hubungan tingkat pengetahuan perawat...

68
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BASIC LIFE SUPPORT (BLS) DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PRIMARY SURVEY DI RSUD dr.SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI “Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana KeperawatanOleh AZIZ NUR FATHONI NIM. S10004 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Upload: dangnga

Post on 16-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

BASIC LIFE SUPPORT (BLS) DENGAN PERILAKU PERAWAT

DALAM PELAKSANAAN PRIMARY SURVEY

DI RSUD dr.SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

“Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh

AZIZ NUR FATHONI

NIM. S10004

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Naskah Skripsi yang

berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

BASIC LIFE SUPPORT (BLS) DENGAN PERILAKU PERAWAT

DALAM PELAKSANAAN PRIMARY SURVEY

DI RSUD dr.SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

KABUPATEN WONOGIRI

Oleh :

Aziz Nur Fathoni

NIM S10004

Telat pertahankan di depan penguji pada tanggal 1 Juli 2014 dan dinyatakan telah

memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan.

Pembimbing Pendamping,

Ariyani, S.Kep.,Ns,M.Kes

NIP: 196811231988032004

Pembimbing Utama,

Wahyu Rima A., S.Kep.,Ns.M.Kep

NIK: 201279102

Penguji,

Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns, M.Kep

NIK: 200679022

Surakarta, 22 Juli 2014

Ketua Program StudiS-1 Keperawatan,

Wahyu Rima A., S.Kep.,Ns.M.Kep

NIK: 201279102

ii

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tagan dibawah ini :

Nama : Aziz Nur Fathoni

NIM : S10.004

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada

Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan

Tim Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang

dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, 25 Juni 2014

Yang membuat pernyataan,

Aziz Nur Fathoni

NIM. S10.004

iii

Yang membuat pernyataan,

Aziz Nur Fathoni

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah

memberi kekuatan jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang

Basic Life Support (BLS) Dengan Perilaku Perawat Dalam Pelaksanan

Primary Survey RSUD dr.Soediran Magun Sumarso Kabupaten Wonogiri”

Skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam menyelesaikan penelitian

ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan semangat, dorongan, dan doa

dalam penyusunan Skripsi ini.

2. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta

3. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,.M.Kep selaku Ketua Prodi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, dan sebagai pembimbing

pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam

penyusunan Skripsi ini hingga selesai.

4. Ibu Ariyani, S.Kep.,Ns,M.Kes selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyususn Skripsi ini

hingga selesai.

iv

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

5. Segenap dosen Prodi S-1 dan Staf pengajar STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingan pada penulis.

6. Kepala Ruang Rawat beserta staf di Ruang IGD RSUD dr.Soediran Magun

Sumarso Kabupaten Wonogiri.

7. Sahabat-sahabat PAIDI yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan

dan semangat.

8. Teman-teman prodi S-1 yang telah memberikan dorongan baik material dan

spiritual dalam pembuatan Skripsi ini.

9. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

menambah wawasan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa

STIKes Kusuma Husada Surakarta khususnya dan bagi Ilmu Keperawatan di

Indonesia pada umumnya.

Surakarta, 25 Juni 2014

Peneliti

v

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ....................................................................................... i

HALAMAN PENGASAHAN ....................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... ivx

ABSTRACK .................................................................................................. xv

ABSTRACT ................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 3

1.3. Tujuan .................................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

1.5. Keaslian Penelitian ................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori Pengetahuan ..................................................... 9

2.1.1. Pengertian Pengetahuan ............................................... 9

2.1.2. Tingkat Pengetahuan .................................................... 9

vi

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan .................................... 10

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengatahuan ......... 11

2.1.5. Kriteria Tingkat Pengetahuan ..................................... 13

2.2. Kajian Teori Basic Life Suport .............................................. 13

2.2.1. Pengertian BLS ............................................................. 13

2.2.2. Indikasi BLS ................................................................. 13

2.2.3. Tujuan BLS ................................................................... 14

2.2.4. Langkah-langkah BLS .................................................. 14

2.3. Kajian Teori Perilaku ............................................................ 23

2.3.1. Pengertian Perilaku ...................................................... 23

2.3.2. Bentuk Perilaku ............................................................. 23

2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ........................... 23

2.3.4. Teori Perilaku ................................................................ 24

2.3.5. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku .............................. 26

2.3.6. Klasifiasi Perilaku ......................................................... 27

2.4. Kerangka Teori ...................................................................... 28

2.5. Kerangka Konsep ................................................................... 28

2.6. Hipotesis Penelitian ................................................................ 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 30

3.2 Populasi dan Sampel .............................................................. 31

3.2.1 Populasi ......................................................................... 31

3.2.2 Sampel ........................................................................... 31

vii

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 31

3.3.1 Tempat .......................................................................... 31

3.3.2 Waktu ............................................................................ 31

3.4 Variable, Definisi operasional, dan Skala Pengukuran ......... 32

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ....................... 32

3.5.1 Alat Penelitian ............................................................... 32

3.5.2 Cara Pengupulan Data ................................................... 33

3.5.3 Tahap Pengumpulan Data ............................................. 34

3.5.4 Tahap Pelaksanaan ........................................................ 34

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ........................... 35

3.6.1 Pengolahan Data ........................................................... 35

3.6.2 Analisa Data .................................................................. 36

3.7 Etika Penelitian ...................................................................... 36

3.7.1 Informed Consent .......................................................... 36

3.7.2 Anonymity...................................................................... 37

3.7.3 Kerahasiaan ................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................. 38

4.2. Karakteristik Responden ........................................................ 39

4.2.1. Distribusi Frekuensi Jeis Kelamin Responden.............. 39

4.2.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan ................... 40

4.2.3. Distribusi Frekuensi Pelatihan Gawat Darurat .............. 40

4.2.4. Distribusi Frekuensi Tahun Pelatihan ........................... 40

viii

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

4.3. Analisa Univariat .................................................................... 41

4.3.1. Tingkat Pngetahuan Perawat Tantang BLS .................. 41

4.3.2. Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey . 41

4.4. Analisa Bivariat ...................................................................... 42

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden ........................................................ 44

5.1.1. Jenis Kelamin ................................................................ 44

5.1.2. Tingkat Pendidikan ....................................................... 44

5.1.3. Pelatihan Gawat Darurat ............................................... 45

5.1.4. Tahun Platihan Gawat Darurat ...................................... 45

5.2. Tingkat Pngetahuan Perawat Tantang BLS ............................ 46

5.3. Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey .......... 46

5.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Perawat Dalam

Pelaksanaan Primary Survey .................................................. 47

5.5. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 48

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ............................................................................. 49

6.2. Saran ....................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Perawat IGD 2014

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tinggakt Pendidikan Perawat IGD 2014

Tabel 4.3 Distriusi Frekuensi Pelatihan Gawat Darurat Perawat IGD 2014

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tahun Pelatihan Perawat IGD 2014

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat IGD 2014

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Dalam Pelaksanaan Primary Survey

Perawat IGD 2014

Tabel4.7 Distribusi Frekuensi Chi Square Perawat IGD 2014

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Fisher Perawat IGD 2014

x

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Periksa kesadaran

Gambar 2. Panggil bantuan

Gambar 3. Posisi tangan kompresi dada

Gambar 4. Melakukan penekanan

Gambar 5. Head tilt and chin lift

Gambar 6. Jaw thrust

Gambar 7. Menutup hidung dan posisi kepala ekstensi

Gambar 8. Pemberian nafas mulut ke mulut

Gambar 9. Mouth to mask

Gambar 10. Dua orang dengan bag maskventilation

xi

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. F01. Usulan Topik Penelitian

Lampiran 3. F02. Pengajuan Persetujuan Judul

Lampiran 4. F04. Pengajuan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 5. Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 6. Surat Izin Pendahuluan Rekomdensasi Kesbangpol Wonogiri

Lampiran 7. Surat Izin Pendahuluan Pengantar Dari RSUD Dr.Soediran

Mangun Sumarso

Lampiran 8. F05. Lembar Oponent Ujian Sidang Skripsi Skripsi

Lampiran 9. F06. Lembar Audience Ujian Sidang Skripsi Skripsi

Lampiran 10. F07. Pengajuan Surat Izin Penelitiaan

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian

Lampiran 12. Surat Izin Penelitian Rekomendasi Kesbangpol Wonogiri

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri

Lampiran 14. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 15. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 16. Kuisioner A

