saponin), antiseptik (iodine dan sulfur) serta antimikroba (khemopapain dan papain).

Gambar 3. Kerangka Konsep PenelitianKeterangan:Diteliti : Tidak diteliti: D. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) mempercepat terhadap penyembuhan luka bakar termal pada tikus putih (Rattus norvegicus).BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental invivo pada hewan uji.

B. Tempat

Penelitian ini dilakukan di laboratorium biomedik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu 3 bulan dengan perkiraan waktu di bulan Mei-Juni.D. Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek tikus putih (Rattus norvegicus) betina sejumlah 30 ekor yang berumur 8 bulan dengan penyesuaian berat rata-rata 200 gram.E. Variabel Penelitian

1.Variabel Bebas :Pemberian gel kombinasi ekstak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) 15% .

2.Variabel Terikat :Waktu penyembuhan luka (dalam hari) dan persentase penyembuhan luka.

3.Variabel Terkendali:

a. Subyek penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague Dawley dengan umur 8 minggu dan berat rata-rata 200 gram.

b. Tikus dipilih secara acak atau randomisasi dengan pakan yang sama.c. Kandang tikus mempunyai luas yang sama dan diletakan di lingkungan yang sama.

d. Sebelum dilakukan induksian luka bakar termal, tikus diadaptasikan dengan lingkungan kandang hewan selama 7 hari.

F. Definisi Operasional

1. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut air.2. Ekstrak etanol adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari simplisia nabati atau hewani menggunakan etanol.3. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari partikel organik dan anorganik yang diresapi cairan.4. Luka bakar dalam penelitian ini adalah suatu kerusakan jaringan pada permukaan kulit yang diakibatkan kontak antara kulit dengan besi panas yang dialiri listrik (luka termal) dengan tingkat kerusakan yaitu luka bakar derajat tiga dengan katagori penyembuhan luka sekunder.5. Metode penyembuhan luka dan persentasi penyembuhan luka diukur dengan menggunakan metode Morton dengan penyembuhan dihitung dalam hari berdasarkan indikator kesembuhan yang dihitung persentase kesembuhan luka.6. Indikator kesembuhan adalah diameter luka bakar yang diukur secara makroskopis dan persentase kesembuhan yang dihitung dari data diameter tersebut.G. Instrumen Penelitian

1. Alat Penelitian

a. Alat Penelitian Pembuatan Ekstrak dan Sediaan Gel

Alat yang digunakan untuk pembuatan ekstrak dan gel meliputi homogenizer, kompor listrik, gelas ukur, gelas beker, neraca analitik, pipet tetes, mesin penyerbuk, pengaduk, labu alas bulat, tabung erlenmeyer, cawan porselen, oven pengering, corong boechman, mesin vaccum, rotary vacuum evaporator, dan botol flacon.

b. Alat Penelitian Perlakuan Luka Bakar

Alat yang digunakan adalah solder dengan daya 80 watt, 240 volt ditambahkan dengan tembaga murni yang dibentuk lingkaran dengan diameter 20 mm, alat pencukur rambut, jangka sorong, masker, kandang dan timbangan tikus.

2. Bahan-Bahan Penelitian

a. Bahan Penelitian Pembuatan Ekstrak dan Sediaan Gel

Tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya), etanol 70%, aquadest, CMC-Na, dan kertas saring.b. Bahan penelitian Luka Bakar Termal

Gel kombinasi Ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya), kapas, eter, dan aquadest.H. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Ekstrak dan Sediaan Gel

Menurut Ahli di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu Unit III Universita Gajah Mada, Yogyakarta adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan Ekstrak Tumbuhan yodium (Jatropha multifida) 1) Pilih bahan tumbuhan yodium (Jatropha multifida) kemudian cuci dengan air bersih.2) Setelah bersih tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dikeringkan dan dimasukan ke dalammesin pengering(oven) dengan suhu 45C.

3) Setelah kering, tumbuhan yodium dibuat serbuk dengan mesin penyerbuk.

4) Serbuk daun pepaya ditimbang sebesar 200gram untuk dilarutkan dengan etanol 70%.5) Setelah ditimbang, serbuk tumbuhan yodium dan etanol 70% di blender dengan homogenizer selama 15 menit.

