ilmu hakekat usul dir4

Upload: deny-yusuf

Post on 02-Jun-2018

256 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Ilmu Hakekat Usul Dir4

    1/4

    ILMU HAKEKAT USUL DIRI ZULKARNAIN BANDJAR

    Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang

    SHOLAT BAGIAN IV

    by Zulkarnain Bandjar

    ( Lanjutan dari Sholat bagian III )

    SHOLAT BAGIAN IV (TAMAT)

    Sembahyang yang pernah dijelaskan pada bab-bab yang lalu, adalah bahwa sembahyang itu merupakan satu

    tatacara istiadat untuk membolehkan kita berdiam menyaksikan diri kita sendiri. Ki ta harus mengerj akan

    istiadat 5 waktu dalam 24 jam sehar i semalam. Oleh karena itu adalah perlu bagi kita mengetahui satu cara

    hakiki untuk menunaikan sembahyang ini.

    Rasullah s.a.w telah menerima istiadat atau cara-cara sembahyang dari pada tuhanya didalam satu peristiwa

    Isra dan Miraj. Didalam peristiwa itu Rasullullah s.a.w. menerima sembahyang dan tatacara istiadat

    sembahyang tersebut, maka jadilah sembahyang 5 waktu itu tonggak atau tiang agung hakikinya hidup

    manusia itu sendiri.

    Didalam pertemuan rahasia antara Rasul lu ll ah dengan Al lah s.w.t,Baginda Rasulullah s.a.w telah

    menerima cara-cara sembahyang sebagaimana cara-cara sembahyang para malaikat, rasul, aulia-

    aulia yang dizahirkan oleh Allah terlebih dahulu untuk baginda.

    Maka terimalah Rasullulah akan tata tertib cara sembahyang tersebut dan setelah itudituangkan oleh baginda

    didalam peraturan syariat i slam dan juga menjadi Rukun I slam yang kedua.

    Cara atau peraturan istiadat sembahyang itu hendaklah menjadi panduan dan panutan bagi seluruh umatnya

    yang ada di muka bumi ini.

    Didalam mensyariatkan cara sembahyang ini Rasullulah s.a.w pernah bersabda : .

    http://ilmuhakekat.wordpress.com/http://ilmuhakekat.wordpress.com/about/http://ilmuhakekat.wordpress.com/about/http://ilmuhakekat.wordpress.com/http://ilmuhakekat.wordpress.com/about/http://ilmuhakekat.wordpress.com/
  • 8/10/2019 Ilmu Hakekat Usul Dir4

    2/4

    Artinya :

    Sembahyang-lah sebagimana aku sembahyang

    Didalam menunaikan syariat sembahyang, tentunya hanya ada satu cara sholat yang benar -benar sesuaisebagaimana cara-cara yang diterima oleh Rasulullah s.a.w. dari tuhanya yang seharusnya menjadi

    panduan dan amalan oleh umatnya.

    Oleh karena itu jika ada yang mengamalkan selain dari pada cara-cara sholat yang diterima oleh Rasullulah

    s.a.w. dari tuhannya itu, maka sembahyang yang diamalkan itu adalah kosong dan sembahyang itu hanya ikut-

    ikutan belaka, seperti ketika melihat orang takbir dia ikut takbir, lihat orang sujud dia juga sujud, lihat orang

    baca tahayat dia pun baca tahayat, tetapi kebanyakan dari pada mereka tidak pernah mau belajar

    sembahyang, dan tidak pernah bertanya kepada diri dia sendiri mengapa sembahyang dibuat begitu

    rupa(ada bediri, ada rukuk, sujud dan sebagainya).

    Kebanyakan dari pada ki ta hanya menjalankan sembahyang karena i kut-i kutan saja, semenjak kita hadir ke

    dunia terus kita lihat ibu dan bapak kita sembahyang, kita terus disuruh sembahyang, kemudian kitapun

    sembahyang dan terus sembahyang sampai kita menjadi dewasa seperti sekarang ini. Kita tidak pernah

    bertanya dari mana ibu bapak kita mengambil cara sembahyang itu. Kita tidak juga bertanya asal-usul

    sembahyang itu, tentunyajika saja cara sembahyang ki ta tidak sampai persambungannya dengan

    Rasulul lah s.a.w. maka sembahyang kita adalah ikut-i kutan belaka dan akan sia-sia jadinya.

    Maka sembahyang itu harus dikerj akan dengan pengesahan dari guru -guru yang sudah mursyidyang bisa

    mengamalkan tata-cara sembahyang dan mempunyai persambungan mata rantai dengan Baginda Rasulullahs.a.w. sebaliknya sembahyang yang tidak mempunyai guru adalah sembahyang ikut-ikutan dari nenek

    moyangnya saja.