Lampiran 17. Kuisioner B

Lampiran 18. SOP RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri

xii

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

Lampiran 19. Surat Pernyataan Selesai Penelitian Dari RSUD Dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri

Lampiran 20. Hasil Analisis SPSS

Lampiran 21. Lembar Konsultasi

xiii

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

DAFTAR SINGKATAN

AHA : American Health Association

BLS : Basic Life Suport

BTCLS : Basic Trauma Cardiac Life Suport

EMS : Emergency Medical System

IGD : Instalasi Gawat Darurat

MCI : Miocard Cardiac Infark

PPGD : Pertolongan Pertama Gawat Darurat

RJP : Resusitasi Jantung Paru

RSUD : Rumahsakit Umum Daerah

SOP : Standar Operasional Prosedur

xiv

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2014

Aziz Nur Fathoni

Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Support (BLS)

Dengan Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey

Di Rsud Dr.Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri

ABSTRAK

Kejadian gawat darurat banyak terjadi setiap harinya, sehingga perlu

mengetahui perilaku perawat dalam membeikan pelaksanaan primary survey

terkait tentang pengetahuannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang Basic Life Support (BLS) dengan

perilaku perawat dalam pelaksanaan Primary Survey di IGD.

Penelitian ini dilakukan di IGD RSUD dr soediran mangun sumarso

kabupaten wonogiri. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan

jenis rancangan descriptif corelational. Tehnik pengamilan sample dalam

penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh sebanyak 20 orang responden.

Hasil penelitian menunnjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat 75%

dikategorikan baik dan 25% dikaegorikan cukup. Untuk perilaku perawat dalam

pelaksanaan primary survey 80% di kategorikan terampil dan 20% di kategorikan

kurang terampil, uji statistic ini menggunakan uji Fisher yaitu uji alternatif Chi

Square dengan spss 18. Nila p value= 0,053 (p value <0,05) sehingga dapat di

simpulkan bahwa Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan perawat tentang basic life suport dengan perilaku perawat dalam

pelaksanaan primary survey.

Tingkat pengetahuan perawat tentang basic life suport tidak berhubungan

dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey. Sehingga rumah

sakit secara umum dan instalasi gawat darurat pada khususnya diharapkan dapat

meningkatkan ketrampilan atau tindakan dalam keperawatan dan memberikan

pelatihan kembali pada perawat agar seluruh perawat memiliki tingkat

pengetahuan yang baik.

Kata Kunci : Pengetahuan basic life suport, perilaku perawat, primary survey.

Daftar pustaka : 17 (2003-2013)

xv

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014

Aziz Nur Fathoni

THE CORRELATION BETWEEN NURSES’ LEVEL OF KNOWLEDGE ON

BASIC LIFE SUPPORT (BLS) AND THEIR BEHAVIOR IN THE

IMPLEMENTATION OF PRIMARY SURVEY AT

dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO LOCAL GENERAL HOSPITAL OF

WONOGIRI REGENCY

ABSTRACT

The number of emergency incidences is large every day so that it is

necessary to find out the nurses’ behavior in the implementation of primary

survey related to their knowledge. The objective of this research is to investigate

correlation between the nurses’ level of knowledge on basic life support (BLS)

and their behavior in the implementation of Primary Survey (PS) at the

emergency installation.

This research used the quantitative research method with the descriptive

correlational design. It was conducted at the emergency installation of dr

Soediran Mangun Sumarso of Wonogiri regency. The samples of the research

were taken by means of the saturation sampling technique. They consisted of 20

respondents. The data of the research were analyzed by using the statistical

analysis of Fisher’s Chi Square alternative test with the computer program of

SPSS 18.

The result of the research shows that 75% of the nurses have a good

knowledge category, and the rest, 25%, have a fair knowledge category. In term

of behavior during the implementation of PS, 80% of the nurses have a skilled

behavior category, and the rest, 20%, have less skilled behavior category. The

value of p is 0.053 which is smaller than 0.05. This indicates that Ho is verified,

meaning that there is not any correlation between the nurses’ level of knowledge

on BLS and their behavior in the implementation of PS.

The nurses’ level of knowledge on BLS does not have any correlation to

their behavior in the implementation of PS. Therefore, hospitals in general and

emergency installations in particular are expected to improve the nursing skills of

their nurses and to carry out training for their nursing so that all of them have a

good knowledge level.

Keywords: Basic Life Support (BLS), nurses’ behavior, and Primary Survey (PS).

References: 21 (2003-2013)

xvi

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan yang

komperhensif di berikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang

mengancam kehidupan. Sebagai seorang spesialis perawat gawat darurat harus

menghubungkan pengetahuan dan ketrampilan untuk menangani respon pasien

pada resusitasi, syok, trauma dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya, dan

salah satu tempat untuk pasien gawat darurat adalah di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) (Krisanty et al 2009).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah instalasi untuk menangani kasus-

kasus gawat darurat, seperti panas dan muntah-muntah, diare berat kecelakaan,

keracunan, korban bencana alam yang membutuhkan penanganan segera untuk

menyelamatkan nyawa dan menghindari kecacatan (Wicaksana 2008)

American Health Association (AHA 2010) mengatakan Basic Life Suport

(BLS) adalah tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk menyelamatkan

nyawa seseorang yang mengalami kondisi gawat, termasuk yang mengalami

serangan jantung/ henti jantung dan henti nafas. Seseorang yang mengalami henti

napas ataupun henti jantung belum tentu ia mengalami kematian, mereka masih

dapat ditolong. Dengan melakukan tindakan pertolongan pertama berupa

Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan pemeriksaan primary survey.

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

2

Primary Survey adalah mengatur pendekatan ke klien sehingga klien

segera dapat diidentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif. Pemeriksaan

primary survey berdasarkan standar A-B-C dan D-E, dengan airway (A: jalan

nafas), breathing (B: penafasan), circulation (C: sirkulasi), disability (D: ketidak

mampuan), dan exposure (E: penerapan) (Krisanty et al 2009). Berdasarkan AHA

2010, RJP dilakukan dengan urutan C-A-B dimana penangan sirkulasi menjadi

fokus utama. Pengetahuan primary survey didapatkan perawat melalui pendidikan

formal keperawatan sebagai salah satu bagian dari kurikulum pendidikan

keperawatan dari jenjang SPK, Diploma III Keperawatan, Diploma IV

Keperawatan, maupun S1 Keperawatan. Selain melalui pendidikan formal,

pengetahuan dan kompetensi BLS juga dapat diperoleh melalui pelatihan-

pelatihan BLS, diantaranya adalah pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat

(PPGD), Basic Cardio Life Support (BCLS), Basic Trauma Life Support (BTLS),

dan sebagainya.

Penelitian Iswanto (2009) Menunjukkan bawa masih kurangnya tingkat

pengetahuan perawat tentang BLS dan mempengaruhi penanganan pada pasien

yang memerlukan tindakan yang cepat. Hasil ini menunjukkan bahwa pentingnya

pelatihan gawat darurat untuk perawat, agar skill perawat menjadi lebih baik.

Hasil penelitian Lontoh dkk (2013) menunjukkan adanya pengaruh pada

pelatihan teori bantuan hidup dasar pada siswa-siswi SMA tentang RJP. Sebagian

besar mengalami peningkatan pengetahuan dari sebelum di berikan pelatihan dan

sesudah di berikan peatihan. Hasil penelitian oleh Muzaki (2012) menunjukkan

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

3

tidak adanya pengaruh pada pelatihan basic life support terhadap pelaksanaan

primary survey pada perawat IGD RSUD Dr. Moewardi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di IGD RSUD

dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri didapatkan data bahwa sudah

banyak perawat yang telah mendapatkan pelatihan BLS, berupa pelatihan BTCLS

dan PPGD. Dalam SOP primary survey di IGD masih menggunakan cara A-B-C

untuk menangani pasien yang mengalami keadaan gawat darurat. Berdasarkan

data yang di dapat pada Rekam Medik pasien yang datang ke IGD pada tahun

2012 berjumlah 12955 pasien dan tahun 2013 dari januari-november berjumlah

13630 pasien yang rata-rata tiap harinya berjumlah 41 pasien dan berdasarkan

laporan di IGD pasien yang membutuhkan primary survey rata-rata setiap

minggunya berjumlah 6 orang.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic

Life Support (BLS) Dengan Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey

di IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah

“Apakah tingkat pengetahuan perawat tentang basic life support (BLS)

berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey di IGD

RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri? “

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

4

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang Basic Life

Support (BLS) dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan Primary Survey di

IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.”.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan BLS yang dimiliki oleh perawat.