6) Kemudian maserasi selama 24 jam, sehingga senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan yodium larut dalam etanol 70%.

7) Setelah dimaserasi selama 24 jam, hasil maserasi tersebut disaring dengan mesin vaccum sampai kering sehingga diperoleh larutan tumbuhan yodium (Jatropha multifida).

8) Cairan atau larutan hasil penyaringan dituang ke labu alas bulat.

9) Kemudian diuapkan dengan mesin rotary vaccum evaporator sampai terlihat adanya pemisahan antara etanol 70% dengan zat yang terkandung di dalam tumbuhan yodium (Jatropha multifida)10) Cairan diambil dan dituang ke cawan porselen, kemudian dididihkan dengan air mendidih samapi kering, setelah kering ekstrak ditempatkan dalam wadah.

b. Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya ( Carica papaya)

1) Pilih bahan daun pepaya (Carica papaya) kemudian cuci dengan air bersih.2) Setelah bersih dau pepaya (Carica papaya) dikeringkan dan dimasukan ke dalammesin pengering(oven) dengan suhu 45C.

3) Setelah kering, daun pepaya dibuat serbuk dengan mesin penyerbuk.4) Serbuk daun pepaya ditimbang sebesar 200gram untuk dilarutkan dengan etanol 70%.5) Setelah ditimbang, serbuk daun pepaya dan etanol 70% di blender dengan homogenizer selama 15 menit.

6) Kemudian maserasi selama 24 jam, sehingga senyawa kimia yang terkandung dalam daun pepaya larut dalam etanol 70%.

7) Setelah dimaserasi selama 24 jam, hasil maserasi tersebut disaring dengan mesin vaccum sampai kering sehingga diperoleh larutan daun pepaya (Carica papaya).

8) Cairan atau larutan hasil penyaringan dituang ke labu alas bulat.

9) Kemudian diuapkan dengan mesin rotary vaccum evaporator sampai terlihat adanya pemisahan antara etanol 70% dengan zat yang terkandung di dalam daun pepaya (Carica papaya)

10) Cairan diambil dan dituang ke cawan porselen, kemudian dididihkan dengan air mendidih samapi kering, setelah kering ekstrak ditempatkan dalam wadah.c. Pembuatan Sediaan Gel Ekstrak Tumbuhan Yodium (Jatropha multifida) dan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya)1) Siapkan bahan dasar pembuatan gel yaitu CMC-Na.

2) Timbang serbuk CMC-Na seberat 0,5 gr, kemudian masukan ke dalam gelas beker.

3) Serbuk yang sudah ditimbang dilarutkan dengan aquadest sebanyak 50ml dan diaduk sampai rata.

4) Untuk mempercepat kelarutan dapat sambil dipanaskan.

5) Selanjutnya, siapkan ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan ekstrak daun pepaya ( Carica papaya) sesuai dengan perbandingan yang dibutuhkan.6) Masukan ekstrak ke dalam gelas beker, dan larutkan dengan gel CMC-Na sampai terlarut, untuk mempercepat kelarutan dapat sambil dipanaskan.

7) Setelah larut, ukur dengan cara dimasukan ke dalam tabung reaksi sebanyak 50ml, kemudian masukan ke botol flacon simpan pada freezer dan selanjutnya dapat digunakan sebagai perawatan luka.2. Perhitungan Rumus Konsentrasi Menurut Ahli di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu Unit III Universita Gajah Mada Yogyakarta perbandingan yang diambil untuk sedian gel ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15%. Cara mengetahui perbandingan dengan menghitung konsentrasi dengan rumus: konsentrasi= keterangan:

B

: berat campuran ekstrak (gram)

V

: volume ( ml )

100%: persentase Dalam perhitungan yang didapatkan ketika sedian gel sebesar 15% dengan volume 50 ml didapatkan hasil sebesar 7,5 gram campuran ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya).3. Pengelompokan Hewan Uji Sebelum dilakukan pengujian, hewan uji didaptasikan terlebih dahulu dengan suasana kandang hewan lab biomedik FKIK UMY selama satu minggu. Sebanyak 30 ekor tikus putih sebagai hewan uji ditimbang kemudian dan dibagi secara randomisasi menjadi kelompok:

a. Kelompok A adalah kelompok hewan uji kontrol negativ tanpa perlakuan.