    Dunia terus berputar, matahari tetap memancarkan sinarnya, si jahil menjadi si alim juga mendapat petunj uk

    daripada tuhannya. semakin hari semakin banyak saja orang pintar dan pandai dari perguruan tinggi, dari

    pondok-pondok pesantren, tetapi lihatlah dimana saja kita berada kita melihat banyak orang sembahyang

    dengan cara mereka masing-masing yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, perbedaan diantara

    seorang alim dengan seorang alim yang lain, antara seorang pandai dengan seorang pandai yang lain.

    Cobalah kita lihat satu contoh perbedaan cara takbir ketika sembahyang diantara dua orang yang belajar di satu

    pusat pengajian yang mempunyai kitab dan hukum yang sama, dan coba pula kita perhatikan kedudukan kaki

    mereka diantara dua sujud yang seorang begini dan yang lainnya begitu, dan masih banyak lagi gaya-gaya dan

    amalan-amalan sembahyang yang berbeda-beda.

    Jika terdapat perbedaan diantara dua orang alim tersebut maka dimanakah kebenaran sabda Rasulul lah

    s.a.w. yang mensyariatkan sembahyang sebagaimana baginda sembahyang. Sedangkan hanya ada satu cara

  • 8/10/2019 Ilmu Hakekat Usul Dir4

    3/4

    sembahyang saja yang Rasulullah s.a.w. terima dari tuhan-Nya. Oleh karena itu jika terdapat perbedaan amalan

    diantara dua orang ulama syariat, maka bagaimana halnya dengan orang-orang awam yang tidak pernah

    mendapat petunjuk daripada seorang guru yang mursyid?

    Wahai saudaraku, setelah hidupku yang mau setengah abad in i, aku telah banyak menemui gur -

    guru syariat untuk bertanya tentang cara-cara sembahyang ini .

    Aku bertanya kepada mereka cara-cara sembahyang dan bertanya pula dari mana mereka mengambil cara-cara

    sembahyang dan bagaimana caranya untuk menghadirkan diri didalam sembahyang dengan penuh khusyu dan

    tawadu dan bagaimana pula menghilangkan perasaan, pikiran yang membuatku teringat kepada hal-hal lain

    yang tidak perlu dihadirkan sewaktu menjalankan sembahyang.

    Tidak ada diantara mereka yang dapat memberikan petuah kepadaku tentang cara-cara sembahyang

    Rasulul lah s.a.w.dan cara-cara untuk menghadirkan diri dengan khusyu dan tawadu didalam sembahyang.

    Malahan masing-masing memberikan cara yang berbeda-beda diantara alim ulama yang satu dengan alim

    ulama yang lain. Oleh sebab itu aku pun mulai sanksi dengan cara-cara sembahyang merekadan aku

    perhatikan di pengajian-pengajian mereka belajar kitab semata-mata, tetapi mereka sendiri tidak pernah belajar

    dan diajar sembahyang Rasulullah s.a.w. oleh karena itu suatu saat aku berdoa ke hadirat Allah s.w.t. supaya

    diajarkan aku cara-cara sembahyang seperti yang pernah diajarkan kepada Rasulullah s.a.w. ketika peristiwa

    Isra dan Mira dahulu.

    .. akhirnya ..

    AWAS !!

    Khusus uraian yang beri kut in i adalah menceri takan sediki t pengalaman yang pernah aku alami,

    tidak perl u untuk dipik ir kan terl alu jauh yang nantinya akan menimbulkan pertentangan didalam

    pikiran kita karena sesungguhnya hal ini hanya bisa dirasakan oleh orang yang pernah

    mengalaminya.

    Pada suatu malam aku diajar kan cara-cara sembahyang oleh Rasulul lah s.a.w. disaksikan oleh Nabi Yusuf

    a.s., Wali Qutub Syeikh Abdul Kadir Jailani r.a dan Imam Syafii r.a. Mereka datang mengajar aku

    sembahyang didalam kedaan tawasul dan kemudian disahkan pula oleh Nabi Khidir a.s.

    Selama aku bermimpi antara ti dur dan ti dak tidur , mimpi yang terang dan j elas dan masih aku

    ingat sampai saat i ni .

    Kemudian aku membawa cara-cara sembahyang yang aku peroleh ini kepada beberapa orang guru hakekat

    dan makrifat lagi mursyid, lalu mereka mengesahkan bahwa cara-cara sembahyang yang diterima oleh aku itu

  • 8/10/2019 Ilmu Hakekat Usul Dir4

    4/4

    adalah memang sebagaimana cara-cara sembahyang yang diterima oleh Rasulullah s.a.w. semasa Isra dan

    Mira dahulu.

    Sesungguhnya aku yakin dengan i lmu aku dan ti dak ada keraguan sediki tpun didalamnya.

    Oleh karena itu aku ingin berbagi pengalaman dengan semua saudara-saudaraku agar saudara-saudaraku yang

    lain juga bisa mengalami apa yang pernah aku alami, semoga Allah s.w.t. meridhoi kita semua dan hindarilah

    daripada mengamalkan sembahyang i kut-i kutan yang ti dak mempunyai asal usul daripada Rasulu llah

    s.a.w.

    Salam : Zulkarnain Bandjar