2. Mendeskripsikan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey

pada pasien di ruang IGD.

3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan basic life support dengan

perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey di IGD RSUD

dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Teoritis

1. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

pustaka dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang

penanganan penderita gawat darurat dan primary survey.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan tentang BLS dan primary survey.

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

5

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber data

dan atau acuan bagi peneliti berikutnya dalam melaksanakan penelitian

sejenis yang lebih kompleks.

1.4.2. Praktis

1. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak rumah sakit guna

merencanakan dan menyelenggarakan suatu pelatihan yang tepat bagi

Perawat di jajarannya, yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya dan

meningkatnya penanganan pada penderita gawat darurat pada khususnya.

2. Perawat

Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat, diharapkan dapat

memberikan masukan untuk menentukan langkah-langkah dalam

peningkatan pengetahuan dan kompetensi primary survey sebagai salah

satu kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam memberikan pelayanan

kesehatan disamping sebagai sarana pembelajaran kepada masyarakat.

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

6

1.5

. K

easl

ian

Pen

elit

ian

No

. N

am

a P

enel

iti

Ju

du

l P

enel

itia

n

Mo

teo

de

Ha

sil

Pen

elit

ian

Pen

elit

ian

Sek

ara

ng

1

Lo

nto

h,

Kil

ing

dan

Wo

ngk

ar

Pen

gar

uh

pel

atih

an t

eori

ban

tuan

hid

up

das

ar t

erh

adap

pen

get

ahu

an

resu

sita

si j

antu

ng

par

u

Sis

wa-

sisw

i S

MA

Neg

eri

1 T

oil

i

Met

od

e p

enel

itia

n

ini

men

ggu

nak

an

des

ain

pen

elit

ian

On

e-G

roup

Pre

te

st-p

ost

tes

t.

Des

ign

un

tuk

mem

ban

din

gk

an

pen

get

ahu

an

RJP

seb

elu

m

dan

se

sud

ah

pel

atih

an.

Ju

mla

h

sam

pel

yan

g d

igu

nak

an

yai

tu 7

2 o

ran

g y

ang

terd

iri

da r

i 3

7 o

ran

g

ang

go

ta p

ram

uk

a d

an 3

5

ang

go

ta

PM

R

Ad

a p

engar

uh

pel

atih

an

teo

ri

ban

tuan

hid

up

das

ar t

erh

adap

pen

get

ahu

an r

esu

sita

si ja

ntu

ng

par

u

sisw

a -si

swi

SM

A N

eger

i 1

To

ili.

S

ebag

ian

bes

ar m

engal

ami

pen

ingk

atan

pen

get

ahu

an

dar

i s

ebel

um

d

iber

ikan

p

elat

ihan

dan

ses

ud

ah

dib

erik

an p

elat

ihan

.

Ter

jad

i p

enin

gk

atan

p

enget

ahu

an

dar

i s

ebel

um

dib

erik

an p

elat

ihan

dan

ses

ud

ah d

iber

ikan

pel

atih

an,

yan

g b

aik

d

ari

8,3

%

men

jad

i

94

,4%

d

an

pen

uru

nan

pen

get

ahu

an

yan

g k

ura

ng d

ari

Hub

un

gan

tin

gk

at

pen

get

ahu

an

per

awat

ten

tan

g

basi

c li

fe s

up

ort

(BL

S)

den

gan

per

ilak

u p

eraw

at

dal

am

pel

aksa

nan

n

pri

ma

ry s

urv

ey

di

RS

UD

dr.

So

edir

an

Man

gu

n S

um

arso

Kab

up

aten

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

7

41

,7%

men

jad

i 0

%.

Wo

no

gir

i

2

Isw

anto

Gob

el

Gam

bar

an t

ingk

at

pen

get

ahu

an

per

awat

ten

tan

g

pen

atal

aksa

naa

n

ban

tuan

hid

up

das

ar d

i R

SU

D

Liu

nk

end

age

Tah

un

a K

abu

pat

en

San

gih

e P

rop

insi

Su

law

esi

Uta

ra

Des

ain

p

enel

itia

n

yan

g

dig

un

akan

ad

alah

des

kri

pti

f d

engan

Tah

un

a.

Pop

ula

si

dal

am

pen

elit

ian

in

i ad

alah

sem

ua

per

awat

yan

g

mel

aku

kan

ti

nd

akan

kep

eraw

atan

d

i R

SU

D

Liu

nk

end

age

Tah

un

a

sed

angk

an

sam

pel

yan

g

dia

mb

il

adal

ah

tota

l

sam

pel

yak

ni

ber

jum

lah

7

5

resp

on

den

.

Has

il p

enel

itia

n m

enu

nju

kan

bah

wa

tin

gk

at p

eng

etah

uan

per

awat

ten

tan

g p

enat

alak

san

aan

ban

tuan

hid

up

d

asar

33

,3

%

ber

pen

get

ahu

an

ku

ran

g

dan

36

,7

%

ber

pen

get

ahu

an

sed

ang

sed

angk

an p

eraw

at

yan

g

ber

pen

get

ahu

an b

aik

ti

dak

ad

a.

Sat

u

hal

p

ula

yan

g

men

jad

i

fen

om

ena

tern

yat

a se

luru

h

resp

on

den

bel

um

per

nah

men

gik

uti

pel

atih

an

keg

awat

dar

ura

tan

,

Hub

un

gan

tin

gk

at

pen

get

ahu

an

per

awat

ten

tan

g

basi

c li

fe s

up

ort

(BL

S)

den

gan

per

ilak

u p

eraw

at

Dal

am

pel

aksa

nan

n

pri

ma

ry s

urv

ey

di

RS

UD

dr.

So

edir

an

Ma n

gu

n S

um

arso

Kab

up

aten

Wo

no

gir

i

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

8

3

Mu

zak

i H

ub

un

gan

Pel

atih

an B

asi

c

Lif

e S

up

po

rt

Den

gan

Pel

aksa

naa

n

Pri

ma

ry S

urv

ey

Pad

a P

eraw

at

Di

IGD

Rsu

d D

r.

Mo

ewar

di

Su

rak

arta

Des

ain

Pen

elit

ian

yan

g

di

gu

nak

an d

esk

rip

tif

ko

rela

si.

Pop

ula

si d

alam

pen

elit

ian

in

i ad

alah

per

awat

IG

D R

sud

Dr.

Mo

ewar

di

Su

rak

arta

yan

g t

elah

men

gik

uti

pel

atih

an G

awat

Dar

ura

t

yan

g b

erju

mla

h 4

0

ora

ng.

Pel

atih

an B

asi

c L

ife

Sup

po

rt t

idak

ber

hub

un

gan

den

gan

pel

aksa

naa

n

pri

ma

ry s

urv

ey

pad

a p

eraw

at d

i

IGD

RS

UD

Dr.

Mo

ewar

di.

Hal

in

i

dib

uk

tik

an d

engan

nil

ai r

hit

un

g =

0,2

91

< n

ilai

r t

abel

= 0

,30

4 d

an

nil

ai P

-val

ue

yai

tu A

sym

p.S

ig (

2-

tail

ed)

ber

nil

ai 0

.69

> 0

.05

.

Hub

un

gan

tin

gk

at

pen

get

ahu

an

per

awat

ten

tan

g

basi

c li

fe s

up

ort

(BL

S)

den

gan

per

ilak

u p

eraw

at

Dal

am

pel

aksa

nan

n

pri

ma

ry s

urv

ey

di

RS

UD

dr.