b. Kelompok B adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan konsentrasi 1:1 .c. Kelompok C adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandinga 1:2.d. Kelompok D adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan 2:1.e. Kelompok E adalah kelompok hewan uji kontrol positif dengan perlakuan bioplasenton.4. Induksi Luka Bakar Termal

Hewan uji dibius eter dengan menggunakan sungkup, kemudian dengan kaki terikat tikus diletakan diatas papan lalu dicukur bersih di bagian dorsal dekstra. Tikus diinduksi dengan termal menggunakan alat penginduksi panas yang berdiameter 20 mm dengan suhu 100 C selama 8 detik. Setelah dilakukan induksi luka bakar, lakukan pengukuran diameter luka.

a. Pemberian Perlakuan Gel Ekstrak Tumbuhan Yodium (Jatropha multifida) dan Daun Pepaya (Carica papaya).Tikus yang sudah dikelompokan dan diukur diameternya diberikan perlakuan sesuai kelompoknya. Kelompok A adalah kelompok hewan uji kontrol negativ tanpa perlakuan. Kelompok B adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan konsentrasi 1:1. Kelompok C adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan konsentrasi 1:2. Kelompok D adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan konsentrasi 2:1. Kelompok E adalah kelompok hewan uji kontrol positif yang diberi olesan bioplasenton. Pemberian setiap perlakuan dilakukan setiap hari dengan volume 0,5 ml sampai luka bakar pada tikus sembuh.

b. Pengamatan dan Pengukuran Luka Bakar

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memodifikasi metode Morton mengacu penelitian tentang luka bakar oleh Suratman, (1996). Pengamatan terhadap luka bakar pada hewan uji dilakukan setiap hari jam 12.00 wib, sedangkan pengukuran dan pengambilan data diameter luka bakar dilakukan setiap tiga hari sekali sampai sembuhnya luka atau didapatkannya diameter luka sama dengan nol pada hewan uji. Data waktu sembuh (dalam hari) diambil berdasarkan pada data kesembuhan dan pengukuran diameter luka setiap hari, dengan indikator berupa kesembuhan luka atau didapatkannya diameter luka sebesar 0 mm. Data persentase luka diambil dari data diameter luka. Cara mengukur diameter luka adalah dengan menghitung nilai rata-rata diameter luka menggunakan rumus:

Dx =dx(1)+dx(2)+dx(3)+dx(4)

4

Keterangan:

Dx :diameter luka hari ke-x (dalam mm)

Dx (1), (2), (3) dan (4) :diameter luka hari yang diukur dalam berbagai arah (lihat gamabar 1)

Gambar 4. Cara Mengukur Diameter Luka (Suratman, 1996)I. Analisis Data

1. Perhitungan Data Persentase Kesembuhan

Setelah data diameter luka didapatkan, kemudian dilakukan pernghitungan persentase penyembuhan luka (dalam %) setiap hari dengan menggunakan rumus konversi persentase sebagai berikut:

d12 dx2Px = x 100%

d12Keterangan:Px: Persentase kesembuhan hari ke-x (dalam %)d1: diameter luka hari pertamadx: diameter luka hari ke-x2. Perhitungan Jumlah Sampel

Besar sample hewan uji dihitung berdasarkan rumus sample federer sebagai berikut:

(P1-1) (p2-1) 15

Keterangan:P1

: Jumlah kelompok sampel

P2

: Jumlah sample yang dicari

3. Pengolahan Data dengan Statistik

Data yang diperoleh merupakan dua data makroskopik berupa waktu penyembuhan (dalam hari) dan persentasi kesembuhan (dalam %). Data selanjutnya dianalisis menggunakan stastistik deskriptif ANOVA untuk diuji normalisasinya, jika diketahui sebaran data tidak normal, maka dilakukan analisis dengan metode Krusscal-Wallis pada semua kelompok penelitian, kemudian untuk melihat kelompok mana yang terdapat perbedaan bermakna maka dilakukan uji Mann-Whitney antar kelompok.