So

edir

an

Man

gu

n S

um

arso

Kab

up

aten

Wo

no

gir

i

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011),

pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan

penginderaan terhadap suatu obyek. Pengetahuan sangat erat hubungannya

dengan pendidikan, dimana bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Wawan & Dewi, 2011).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) (Wawan & Dewi, 2011).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Ada 6 tingkat pengetahuan seseorang menurut Notoatmodjo (2003) yang

di kutip oleh Wawan & Dewi, 2011, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada

sebelumnya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan secara

benar.

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

10

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun pada kondisi riil (nyata).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau

menyatakan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi

masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

dengan yang lainnya .

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian dari keseluruhan yang

baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evalusi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011)

ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :

1. Cara Tradisional

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba salah ini dipakai orang sebelum kebudayaan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

11

dengan menggunakan “kemungkinan” dalam memecahkan masalah

dan apabila “kemungkinan” ini tidak berhasil maka akan dicoba lagi.

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-pimpinan masyarakat

formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, tanpa

menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta yang empiris maupun pendapat sendiri.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memcahkan permasalahan

yang dihadapi masa lalu.

2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau suatu metode

penelitian ilmiah dan lebih popular.

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Faktor Internal

Faktor internal dibagi menjadi 3, (Wawan & Dewi (2011) yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

12

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan akan tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, menyita waktu,

berulang dan banyak tantangan.

c. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal dibagi menjadi 2, Wawan & Dewi (2011) yaitu:

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan

dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari perilaku dalam menerima informasi.

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

13

2.1.5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, (Arikunto dalam Wawan & Dewi 2011) yaitu :

Baik : 76 % - 100 %

Cukup : 56 % - 75 %

Kurang : < 56 %

2.2. Konsep Teori Basic Life Support (BLS) (Menurut AHA 2010)

2.2.1. Pengertian Basic life support (BLS)

Bantuan hidup dasar (Basic life support) adalah usaha yang dilakukan

untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang

mengancam nyawa.

Primary Survey adalah mengatur pendekatan ke klien sehingga klien

segera dapat diidentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif. Pemeriksaan

primary survey berdasarkan standar A-B-C dan sekarang menjadi C-A-B.

2.2.2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar

1. Henti napas

a. Penyebab: Tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas oleh benda asing,

menghirup asap, keracunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma,

MCI (miocard cardiac infark), dan lain-lain.

b. Tanda-tanda: Tidak ada aliran udara pernapasan dan pergerakan dada

pasien

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

14

2. Henti jantung/ cardiac arrest

Pada saat henti jantung, maka sirkulasi dengan cepat

menyebabkan otak dan organ vital lainnya kekurangan oksigen.

2.2.3. Tujuan bantuan hidup dasar

1. Menyelamatkan kehidupan.

2. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk

3. Mempercepat kesembuhan

2.2.4. Langkah-langkah bantuan hidup dasar

1. Proteksi diri

Pastikan keselamatan anda dan korban apabila anda menemukan

penderita, hal yang paling utama sebelum melakukan bantuan adalah

proteksi diri, mengingat saat ini bagitu banyak penyakit menular yang

telah beredar di masyarakat.

2. Periksa kesadaran korban

Periksa dan tentukan dengancepat bagaimana respon korban.

Memeriksa keadaan pasien tanpa teknik Look Listen and Feel. Penolong harus

menepuk korban dengan hati– hati pada bahunya dan berteriak pada korban.

Gambar 1: Periksa kesadaran ( Gobel 2009 )

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

15

3. Panggil bantuan

Bila anda berada di luar rumah sakit maka harus segera

mengaktifkan sistem gawat darurat/ emergency medical system (EMS)

Gambar 2: Panggil bantuan ( Gobel 2009 )

4. Memperbaiki posisi korban dan posisi penolong

a. Posisi korban

1) Supin, permukaan datar dan lurus

2) Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll/in line bila

dicurigai cedera spinal

3) Jika pasien tidak bisa telentang, misalnya operasi tulang belakang

lakukan RJP dengan posisi tengkurap

b. Posisi penolong

Posisi penolong harus di atur senyaman mungkin dan

memudahkan untuk melakukan pertolongan yakni di samping atau di

atas kepala korban.

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

16

5. Circulation

a. Kaji Nadi

Bantuan sirkulasi segera dilakukan bila korban mengalami

henti jantung. Langkah ini dilakukan segera. Untuk mengetahui ada

tidaknya denyut nadi, lakukan perabaan arteri carotis untuk orang

dewasa dan anak serta arteri brachialis atau femoralis untuk bayi,

tindakan ini dilakukan maksimal 10 detik, jika dalam waktu 10 detik

tidak ditemukan denyut nadi penyelamat harus melakukan kompresi

dada.

b. Kompresi Dada

Indikasi pada korban yang mengalami henti jantung. Lakukan

dengan tehnik yang benar. Awali dengan mencari titik kompresi yakni

pada tulang sternum di antara dua papila mammae pada anak-anak

dan laki-laki atau dua jari di atas os xifoideus pada perempuan.

Letakkan salah satu telapak tangan yang lain diatas punggung tangan

yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan pararel. Jari-jari tangan

saling mengunci. Untuk mendapatkan posisi yang efektif, beban

tekanan dari bahu, posisi lengan tegak lurus, posisi siku tidak boleh

menekuk posisi lengan tegak lurus dengan badan korban, teknik ini

menghasilkan aliran darah dan oksigen dapat terkirim ke miokardium

dan otak. Untuk memberikan kompresi dada yang efektif, harus di

lakukan dengan mendorong keras dan cepat.

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

17

Gambar 3: Posisi tangan kompresi dada ( Gobel 2009 )

Gambar 4 : Melakukan penekanan dada ( Gobel 2009 )

Untuk dewasa minimal 100 kompresi per menit dengan

kedalaman komprei minimal 2 inci/ 5 cm. Rasio kompresi dan

ventilasi adalah 30 kompresi : 2 ventilasi. Untuk bayi harus 2 jari di

atas sternum, dan menekan dengan kedalaman 1½ inci/ 4 cm, dengan

rasio kempresi dan ventilasi 30 : 2 untuk 1 orang penolong dan 15 : 2

untuk 2 orang penolong.

Indikasi dihentikannya RJP hingga kini masih menjadi

perdebatan, tidak ada batasan waktu yang tegas disebutkan oleh para

ahli namun beberapa hal yang menjadi pertimbangan antara lain:

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

18

1) Korban telah menunjukan tanda-tanda kematian

2) Sudah ada respons dari korban (napas dan nadi mulai ada)

3) Ada penolong yang lebih berkompeten.

6. Airway control

Pada orang yang tidak sadar, tindakan pembukaan jalan napas

harus dilakukan. Satu hal yang penting untuk diingat adalah, bahwa

dengan melihat pergerakan pipi pasien tidaklah menjamin bahwa pasien

tersebut benar-benar bernafas (pertukaran udara), tetapi secara sederhana

pasien itu sedang berusaha untuk bernafas.

Pengkajian pada airway juga harus melihat tanda-tanda adanya

sumbatan benda asing dalam mulut yakni dengan menggunakan teknik

cross finger, jika terdapat benda asing dalam mulut maka harus di

keluarkan dengan usapan jari atau di kenal dengan teknik finger swab.

Teknik yang digunakan dalam membuka jalan napas yakni

dengan chin lift-head tilt dan jika dicurigai terdapat trauma cervikal dapat

menggunakan teknik jaw thrust.

Cara melakukan teknik chin lift-head tilt :

a. Teknik chin lift-head tilt

1) Pertama, posisikan pasien dalam keadaan terlentang, letakkan satu

tangan di dahi dan letakkan ujung jari tangan yang lain di bawah

daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien (dagu).

2) Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien.

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

19

3) Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat dagu dan menyokong

rahang bagian bawah. Jangan menekan jaringan lunak di bawah

rahang karena dapat menimbulkan obstruksi jalan napas.

4) Usahakan mulut untuk tidak menutup. Untuk mendapatkan

pembukaan mulut yang adekuat, anda dapat menggunakan ibu jari

untuk menahan dagu supaya bibir bawah pasien tertarik ke

belakang.

Gambar 5 : Head tilt and chin lift ( Gobel 2009 )

b. Teknik Jaw thrust

1) Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan spinal

pasien tetap satu garis.