J. Keterbatasan Penelitian

Subjektivitas dalam menilai diameter luka dengan penglihatan dan jangka sorong (pengamatan makroskopis) dalam penelitian ini menjadi keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian, sehingga dibutuhkan ketelitian dan ketajaman penglihatan peneliti demi keakuratan hasil.

K. Diagram Prosedur Penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran PenelitianPenelitian berjudul pengaruh gel kombinasi ekstrak tanaman yodium (jatropha multifida) dan daun pepaya (carica papaya) terhadap penyembuhan luka bakar termal pada tikus putih (rattus norvegicus), menggunakan sampel tikus dengan jumlah 30 ekor dengan sebelumnya telah ditimbang berat badan rata-rata berkisar 200 gram. Tikus dikelompokan menggunakan kandang plastik khusus dan diletakan pada ruangan yang mempunyai sirkulasi yang baik. Pemeliharaan tikus berada di ruang hewan uji laboraturium biomedik fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan umy. Setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus yang dipelihara dalam kandang tikus berukuran 30 x 40 cm dengan daya tampung 2 ekor setiap kandangnya. Setiap hari kandang tikus dibersihkan dari kotoran tikus dan diberi makan dengan takaran yang sama setiap tikusnya.Luka bakar termal dibuat menggunakan penginduksi panas yaitu solder modifikasi berdiameter 20mm dengan suhu mencapai 100 C selama 10 detik pada kulit bagian dorsal dextra yang telah dicukur rapi bulunya sehari sebelum induksi menggunakan pisau cukur. Pemilihan waktu 10 detik bertujuan untuk membuat luka bakar derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit dan subkutis dibuktikan dengan kerusakan yang terjadi pada folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tanpa adanya vesikil maupun bula sehingga kulit keliatan terbakar berwarna abu-abu, pucat dan kering. Sebelum dilakukan penginduksian tikus terlebih dahulu dilakukan anasthesi secara inhalasi menggunaka klorofrom sebagai pengganti eter sesuai etika penelitian. Luka bakar yang terbentuk diberi perlakuan sesuai kelompok uji yang akan dilakukan yaitu :

a. Kelompok A adalah kelompok hewan uji kontrol negativ tanpa perlakuan.

b. Kelompok B adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan konsentrasi 1:1 .c. Kelompok C adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandinga 1:2.d. Kelompok D adalah kelompok hewan uji yang diberi sediaan gel kombinasi ekstrak tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya) sebesar 15% dengan perbandingan 2:1.e. Kelompok E adalah kelompok hewan uji kontrol positif dengan perlakuan bioplasenton.Penggunaan kontrol positif menggunakan bioplacenton yang mengandung placenta 10% dan neomisin sulfat 0,5%. Bioplacenton dapat digunakan sebagai obat topical untuk luka bakar, tukak kronik, tukak dekubital, eksim, impetigo, dan sebagainya. Pengaruh ekstrak placenta terhadap penyembuhan luka khususnya luka bakar adalah dengan cara mempengaruhi proliferasi sel oleh berbagai macam factor penyembuhan yang ada pada ekstrak placenta, antara lain EGF, TGF-, TGF-, bFGF\, VEGF, dan HGF (Aryenti, 2008). Neomisin sulfat bekerja sebagai antibiotik yang bekerja dengan cara mengingibisi sintesis protein agar terbentuk tidak sempurna sehingga bakteri tidak terbentuk ( Katzung, 2010).Daun Jatropha Multifida dan daun Carica Papaya diperoleh dari satu wilayah yaitu dusun Bodeh kecamatan Gamping. Hal ini dilakukan agar homogenitas pengaruh unsure tahan terjadi pada tanaman. Daun yang dipilih adalah daun yang tua yaitu berwarna hijau ketuaan. Selanjutnya daun yang sudah dipilih kita serahkan pada LPPT UGM untuk dilakukan pengekstrakan.