2) Ambil posisi di atas kepala pasien, letakkan lengan sejajar dengan

permukaan pasien berbaring.

3) Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah

pasien, pada sudut rahang di bawah telinga.

4) Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah anda.

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

20

5) Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang bawah

pasien ke arah atas dan depan.

6) Anda mungkin membutuhkan mendorong ke depan bibir bagian

bawah pasien dengan menggunakan ibu jari untuk

mempertahankan mulut tetap terbuka.

7) Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien.

Gambar 6 : Jaw thrust ( Gobel 2009 )

7. Breathing suport

Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk

pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada,

dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat

selama 5 detik, paling lama 10 detik.

a. Bantuan napas di lakukan dengan cara :

1) Mulut ke mulut

Penolong memberikan bantuan napas langsung ke mulut

korban dengan menutup hidung dan meniupkan udara langsung ke

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

21

mulut, namun hal ini sangat beresiko untuk di lakukan apalagi

pasien yang tidak di kenal mengingat bahaya penyakit menular.

Gambar 7 : Menutup hidung korban sedang posisi kepala

tetap ekstensi ( Gobel 2009 )

2) Mulut ke hidung

Paling baik di lakukan pada neonaty.

Gambar 8 : Pemberian napas dari mulut ke mulut ( Gobel

2009 )

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

22

3) Ventilasi mulut ke mask

Gambar 9: Mouth-to-mask ventilation ( Gobel 2009 )

4) Ventilasi Mulut ke bag-valve-mask

Gambar 10: The two-person technique for bag-

maskventilation ( Gobel 2009 )

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

23

2.3. Konsep Teori Perilaku

2.3.1. Pengertian perilaku

Perilaku adalah aksi seorang individu terhadap reaksi rangsangan tertentu

dari hubungannya dengan lingkungan (Suryani dalam Susilo 2011). Perilaku

adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang terhadap suatu respon dan

dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini (Mubarak 2012). Perilaku

adalah suatu tindakan yang dapat diamati, mempunyai frekuensi spesifik, durasi

serta tujuan baik yang disadari maupun tidak (Wawan dan Dewi 2010). Dari

ketiga definisi perilaku tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah

suatu respon yang didapat dari lingkungan dan menjadi kebiasaan seseorang, baik

yang dapat diamati secara sadar maupun tidak sadar, sehingga respon yang

didapatkan dari seseorang dalam berperilaku bermacam-macam.

2.3.2. Bentuk Perilaku

Bentuk respons perilaku seseorang ada 2 macam, yaitu bentuk pasif dan

bentuk aktif. bentuk pasif merupakan respons internal yang terjadi dalam diri

manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Bentuk aktif

yaitu perilaku yang jelas dapat diobservasi secara langsung (Adnani 2011).

perilaku- perilaku tersebut ditentukan oleh beberapa faktor utama.

2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku adalah faktor predisposisi,

faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors).

Faktor Predisposisi merupakan faktor yang mempermudah perilaku seseorang

atau masyarakat yaitu pengetahuan dan sikap seseorang terhadap apa yang akan

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

24

dilakukan. Faktor pemungkin (enabling factors) terdiri dari faktor fasilitas, sarana,

atau prasarana yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

Faktor penguat (reinforcing factors) adalah tokoh masyarakat, peraturan, undang-

undang, dan surat keputusan pejabat pemerintah merupakan faktor penguat dalam

seseorang atau masyarakat untuk berperilaku (Notoatmodjo 2010).

2.3.4. Teori Perilaku

Ada 4 macam teori perilaku manusia yang mendorong manusia untuk

berperilaku, yaitu teori naluri, teori dorongan, teori insentif dan teori atribusi.

Teori Naluri (Instinct Theory), menurut McDougall perilaku itu disebabkan oleh

naluri yang merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan dan naluri yang

akan mengalami perubahan karena pengalaman. Teori Dorongan (Drive Theory),

teori ini berpandangan bahwa seseorang mempunyai dorongan-dorongan tertentu

yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan seseorang yang mendorong

seseorang itu untuk berperilaku. Teori Insentif (Incentive Theory), bahwa perilaku

seseorang disebabkan oleh adanya insentif atau reinforcement yang akan

mendorong seseorang agar berbuat atau berperilaku. Teori Atribusi, yaitu

menjelaskan sebab-sebab perilaku orang yang dikarenakan oleh disposisi internal

(misal motif atau sikap) ataukah karena keadaan eksternal (Susilo 2011). Perilaku

manusia sangatlah kompleks dan luas, karena itu perilaku dibagi menjadi 3

domain, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan

tindakan/ketrampilan (practice) (Notoatmodjo 2011).

1. Pengetahuan (knowledge) adalah semua hal yang dipikirkan/diketahui

manusia dari hasil pancaindera dan pengalaman yang didapatkan oleh

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

25

setiap manusia. Dalam pengetahuan terdapat 6 tingkatan, tahu (know)

merupakan mengingat kembali materi atau hal spesifik yang didapatkan

dari rangsangan yang pernah diterima, memahami (comprehension)

adalah kemampuan menjelaskan tentang sesuatu yang pernah

diketahuinya serta dapat menginterpretasikan hal tersebut secara luas,

aplikasi (application) adalah kemampuan menggunakan sesuatu hal

yang pernah dipelajari/diterimanya dalam kondisi nyata, analisis

(analysis) merupakan kemampuan dalam menjabarkan sesuatu dengan

komponen-komponen yang masih berkaitan satu dengan yang lainnya

dan masih dalam satu struktur, sintesis (synthesis) adalah kemampuan

seseorang dalam menghubungkan satu objek dengan bagian-bagiannya

ke bentuk keseluruhan yang baru, evaluasi (evaluation) adalah

kemampuan untuk menilai atau memberikan penilaian terhadap sesuatu

(objek).

2. Sikap atau attitude adalah reaksi emosional terhadap reaksi dari

stimulus atau respon sosial yang merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku. Sikap mempunyai komponen-komponen utama yang

membentuk terjadinya sikap, seperti kehidupan emosional (evaluasi

emosional) terhadap suatu objek, kepercayaan/keyakinan (ide dan

konsep), serta kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

(Mubarak 2012). Di dalam sikap ada beberapa tingkatan-tingkatannya

yaitu menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai

(valuing), dan bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo 2010).

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

26

3. Tindakan/ketrampilan (Practice) merupakan aktifitas (fisik) yang

mencerminkan kemampuan motorik dalam psikomotor seseorang

(Mubarak 2011). Tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan

yaitu praktik terpimpin (seseorang melakukan suatu kegiatan tetapi

masih tergantung/menggunakan panduan), praktik secara mekanisme

(tindakan seseorang yang dilakukan secara otomatis), adopsi (tindakan

yang sudah dikembangkan) (Notoatmodjo 2010). Dalam meningkatkan

kesehatan di masyarakat, perilaku manusia dapat dihubungkan dengan

kesehatan.

2.3.5. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk-bentuk perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu

perubahan alamiah, perubahan rencana, dan kesediaan untuk berubah. Perubahan

alamiah (natural change) yaitu perilaku manusia selalu berubah, dan perubahan

tersebut disebabkan oleh kejadian yang alamiah yang dialami oleh seseorang.

Perubahan rencana (planned change) merupakan perubahan yang terjadi karena

memang sudah direncanakan oleh seseorang. Kesediaan untuk berubah (readiness

to change), setiap orang pasti memiliki kesediaan untuk berubah (readiness to

change) yang berbeda-beda, itu dapat terjadi karena inovasi atau program-

program pembangunan yang ada di masyarakat (Notoatmodjo 2011).

2.3.6. Klasifikasi Perilaku

Klasifikasi perilaku dikelompokkan menjadi 3 yaitu perilaku kesehatan,

perilaku sakit dan perilaku peran sakit. Perilaku kesehatan (health behaviour)

yaitu tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

27

kesehatan. Perilaku sakit (illness behaviour) adalah segala tindakan atau kegiatan

seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan

kesehatannya (Becker dalam Wawan dan Dewi 2010). Perilaku manusia yang

mempengaruhi kesehatan dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu perilaku yang

terwujud secara sengaja/sadar dan perilaku yang terwujud secara tidak sengaja /

tidak sadar (Wawan dan Dewi 2010).

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

28

2.4. Kerangka Teori

Keterangan :

Tidak Diteliti Diteliti

Gambar 11 : Kerangka teori

2.5. Kerangka Konsep

variabel bebas variabel terikat

Gambar 12 : Kerangka konsep

Perawat IGD

Pelatihan BLS:

- PPGD

-BTCLS

Pelaksanaan Primary

Survey

- Perilaku

Tingkat

Pengetahuan BLS

Jenjang pendidikan

- DIII

-S1

Pengetahuan

BLS

Pelaksanaan primary

survey

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

29

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Hipotesis nol (Ho) sering disebut hipotesis statistik, karena biasanya

dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan

statistik. hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel

atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Hipotesis kerja (Ha) sering disebut hipotesis alternatif, yang menyatakan

adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y atau adanya perbedaan antara

dua kelompok (Arikunto, 2010).

H0 : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan BLS dengan pelaksanaan primary

survey.

Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan BLS dengan pelaksanaan primary

survey.

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

30

BAB III

METODOLOGI

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian kuantitatif yaitu lebih menekankan analisisnya pada data-data

numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya,

pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian interensial (dalam rangka

pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu

probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Pada umumnya, penelitian

kuantitatif merupakan penelitian sampel besar (Azwar 2012).

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif dengan jenis rancangan descriptif corelational yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih,

tanpa melakukan perubahan tambahan, atau maipulasi terhadap data yang

memang sudah ada. Penelitian ini menggunakan Pendekatan cross sectional yaitu

jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel

independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada

tindak lanjut. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau efek suatu

fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel dependen)

(Nursalam 2013).

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

31

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek peneliitan. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja dan

pernah bekerja di ruang IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten

Wonogiri sebanyak 20 perawat.

3.2.2. Sampel

Sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari populasi (Arikunto, 2010).

Pengambilan sampel penelitian ini dalah semua perawat yang bekerja di ruang

IGD RSUD dr.Soediran Magun Sumarso Kabupaten Wonogiri, dengan

menggunakan teknik sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota

populasi menjadi sampel. Istilah lain sampling jenuh adalah sensus, dimana semua

anggota populasi dijadikan sampel (Hidayat 2007).

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1. Tempat

Penelitian dilakukan di ruang IGD RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.

3.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari 2014.

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

32

3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Nama

Variabel

Pengertian Indikator Alat

Ukur

Skala

Pengetahua

n tentang

Basic Life

Support

BLS

Merupakan

pemahaman

perawat

tentang BLS

1.Kategori baik

yaitu menjawab

benar 76%-

100% dari yang

diharapkan

2.Kategori cukup

yaitu menjawab

benar 56%-75%

dari yang

diharapkan.

3.Kategori kurang

yaitu menjawab

benar <56% dari

yang diharapkan.

Kuesioner Ordinal

Perilaku

Pelaksanaan

prymary

survey

Merupakan

penerapan

perawat

tentang

pelaksanaan

prymari survey

1. Terampil ≥ 80

%

2. Tidak Terampil

< 80%

Kuesioner Nominal

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1. Alat Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010)

Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan tentang BLS

dan primary survey. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

33

sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto,

2010).

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah tingkat pengetahuan

yaitu dengan 25 soal dengan jumlah jawaban benar 15 dan jawaban salah 10,

apabila responden mampu menjawab benar 76%-100% maka dikategorikan baik,

bila menjawab benar 56%-75% maka dikategorikan sedang, dan bila menjawab

benar <56% dari yang diharapkan maka dikategorikan kurang, dan perilaku dalam

pelaksanaan primary survey dengan 21 soal dengan kategori YA dan TIDAK,

apabila responden menjawab “YA“ ≥ 80%, maka kemampuan dalam pelaksaan

primary survey terampil/baik, apabila responden menjawam “YA”<80%, maka

kemampuan dalam pelaksaan primary survey tidak terampil/kurang.

3.5.2. Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang

dikumpulksn secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian.

Data primer dalam penelitian ini adalah data yag diambil dari subyek

peneliti yang diukur sesudah pemberian kuesioner tentang pengetahuan

BLS dan pelaksanaan primary survey.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang ada di IGD dan RSUD

dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, literatur yang relevan dan

sumber lain yang mendukung penelitian ini.

3.5.3. Tahap Pengumpulan Data

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

34

1. Tahap Orientasi

Tahap Orientasi meliputi : pengajuan surat ijin kepada kesatuan

bangsa dan politik (KESBANGPOL).

Tahap pertama, peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang

mendukung penelitian ini dengan membaca berbagai referensi dan

jurnal. Peneliti mencari literatur lain untuk mendalami topik penelitian

ini.

Tahap kedua, peneliti melakukan study pendahuluan untuk

mengetahui peran perawat dalam penerapan primari survey.

Tahap ketiga, peneliti menyusun Skripsi yang sebelumnya sudah

dikonsultasikan kepada pembimbing I dan pembimbing II.

Tahap keempat, peneliti melakukan revisi Skripsi penelitian

sebelum melaksanakan penelitian yang kemudian dikonsultasikan

kembali kepada pembimbing I dan pembimbing II.

Tahap kelima, peneliti mengajukan permohonan izin kepada

RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

3.5.4. Tahap Pelaksanaan

Tahap pertama, peneliti menetapkan objek penelitian dengan pemilihan

sampel yaitu semua perawat yang bekerja di IGD RSUD dr.Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri.

Tahap kedua, peneliti melakukan pengambilan data dengan cara

melakukan pengukuran tingkat pengetahuan.

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

35

Tahap ketiga, peneliti melakukan pengambilan data pelaksanaan primary

survey pada pasien.

Tahap keempat, peneliti membuat laporan hasil penelitian.

3.6. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1. Pengolahan data meliputi :

Menurut Notoatmodjo (2003), setelah data terkumpul, maka langkah yang

dilakukan berikutna adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan analisa data

beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang

valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapat kendala. Langkah-langkah

pengolahan yaitu:

1. Editing atau mengedit data, dimasukan untuk mengevaluasi

kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian criteria data yang diperlukan

untuk mengunci hipotesis atau menjawab tujuan penelitian.

2. Coding atau menkode data merupakan suatu metode untuk

mengobservasi data yag dikumpulkan selama penelitian kedalam

symbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi

yang dilakukan. Dalam penelitian ini coding dilakukan dengan

menggunakan angka 1,2,3 dan seterusnya.

3. Entri data merupakan proses memasukkan data kedalam computer.

4. Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut criteria

tertentu sehingga frekuensi dari masing-massing item.

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

36

3.6.2. Analasis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk distribusi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2005).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk

mengetahui keterkaitan dua variabel, untuk mengetahui hubungan

antara pengetahuan dan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary

survey dilakukan uji Chi-Square. Karena skala data ordinal-nominal

dengan tingkat kepercayaan 95% atau α=5%. Intepretasi hasil uji

statistic bila:

p value > α (0,05) maka Ho diterima atau Ha ditolak, tidak ada hubungan

tingkat pengetahuan BLS dengan pelaksanaan primari survey.

p value ≤ α (0,05) maka Ho ditolak atau Ha diterima, yang berarti ada

hubungan tingkat pengetahuan BLS dengan pelaksanaan primari survey

3.7. Etika Penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

3.7.1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan

senelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

37

menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed consent tersebut antara lain: partisipasi perawat, tujuan dilakukanya

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial

masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah

dihubungi, dll.

3.7.2. Anonymity (tanpa nama)

Masa lah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3.7.3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masaalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian hubungan tingkat

pengetahuan perawat tentang basic life suport (BLS) dengan perilaku perawat

dalam pelaksanaan primary survey pada pasien di Ruang IGD RSUD dr.Soediran

Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Yang dilakukan pada tanggal 5 Februari

sampai dengan 14 Februari 2014.

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri merupakan Rumah Sakit pemerintah dan ditetapkan izin

operasionalnya pada tanggal 13 Januari 1956 sebagai Rumah Sakit tipe D, seiring

berjalannya waktu RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri ini

membawa peningkatan menjadi tipe C pada tanggal 11 Juni 1983 dan meningkat

lagi menjadi tipe B pada tanggal 5 Juni 1996 hingga sekarang. RSUD dr.Soediran

Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri yang terletak di Jl Jenderal Ahmad Yani

No. 40A, Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia ini mempunyai tenaga medis 229

perawat, 34 orang bidan, dan 40 orang dokter.