Perbandingan ekstrak daun Jatropha Multifida dan daun Carica Papaya sebesar 15 % dengan perbandingan konsentrasi 1:1, 1:2, dan 2:1 bertujuan untuk membuat kandungan daun Carica Papaya sebesar minimal 5% hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa kadar ekstrak daun Carica Papaya 5% mampu memberikan paling cepat dibandingkan dengan konsentrasi lainya (Fitriawati, 2005).Perlakuan diawali dengan mengukur diameter awal tikus pada masing-masing kelompok sehingga nantinya tercapai diameter rerata tikus. Perlakuan pengolesan bahan uji dilakukan setiap hari pada pukul 10.00 wib dengan volume 0,1 ml menggunakan spuit volume 1ml. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa pemilihan bahan uji 0,1 ml bertujuan agar diameter luka sebesar 0,1 ml dapat tertutup oleh bahan uji sehingga terjadi pemerataan bahan uji. Pemberian perlakuan dilakukan setiap hari sampai diameter luka mencapai 0 mm. Pengukuran luka sampai mencapai diameter 0 mm menggunakan alat jangka sorong dengan cara pengamatan setiap hari sampai luka dinyatakan sembuh.B. Uji Efek KOMBINASI EKSTRAK TANAMAN YODIUM (Jatropha multifida) DAN DAUN PEPAYA (Carica papaya)1. Waktu Sembuh Luka Bakar Termal

Rata-rata untuk ekstrak sembuh pada luka bakar termal tikus menurut kelompok masing-asing dalam penelitian ini dapat diliat pada table 1, sedangkan secara keseluruhan dapat diliat pada lampiran 1.

Tabel 1. Rata- rata Waktu Sembuh Luka Bakar TermalKelompok PerlakuanRata-rata Waktu Sembuh

Kotrol Negatif ( Tanapa Perlakuan)31,4 1,34

Perlakuan Ekstrak 1 : 1

31,4 0,54

Perlakuan Ekstrak 1 : 230,6 0,54

Perlakuan Ekstrak 2 : 130,2 1,48

Kontrol Positif ( Bioplacenton)32,6 2,07

Tabel 1 diatas menunjukan perlakuan ekstrak Jatropha Multifida dan Carica Papaya dengan perbandingan 2 : 1 memiliki rata- rata kesembuhan paling cepat yaitu 30,2 hari jika dibandingkan dengan perlakuan lainya. Pada perlakuan kontrol positif dengan pemberian bioplacenton menunjukan rata-rata kesembuhan yang lambat dibandingkan dengan perlakuan lainya yaitu 32,6 hari.Uji hipotesis parametrik dengan metode anova satu arah dapat terpenuhi setelah diketahui bahwa distribusi normal, variasi data yang sama dan independensi data.Hasil analisis data stastitik didapatkan hasil p > 0.05 pada setiap kelompok perlakuan, dimana bias dikatakan bahwa data semua kelompok waktu sembuh tikus mempunyai distribusi normal. Variasi data yang sama ditunjukan dengan test homogenitas yang menunjukan p > 0.05 dimana nilai p = 0.218 . Pemilihan sample secara acak menunjukan data waktu sembuh diatas mempunyai independensi data. Dari hasil analisis stastistik didapatkan bahwa data mempunya syarat untuk dilakukan uji dengan metode anova satu arah. Hasil analisis secara lengkap dapat diliat pada lampiran 2.Hasil analisis menggunakan anova satu arah didapatkan analisis antara data waktu sembuh terhadap perlakuan pada tabel anova didapatkan nilai p = 0.086 dimana p >0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang berarti waktu sembuh diantara masing-masing kelompok perlakuan. Uji post Hoc dengan metode tukey menunjukan bahwa hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukan hasil yang tidak bermakna karena hasil MCA ( Multiple Comparison Analysis ) dari kesemu data menunjukan p > 0.05 .

DAFTAR PUSTAKAAtoilla, A.I.2007. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Getah Batang Tanaman Yodium (Jatropha multifida L) Terhadap Lama Waktu Koagulasi Darah Secara In Vitro (Studi Kasus Lama Waktu Koagulasi Golongan Darah B). Skripsi. Malang: Department Biology Universitas Muhammadiyah Malang.Bisono. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Bina Putra Aksara, Halaman 387-388.

Cakir, B., & Yegen Berak, C.2004. Prespectives in Medical Sciences Systemic Responses to Born Injury. Journal of Turk Med Sic. Volume 34. Halaman 215-226. Departement of Physiology Faculty of Medichine Marmara University Istambul Turkey.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta.