Untuk Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soediran

Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri adalah. Visi: Rumah Sakit unggulan yang

diminati masyarakat. Misi: Meningkatkan dan mengembangkan SDM yang sesuai

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

39

dengan standar kompetensi unggulan. Meningkatkan saranan dan prasaranan

pelayanan sesuai dengan standar mutu pelayanan dan tuntutan kebutuhan

masyarakat. Memberi pelayanan yang bermutu, efisien, efektf, adil dan terjangkau

sesuai dengan kebutuhan masyarakat Mengelola keuangan secara proporsional

dalam rangka efektifitas dengan efisiensi dengan peneraan sistem angkutan bilitas

publik yang bisa dipertanggung jawabkan secara profesional.

Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang berada paling depan disebelah

kiri RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Jumlah perawat

yaitu sebanyak 20 orang perawat meliputi DIII 17 orang, S1 2 orang, dan SPK 1

orang. Perawat yang bekerja di ruang IGD dipilih berdasarkan kriteria tertentu,

yaitu mempunyai sertifikat pelatihan Gawat Darurat PPGD/BTCLS.

4.2 Karakterisrik Responden

Analisis yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi data dari

responden yang telah bersedia, berikut klasifikasi responden:

4.2.1 Disribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Perawat IGD 2014

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 12 60%

Perempuan 8 40%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.1 di peroleh hasil bahwa sebagian besar perawat di

IGD adalah laki-laki berjumlah 12 orang (60%) sedangkan untuk perempuan

terdapat 8 orang (40%).

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

40

4.2.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tinggakt Pendidikan Perawat IGD 2014

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

S1 2 10%

D3 17 85%

SPK 1 5%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa 2 orang (10%) memiliti

tingkat pendidikan S1 untuk 17 orang (85%) memiliki tingkat pendidikan D3 dan

1 orang (5%) memiliki tingkat pendidikan SPK.

4.2.3 Distribusi Frekuensi Pelatihan Gawat Darurat.

Tabel 4.3 Distriusi Frekuensi Pelatihan Gawat Darurat Perawat IGD 2014

Jenis Pelatihan Frekuensi Persentase (%)

PPGD 15 75%

BTCLS 5 25%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.3 di peroleh hasil bahwa 15 orang (75%) perawat

IGD telah melakukan pelatihan PPGD dan 5 orang (25%) melakukan pelatihan

BTCLS.

4.2.4 Distriusi Frekuensi Tahun Pelatihan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tahun Pelatihan Perawat IGD 2014

Tahun Pelatihan Frekuensi Persentase (%)

2007 12 60%

2010 8 40%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.4 perawat yang mengikuti pelatihan tahun 2007

sebanyak 12 orang (60%) sedangkan yang mengikuti pelatihan tahun 2010

sebanyak 8 orang (40%).

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

41

4.3. Analisa Univariat

4.3.1. Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Suport (BLS)

Distribusi Frekuensi tentang tingkat pengetahuan perawat tentang basic

life suport (BLS) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat IGD 2014

Kategori Tingkat Pengetahuan BLS Frekuensi Persentase (%)

Baik 15 75%

Cukup 5 25%

Kurang 0 0%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden

memiliki tengkat pengetahuan tentang basic life suport (BLS) dengan kategoria

baik terdapat 15 orang (75%) dan kriteria cukup terdapat 5 orang (25%)

sedangkan kriteria kurang 0 orang (0%) .

4.3.2. Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey

Distribusi responden tentang perilaku perawat dalam pelaksanaan primary

survey dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Dalam Pelaksanaan Primary Survey

Perawat IGD 2014

Perilaku Pelaksanaan Primary Survey Frekuensi Persentase (%)

Terampil 18 90%

Tidak Terampil 2 10%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 4.6 di peroleh hasil yakni 18 orang (90%) dikatakan terampil

dalam pelaksanaan primary survey sedangkan untuk kriteria tidak terampil hanya

terdapat 2 orang (10%).

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

42

4.4. Analisa Bivariat

Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah teknik Uji Chi-

Square. Berikut hasil analisis yang telah diuji.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Chi Square Perawat IGD 2014

Perilaku

Terampil Tidak

Terapil

Total

Tingkat pengetahuan Baik 15 0 15

Cukup 3 2 5

Total 18 2 20

Pada tabel 4.7 menunnjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat yang

berkategori baik terdapat 15 perawat dan perilaku dikategorikan terampil dalam

pelaksanaan primary survey, sedangkan tingkat pengetahan cukup terdapat 5

perawat dengan 3 perawat perilaku dalam pelaksanaan primary survey dalam

kategori terampil dan 2 perawat perilaku dalam pelaksanaan primary survey

dalam kategori kurang terampil.

Karena nilai Expected Countnya kurang dari 5 di tabel b,c, dan d masing-

masing 1,5; 4,5; dan 0,5 jadi tidak layak di uji dengan Chi Square harus

menggunakan uji alternatif yaitu uji Fisher.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Fisher Perawat IGD 2014

Perilaku

Terampil

Tidak

Terampil Total P

n N

Pengetahuan Baik 15 0 15 0,053

Cukup 3 2 5

Kurang 0 0 0

Total 18 2 20

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

43

Tabel 4.7 pada uji fisher menunnjukkan nila p= 0,053 karena nilai p <

0,005 maka Ho di terima, sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara tingkat pengetahuan perawat tentang basic life suport dengan perilaku

perawat dalama pelaksanaan primary survey.

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

44

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1. Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di IGD RSUD dr Soediran

Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri yang berjumlah 20 responden di dapatkan

hasil pada tabel 4.1 bahwa sebagian besar perawat di IGD berjenis kelamin laki-

laki berjumlah 12 orang (60%) sedangkan untuk perempuan terdapat 8 orang

(40%). Untuk kebutuhan perawat di IGD sangat di butuhkan untuk tenaga laki-

laki karena kerja di IGD sangat membutuhkan banyak tenaga, apalagi jika dalm

satu waktu langsung trdapat beberapa pasien yang datang. Untuk tindakan RJP

tenaga Laki-laki juga sangat di butuhkan karen untuk tindakan RJP harus

mempunyai tenaga yang kuat.

5.1.2. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan telah didapatkan hasil

pada tabel 4.2 bahwa terdapat 2 orang (10%) memiliki tingkat pendidikan S1

untuk 17 orang (85%) memiliki tingkat pendidikan D3 dan 1 orang (5%) memiliki

tingkat pendidikan SPK.

Menurut Wawan & Dewi (2011) Pendidikan berarti bimbingan yang

diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

45

mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

Hal ini sesuai dengan kenyataan yang ditemukan oleh peneliti sebagian

besar perawat IGD memiliki tingkat pendidikan D3 yaitu 17 orang (75%), dan

juga telah melakukan pelatihan gawat darurat. Jadi pendidikan dan pelatihan juga

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseoarang

5.1.3. Pelatihan Gawat Darurat Yang Telah Di Lakukan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data seperti

tabel 4.3 yang diperoleh hasil bahwa semua perawat telah melakukan pelatihan

gawat darurat, dan 15 orang (75%) perawat IGD telah melakukan pelatihan

PPGD dan 5 orang (25%) melakukan pelatihan BTCLS.

Menurut penelitian Muzaki (2011) bahwa perbedaan pelatihan gawat

PPGD atau BTCLS tidak mempengaruhi perilaku perawat dalam pelaksanaan

primary survey. Perbedaan jenis pelatihan gawat darura juga ditemukan oleh

peneliti dan hasilnya juga tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelatihan

PPGD dan BTCLS.

5.1.4. Tahun Pelatihan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.4 perawat yang mengikuti

pelatihan tahun 2007 sebanyak 12 orang (60%) sedangkan yang mengikuti

pelatihan tahun 2010 sebanyak 8 orang (40%).