Depkes RI. 2000. Invntaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Harmanto, N., & Subroto Akham, M. 2006. Herbal dan Jamu Pengaruh dan Efek Sampingnya. Jakarta. Alex Media Komputindo.

Ilmi Amri, N. 2009. Tanaman Yodium Jatropha multifida Sebagai Bahan Fortifikasi Bath. Surabaya. Skripsi. Fakultas Sains dan teknologi Universitas Airlangga.

Nayak, S., PereiraPinto, L., Maharaj, D. 2007. Wound Healing Activity Of Carica Papaya L in Experimentaly Induced Diabetic Rats. Indian Journal of Eksperimental Biology. Volume 45. Halaman 739-743. Faculty of Medical Sciences The University of The West Indies, St. Augustine, Trinidad.

Rukmana. 1995. Budidaya dan paca panen papaya. Yogyakarta; kanisius cit Rahayu. 2003. Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya sebagai Repelen Terhadap Culex quenquefaciatus. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sabiston. 1995. Buku Ajar Bedah Bagian 1 ( Edisi 2). Jakarta: EGC, 151-163.Septiningsih, E. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya (Carica Papaya L) Dalam Sediaan Gel Pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.Sjamsuhidajat, R., & Jong W. D. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 2).Jakarta:EGC, 73-84.Supriadi. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia Penggunaan dan Khasiatnya (Edisi 1). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Suratman, Sumiwi, S.A., Gozali, D. 1996. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, Krim dan Jelly terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta, no.108 Hal: 31-36.Oswari, E. 1989. Bedah dan Perawatannya ( Edisi 1). Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 132-133.Putra Angga, R., Sundaryanto, A., Haryanto, H.(2010).pengaruh pemberian ekstrak batang betadin (jatropha multifida) terhadap jumlah trombosit mencit jantan serta implementasinya pada pembelajaran kimia organic bahan alam. Bengkulu.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

Tjay Hoan, T.,& Raharja, K. 2007. Obat-obat penting, khasiat pengguanaan dan efek sampingnya.Jakarta.Alex Media Komputindo.

Wardani, P.L.(2009). Efek Penyembuhan Luka Bakar Gel Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper Betle) Pada Kulit Punggung Kelinci. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta 2009.World Fire Stastistics Center. (2008). Informasi Bulletin of The World Fire Stastistics Center, The Geneva Association, October 2008 (No 24). Geneva.

Termal, listrik, kimia

T.Yodium mengandung sulfur & iodine (antiseptic), daun pepaya mengandung Saponin (kolagen), Khemopapain dan papain (anti mikroba)

Obat topikal sintesis iodium povidon,nitras agenti 0,5%, dan bioplacenton

Tumbuhan yodium (Jatropha multifida) dan daun pepaya (Carica papaya)

Luka pda tikus (diamter 20 mm)

Kondisi Awal

Tikus sembuh (diameter 0 mm)

Kondisi Akhir

Luka Bakar

Pengaadaptasian hewan uji selama 7 hari (1 minggu)

Pengelompokan hewan uji ( hari ke 7)

Kel.E 6 ekor hewan uji ( 1 hewan uji menjadi cadangan)

Kel C 6 ekor hewan uji (I hewan uji menjadi cadangan)

Kel B 6 ekor hewan uji (1 hewan uji menjadi cadangan)

Kel.A 6 ekor hewan uji ( 1 hewan uji menjadi cadangan)

Kel.D 6 ekor hewan uji ( 1 hewan uji menjadi cadangan)

Induksi luka bakar menggunakan solder yang dimodifikasai membentuk lingkaran diameter 20 mm ( hari ke 8)

Pengukuran diameter luka dilakukan 2 jam setelah induksi luka bakar

Pemberian perlakuan kepada setiap kelompok sampel ( hari ke 9)

Kelompok perlakuan A

Kelompok perlakuan E

Kelompok Perlakuan D

Kelompok perlakuan B

Kelompok perlakuan C

Pengukuran diameter luka

Pengamatan dan penghitungan persentase kesembuhan sampai diameter mencapai 0 mm

Penyusunan laporan

Analisis data

ii