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

46

5.2. Tingkat Pengetahuan Tentang Basic Life Suport (BLS)

Basic life support sendiri adalah usaha yang dilakukan untuk

mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang

mengancam nyawa. (AHA 2010)

Dari 20 responden yang telah diuji ada 15 perawat (75%) dengan tingkat

pengetahuan tentang basic life suport dikategorikan baik, sedangkan 5 perawat

(25%) dengan tingkat pengetahuan dikategorikan cukup. Hal itu sesuai menurut

Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011), pengetahuan

merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan

terhadap suatu obyek. Sedangkan menurut (Wawan & Dewi, 2011) Pengetahuan

sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana bahwa dengan pendidikan

yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Hasil ini sesua dengan kenyataan yang di peroleh peneliti, sebagian besar

perawat IGD tingkat pendidikannya adalah D3 dan mereka semua juga telah

melaksanakan pelatihan gawat darurat PPGD dan BTCLS, dan sebagian besar

perawat IGD mempuyai tingkat pengetahuan tentang BLS yang baik. Tingginya

tingkat pendidikan akan mempengaruhai pengetahuan seseorang.

5.3. Perilaku Perawat Dalam Pelaksanaan Primary Survey

Perilaku didefinisikan sebagai satu kecenderungan yang ditunjukkan oleh

seseorang individu terhadap suatu perkara atau benda atau peristiwa (Robbins

dikutip dalam Ilhaamie & Ahmad 2008)

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

47

Dalam penelitian ini sebagian besar perawat memiliki perilaku dalam

pelaksanaan primary survey dalam katergori terampil yaitu 18 orang (90%) dan

dengan kategori kurang terampil terdapat 2 orang (10%). Perilaku terbentuk dalam

perkembangan individu, karena faktor pengalaman individu mempunyai peranan

yang sangat penting dalam rangka pembentukan perilaku individu yang

bersangkutan menurut Walgito (2003).

Ketrampilan seseorang dalam melakukan tindakan dipengaruhi oleh

perilaku dan pengalaman individu itu sendiri. Perilaku yang tanggap disertai

pengalaman yang mendalam akan menentukan keberhasilan dalam melakukan

pertolongan pertama pada pasien gawat darurat.

5.4. Hubugan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Perawat Dalam

Pelasanaan Primary Survey

Berdasarkan tabel 4.6 karena nilai Expected Countnya kurang dari 5 di

tabel b,c, dan d masing-masing 1,5; 4,5; dan 0,5 jadi tidak layak diuji dengan Chi

Square harus menggunakan uji alternatif yaitu uji Fisher. Tabel 4.7 pada uji fisher

menunnjukkan nila p= 0,053 karena nilai p < 0,005 sehingga dapat di simpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang basic life

suport dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey pada pasien di

RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Tiak adanya

hubungan ini di karenakan pengkajian perilaku perawat hanya melalui kuesioner

tanpa melalui observasi. Pengkajian pengetahuan tidak diketahui secara mendalam

oleh peneliti karena hanya di kaji secara tertulis.

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

48

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan

tingkat pengetahuaan yang baik perawat dapat mengaplikasikan atau mempunyai

perilaku yang terampil dalam penanganan pada pasien. Dalam penelitian ini

perawat dengan tingkat pengetahuan yang cukup juga memiliki perilaku yang

terampil dalam melakukan tindakan primary survey.

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang di lakukan oleh

Muzaki (2011) yang mengatakan bahwa pelatihan gawat darurat tidak ada

hubungan dengan pelaksanann primary survey. Dalam penelitian tersebut juga

mengatakan bahwa perbedaan pelatihan gawat darurat yaitu PPGD dan BTCLS

tidak mempengaruhi kerja perawat atau pelaksanaan primary survey.

5.5. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian yang peneliti lakukan ada beberapa kelemahan penelitian

yang diantaranya: Metode untuk meneliti perilaku perawat hanya kuesioner

sehingga kurang mendalami sepenuhnya tentang perilaku perawat yang dilakukan

sebenarnya ke pasien. Dalam pengkajian karakteristik responden juga masih ada

yang belum diambil data yaitu umur dan masa kerja perawat. Jumlah responden

juga sedikit hanya 20 orang responden.

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

49

BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1. Tingkat pengetahuan tentang basic life suport (BLS) dengan kategoria baik

terdapat 15 orang (75%) dan kriteria cukup terdapat 5 orang (25%)

sedangkan kriteria kurang 0 orang (0%).

5.1.2. Perilaku perawat dalam pelasanaan primary survey terdapat 18 orang (90%)

dikatakan terampil dan terdapat 2 orang (10%) untuk kriteria tidak terampil.

5.1.3. Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan

antara tingkat pengetahuan tentang basic life suport dengan perilaku

perawat pada pelaksanaan primary survey di RSUD dr Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan hubungana tingkat

pengetahuan tentang basic life suport dengan perilaku perawat pada pelaksanaan

primary survey, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

5.2.1 Untuk peneliti selanjutnya

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

50

Untuk dapat menggali informasi yang lebih dalam, maka peneliti

disarankan untuk mengunakan metode penelitian dengan menambah wawancara

mendalam dan observasi tentang perilaku, agar peneliti mendapat gambaran yang

lebih baik.

5.2.2 Untuk para profesi kesehatan (perawat dan dokter).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan

kualitas profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada pasien gawat

darurat dengan memperhatikan faktor faktor yang berhubungan dengan

kemampuan pelaksanaan primary survey.

5.2.3 Untuk Rumah Sakit

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan tentang basic

life suport (BLS) tidak berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan

primary survey sehingga rumah sakit secara umum dan instalasi gawat darurat

pada khususnya diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan atau tindakan dalam

keperawatan.

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

49

DAFTAR PUSTAKA

Adnani, Hariza 2011, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Nuha Medika, Yogyakarta.

American Heart Association (AHA), 2010, Pediatric Basic Life Support:

Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency

Cardiovascular Care, diakes 16 desember 2013, http://circ.ahajournals.org/

content/122/16_suppl_2/S298.

American Heart Association (AHA), 2010, Adult Basic Life Support:

International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and

Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment

Recommendations, diakses 10 desember 2013, http://circ.ahajournals.org/

content/122/16_suppl_2/S298.

American Heart Association (AHA), 2010, Adult Basic Life Support: Guidelines

for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care,

diakses 10 Desember 2013, http://circ.ahajournals.org/content/122/18_

suppl_3/S685

Arikunto, S 2010, Prosedur penelitian suatu pendekatan prakik, Jakarta: Rineka

Cipta.

Azwar, S 2012, Metode Penelitian, Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Gobel Iswanto, 2009, Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang

Penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar Di RSUD Liunkendage Tahuna

Kabupaten Sangihe Propinsi Sulawesi Utara, Ilmu Keperawatan, Falkutas

Kedokteran Universitas Hasanudin, Makasar.

Hidayat, A 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,

Surabaya, Salemba Medika

Ilhaamie & Ahmad Wan SW 2008, ‘Pengaruh Perilaku dan Demografi Ke Atas

Produktiviti Kerja Pensyarah Muslim : Kajian Di Universiti Malaya’

<http://e-journal.um.edu.my/filebank/published_article/2590/932.pdf>

diakses tanggal 6 Desember 2013

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl... · 2018-12-28 · Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian

49

Krisanty P. Dkk, 2009, Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta: Trans Info

Media.

Mubarak, Wahit 2012, Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Salemba

Medika,Jakarta.

Muzaki, 2012, Hubungan Pelatihan Basic Life Support Dengan Pelaksanaan

Primary Survey Pada Perawat di GD RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta,

S1 Keperawatan, Universitas Sahid, Surakarta.

Notoadmodjo, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, PT Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo 2010, Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi (Edisi

Revisi 2010), Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo 2011, Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni (Edisi

Revisi 2011), Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen, Edisi 2, Salemba

Medika, Jakarta

Nursalam, 2013, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis,

Edisi 3, Jakarta, Salemba Medika

Poespodihardjo, Widodo Ari S 2010, Beyond Borders Communication Modernity

and Histori, STIKOM The London School Of Public Relation, Jakarta.

Susilo R, 2011, Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, Nuha Medika,

Yogyakarta.

Walgito Bimo,2003, Psikologi Sosial,Yogyakarta: C.V ANDI Offset.

Wawan, A & Dewi M 2011, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Perilaku, dan

Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta