gambaran perilaku perawat terhadap pedoman penggunaan …

119
GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RUANG RAWAT INAP RS USU TAHUN 2019 SKRIPSI Oleh TANNIA NURIL KARTIKA NIM: 151000404 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN

PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN DI RUANG RAWAT INAP

RS USU TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

TANNIA NURIL KARTIKA

NIM: 151000404

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN

PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN DI RUANG RAWAT INAP

RS USU TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

TANNIA NURIL KARTIKA

NIM: 151000404

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

ii

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal :

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi.

Anggota : 1. dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS.

2. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul “Gambaran

Perilaku Perawat terhadap Pedoman Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun

di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar

karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjuplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam

daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Juli 2019

Tannia Nuril Kartika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

iv

Abstrak

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap

kecelakaan kerja. Potensi bahaya selain penyakit infeksi adalah bahaya yang

berhubungan dengan bahan kimia berbahaya dan beracun (B3). Perawat adalah

petugas rumah sakit yang langsung berhubungan dengan B3 dan memiliki

interaksi paling tinggi terpajan B3 apabila tidak dikelola dengan baik serta

membutuhkan pedoman dalam penggunaan B3. Penelitian ini adalah penilitian

survey deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku perawat

terhadap pedoman penggunaan B3. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat

di ruang rawat inap RS USU. Sampel penelitian ini adalah seluruh perawat yang

bertugas di ruang rawat inap sebanyak 72 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pengetahuan perawat terhadap pedoman penggunaan B3 termasuk dalam

kategori baik (66,7%), sikap termasuk dalam kategori positif (56,5%) serta

tindakan termasuk dalam kategori baik (56,5%). Pihak rumah sakit disarankan

memberikan informasi mengenai hal dasar perencanaan dan penerapan B3 guna

menjaga keselamatan dalam bekerja dengan pemberian briefing ataupun

sosialisasi tentang pedoman penggunaan B3, memberikan bimbingan dengan

membentuk tim pengawas yang bertugas mengawasi pengelolaan B3 serta

memberi arahan teknis dalam bentuk pelatihan ataupun penyuluhan tentang

penggunaan B3 dan melakukan pemantauan secara berkesinambungan. Alat

pelindung diri (APD) harus diberikan untuk seluruh perawat yang bekerja

disesuaikan dengan identifikasi bahaya dari pekerjaan yang dilakukan. Penerapan

sanksi bagi perawat yang tidak menggunakannya sehingga diharapkan selalu

menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan faktor risiko bahayanya.

Kebijakan penerapan disiplin waktu kerja untuk melaporkan situasi dengan baik

pada masa transisi shift kerja. Hal ini baik dilakukan untuk meningkatkan

kesadaran dan sebagai budaya di rumah sakit agar menjadi kebiasaan yang baik.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, tindakan, B3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

v

Abstract

The hospital is a workplace that has a high risk of work accidents.

Potential risk and danger other than infections includes dangerous and toxic

chemical substances (B3). Nurses are hospital officers who are directly related to

B3 and have the highest interaction prone to B3 if not managed properly and

requires guidance on the usage of B3. This study is a descriptive survey study with

the aim to understand the nurse’s general behavior towards the B3 usage

guidelines. The study population is all nurses in the inpatient room at USU

Hospital. The sample of this study is 72 nurses who served in the inpatient room.

The results of this study indicate that nurse’s knowledge of the B3 usage

guidelines is included in the good category (66,7%), behaviour is included in the

positive category (56,5%) and action is included in the good category (56,5%).

The hospital is advised to provide information on basic planning and

implementation of B3 in order to maintain safety in work by providing briefieng

or socialization on B3 usage guidelines, providing guidance by forming a

supervisor team responsible with the management of B3 and providing technical

direction in the form of training or counseling on usage of B3 and carrying out

continuous monitoring. Personal protective equipment (PPE) must be provided

for all nurses who work according to the danger identification of the work. The

implementation of sanctions for nurses who do not use them is expected to make

them realize the usage of personal protective equipment in accordance with the

risk factors. Work time discipline policy implementation to report the situation

properly during the work shift period. This is good to raise awareness and as a

culture in the hospital to make it into a good habit.

Keywords : Knowledge, behaviour, actions, B3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

vi

Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran

Perilaku Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap

RS USU Tahun 2019” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah

membantu dan mendukung penulis baik secara moril maupun materil selama masa

perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini, yaitu :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Kepala Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya membimbing, memberikan saran,

dukungan, nasihat, serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS. selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan masukkan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

vii

6. Umi Salmah, SKM, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

masukkan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

7. drh. Rasmaliah, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Dosen, dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan

skripsi.

9. Direktur Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan Kepala Instalasi Rawat

Inap beserta staf yang telah membantu menyelesaikan penelitian.

10. Teristimewa untuk orang tua penulis tercinta, Ayahanda Anang Usman, S.H.

dan Ibunda Evi Yuniarti, S.H. yang menjadi penyemangat dam memberikan

dukungan, dorongan, dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Saudara tercinta, Virna Icha Zulfarina, S.Tr.Keb. dan adik penulis Zulisman

Wiratama, Farrah Ayu Nihayyah, yang selalu membantu dan mendukung

penulis selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.

12. Muhammad Fauzan Wibowo, yang memberikan dukungan dan semangant

dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat dari awal perkuliahan serta semua pihak yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat

dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Teman-teman FKM USU khususnya peminatan Keselamatn dan Kesehatan

Kerja.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

viii

membangun agar penulis dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2019

Tannia Nuril Kartika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

ix

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8

Perilaku 8

Perawat 15

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 17

Jenis-jenis B3 di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit 17

Jenis-jenis Limbah B3 di Rumah Sakit 18

Pengelolaan B3 dari Aspek K3 18

Metode Penelitian 28

Jenis Penelitian 28

Lokasi dan Waktu Penelitian 28

Populasi dan Sampel 29

Definisi Operasional 29

Metode Pengumpulan Data 29

Metode Pengukuran 30

Metode Analisis Data 31

Hasil Penelitian 32

Gambaran Umum RS USU 32

Sejarah RS USU 32

Visi RS USU 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

x

Misi RS USU 34

Struktur organisasi RS USU 34

Karakteristik Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 35

Jenis kelamin 35

Umur 36

Masa kerja 37

Tingkat pendidikan 38

Gambaran Perilaku Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 38

Pengetahuan 38

Sikap 41

Tindakan 44

Pembahasan 50

Gambaran Karakteristik Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 50

Pengetahuan Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 51

Sikap Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 52

Tindakan Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 54

Kesimpulan dan Saran 59

Kesimpulan 59

Saran 60

Daftar Pustaka 62

Lampiran 65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

xi

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang

Rawat Inap RS USU Tahun 2019 36

2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur di Ruang Rawat

Inap RS USU Tahun 2019 36

3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Masa Kerja di Ruang

Rawat Inap RS USU Tahun 2019 37

4 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden terhadap Pedoman

Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 39

5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden terhadap Pedoman

Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 40

6 Distribusi Jawaban Sikap Responden terhadap Pedoman Penggunan

B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 41

7 Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap Pedoman Penggunaan

B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 43

8 Distribusi Observasi Tindakan Responden terhadap Pedoman

Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 44

9 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden terhadap Pedoman

Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 45

10 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Tindakan

Responden di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 46

11 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap dengan Tindakan

Responden di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 47

12 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap dengan

Tindakan Responden di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019 47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Struktur organisasi RS USU tahun 2019 35

2 Persentasi distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di

Ruang rawat inap RS USU 36

3 Persentasi distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur

di ruang rawat inap RS USU 37

4 Persentasi distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok masa

umur di ruang rawat inap RS USU 38

5 Persentasi distribusi frekuensi pengetahuan responden di ruang rawat

inap RS USU 41

6 Persentasi distribusi frekuensi sikap responden di ruang rawat inap

RS USU 44

7 Persentasi distribusi frekuensi tindakan responden di ruang rawat

inap RS USU 46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

xiii

Daftar Lampiran

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 65

2 Jadwal Penelitian 69

3 Master Data 70

4 Output Statistik 81

5 Surat Izin Penelitian 98

6 Surat Selesai Penelitian 99

7 Dokumentasi Penelitian 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

xiv

Daftar Istilah

APAR Alat Pemadam Api Ringan

APD Alat Pelindung Diri

B3 Bahan Berbahaya dan Beracun

Bappenas Badan Penyelenggaraan Pembangunan Nasional

CSSD Central Sterile Supply Departemen

Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional

ICU Intensive Care Unit

ILO International Labour Organization

JKN Jaminan Kesehatan Nasional

K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K3RS Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

Kemenristek Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

LDKB Lembar Data Keselamatan Bahan

Mendiknas Menteri Pendidikan Nasional

Menkes Menteri Kesehatan

MSDS Material Safety Data Sheet

NAB Nilai Ambang Batas

No Nomor

PAK Penyakit Akibat Kerja

PERMENKES RI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

PNS Pegawai Negeri Sipil

PP Peraturan Pemerintah

PPDK Pusat Penelitian dan Diagnostik Kesehatan

PPPK/P3K Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

RSP Rumah Sakit Pendidikan

RS USU Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

SOP Standar Operasional Prosedur

UU Undang-undang

UUD Undang-undang Dasar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

xv

Riwayat Hidup

Penulis bernama Tannia Nuril Kartika berumur 21 tahun, dilahirkan di

Tanjung Enim tanggal 31 Agustus 1997. Penulis beragama Islam, merupakan

anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Anang Usman dan Ibu

Evi Yuniarti.

Pendidikan formal dimulai di TK IDHATA Tanjung Enim tahun 2002.

Pendidikan sekolah dasar di SDN 24 Tanjung Enim tahun 2003-2009, sekolah

menengah pertama di SMPN 1 Unggulan Lawang Kidul tahun 2009-2012,

sekolah menengah atas di SMAN 1 Lawang Kidul tahun 2012-2015, selanjutnya

penuklis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2019

Tannia Nuril Kartika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keadaan serta

usaha untuk menyediakan perlindungan bagi pekerja (Cecep, 2014). Harapan

dengan diadakannya K3 agar pekerja merasa pekerjaan yang dilakukan

mendapatkan keamanan serta kenyamanan. Ketika apapun pekerjaan yang

dilakukan risiko yang mungkin muncul dapat dihindari maka kondisi tersebut

merupakan indikator aman. Indikator kenyamanan apabila pekerjaan yang

dilakukan pekerja tersebut tidak mudah menimbulkan lelah. Melindungi tenaga

kerja adalah salah satu aspek dari K3 yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Pasal 27 Undang-undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun

1945, menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak”. Ayat ini secara tersirat diartikan dengan maksud

penjaminan pekerja atas hak-hak dasar bagi pekerja dan memberikan kesempatan

yang sama juga mendapatkan perlindungan terhadap aspek K3 serta perlakuan

tanpa diskriminasi atas dasar apapun dengan tetap memperhatikan kawasan

tempat kerja yang nyaman, aman, sehat dan selamat bagi pekerja. Terkait dengan

sumber daya manusia adalah setiap orang mempunyai hak atas upah yang cukup

dalam pekerjaannya dan juga tidak menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit.

Hakikatnya K3 adalah usaha menekan dan juga meminimalkan risiko kecelakaan

dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Berdasarkan data ILO (International Labour

Organization) tahun 2018, kecelakaan kerja dan PAK mengakibatkan lebih dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

2

2,78 juta orang meninggal. Kawasan Asia dan Pasifik memiliki angka kematian

akibat kerja lebih dari 1,8 juta kematian setiap tahunnya. Diperkirakan Asia

menyumbang angka kematian sebesar dua pertiga kematian di dunia. Selain itu,

terdapat sekitar 374 juta cedera dan PAK yang tidak fatal setiap tahunnya yang

mengakibatkan banyak absensi kerja. Akibat tingginya angka dari kecelakaan

tersebut, mendorong berbagai golongan sehingga melakukan upaya dalam

peningkatan perlindungan kesehatan bagi tenaga kerja.

Undang-undang (UU) Nomor (No.) 36 tahun 2009 tentang kesehatan

menyatakan bahwa segala bentuk upaya mengenai kesehatan wajib dilakukan oleh

pengelola tempat kerja, melalui upaya promotif, preventif, upaya kuratif dan

rehabilitatif bagi tenaga kerja. Pengaruh empat faktor terhadap derajat kesehatan

seseorang meliputi : faktor perilaku (life style), faktor genetik , faktor lingkungan

dan juga faktor pelayanan kesehatan. Interaksi dari faktor-faktor tersebut saling

berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Faktor perilaku merupakan faktor

determinan yang berperan penting sebagai faktor risiko. Menurut Skinner yang

dikutip oleh Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan suatu respon dan reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) sedangkan menurut

Notoatmodjo perilaku adalah suatu aktivitas yang dilakukan manusia itu sendiri

(Cecep dan Mitha, 2013). Peningkatan kesehatan tersebut dilaksanakan dengan

cara memberikan perlindungan tenaga kerja dalam bekerja untuk menghindari

resiko dari faktor yang membuat kerugian pada kesehatan pekerja, penempatan

posisi serta perawatan tenaga kerja dalam lingkungan kerja sesuai dengan keadaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

3

pekerja serta psikologinya. Secara ringkas merupakan penyesesuaian antara

pekerjaan kepada manusia dan manusia terhadap pekerjaannya.

UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (RS) menyatakan bahwa

penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorang dengan penyediaan pelayanan

seperti rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat secara paripurna sebagai institusi

pelayanan kesehatan merupakan pengertian dari rumah sakit. Kecelakaan kerja

pada sumber daya manusia rumah sakit, pengunjung, pasien, pendamping pasien

serta lingkungan rumah sakit merupakan risiko tinggi di rumah sakit yang harus

dilakukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Permenkes RI, 2016). Rumah

sakit adalah sarana penunjang dan peningkatan dalam kesehatan masyarakat.

Sesuai dengan kebutuhan peningkatan pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat

maka Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) berpotensi semakin

tinggi, dalam mengantisipasi dampak dari kemungkinan risiko-risiko tersebut

sehingga memberikan rasa aman kepada petugas dan lingkungan. Undang-undang

tersebut juga menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan,

rumah sakit harus melakukan pengakreditasian di rumah sakit secara berkala,

seminimalnya tiga kali dalam satu tahun, dimana K3 menjadi salah satu unsur

yang akan dinilai dalam akreditasi tersebut. Memberikan perlindungan kepada

pasien, pengunjung, pekerja ataupun lingkungan kerja rumah sakit agar terhindar

dari resiko kejadian K3, memerlukan penyelenggaran K3RS secara

berkesinambungan.

Penyakit infeksi merupakan salah satu dari banyaknya potensi bahaya di

rumah sakit, termasuk terjadinya kecelakaan yang meliputi bahaya peledakan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

4

kebakaran, kecelakaan yang berkaitan dengan listrik, cedera lain, terjadinya

radiasi, adanya bahan-bahan kimia yang berbahaya, gangguan psikososial serta

ergonomi (Permenkes RI, 2007). Pelaksanaan dalam pelayanan tersebut, Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) menggunakan beberapa jenis bahan

kimia termasuk didalamnya Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti antiseptik

serta desinfektan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, menyatakan B3 adalah bahan

yang dapat mencemarkan, merusak juga membahayakan lingkungan hidup,

kelangsungan hidup manusia ataupun makhluk lainnya serta kesehatan secara

langsung maupun tidak langsung karena sifat serta konsentrasinya (jumlahnya).

Pengelolaan B3 merupakan rangkaian proses kegiatan yang mencakup pengadaan,

penyimpanan, penggunaan, pengolahan dan pembuangan limbah B3.

Bekerja dengan bahan kimia, maka K3 harus menjadi pedoman utama

selama pelaksanaannya karena substansi dari B3 dan limbah medis dari B3

tersebut dapat mengancam kesehatan tenaga kerja maupun lingkungan sekitarnya.

Bahaya dari B3 dalam keadaan tertentu terkadang meningkat melihat sifatnya

yang mudah terbakar, beracun dan lain sebagainya, maka jelas bahwasanya

bekerja dengan bahan-bahan tersebut memiliki risiko bahaya yang tinggi dalam

proses penyimpanan, transportasi dan penggunaannya. Apabila kondisi tersebut

tidak dapat dikelola dengan baik maka dapat memperbesar kemungkinan potensi

limbah di rumah sakit dalam mencemari lingkungan juga menyebabkan

kecelakaan kerja. Banyak terjadi kecelakaan yang disebabkan karena

ketidaktahuan pekerja dalam mengenali dan menangani B3 tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

5

Tujuan dari penggunaan B3 dari aspek K3 adalah sebagai pedoman untuk

memberikan perlindungan pada sumber daya rumah sakit baik pasien maupun

pengunjung serta lingkngan rumah sakit dari bahaya pajanan dan limbah B3.

Limbah dari keseluruhan rumah sakit sekitar 10-15% diantaranya merupakan

limbah medis yang mengandung B3. Penggunaan B3 adalah salah satu aspek yang

tidak dapat dilupakan karena mempunyai peran penting dalam pelaksanaan

pengelolaan B3 di rumah sakit. Perilaku penggunaan dan kepatuhan Standar

Operasional Prosedur (SOP) penggunaan B3 yang benar dengan aturan dari pihak

rumah sakit adalah bentuk dukungan dalam kesuksesan kesehatan kerja. B3 tidak

digunakan pada semua unit di rumah sakit, unit-unit yang menggunakan B3

diantaranya seperti ICU (Intensive Care Unit), rawat inap, radiologi, hemodialisa

dan laboratorium. Setiap unit tentunya terdapat beberapa komponen tenaga

kesehatan salah satunya perawat.

Perawat adalah salah satu petugas rumah sakit yang langsung berhubungan

dengan B3 dan memiliki intensitas interaksi paling tinggi dibandingkan dengan

komponen lainnya. Melakukan pekerjaan yang mempunyai risiko untuk terpapar

dan terpajan bahan kimia berbahaya tentunya harus mengutamakan K3 untuk

menghindari kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat dari faktor

perilaku K3 yang meliputi nilai pengetahuan, sikap dan tindakan. Pendidikan rata-

rata perawat di RS USU adalah Diploma Keperawatan. Setiap harinya, perawat

memulai pekerjaannya pada pukul 07.30 – 14.30 WIB untuk shift pagi, pukul

14.30 – 21.00WIB untuk shift sore, pukul 21.00 – 07.30 WIB untuk shift malam.

Perawat dibagi per ruangan, di dalam ruang rawat inap terdapat 4 kelas yaitu kelas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

6

VIP (Zaitun), kelas I (Cendana), kelas II (Meranti) serta kelas III (Mahoni).

Begitu besarnya risiko yang dihadapi perawat, maka perlindungan K3 bagi tenaga

kerja yang menggunakan bahan kimia berbahaya sangat diperlukan agar tidak

menyebabkan PAK dan kecelakaan akibat kerja. Faktor penyebab terjadinya

kecelakaan kerja pada perawat umumnya diakibatkan oleh tindakan tidak aman

(unsafe actions) atau faktor manusianya yang dilatarbelakangi oleh kurangnya

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Faktor sumber bahaya misalnya karena

metode dan proses kerja yang salah (Tarwaka, 2012).

Dari hasil survei pendahuluan di RS USU pada tahun 2019 diketahui

bahwa terdapat kasus perawat yang tertusuk jarum suntik sebanyak 3 kasus yang

mengandung B3 terjadi pada perawat di unit rawat inap. Satu kasus merupakan

kasus dengan granding risiko tinggi dimana jarum suntik bekas yang tertusuk

tersebut dari hasil laboratorium mengandung HbsAg reaktif sehingga

mengakibatkan perawat tersebut mengalami mual dan muntah. Satu kasus juga

merupakan kasus dengan granding risiko tinggi dimana perawat tersebut tertusuk

jarum suntik bekas yang mengandung insulin sehingga perawat tersebut

mengalami iritasi pada bagian sekitar kulit yang tertusuk dan perawat merasa

pusing. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik ingin meneliti

mengenai gambaran perilaku perawat terhadap pedoman penggunaan bahan

berbahaya dan beracun di ruang rawat inap RS USU tahun 2019.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

7

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

yang diteliti adalah bagaimana gambaran perilaku perawat terhadap pedoman

penggunaan bahan berbahaya dan beracun di ruang rawat inap RS USU tahun

2019.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran perilaku perawat terhadap pedoman

penggunaan bahan berbahaya dan beracun di ruang rawat inap RS USU tahun

2019.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit terhadap pedoman

penggunaan bahan berbahaya dan beracun di ruang rawat inap terutama dalam

hal perilaku perawat rumah sakit.

2. Sebagai referensi melakukan penelitian sejenis bagi peneliti lain.

3. Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang perilaku

perawat terhadap pedoman penggunaan bahan berbahaya dan beracun di ruang

rawat inap rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

8

Tinjauan Pustaka

Perilaku

Definisi Perilaku. Hakikatnya perilaku manusia adalah suatu kegiatan

yang dilakukan dan timbul dari diri manusia tersebut. Rentangan perilaku manusia

sangat luas meliputi berjalan atau bergerak, bereaksi, berpakaian dan lainnya.

Aktivitas internal misalnya berpikir, berpersepsi serta emosi merupakan bagian

dari perilaku manusia. Karakteristik perilaku dibedakan menjadi dua macam yaitu

perilaku aktif dan perilaku pasif. Perilaku aktif ialah suatu bentuk dalam

melakukan tindakan yang perilakunya dapat diamati langsung. Perilaku pasif ialah

respon dari dalam diri manusia yang tidak dapat dilihat langsung oleh orang lain

(tidak ada tindakan) misalnya mengambil sikap, berpikir dan berpendapat (Cecep

dan Mitha, 2013). Menurut H. L. Blum yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010),

mengemukakan bahwa perilaku dibagi dalam 3 domain, yaitu : cognitive domain

(ranah kognitif), yaitu perilaku yang menekankan pada aspek intelektual seperti

pengetahuan (knowledge), affective domain (ranah afektif), yaitu berisikan

penekanan aspek perasaan serta emosi pada perilaku seperti sikap (attitude) dan

psychomotor domain (ranah psikomotor) berisi penekanan aspek keterampilan

motorik pada perilaku, seperti tindakan atau praktik (practice). Ketiga domain ini

diterjemahkan dalam cipta (kognisi), rasa (emosi), serta karsa (konasi) atau

pericipta, perirasa, serta peritindak.

Pengetahuan. Perilaku manusia itu sangat kompleks serta memiliki

cakupan yang luas. Menurut KI Hajar Dewantara pengetahuan merupakan hasil

tahu atau hasil penginderaan manusia atau seseorang yang terjadi ketika orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

9

tersebut selesai melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu dengan

menggunakan indera yang dimiliki seperti hidung, telinga, mata dan lain

sebagainya. Pengetahuan tersebut dengan sendirinya dihasilkan pada saat

penginderaan berlangsung dan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

presepsi pada suatu objek. Perilaku akan lebih bertahan lama jika didasarkan oleh

pengetahuan daripada perilaku yang tidak didasarkan pada pengetahuan. Menurut

Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), mengungkapkan bahwa

proses yang berurutan dalam diri seseorang sebelum mengadopsi perilaku yang

baru (berperilaku baru) yakni, kesadaran (awareness) ketika stimulus (objek)

disadari atau diketahui oleh orang tersebut, merasa tertarik (interest) pada

stimulus (objek) tersebut, menimbang-nimbang (evaluation) untuk dirinya

terhadap baik/buruknya stimulus tersebut pada dirinya, percobaan (trial) ketika

apa yang dikehendaki stimulus mulai coba dilakukan sesuatu oleh subjek dan

terakhir adopsi (adoption) yaitu ketika subjek sudah mengadopsi perilaku baru

sesuai dengan pengetahuannya, kesadarannya serta sikapnya terhadap stimulus.

Kenyataannya, tahap-tahap tersebut tidak selalu dilewati dalam perubahan

perilaku. Secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu :

a. Know (tahu)

Tahu didefinisikan sebagai ingatan ulang suatu memori/stimulus yang

pernah didapat sebelumnya. Tahu adalah tingkatan paling rendah dalam

pengetahuan. Pengukuran tahu pada orang tentang apa yang ia pelajari dengan

kata kerja seperti, menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan dan

menyatakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

10

b. Comprehension (memahami)

Memahami artinya sebuah kecakapan menggambarkan dengan benar

dan tepat tentang objek yang ia ketahui serta dapat mengintegritasikan materi

tersebut dengan benar. Objek atau materi harus dapat dijelaskan, diberikan

contoh, disimpulkan serta dinamakan ketika seseorang telah memahami.

c. Application (aplikasi)

Aplikasi berarti kecakapan dalam penggunaan materi yang dipelajari

terhadap situasi dan kondisi nyata atau rill (sebenarnya). Dapat diartikan

dengan penerapan materi yang telah didapatkan pada kehidupan sebenarnya

menggunakan atau mengaplikasi prinsip, rumus, serta metode.

d. Analysis (analisis)

Analisis merupakan kecakapan dalam penjabaran serta pemisahan

sebuah objek dalam bentuk komponen-komponen yang masih berkaitan satu

sama lain serta masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Synthesis (sintesis)

Sintesis ialah kecakapan untuk merangkum, memposisikan atau

menyatukan bagian menjadi bentuk utuh atau keseluruhan dalam satu

hubungan logis. Dengan kata lain, kecakapan dalam membuat serta merangkai

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang tersedia.

f. Evaluation ( evaluasi)

Evaluasi bersangkutan dengan kecakapan dalam melakukan putusan,

penyesuaian dan atau menilai materi (objek) berdasarkan kriteria khusus yang

dirancang sendiri ataupun yang telah tersedia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

11

Pengetahuan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :

1. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan sangat erat kaitannya

dengan pengetahuan. Ketika sesorang memiliki pengetahuan yang banyak

maka semakin tinggi tingkat pendidikan orang tersebut sehingga semakin

mudah untuk menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi.

2. Pekerjaan

Proses mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu objek

sangat dipengaruhi oleh pekerjaan seseorang.

3. Umur

Pertambahan pengetahuan yang didapat seseorang dipengaruhi dengan

pertambahan umur orang tersebut.

4. Pengalaman

Pengetahuan seseorang dalam jangka waktu yang lama dapat dibentuk

dengan pengalaman.

5. Lingkungan

Lingkungan adalah semua yang berada disekitar individu. Pengetahuan

dapat dipengaruhi lingkungan karena pengetahuan akan merespon ketika

adanya hubungan timbul balik ataupun tidak pada setiap individu.

6. Sosial Budaya

Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu dapat dipengaruhi oleh

budaya dan kebiasaan masyarakat maupun keluarga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

12

Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(kuesioner) dimana isi dari materi tersebut akan ditanyakan pada subjek penelitian

ataupun responden. Tingkat-tingkat tersebut dijadikan tolak ukur yang dapat

disesuaikan mengenai kedalaman pengetahuan yang diukur atau yang ingin kita

ketahui dari responden (Notoatmodjo, 2007).

Sikap. Sikap merupakan suatu respon atau stimulus seseorang dari

perilaku yang tertutup terhadap suatu objek tertentu, melibatkan faktor pendapat

serta emosi yang bersangkutan (Heri, 2014). Menurut Campabell dalam

Notoatmodjo (2010) mengemukakan sikap dengan sangat sederhana, yaitu : “An

individual’s attitude is an syndrome of respons consistency with regard to social

object”. Sikap seseorang adalah sindrom atau kumpulan gejala yang konsisten

dalam merespon sesuatu yang berkenaan dengan objek. Sikap merupakan keadaan

siap dan sedia seseorang dalam bertindak tetapi tidak merupakan pelaksanaan

dalam motif tertentu menurut salah seorang ahli psikologi Newcomb yang dikutip

oleh Notoatmodjo (2007). Predisposisi dari sebuah perilaku tetapi belum

mencapai tindakan ataupun aktivitas disebut dengan fungsi sikap. Menurut Allport

yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), terdapat tiga komponen pokok dari sikap,

adalah :

a. Keyakinan (kepercayaan), gagasan dan rangsangan terhadap objek tertentu.

b. Kondisi perasaan (emosional) dan penilaian terhadap objek tertentu.

c. Keinginan melakukan tindakan.

Dari komponen-komponen tersebut dengan serentak membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Pengetahuan, pemikiran, emosi serta keyakinan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

13

merupakan peran penting dalam menentukan sikap yang utuh. Sikap mengandung

aspek yang merupakan aspek penilaian terhadap objek dan memiliki tiga

komponen, meliputi : komponen kognitif, afektif dan konatif. Kognitif merupakan

aspek intelektual yang berhubungan dengan sesuatu yang diketahui manusia.

Afektif merupakan aspek emosi yang kaitannya dengan evaluasi terhadap

pengetahuan yang dimiliki. Konatif berupa aspek visional terkait pada

kecenderungan atau keinginan bertindak. Sikap terdiri dari empat kedudukan

berdasarkan intensitasnya, diantaranya :

1. Menerima (receiving)

Menerima merupakan tingkatan sikap yang paling rendah.Menerima

berarti stimulus dari objek diperhatikan dan diterima oleh orang (subjek).

2. Menanggapi (responding)

Dapat diartikan memberikan tanggapan atau jawaban jika ada

pertanyaan terhadap suatu objek.

3. Menghargai (valuing)

Dapat berarti seseorang tersebut memberi penilaian positif dari suatu

objek dan dibahas dengan orang lain bahkan dapat mempengaruhi dan

mengajak orang lain untuk memberikan respon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi.

Menjadikan segala resiko dari segala sesuatu pilihannya sebagai tanggung

jawab merupakan sikap yang paling tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

14

Mengukur sikap dapat dilakukan dengan langsung maupun tak langsung

yaitu dengan ditanyakan kepada objek atau tidak ditanyakan.

Tindakan.Menurut Notoatmodjo (2010) praktik (practice) kesehatan atau

dapat disebut praktik kesehatan (overt behavior) adalah seseorang yang telah

mengetahui tentang obejek dari kesehatan yang kemudian menilai dan

memberikan pendapat terhadap apa saja yang ia ketahui, selanjutnya diharapkan

akan dilaksanakan atau mempraktikan sesuai apa yang diketahui atau disikapinya

(dinilai baik). Sikap belum tentu terwujud sebagai suatu tindakan, perwujudan

sikap menjadi suatu tindakan yang nyata memerlukan faktor-faktor lain, seperti

tersedianya fasilitas sarana dan prasarana. Menurut Notoatmodjo (2010), tindakan

atau praktik memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan kualitasnya, yakni :

1. Persepsi (perception)

Praktik tingkat pertama adalah mengetahui dan menentukan tindakan

yang diambil behubungan dengan berbagai objek.

2. Respon terpimpin (nurded respons)

Dapat melaksanakan sesuatu sesuai dengan mekanisme yang benar dan

sesuai contoh adalah indikator praktik tingkat dua

3. Mekanisme (mechanism)

Ketika seseorang telah menjadikan kebiasaan sebagai suatu yang

dilakukan dengan sendirinya dan secara tepat.

4. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah tindakan atau perbuatan yang telah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut dan telah berkembang dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

15

Perawat

Definisi Perawat. UU No. 38 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (1) tentang

keperawatan menyatakan perawat merupakan seseorang yang telah lulus

perguruan tinggi keperawatan yang diakui oleh pemerintah baik di dalam dan luar

negeri, sesuai ketentuan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan.

Secara sederhana perawat merupakan seseorang yang bekerja mengasuh dan

merawat orang lain dengan masalah kesehatannya. Secara luas, perawat adalah

tenaga kerja professional memiliki kecakapan tanggung jawab serta wewenangan

dalam melakukan juga memberikan perawatan pada pasien yang menjalani

masalah kesehatan (Nisya dan Hartanti, 2013). Menurut Taylor C., Lillis C., Le

Mone yang dikutip oleh Budiono dan Sumirah (2016), mendefinisikan perawat

adalah orang yang memiliki dalam merawat dan atau memelihara, membantu

dengan melindungi orang lain karena sakit, luka dan proses penuaan.

Peran Perawat. Perawat memiliki peran-peran pokok antara lain

memberikan pelayanan keperawatan yang dilakukan dengan melihat kebutuhan

dasar manusia peran perawat sebagai pengasuh (caregiver). Advokat klien

(clientadvocate) sebagai advokat klien peran perawat berorientasi membantu atau

melayani klien dalam menguraikan dan menjelaskan berbagai info dan memberi

pelayanan terkhusus dalam mengambil persetujuan tindakan dalam keperawatan.

Peran perawat sebagai konselor atau penasihat adalah ketika pasien atau klien

menguraikan keadaannya serta hal-hal yang menyangkut suasana nantinya.

Pendidik (educator) membantu klien dalam peningkatan pengetahuan tentang

kesehatan gejala penyakit serta tindakan yang akan diberikan sehingga diharapkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

16

terjadi perubahan dari klien tersebut. Perawat sebagai koordinator melakukan

koordinasi dengan mengarahkan, merencanakan serta mengoordinasikan

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga dapat dimengerti untuk

melakukan praktek sesuai dengan kebutuhan pasien. Kolaborator perawat harus

melakukan kerja sama beserta tim kesehatan biasanya beranggotakan tenaga

kesehatan seperti dokter untuk melakukan identifikasi pelayanan keperawatan

yang dibutuhkan. Konsultan (consultan) perawat sebagai tempat bertanya dan

konsultasi (Nisya dan Hartanti, 2013). Berdasarkan hasil Lokakarya Nasional

Keperawatan yang dikutip oleh Budiono dan Sumirah (2016), adalah : a)

melaksanakan pelayanan keperawatan, b) memberikan pendidikan tentang

keperawatan, c) mengelola pelayanan keperawatan, serta d) meneliti dan

mengembangkan pelayanan keperawatan.

Fungsi Perawat. Perawat memiliki fungsi berdasarkan perannya dan

dapat berubah berdasarkan kondisi yang terjadi dalam menjalankan peran tersebut

perawat mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi Independen

Tindakan perawat dalam fungsi ini perawat tidak memerlukan perintah

dari dokter karena sifatnya mandiri. Klien menjadi tanggung jawab perawat,

setiap mengambil suatu tindakan.

2. Fungsi Dependen

Fungsi dependen yaitu tugas perawat adalah membantu dokter

memberi pelayanan medis serta tindakan khusus yang seharusnya dilakukan

dokter yang memiliki wewenang seperti pemasangan infus, memberi obat dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

17

suntikan dan setiap kegagalan tindakan medis tersebut menjadi tanggung

jawab dokter.

3. Fungsi Interdependen

Konsep dalam fungsi ini tindakan yang dilakukan perawat berdasarkan

kerja sama dengan tim-tim lainnya seperti kesehatan dan keperawatan.

Berkolaborasi dengan tenaga gizi dalam pembuatan rancangan penentuan

kebutuhan makanan bagi ibu dan tumbuh kembang janin sebagai maksud dari

fungsi tersebut.

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Definisi B3. Menurut PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3,

menyatakan B3 adalah bahan yang dapat mencemarkan, merusak juga

membahayakan lingkungan hidup, kelangsungan hidup manusia ataupun makhluk

lainnya serta kesehatan secara langsung maupun tidak langsung karena sifat serta

konsentrasinya (jumlah).

Jenis-jenis B3 di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

a. Etanol, atau biasa disebut dengan alkohol. Memiliki sifat mudah terbakar

dan iritan. Biasa digunakan sebagai antiseptik sebagai pembersih luka.

b. Hidrogen Peroksida dengan senyawa kimia H2O2, biasa disebut dengan

perhidrol digunakan sebagai desinfektan. Memiliki sifat korosif, mudah

terbakar, oksidator dan reduktor.

c. Dichloroethyl eter, biasa disebut choroethyl untuk pencegah rasa sakit

yang di gunakan pada kulit untuk membuat mati rasa dan memiliki sifat

beracun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

18

d. Klorin, dengan nama dagang presept, clax yang bersifat iritasi dan

beracun. Penggunaannya sebagai desinfektan.

e. Pestisida, dengan nama dagang baygon digunakan sebagai pembasmi

serangga dan memiliki sifat beracun.

f. Propilen atau propane atau gas elpiji dengan sifat yang mudah terbakar

dan meledak.

g. Oksigen, bersifat mudah meledak biasa digunakan sebagai asupan untuk

pasien yang mengharuskan pasien tersebut mendapatkan oksigen secara

langsung.

h. Semua jenis obat-obatan dari bagian farmasi.

Jenis-jenis Limbah B3 di Rumah Sakit

Menurut PP No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 sebagai berikut:

1. Limbah medis infeksius, limbah yang diduga mengandung patogen terdiri

atas ekstra, jaringan tubuh, cairan infus, benda-benda tajam seperti jarum

suntik bekas.

2. Limbah medis non infeksius, limbah padat dihasilkan dari kegiatan di

fasilitas pelayanan kesehatandi luar medis yang berasal dari dapur, kantor,

halaman dan lainnya.

Pengelolaan B3 dari Aspek K3

Aktivitas produksi, transportasi, penyimpanan, penggunaan serta

pembuangan B3 merupakan definisi dari pengelolaan B3. Pengelolaan B3 dari

aspek K3 merupakan usaha dalam meminimalkan risiko penggunaan B3 dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

19

limbah B3.Menurut UU No. 66 Tahun 2016 tentang K3RS, Pelaksanaan

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun sebagai berikut:

Identifikasi dan Inventaris B3 di rumah sakit. Upaya memastikan B3

yang berbahaya di rumah sakit, perlu dilakukan identifikasi awal mengenai jenis

B3 yang digunakan di suatu rumah sakit tersebut. B3 yang digunakan dalam

rumah sakit sesuai dengan kebutuhan dari rumah sakit masing-masing. B3 di

rumah sakit terbagi menjadi 2 jenis, yaitu B3 Medis dan B3 Non Medis yang

masing-masing memiliki bahaya berbeda bagi petugas rumah sakit termasuk

perawat yang menggunakan. Dalam PP No. 74 Tahun 2001 pasal 5 ayat (1)

karakteristik B3 adalah seperti :

1. Mudah meledak (explosive)

Suatu bahan yang dapat menyebabkan ledakan dan menimbulkan

kebakaran ketika mencapai suhu juga tekanan standar ataupun bereaksi baik

melauli reaksi fisika dan kimia yang dapat menghasilakan gas dalam suhu dan

tekanan tinggi merusak lingkungan dengan cepat.

2. Pengoksidasi (oxidizing)

Suatu bahan yang dapat menimbulkan api atau melepaskan banyak

panas ketika bereaksi dengan bahan kimia lain, khususnya bahan kimia yang

mudah terbakar meskipun keadaan hampa udara.

3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)

B3 baik dalam wujud padat ataupun cair dengan titik nyala 00C dan

titik didih ≤ 350C.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

20

4. Sangat mudah menyala (highly flammable)

B3 baik padat dan/atau cair yang memiliki titik nyala 0-210C.

5. Mudah menyala (flammable)

Padatan atau cairan yang memiliki titik didih 0-210C dapat

menimbulkan panas atau meningkat suhunya dengan udara pada temperatur

ambien. Dalam keadaan suhu dan tekanan yang normal gas mudah untuk

terbakar. Apabila kontak atau bercampur dengan air dan udara yang lembab

dalam jumlah yang berbahaya dapat menimbulkan gas yang sangat mudah

terbakar.

6. Amat sangat beracun (extremely toxic)

Suatu bahan kimia yang memiliki LD50 (Lethal Dose Fifty) ≤ 1 mg/kg.

Maksud LD50 yaitu hitungan untuk dasis dalam gram pencemar per kilogram

yang mengakibatkan kematian 50% dari jumlah populasi mahluk hidup yang

menggunakan responden sebagai bahan uji.

7. Sangat beracun (highly toxic)

B3 penyebab rusaknya kesehatan yang akut serta kronis bahkan

menyebabkan kematian pada konsentrasi yang sangat rendah ketika terpajan

baik inhalasi dan juga dari kulit.

8. Beracun (moderately toxic)

Bahan kimia meskipun dalam jumlah kecil dan/atau sedikit masuk

melalui pernafasan, mulut dan kulit menyebabkan keracunan pada manusia

maupun makhluk hidup lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

21

9. Berbahaya (harmful)

Suatu bahan kimia dalam wujud padat, cair maupun gas menimbulkan

bahaya kesehatan hingga ke tingkat tertentu.

10. Korosif (corrosive)

Bahan yang karena reaksi kimia dapat merusak logam dan

menimbulkan iritasi serta rasa terbakar pada kulit (Achadi, 2004).

11. Bersifat iritasi (irritant)

Bahan yang ketika bereaksi menimbulkan peradangan atau kerusakan

apabila kontak langsung mengenai permukaan tubuh lembab area kulit serta

saluran pernapasan. Pada umumnya, bahan korosif itu merupakan bahan iritan.

12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

Bahan kimia yang dapat merusak lingkungan atau peristen di

lingkingan seperti PCBs, serta dapat merusak lapisan pada atmosfer (ozon)

misalnya CFC (Sumisih, 2010).

13. Karsinogenik (carcinogenic)

Bahan kimia yang apabila terpapar pada manusia atau mahluk hidup

dapat menyebabkan mutagenesis dan perubahan struktur genetik pada

manusia, misalnya kanker.

14. Teratogenik (teratogenic)

15. Mutagenik (mutagenic)

Menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (Material

Safety Data Sheet). MSDS adalah dokumen lengkap tentang suatu bahan kimia

yang harus ada pada industri mengenai informasi tentang bahan kimia tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

22

(Achadi, 2004). MSDS atau juga disebut LDKB (Lembar Data Keselamatan

Bahan) adalah himpunan atau kumpulan informasi keselamatan serta tanda atau

isyarat dalam mengelolah bahan kimia yang berbahaya dan informasi mengenai

bahan kimia tersebut. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.

187/Men/1999, isi dari MSDS memuat sebagai berikut :

1. Penetapan identitas dari bahan kimia

Berupa nama atau sebutan bahan, sinonim bahan, rumus kimia, kode

produksi, nama serta alamat perusahaan distributor, nomor telepon keadaan

darurat dari bahan kimia tersebut.

2. Komposisi bahan kimia

Deskripsi bahan berupa klasifikasi bahan tersebut serta nilai batas

paparan yang diperbolehkan bagi keselamatan dan kesehatan.

3. Identifikasi potensi bahaya

Mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul dan berakibat pada

tubuh seperti mata, kulit, saluran cerna, pernafasan, karsinogen, teratogen dan

fungsi reproduksi.

4. Pelaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)

Mencakup penyelamatan sebelum dan sesudah datang pertolongan

medis. Apabila terdapat antidote untuk bahan kimia.

5. Pelaksanaan tindakan penanggulangan kebakaran

Meliputi sifat bahan kimia yang mudah terbakar, nilai ambang batas

titik nyala dan suhu nyala sendiri, batas dari suhu tertinggi dan terendah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

23

mudah terbakar, jenis pemadaman bahaya lain serta petunjuk petugas

pemadam kebakaran.

6. Menangani apabila terjadi bocoran atau tumpahan

Banyaknya tumpahan, alat pelindung diri (APD) yang digunakan dan

cara yang dilakukan bila hal yang tidak diinginnkan terjadi.

7. Menangani dan menyimpan bahan

Cara menangani serta mencegah paparan pada tempat penyimpanan

bahan, menetapkan dan menyimpan “incompatible”, yaitu bahan dengan

syarat khusus dalam penyimpanan.

8. Pengendalian paparan serta APD

Mengenai panduan teknis pengendalian serta pengadaan APD.

9. Sifat kimia dan fisika bahan

Tentang bagaimana wujud dari bahan, padat/cair/gas, bau, warna, berat

jenis, titik lebur dan didih, tekanan uap, daya larut, pH dan lainnya.

10. Reaktivitas dan stabilitas

Mencantumkan sifat reaktivitas dan kesetabilan dari bahan, keadaan

yang tidak boleh terjadi serta tidak boleh tercampur karena bahan bersifat

dekomposisi dan menimbulkan bahaya polimerasi.

11. Informasi bahan toksikologi

Meliputi Nilai Ambang Batas (NAB) dari suatu bahan kimia.

12. Informasi bahan ekologi

Karakter bahan yang berbahaya terhadap lingkungan dan berdampak

pada lingkungan, menyebabkan degradasi serta bioakumulasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

24

13. Buangan limbah

Informasi mengenai teknis bagaimana membuang limbah bahan kimia

berbahaya mencakup pembuangan wadah atau tempat bekas bahan kimia

tersebut.

14. Informasi mengenai transportasi bahan kimia

Mencakup peraturan internasional dalam proses transportasi baik

melalui darat, udara serta laut.

15. Peraturan perundangan

Meliputi pemberian simbol atau tanda dan label, standar bahan serta

norma yang telah diberlakukan.

Menyiapkan sarana keselamatan B3. Menurut PP No. 66 Tahun 2016

tentang K3RS, sarana keselamatan B3 minimal meliputi lemari B3, APD,

penyiram badan (body wash), pencuci mata (eyewasher), rambu dan simbol B3,

serta spill kit.

Pedoman dan standar prosedur pengelolaan B3 yang aman, salah

satunya adalah pedoman penggunaan B3. Rumah sakit termasuk salah satu

industri yang menggunakan berbagai jenis B3 dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan sehingga memiliki potensi yang besar dalam menimbulkan berbagai

macam risiko. Upaya mengantisipasi dan meminimalkan risiko-risiko tersebut

rumah sakit memerlukan pedoman dan standar prosedur dalam penggunaan B3

berdasarkan UU No. 66 Tahun 2016 tentang K3RS, yang meliputi :

1. Perencanaan serta penerapan K3 dalam penggunaan B3 yang harus

diperhatikan antara lain:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

25

a. Pemakaian APD yang disesuaikan dengan risiko bahayanya dan diganti

setahun sekali, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan P3K tersedia dan

lengkap. Melalui penerapan dan penetapan cara menggunakan APD yang

tepat dan sesuai dengan prosedur persyaratan ketika menggunakannya

serta melengkapi APAR serta PPPK/P3K yang berupa spill kit sebagai

sarana keselamatan B3 dan ditempatkan disetiap instalasi atau satuan kerja

yang menggunakan B3 serta menghasilkan limbah B3.

b. Pihak yang berwenang telah menyatakan tempat kerja serta lingkungan

dalam kondisi aman.

c. Menggunakan alat-alat kerja yang layak pakai atau tidak rusak dan

berkarat.

d. Keamanan dan keefektifan metode kerja ataupun tata cara pelaksanaan

kerja.

e. Persiapan kelengkapan administrasi (MSDS/perintah/petunjuk kerja, daftar

B3, pelabelan, dan lainnya) dan surat izin penetapan serta penerapan

syarat-syarat dokumen, lisensi dari persyaratan yang berlaku. Mengadakan

MSDS dan daftar B3 pada setiap instalasi yang menggunakan B3 serta

pemberian simbol atau label pada B3 yang digunakan.

2. Selama proses penggunaan B3 yang perlu dihindari adalah tindakan tidak

aman dan harus sesuai dengan SOP yang berlaku.

3. Apabila transisi shift jaga dalam setiap serah terima serta tanggung jawab

terhadap penggunaannya, laporkan situasi kondisi kerja yang tidak aman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

26

4. Apabila penggunaan B3 telah selesai, bersihkan alat-alat kerja dan

mengamankannya termasuk wadah sisa hingga terjaga dari kandungan B3.

5. Jika terjadi kecelakaan segera lakukan P3K serta penanganan lebih lanjut

melalui pelatihan serta simulasi tumpahan B3 dengan panduan penanganan

tumpahan B3 secara umum, sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi atau mengenali tempat kejadian tumpahan tersebut,

banyaknya tumpahan, bagaimana sifat fisik dan kimia bahan yang tumpah,

bahaya dan risiko yang dapat ditimbulkan dari tumpahan serta bagaimana

teknik penanganan yang tepat dan aman.

b. Memastikan penggunaan APD (terkhususnya sarung tangan, pelindung

kaki, pelindung mata atau muka dan bila diperlukan gunakan juga

pelindung pernafasan.

c. Pastikan tumpahan agar tidak meluas dan apabila memungkinkan hentikan

sumber tumpahannya secara tepat, cepat dan aman.

d. Lakukan penanganan (di tempat) dengan cara yang tepat.

e. Netralisasi bahan kimia yang tumpah adalah proses yang umumnya

dilakukan.

f. Basa (soda ash/lime) dapat digunakan sebagai penetral tumpahan yang

memiliki sifat asam dan larutan asam asetat untuk tumpahan dalam proses

netralisasi.

g. Tanah, pasir, natrium karbonat dan kapur dalam keadaan darurat ketika

terjadi tumpahan termasuk bahan-bahan yang paling umum untuk

digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

27

h. Sesuai dengan bahan pengotornya bekas tumpahan yang terdapat di area

kerja dapat dibersihkan seperti dengan air, sabun detergen dan pembersih

lainnya.

i. Rincian lengkap mengenai penanganan dapat dilihat di dalam MSDS.

Penanganan keadaan darurat B3. Penanganan keadaan darurat B3

terbagi menjadi dua yaitu penanganan kecelakaan kerja dan darurat B3 serta

penanganan tumpahan B3. Ketika terjadi kecelakaan ditempat kerja penanganan

kecelakaan kerja dan darutat B3 digunakan sebagai petunjuk bagi petugas untuk

menyelamatkan korban dengan tujuan agar korban tersebut merasa tenang dan

aman serta mencegah kondisi atau keadaan yang lebih parah selagi menungu

datangnya pertolongan dari dokter. Cakupan penangan kecelakaan dan darurat B3

meliputi petunjuk umum untuk pertolongan pertama yang berkaitan dengan

pengelolaan B3, dampak serta risiko akibat pengelolaan B3. Penanggulangan

ketika terjadinya kecelakaan dan darurat B3, wajib bagi setiap orang yang

mengelola B3. Melaksanakan kegiatan pengelolaan B3 wajib mengambil langkah-

langkah berikut, yaitu : pengisolasian atau pengamanan tempat terjadinya

kecelakaan, penanggulangan kecelakaan yang sesuai dengan prosedur serta

pelaporan kecelakaan dan keadaan darurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

28

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan

tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku perawat terhadap pedoman

penggunaan bahan berbahaya dan beracun dari aspek keselamatan dan kesehatan

kerja di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara tahun 2019.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara dengan alasan lokasi sebagai berikut :

1. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah rumah sakit negeri

dibawah Universitas dan Kemenristek Dikti yang aktif memberikan

pelayanan kesehatan dan tempat pendidik/penelitian tenaga profesional

dan penelitian kesehatan/kedokteran. Berdasarkan hasil survei

pendahuluan diketahui bahwa pengelolaan B3 di rumah sakit tersebut

dinilai kurang baik karena belum sesuai dengan standar K3RS.

2. Berdasarkan hasil survei pendahuluan juga diketahui bahwa terdapat kasus

perawat yang tertusuk jarum suntik yang mengandung B3 sebanyak 3

kasus yang terjadi pada perawat diunit rawat inap.

3. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai perilaku perawat terhadap

penggunaan B3 dari aspek K3 di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Waktu. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari 2019 sampai dengan

bulan Juli 2019.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

29

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang

rawat inap RS USU tahun 2019 berjumlah 69 orang, karena diketahui bahwa

terdapat kasus perawat yang tertusuk jarum suntik yang mengandung B3 sebanyak

3 kasus yang terjadi pada perawat di ruang rawat inap.

Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas

di ruang rawat inap yaitu sebanyak 69 orang.

Definisi Operasional

Pengetahuan. Hasil tahu responden tentang pedoman penggunaan B3

seperti informasi tentang MSDS, perintah kerja dan daftar B3.

Sikap. Tanggapan atau respon responden dengan penilaian mendukung

atau tidak mendukung tentang pedoman penggunaan B3.

Tindakan. Segala sesuatu yang dilakukan responden atau cara kerja

responden terhadap pedoman penggunaan B3.

Metode Pengumpulan Data

Data Primer. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner yang telah disusun berdasarkan acuan PP No. 66 Tahun

2016 tentang K3RS dan PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan

Berbahaya dan Beracun.

Data Sekunder. Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh

langsung dari dokumentasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berupa data

mengenai kecelakaan perawat, data jumlah perawat, data profil rumah sakit dan

data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

30

Metode Pengukuran

1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur dengan memberikan skor terhadap

semua jawaban dari aspek pengetahuan dalam kuesioner yang tersedia.

Pertanyaan berjumlah 9 dan total skor 9, berupa pilihan tunggal dengan

pilihan a, b dan c dengan jawaban “benar” bernilai 1 dan “salah” bernilai

0. Menurut Arikunto (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang sifatnya kualitatif, yaitu:

a. Baik, apabila hasil presentase 76% - 100% dari seluruh pertanyaan

atau memiliki skor 7-9.

b. Cukup, apabila hasil presentase 56% - 75% atau memiliki skor antara

5-6.

c. Kurang, apabila hasil presentase >56% atau memiliki skor benar

kurang dari 5.

2. Sikap

Pengukuran sikap dilakukan menggunakan skala pengukuran

Guttman.Skala Guttman digunakan untuk mendapatkan jawaban atau hasil

yang tegas terhadap sesuatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono,

2013). Sikap responden diukur melalui 10 pernyataan yang memiliki

jawabannya “setuju” pada pernyataan positif dan diberi skor 1 dan “tidak

setuju” diberi skor 0. Untuk pertanyaan negatif, jika responden menjawab

“setuju” diberi skor 0 dan “tidak setuju” diberi skor 1. Sehingga total skor

tertinggi yang dicapai 10 dan total skor terendah 0. Menurut Azwar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

31

(2013), hasil skor tersebut dibandingkan dengan skor rata-rata melalui

intrepretasi sebagai berikut:

a. Sikap positif, apabila jumlah nilai skor ≥ rata-rata.

b. Sikap negatif, apabila jumlah nilai skor < rata-rata.

3. Tindakan

Tindakan responden diukur melalui observasi langsung dengan 5

observasi tindakan, dimana tindakan tersebut diobservasi dengan jawaban

“Ya” diberi nilai 1 dan tindakan observasi dengan jawaban “Tidak” diberi

nilai 0. Menurut Azwar (2013), hasil skor tersebut dibandingkan dengan

skor rata-rata melalui intrepretasi sebagai berikut:

a. Tindakan baik, apabila jumlah nilai skor ≥ rata-rata.

b. Tindakan tidak baik, apabila jumlah nilai skor < rata-rata.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan melalui beberapa tahap,

mulai dari pemeriksaan kelengkapan dan data responden. Data yang telah

dikumpulkan dari hasil kuesioner dan observasi pada perawat Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara akan diolah secara statistik dengan menggunakan

bantuan program komputer. Selanjutnya, data akan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan diagram pie.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

32

Hasil Penelitian

Gambaran Umum RS USU

Sejarah RS USU. Sejarah pendirian Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara (RS USU) telah dimulai sejak tahun 2003. Adanya pengajuan ke Badan

Penyelenggaraan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengenai usulan proyek

pembagunan Pusat Penelitian dan Diagnostik Kesehatan (PPDK) USU yang

selanjutnya direvisi menjadi usulan Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP)

USU. Bappenas memperoleh rekomendasi atau dukungan pada tahun 2004 dari

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) untuk mendirikan RSP USU. Rektor

USU memperoleh rekomendasi serta dukungan Menteri Kesehatan (Menkes) pada

tahun 2005. Berlangsungnya proses pelelangan pelaksanaan pembangunan RSP

USU pada tahun 2007 – 2009, akhirnya pada tanggal 19 Juli 2009 PT Waskita

Karya ditetapkan sebagai pelaksana dalam pembangunan RSP USU. Selama tahun

2009 – 2011 pembangunan RSP USU berlangsung dan mulai penyusunan usulan

rancangan pengadaan alat-alat kesehatan dan non alat kesehatan serta ketenagaan.

Sejumlah tenaga berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dialokasikan untuk

ditempatkan sebagai tenaga kerja di RSP USU oleh Departement Pendidikan

Nasional (Depdiknas). Berbagai persiapan operasional dikerahkah agar RS USU

dapat segera beroperasi secara penuh. RS USU dibangun diatas lahan seluas

38.000 dengan bangunan berlantai 5 serta keseluruhan luas bangunan 52.000

. Bangunan rumah sakit awalnya terdiri dari beberapa instalasi antara lain :

instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap untuk sementara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

33

masih tersedia 100 tempat tidur terdiri dari kelas I, kelas II, kelas III, kamar bedah

sentral, kamar bersalin, instalasi rawat perawatan intensif (ICU, NICU, PICU),

unit endoskopi, instalasi CSSD (Central Sterile Supply Departement), unit

hemodialisis, instalasi radiologi, instalasi radioterapi, laboratorium (patalogi

klinik, patalogi anatomi, mikrobiologi), unit transfusi darah, instalasi farmasi,

instalasi gizi, kantor, kamar mandi atau kamar cuci, bagian pendaftaran pasien,

kamar jaga dokter dan kamar mayat (mortuary). RS USU melaksanakan soft

opening pada tanggal 4 Desember 2014 dengan terlaksananya pembukaan

operasional penuh pada tanggal 28 Februari 2016.

Sejak tanggal 23 September 2013, kegiatan poliklinik USU telah

beroperasi di RS USU. Aktivitas poliklinik USU telah berlangsung untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan internal kampus USU. Pelayanan yang

tersedia meliputi pelayanan dokter umum, dokter gigi, spesialis THT (telinga,

hidung dan tenggorokkan), spesialis kulit dan kelamin, spesialis anak, pelayanan

pap smear, laboratorium sederhana, dispensing obat, pelayanan lainnya (test

kesehatan, posyandu spesialis manula, donor darah). RS USU merupakan rumah

sakit pemerintah yang ditempatkan dibawah pengelolaan USU. Selain

memberikan pelayanan kesehatan, fungsi utama RS USU adala sebagai tempat

pelatihan atau pendidikan tenaga profesional dan penelitian kesehatan serta

kedokteran. Menghasilkan tenaga kesehatan dengan kualitas yang bagus, penyedia

jasa pelayanan kesehatan dan sebagai sebuah wahana penelitian merupakan fungsi

sebagai RS USU sebagai sebuah institusi. RS USU merupakan rumah sakit

universitas negeri dibawah Universitas dan Kemenristek Dikti yang melayani

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

34

tidak hanya masyarakat umum, pegawai USU tetapi juga pasien Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) serta BPJS kesehatan (profil RS USU Medan, 2016).

Visi RS USU. Rumah Sakit USU memiliki visi yaitu sebagai Pusat

pengembangan IPTEKDOK 2025 di wilayah Indonesia Barat

Misi RS USU. Adapun misi dari RS USU sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu dokter, dokter spesialis dan tenaga kesehatan serta mutu

pelayanan kesehatan khususnya di Sumatera Bagian Utara.

2. Mengembangkan IPTEKDOK secara terpadu antara berbagai cabang ilmu

kedokteran dan kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang menunjang.

Struktur Organisasi RS USU. Sesuai dengan fungsinya sebagai rumah

sakit pendidikan dibawah pengelolaan USU, maka struktur organisasi RS USU

dikepalai oleh Rektor Universitas Sumatera Utara sebagai atasan tertinggi. Berikut

ini struktur organisasi RS USU.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

35

Gambar1. Struktur organisasi RS USU Tahun 2019

Karakteristik Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat

Inap RS USU

Perawat adalah responden dari penelitian ini yang berada di ruang rawat

inap RS USU yaitu sebanyak 69 orang responden dengan gambaran sebagai

berikut :

Jenis Kelamin. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi

responden jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Dewan Pengawas

REKTOR

Direktur Utama

KOMITE AKADEMIK

Sub Komite Pendidikan

Sub Komite Pelatihan

Sub Komite Penelitian

KOMITE MEDIK

Sub Komite Krudential

Sub Komite Etik & disiplin

Sub Komite Penjaminan mutu

KOMITE KEPERAWATAN

Sub Komite Krudential

Sub Komite Etik & disiplin

Sub Komite Penjaminan

mutu

SATUAN

PEMERIKSA

INTERNAL RS

USU

BADAN

PERENCANAAN &

PENGEMBANGAN

DIREKTUR DILKAT

PENELITIAN & KERJASAMA

DIREKTUR PELAYANAN

MEDIK & KEPERAWATAN

DIREKTUR SAPRAS MEDIK

& PELAYANAN PENUNJANG

DIREKTUR ADMINISTRASI

UMUM & KEUANGAN

KABAG

PENDIDIKAN

& PELATIHAN

KABAG

PENELITIAN &

KERJASAMA

KABAG

PELAYANAN

MEDIK

KABAG

KEPERAWAT

AN

KABAG

SAPRAS

MEDIK

KABAG

PELAYANAN

PENUNJANG

KABAG

ADM.

UMUM

KABAG

SDM

KABAG

KEUANG

AN

Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Rawat Jalan

Instalasi Rawat Inap

Instalasi Rawat Intensif

Instalasi Bedah Pusat

Unit Rehabilitasi Medik

Unit Kamar Persalinan

Unit Hemodialisis

Unit Transfusi Darah

Unit Home Care

Unit Pemusalaran Jenazah

Unit Rekam Medik

Garis Komando

Garis Koordinasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

36

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Rawat Inap

RS USU Tahun 2019

Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persen

Laki-laki 14 20,3

Perempuan 55 79,7

Total 69 100

Gambar 2. Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di

ruang rawat inap RS USU

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden

berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 14 orang (20,3%) dan jumlah

responden berdasarkan jenis kelamin perempuan berjumlah 55 orang (79,7%).

Umur. Berdasarkan hasil dari kelas median kelompok umur maka

diperoleh distribusi responden menurut umur dalam tabel dibawah ini.

79.7

20.3

Perempuan

Laki-laki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

37

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kelompok Umur di Ruang Rawat

Inap RS USU Tahun 2019

Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persen

<=29 41 59,4

>29 28 40,6

Total 69 100

Gambar 3. Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur

di ruang rawat inap RS USU

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden

berdasarkan kelompok umur <=29 tahun berjumlah 41 orang (59,4%) dan jumlah

responden berdasarkan kelompok umur >29 tahun berjumlah 28 orang (40,6%).

Masa kerja. Berdasarkan hasil dari kelas median kelompok masa kerja

maka diperoleh distribusi responden menurut masa kerja dalam tabel dibawah ini.

59.4

40.6

<=29

>29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

38

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Masa Kerja di Ruang Rawat Inap

RS USU Tahun 2019

Masa Kerja (Tahun) Frekuensi (Orang) Persen

<=2 38 55,1

>2 31 44,9

Total 69 100

Gambar 4. Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok masa

kerja di ruang rawat inap RS USU

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah responden

berdasarkan kelompok masa kerja <=2 tahun berjumlah 38 orang (55,1%) dan

jumlah responden berdasarkan kelompok masa kerja >2 tahun berjumlah 31 orang

(44,9%).

Tingkat Pendidikan. Berdasarkan hasil dari penilitian diperoleh distribusi

responden berdasrkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan

seluruh responden adalah tingkat pendidikan perguruan tinggi.

55.1

44.9

<=2

>2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

39

Gambaran Perilaku Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang

Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Pengetahuan. Gambaran mengenai pengetahuan responden terhadap

pedoman penggunaan B3 di ruang rawat inap RS USU dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini.

Tabel 4

Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3

di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Pertanyaan Benar Salah Total

N % N % N %

Apa yang dimaksud dengan B3 56 81,2 13 18,8 69 100

Apa tujuan dibuat pedoman peng-

gunaan B3

56 81,2 13 18,8 69 100

Apa hal penting yang mendasari

perencanaan dan penerapan B3

40 58 29 42 69 100

Apa yang dimaksud dengan MSDS 51 73,9 18 26,1 69 100

Apakah disetiap B3 memiliki MSDS 51 73,9 18 26,1 69 100

Kapan sebaiknya membaca MSDS 46 66,7 23 33,3 69 100

Apakah yang perlu diperhatikan pada

saat penggunaan B3

53 76,8 16 23,2 69 100

Apakah penggunaan B3 dapat

menyebabkan kecelakaan kerja

63 91,3 6 8,7 69 100

Bagaimana penanganan kecelakaan

kerja dalam penggunaan B3 pada

transisi shift kerja

55 79,7 14 20,3 69 100

Dari hasil analisa data tentang pengetahuan responden maka diketahui

bahwa sebanyak 56 orang (81,2%) mengetahui bahwa B3 adalah zat atau bahan-

bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan atau kelangsungan hidup

manusia, makhluk lain dan atau lingkungan hidup pada umumnya. Sebanyak 56

orang responden (81,2%) mengetahui bahwa tujuan dibuat pedoman penggunaan

B3 adalah untuk melindungi SDM rumah sakit, pasien dan lingkungan sekitar

rumah sakit dari pajanan dan limbah B3. Responden yang mengetahui bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

40

APD, APAR dan P3K adalah hal penting yang mendasari perencanaan dan

penerapan K3 dalam penggunaan B3 sebanyak 40 orang (58%). Sebanyak 51

orang responden (73,9%) mengetahui bahwa MSDS merupakan dokumen lengkap

atau kumpulan data keselamatan dan petunjuk tentang suatu bahan kimia

mengenai informasi dan bahayanya dan juga mengetahui bahwa MSDS terdapat

disetiap B3.

Responden yang mengetahui waktu yang tepat membaca perintah

kerja/MSDS pada saat proses penggunaan B3 sebanyak 46 orang (66,7%).

Sebanyak 53 orang responden (76,8%) mengetahui bahwa yang perlu diperhatikan

pada saat penggunaan B3 adalah metode kerja yang aman dan menggunakan APD

sesuai faktor risiko bahayanya. Responden yang mengetahui bahwa penggunaan

B3 dapat menyebabkan kecelakaan kerja sebanyak 63 orang (91,3%) dan

sebanyak 55 orang responden (79,7%) mengetahui bahwa penanganan

kecelakaan kerja dalam penggunaan B3 pada masa transisi shift kerja adalah

dengan melaporkan situasi kondisi kerja yang tidak aman pada pekerja shift

berikutnya serta mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan dan

menanggulangi sesuai SOP.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3

di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Pengetahuan Frekuensi (Orang) Persen

Baik 46 66,7

Cukup 23 33,3

Total 69 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

41

Gambar 5. Persentase distribusi frekuensi pengetahuan responden di ruang rawat

inap RS USU

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik berjumlah 46 orang responden (66,7%), responden yang

memiliki pengetahuan cukup 23 orang responden (33,3%) dan tidak ada

responden yang memiliki pengetahuan yang kurang.

Sikap. Gambaran mengenai sikap responden terhadap pedoman peng-

gunaan B3 di ruang rawat inap RS USU dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 6

Distribusi Jawaban Sikap Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3 di

Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Pernyataan Setuju Tidak

Setuju

Total

N % N % N %

Pemahaman tentang MSDS sangat

diperlukan dalam penggunaan B3

60 87 9 13 69 100

Selama penggunaan B3 hindari

tindakan tidak aman dan sesuai SOP

62 89,9 7 10,1 69 100

Tidak perlu dilakukan pengadaan

kelengkapan administrasi B3 karena

tidak penting

15 21,7 54 89,9 69 100

66.7

33.3

Baik

Cukup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

42

Pernyataan Setuju Tidak

Setuju

Total

N % N % N %

Pemberian simbol/label B3 sangat

penting untuk memberikan

informasi

62 89,9 7 10,1 69 100

Penggunaan B3 yang tidak sesuai

standar dapat menyebabkan

kecelakaan

65 94,2 4 5,8 69 100

Saya keberatan menggunakan APD

saat mengelola B3 karena

mengurangi kebebasan

21 30,4 48 69,6 69 100

Penting selalu menggunakan APD

saat menggunakan B3

62 89,9 7 10,1 69 100

Selama proses penggunaan B3

petugas harus mengikuti latihan dan

simulasi penanganan yang tepat

untuk menangani bila ada

kecelakaan B3

63 91,3 6 8,7 69 100

Pada masa transisi shift kerja, saya

keberatan melaporkan situasi

kondisi tidak aman karena

merepotkan

16 23,2 53 76,8 69 100

Bila selesai menggunakan B3, saya

amankan dan bersihkan alat-alat

kerja, lingkungan kerja dan wadah

sisa B3 hingga aman

66 95,7 3 4,3 69 100

Dari hasil analisa data tentang sikap responden maka diketahui bahwa

sebanyak 60 orang (87%) menyatakan setuju bahwa pemahaman MSDS sangat

diperlukan dalam penggunaan B3. Sebanyak 62 orang responden (89,9%)

menyatakan setuju bahwa selama penggunaan B3 untuk menghindari tindakan

tidak aman dan sesuai dengan SOP. Dari hasil analisa diketahui sebanyak 54

orang responden (89,9%) menyatakan tidak setuju bahwa tidak perlu dilakukan

pengadaan kelengkapan administrasi B3 karena tidak penting. Pernyataan bahwa

pemberian simbol/label B3 sangat penting untuk memberikan informasi kepada

petugas yang belum mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

43

packingnya dinyatakan setuju oleh sebanyak 62 orang responden (89,9%).

Sebanyak 65 orang (94,2%) menyatakan setuju bahwa penggunaan B3 yang tidak

sesuai standar dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Diketahui sebanyak 48 orang responden (69,6%) menyatakan tidak setuju

bahwa keberatan menggunakan APD saat pengelolaan B3 karena mengurangi

kebebasan. Sebanyak 62 orang responden (89,9%) menyatakan setuju bahwa

penting untuk selalu menggunakan APD saat menggunakan B3. Selama proses

penggunaan B3 petugas harus mengikuti latihan dan simulasi penanganan yang

tepat untuk menangani bila ada kecelakaan B3, sebanyak 63 orang responden

(91,3%) menyatakan setuju. Dari hasil analisa diketahui sebanyak 53 orang

(76,8%) menyatakan tidak setuju bahwa pada masa transisi shift kerja keberatan

untuk melaporkan situasi kondisi yang tidak aman karena merepotkan. Sebanyak

66 orang responden (95,7%) menyatakan setuju bahwa bila selesai menggunakan

B3 akan mengamankan dan membersihkan alat-alat kerja, lingkungan tempat

kerja serta wadah sisa B3 hingga aman.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3 di

Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Sikap Frekuensi (Orang) Persen

Positif 39 56,5

Negatif 30 43,5

Total 69 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

44

Gambar 6. Persentase distribusi frekuensi sikap responden di ruang rawat inap RS

USU

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang memiliki

sikap positif terhadap pedoman penggunaan B3 berjumlah 39 orang responden

(56,5%) dan responden yang memiliki sikap negatif terhadap pedoman

penggunaan B3 berjumlah 30 orang responden (43,5%).

Tindakan. Gambaran mengenai tindakan responden terhadap pedoman

penggunaan B3 di ruang rawat inap RS USU dapat dilihat dalam tabel dibawah

ini.

56.5

43.5 Positif

Negatif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

45

Tabel 8

Distribusi Observasi Tindakan Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3 di

Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Tindakan Ya Tidak Total

N % N % N %

Menggunakan APD seperti masker

dan sarung tangan saat berhubungan

dengan B3 sesuai dengan risiko

bahayanya

54 78,3 15 21,7 69 100

Membersihkan alat-alat dan ling-

kungan kerja serta wadah sisa B3

setelah selesai menggunakannya

69 100 - - 69 100

Menggunakan peralatan kerja yang

layak pakai (tidak rusak)

69 100 - - 69 100

Pada transisi shift jaga, setiap serah

terima dilakukan sebaik-baiknya dan

laporkan situasi kondisi kerja yang

tidak aman

47 68,1 22 31,9 69 100

Mengamankan alat-alat kerja yang

telah digunakan seperti meletakkan

jarun suntik bekas ke dalam

safetybox

69 100 - - 69 100

Tindakan responden terhadap penggunaan APD seperti masker dan sarung

tangan saat berhubungan dengan B3 sesuai dengan risiko bahayanya sebanyak 54

orang (78,3%). Tindakan membersihkan alat-alat kerja dan wadah sisa B3 setelah

selesai menggunakannya serta tindakan menggunakan peralatan kerja yang layak

pakai (tidak rusak) adalah sebanyak 69 orang responden (100%). Pada transisi

shift jaga, setiap serah terima dilakukan sebaik-baiknya dan laporkan situasi

kondisi kerja yang tidak aman (bila ada) sebanyak 47 orang (68,1%). Sebanyak 69

orang (100%) atau seluruh responden melakukan tindakan mengamankan alat-alat

kerja yang telah digunakan seperti meletakkan jarum suntik bekas ke dalam

safetybox. Berdasarkan hasil analisa data observasi tentang tindakan responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

46

maka diperoleh distribusi frekuensi responden menurut tindakan dapat dilihat

dalam tabel dibawah ini.

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Tindakan Responden terhadap Pedoman Penggunaan B3 di

Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Tindakan Frekuensi (Orang) Persen

Baik 39 56,5

Tidak Baik 30 43,5

Total 69 100

Gambar 7. Persentase distribusi frekuensi tindakan responden di ruang rawat inap

RS USU

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang memiliki

tindakan baik terhadap pedoman penggunaan B3 berjumlah 39 orang responden

(56,5%) dan responden yang memiliki tindakan tidak baik terhadap pedoman

penggunaan B3 berjumlah 30 orang responden (43,5%).

56.5

43.5 Baik

Tidak Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

47

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Tindakan Responden

di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Pengetahuan Tindakan Total

Baik Tidak Baik

n % n %

Baik 29 42 10 14,5 39 56,5

Cukup 17 24,6 13 18,8 30 43,5

Total 46 66,7 23 33,3 69 100

Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik dengan tindakan yang baik terhadap pedoman penggunaan B3

sebanyak 29 orang responden (42%), dan ada sebanyak 10 orang responden

(14,5%) memiliki pengetahuan baik dengan tindakan yang tidak baik. Responden

yang berpengetahuan cukup dengan tindakan yang baik sebanyak 17 orang

responden (24,6%) dan responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan

tindakan tidak baik adalah sebanyak 13 orang responden (18,8%).

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap dengan Tindakan Responden di Ruang

Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Sikap Tindakan Total

Baik Tidak Baik

N % N %

Positif 27 39,1 12 17,4 39 56,5

Negatif 12 17,4 18 26,1 30 43,5

Total 39 56,5 30 43,5 69 100

Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa 39 responden yang

memiliki sikap positif, ada sebanyak 27 orang responden (39,1%) memiliki

tindakan baik dan sebanyak 12 orang responden (17,4%) memiliki tindakan tidak

baik. Total responden dengan sikap negatif ada sebanyak 12 orang responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

48

(17,4%) memiliki tindakan yang baik dan sebanyak 18 orang responden (26,1%)

memiliki tindakan yang tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3.

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan

Responden di Ruang Rawat Inap RS USU Tahun 2019

Pengetahuan Baik Sikap Tindakan

N = 46

% = 66,7

Positif N = 27

% = 39,1

Baik N = 20

% = 74,1

Tidak Baik N = 7

% = 25,9

Negatif N = 19

% = 27,5

Baik N = 9

% = 47,4

Tidak Baik N = 10

% = 52,6

Pengetahuan Cukup Sikap Tindakan

N = 23

% = 33,3

Positif N = 12

% = 17,4

Baik N = 7

% = 58,3

Tidak Baik N = 5

% = 41,7

Negatif N = 11

% = 16

Baik N = 3

% = 27,3

Tidak Baik N = 8

% = 72,7

Berdasarkan hasil analisa pada tabel diatas maka diketahui dari 46 orang

responden (66,7%) berpengetahuan baik sebanyak 27 orang (39,1%) yang

memiliki sikap positif dan sebanyak 19 orang (27,5%) yang memiliki sikap

negatif. Sebanyak 20 orang responden (74,1%) memiliki tindakan baik terhadap

pedoman penggunaan B3 dan sebanyak 7 orang responden (25,9%) memiliki

tindakan tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3 terhadap pedoman

penggunaan B3 dari 27 orang responden berpengetahuan baik dan sikap positif.

Sebanyak 9 orang responden (47,4%) memiliki tindakan baik terhadap pedoman

penggunaan B3 dan sebanyak 10 orang responden (52,6%) memiliki tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

49

tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3 dari 19 responden berpengetahuan

baik dan sikap negatif. Responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 23 orang

(33,3%), diantaranya yang memiliki sikap positif sebanyak 12 orang responden

(17,4%) dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 11 orang responden (16%).

Sebanyak 7 orang responden (58,3%) memiliki tindakan yang baik terhadap

pedoman penggunaan B3 dan sebanyak 5 orang responden (41,7%) memiliki

tindakan yang tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3 dari 12 orang

responden yang berpengetahuan cukup dan sikap positif. Sebanyak 3 orang

responden (27,3%) memiliki tindakan baik terhadap pedoman penggunaan B3 dan

sebanyak 8 orang responden (72,7%) memiliki tindakan tidak baik terhadap

pedoman penggunaan B3 dari 11 orang responden dengan pengetahuan cukup dan

sikap negatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

50

Pembahasan

Gambaran Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap RS USU

Perawat yang bertugas di ruang rawat inap RS USU terbanyak dengan

jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 55 orang (79,7%). Mayoritas perawat

berasal dari kelompok umur <=29 tahun yaitu sebanyak 41 orang (59%) dengan

rentang umur terendah 27 tahun dan tertinggi 39 tahun. Perawat RS USU

memiliki masa kerja rata-rata <=2 tahun dengan jumlah 38 orang (55,1%).

Sebanyak 69 orang (100%) perawat di ruang rawat inap RS USU seluruhnya

memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi.

Menurut Notoatmodjo (2010), jenis kelamin, umur, pengalaman (masa

kerja) dan pendidikan seseorang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Umur

sangat erat kaitannya dengan produktivitas seseorang dan tingkat kedewasaan

juga dipengaruhi oleh umur. Seseorang pada umur yang matang akan memiliki

pola pikir dan daya tangkap yang baik sehingga pengetahuannya juga akan

semakin baik. Minimnya pengalaman pada masa kerja seseorang dapat menjadi

salah satu penguat seseorang memiliki pengetahuan yang banyak. Keterpaparan

informasi atau pengetahuan dalam bekerja akan bertambah dengan semakin

lamanya pengalaman dalam pekerjaannya. Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang juga akan mempermudah orang tersebut untuk mendapatkan informasi

sehingga akan memilik banyak pengetahuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

51

Pengetahuan Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat

Inap RS USU

Dari hasil deskripsi data menunjukkan bahwa perawat di ruang rawat inap

RS USU dengan pengetahuan baik terhadap pedoman penggunaan B3 sebanyak

46 orang (66,7%). Perawat yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 23 orang

(33,3%) dan tidak ada perawat dengan pengetahuan yang kurang. Pengetahuan

perawat terhadap pedoman penggunaan B3 dalam bekerja bermaksud untuk

melihat sejauh mana perawat mengetahui tentang pedoman penggunaan B3 saat

menggunakan atau berhubungan dengan B3. Hasil data diperoleh perawat dengan

kategori cukup umumnya tidak mengetahui dengan tepat hal-hal penting yang

mendasari perencanaan dan penerapan B3 yaitu sebanyak 30 orang (43,5%).

Perawat tidak mengetahui bahwa hal penting yang mendasari perencanaan

dan penerapan B3 adalah kelengkapan APD, APAR dan P3K. Umumnya, perawat

hanya mengetahui hal dasar pada perencanaan dan penerapan B3 adalah

identifikasi dan karakteristik B3 atau rambu dan simbol B3. Hal ini dapat terjadi

karena kurangnya pengetahuan dasar perawat tentang B3. Pengetahuan yang

diketahui perawat tentang waktu yang tepat membaca MSDS juga kurang

diketahui perawat. Perawat juga kurang mengetahui tentang apa yang dimaksud

dengan MSDS. Kurang mengetahui apakah disetiap B3 memiliki MSDS serta apa

yang harus diperhatikan pada saat penggunaan B3. Mayoritas perawat

berpengetahuan baik terhadap pedoman penggunaan B3.

Secara umum, pengetahuan merupakan hasil yang didapat dari

penginderaan seseorang tentang sesuatu informasi yang diperoleh dan didengar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

52

sepanjang hidupnya. Pengetahuan yang baik tersebut dapat dipergunakan untuk

memberikan dampak positif terhadap perilaku seseorang. Informasi-informasi

yang diterima dan diperoleh perawat berasal dari pendidikan formal dan

pengenalan B3 di rumah sakit. Hasil penelitian diperoleh latar belakang

pendidikan perawat merupakan mayoritas perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan

penyataan Notoatmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin mudah informasi akan diterima orang tersebut dan semakin banyak

pengetahuan yang ia peroleh. Pendidikan berkontribusi pada pengetahuan perawat

mengenai hal penting yang mendasari perencanaan dan penerapan pembuatan

pedoman penggunaan B3 untuk mencegah kecelakaan serta meindungi sumber

daya manusia rumah skait, lingkungan sekitar, pasien rumah sakit dan pengunjung

rumah sakit.

Sikap Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap RS

USU

Dari hasil deskripsi data mengenai sikap menunjukkan bahwa perawat di

RS USU mayoritas memiliki sikap positif terhadap pedoman penggunaan B3 yaitu

sebanyak 39 orang (56,5%) dan perawat yang memiliki sikap negatif sebanyak 30

orang (43,5%). Sikap perawat terhadap pedoman penggunaan B3 dalam penelitian

ini adalah sikap yang mencakup presepsi perawat yang bertugas dalam pelayanan

kesehatan dan langsung berhubungan dengan penggunaan B3 tersebut. Umumnya

perawat setuju bahwa selesai penggunaan B3 mengamankan dan membersihkan

alat-alat kerja sebesar 95,7%. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan perawat

tentang pedoman penggunaan B3. Sebanyak 48 orang (69,6%) perawat tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

53

setuju bahwa mereka keberatan menggunakan APD berupa masker dan sarung

tangan saat menggunakan B3 dan sebanyak 21 orang setuju merasa keberatan

menggunakan APD saat menggunakan B3 karena mengurangi kebebasan.

Terdapat sebanyak 54 orang (89,9%) tidak setuju bahwa tidak perlu

dilakukan pengadaan kelengkapan administrasi B3 karena tidak penting.

Sebanyak 53 orang (76,8%) tidak setuju bahwa pada masa transisi shift kerja

keberatan melaporkan situasi tidak aman. Sementara sebanyak sebanyak 16 orang

(23,2%) setuju bahwa pada masa transisi shift kerja keberatan melaporkan situasi

tidak aman karena merepotkan. Terdapat sebanyak 65 orang (94,2%) yang setuju

bahwa penggunaan B3 yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan kecelakaan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data bahwa diantara perawat yang

memiliki sikap negatif terdapat perawat yang memiliki pengetahuan yang baik

dan perawat berpengetahuan cukup juga diantaranya memiliki sikap negatif

terhadap pedoman penggunaan B3.

Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang berpengetahuan baik belum

tentu memiliki sikap positif. Mayoritas perawat memiliki sifat positif sebanyak 39

orang. Sikap positif yang dimiliki inilah dapat dipergunakan untuk merealisasikan

dampak yang positif pada perilaku seseorang. Sikap merupakan kesediaan

ataupun kesiapan seseorang untuk mengambil tindakan dan bukan merupakan

pelaksanaan dari motif tertentu. Secara sederhana, fungsi dari sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan sebuah

predisposisi perilaku atau tindakan. Hal ini sejalan dengan penelitian Halimah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

54

(2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap

dengan terbentuknya tindakan atau perilaku.

Tindakan Perawat terhadap Pedoman Penggunaan B3 di Ruang Rawat Inap

RS USU

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa perawat

di ruang rawat inap RS USU memiliki tindakan yang baik sebanyak 39 orang

(56,5%) dan perawat dengan tindakan tidak baik sebanyak 30 orang (43,5%).

Berdasarkan observasi, seluruh perawat di RS USU sebanyak 69 orang (100%)

membersihkan alat-alat dan lingkungan kerja serta wadah sisa B3 setelah

menggunakannya. Sebesar 100% perawat menggunakan peralatan kerja yang

layak pakai (tidak rusak) dan sebanyak 69 orang perawat juga mengamankan alat-

alat kerja yang telah digunakan seperti meletakkan jarum suntik bekas ke

safetybox. Hal ini dikarenakan perawat khawatir tertusuk benda tajam seperti alat

suntik yang mengandung B3 dan dapat terpapar ataupun terpajan pada dirinya.

Perawat sadar akan kesehatan serta keselamatan dirinya sehingga setelah

penggunaan B3 segera dibersihkan untuk menghindari kontaminasi.

Hasil observasi juga menunjukkan bahwa terdapat 54 orang dari 69

perawat menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan saat berhubungan

dengan B3. Sarung tangan yang digunakan sering dilepas pada saat melakukan

pekerjaan seperti menyuntik dikarenakan perawat merasa risih dan mengurangi

kebebasan. Sebanyak 47 orang perawat melakukan serah terima dengan baik pada

saat transisi shift kerja. Sementara sebanyak 22 orang perawat tidak melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

55

serah terima dengan baik pada saat transisi shift kerja dikarenakan perawat merasa

merepotkan dan terburu-buru ingin langsung pulang setelah bekeja.

Dari hasil observasi yang dilakukan diperoleh bahwa hanya 20 orang

perawat yang memiliki tindakan baik, berpengetahuan baik dan memiliki sikap

positif. namun terkadang perawat tersebut juga hanya menggantungkan

maskernya dileher tidak digunakan dengan benar. Menurut penuturan dari perawat

tersebut terkadang mereka ingin cepat melayani pasien sehingga masih sering lupa

menggunakan. Perawat yang menggunakan masker dan sarung tangan secara

lengkap mengatakan bahwa mereka sadar akan peraturan yang telah ditetapkan

untuk kesehatan dan keselamatan dirinya dari bahan kimia tersebut sehingga tidak

ingin mengambil risiko dikemudian harinya. Perawat yang melakukan transisi

shift dengan baik dan melaporkan bila ada situasi tidak aman menuturkan bahwa

mereka tidak ingin terjadi potensi bahaya akibat tidak adanya pelaporan antar shift

kerja tersebut.

Berdasarkan hasil tabulasi antara pengetahuan, sikap dan tindakan

terhadap pedoman penggunaan B3 dilakukan untuk mengetahui apakah perawat

yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik memiliki tindakan yang baik pula

atau bisa jadi sebaliknya. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan terhadap

tindakan pada pedoman penggunaan B3 disaat berhubungan dengan B3

menunjukkan bahwa dari 46 orang berpengetahuan baik ada sebanyak 29 orang

(42%) dengan tindakan yang baik. Berdasarkan dari 23 orang berpengetahuan

cukup hanya 10 orang (14,5%) yang memiliki tindakan baik terhadap pedoman

penggunaan B3. Tabulasi silang antara sikap dengan tindakan diperoleh hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

56

sebanyak 39 orang perawat dengan sikap positif diantaranya ada sebanyak 27

orang (39,1%) yang memiliki tindakan baik. Sebanyak 12 orang (17,4%) perawat

dengan tindakan yang baik dari 30 orang perawat yang memiliki sikap negatif.

Disimpulkan dari hasil tersebut bahwa perawat yang memiliki

pengetahuan dan sikap positif, mayoritas memiliki tindakan yang baik terhadap

pedoman penggunaan B3 saat bekerja. Hasil dari tabulasi ketiga indikator

pembentukan perilaku yakni pengetahuan, sikap dan tindakan diperoleh bahwa

dari 46 orang yang berpengetahuan baik ada sebanyak 27 orang perawat yang

memiliki sikap positif dan 19 orang perawat memiliki sikap negatif. Hasil dari 27

orang perawat yang memiliki sikap positif ada sebnayak 20 orang yang memiliki

tindakan baik sementara 7 orang lainnya memiliki tindakan tidak baik terhadap

pedoman penggunaan B3. Sebanyak 19 orang perawat dengan sikap negatif 9

orang diantaranya memiliki tindakan yang baik sedangkan 10 orang lainnya

memiliki tindakan yang tidak baik.

Hal ini menunjukkan bahwa dari perawat berpengetahuan baik dan sikap

yang positif sebanyak 7 orang diantaranya memiliki tindakan yang tidak baik

terhadap pedoman penggunaan B3. Disebabkan karena perawat tidak

menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan saat berhubungan dengan

B3 serta perawat merasa merepotkan untuk melaporkan situasi tidak aman bila

pergantian shift. Dilatarbelakangi juga karena tidak adanya pengawasan yang

ketat terhadap pedoman penggunaan B3 dan belum pernah dilakukan sosialisasi

mengenai pedoman pengelolaan B3 di rumah sakit mulai dari pedoman pengadaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

57

B3, pedoman penyimpanan B3, pedoman penggunaan B3 dan pedoman

penanganan B3 bagi perawat.

Hasil tabulasi ketiga faktor yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan

didapatkan bahwa dari 23 orang perawat berpengetahuan cukup terdapat 12 orang

dengan sikap positif dan 11 orang dengan sikap negatif. Perawat berpengetahuan

cukup dan bersikap positif 7 orang diantaranya memiliki tindakan yang baik dan 5

orang diantaranya memiliki tindakan yang tidak baik terhadap pedoman

penggunaan B3. Sementara perawat berpengetahuan cukup dengan tindakan tidak

baik terdapat sebanyak 3 orang dari 11 orang perawat dan 8 orang diantaranya

memiliki tindakan yang tidak baik terhadap pedoman penggunaan B3. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa perawat dengan pengetahuan cukup dan sikap

positif terdapat 5 orang yang memiliki tindakan tidak baik. Hal ini disebabkan

karena perawat merasa repot dan mengurangi kebebasan juga tidak begitu penting

menggunakan APD.

Hasil dari perawat berpengetahuan baik dan cukup ini tidak sejalan dengan

yang dikemukakan oleh Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) bahwa

sikap dibentuk dan ditentukan dari beberapa faktor salah satunya adalah

pengetahuan yang merupakan domain terpenting untuk terbentuknya perilaku

seseorang. Sikap negatif dan tindakan yang tidak baik yang diperoleh dari hasil

observasi data perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan tetapi

juga dipengaruhi oleh faktor lain. Kebiasaan untuk cepat pulang sehingga

pelaporan pada transisi shift kerja tidak dilakukan dengan sebaik-baiknya dan

menyepelekan terhadap penggunaan masker ataupun sarung tangan karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

58

terkadang lupa dan merasa mengurangi kebebasan dalam melakukan pekerjaan.

Menurut hasil dari penelitian Wungo dkk (2013) yang dikutip oleh Veronica

(2015), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan

perilaku petugas pengelolaan sampah medis. Perilaku sendiri dipengaruhi oleh

dua faktor yakni faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor penguat

(reinforcing factor). Mencakup kelengkapan administrasi B3 seperti perintah

kerja/MSDS dan kelengkapan sarana keselamatan B3 seperti APD, APAR dan

P3K serta adanya pengawasan dan sosialisasi tentang pedoman penggunaan B3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

59

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perawat di ruang

rawat inap RS USU mengenai gambaran perilaku perawat terhadappedoman

penggunaan B3, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin yakni mayoritas dengan jenis

kelamin perempuan sebanyak 55 orang (79,7%).

2. Karakteristik perawat berdasarkan kelompok umur terbanyak yaitu pada

kelompok umur <=29 tahun berjumlah 41 orang (59,4%).

3. Karakteristik perawat berdasarkan masa kerja didapatkan masa kerja dengan

mayoritas <=2 tahun sebanyak 38 orang (55,1%).

4. Karakteristik perawat berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh hasil seluruh

perawat di ruang rawat inap RS USU memiliki tingkat pendidikan perguruan

tinggi sebanyak 69 orang (100%).

5. Pengetahuan perawat terhadap pedoman penggunaan B3 mayoritas dengan

pengetahuan baik sebesar 66,7%. Sebanyak 30 orang (43%) tidak mengetahui

dengan tepat hal-hal yang mendasari perencanaan dan penerapan B3.

6. Sikap perawat terhadap pedoman penggunaan B3 paling banyak pada kategori

sikap positif sebesar 56,5%. Sebanyak 21 orang (30,4%) menyatakan setuju

bahwa mereka keberatan menggunakan APD saat mengelola B3 karena

mengurangi kebebasan. Sebanyak 16 orang (23,2%) menyatakan setuju bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

60

pada masa transisi shift kerja, keberatan melaporkan situasi tidak aman karena

merepotkan.

7. Tindakan perawat terhadap pedoman penggunaan B3 paling banyak pada

kategori tindakan yang baik sebesar 56,5%.

Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian diatas maka penulis

memberikan saran sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

perkembangan keilmuan, diantaranya:

1. Pihak manajemen RS USU diharapkan lebih meningkatkan dan

mempertahankan perilaku baik perawat mengapresiasi dengan memberikan

reward.

2. Pihak manajemen RS USU diharapkan memberikan informasi mengenai hal-

hal dasar perencanaan dan penerapan B3, tujuan dari pembuatan pedoman

penggunaan B3 tersebut guna menjaga keselamatan dalam bekerja dengan

pemberian briefing ataupun sosialisasi tentang penggunaan B3.

3. Pihak manajemen RS USU diharapkan memberikan bimbingan dengan

membentuk tim pengawas terhadap rumah sakit yang bertugas mengawasi

pengelolaan B3 serta memberi arahan teknis dan motivasi dalam bentuk

pelatihan ataupun penyuluhan tentang penggunaan B3 serta melakukan

pemantauan secara berkala dan berkesinambungan.

4. Alat pelindung diri (APD) harus diberikan untuk seluruh perawat yang bekerja

dan sesuai dengan identifikasi bahaya dari pekerjaan yang dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

61

Penerapan sanksi berupa teguran lisan, peringatan tertulis denda administratif

dan pencabutan izin bagi pekerja yang tidak menggunakannya dengan

demikian perawat diharapkan selalu menggunakan APD sesuai dengan faktor

risiko bahayanya.

5. Kebijakan penerapan disiplin waktu kerja untuk melaporkan situasi kerja

dengan baik pada masa transisi shift kerja. hal ini baik dilakukan untuk

meningkatkan kesadaran dan sebagai budaya di rumah sakit agar menjadi

kebiasaan yang baik bagi perawat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

62

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Budiono dan Sumirah B.P. (2016).Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi

Medika.

Cahyono, Achadi Budi. (2004). Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Cecep & Mitha. (2013). Kesehatan Lingkungan dan Keselamtan dan Kesehatan

Kerja.Yogyakarta: Nuha Medika.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/

1007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) di Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep. 187/Men/1999

Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

Maulana, Heri D.J. (2014). Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Mind Maps. (2016). Diakses 17 Juli 2019, dari http://rumahsakit.usu.ac.id/

index.php/id/about/profile.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:

Rieneka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rieneka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun.

Rifani, N & H. Sulihandari. (2013). Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan.Jakarta:

Dunia Cerdas.

Saryono dan Mekar A. (2013).Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

63

Sucipto, Cecep, D. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumisih. (2010). Studi tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3) di Rumah Sakit Islam Tanjung Agung Semarang (Skripsi,

Universitas Negeri Semarang). Diakses dari http://lib.unnes.ac.id/2655/1/

7106.

Tarwaka. (2012). Dasar-dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan

diTempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Tentang Warga Negara

dan Penduduk.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang

Keperawatan.

Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Veronica, T. (2015). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan terhadap

Pemakaian Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis pada

Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi di Medan Tahun 2015

(Skripsi, Universitas Sebelas Maret). Diakses dari

http://perpustakaan.uns.ac.id

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

64

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN

PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RUANG

RAWAT INAP RS USU TAHUN 2019

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. No. Responden :

2. Nama :

3. Jenis Kelamin :

4. Umur :

5. Masa Kerja :

6. Pendidikan terakhir :

a) Tamat SD

b) Tamat SLTP

c) Tamat SLTA

d) Perguruan Tinggi

Petunjuk: Terhadap setiap pernyataan di bawah ini, pilihlah satu jawaban yang

paling benar dan sesuai dengan pendapat saudara dengan memberikan tanda

silang (X) pada jawaban yang disediakan.

B. PENGETAHUAN

1. Menurut saudara, apa yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3)?

a. Zat atau bahan-bahan lain yang berbahaya

b. Zat atau bahan-bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan

atau kelangsungan hidup manusia, mahluk lain, dan atau

lingkungan hidup pada umumnya

c. Zat beracun yang dapat menimbulkan pencemaran akibat bahan

kimia

2. Menurut saudara, dengan tujuan apa dibuat pedoman penggunaan

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?

a. Untuk memastikan Sumber Daya Manusia (SDM) rumah sakit,

pasien, pendamping pasien, pengunjung dan asset rumah sakit

aman dari bahaya api, asap, dan bahaya lain

b. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan

meminimalisir potensi bahaya

c. Untuk melindungi Sumber Daya Manusia (SDM) rumah sakit,

pasien, pendamping pasien, pengunjung maupun lingkungan rumah

sakit dari pajanan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

3. Menurut saudara, apa hal penting yang mendasariperencanaan dan

penerapan K3 dalam penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?

a. Identifikasi dan karakteristik Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

b. Rambu dan simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

c. Alat Pelindung Diri (APD), Alat Pemadam Api Ringan (APAR),

dan Petolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

65

4. Menurut saudara, apa yang dimaksud dengan Material Safety Data

Sheet (MSDS)?

a. Dokumen lengkap tentang suatu bahan kimia yang harus ada pada

industri mengenai informasi tentang bahan kimia tersebut

b. Kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam mengelola bahan

kimia berbahaya dan informasi mengenai bahan kimia tersebut

c. Semua Benar

5. Apakah disetiap Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), memiliki

Material Safety Data Sheet (MSDS)/Lembar Data Keselamatan Bahan

(LDKB)?

a. Ya, terdapat disetiap B3

b. Mungkin hanya beberapa B3

c. Tidak tahu

6. Menurut saudara, kapan sebaiknya membaca perintah kerja/Material

Safety Data Sheet (MSDS)?

a. Saat proses penggunaan B3

b. Selama bekerja di rumah sakit

c. Tidak Tahu

7. Menurut saudara, apakah yang perlu diperhatikan pada saat

penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)?

a. Metode kerja/cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif b. Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan faktor risiko bahayanya

c. A dan B benar

8. Menurut saudara, apakah penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3) dapat menyebabkan kecelakaan kerja?

a. Tidak tahu

b. Dapat menyebabkan kecelakaan kerja

c. Tidak dapat menyebabkan kecelakaan kerja

9. Menurut saudara, bagaimana penanganan kecelakaan kerja dalam

penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada transisi shift

kerja?

a. Melaporkan situasi kondisi kerja yang tidak aman pada pekerja

shift berikutnya

b. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakan dan

menanggulangi kecelakaan sesuai SOP

c. A dan b benar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

66

Petunjuk: Berilah respon sesuai pendapat saudara dari tabel pernyataan dengan

memberi tanda ceklis (√) pada kolom yang tersedia.

C. SIKAP

NO PERNYATAAN S TS

1. Menurut saya, pemahaman tentang Material Safety

Data Sheet (MSDS) sangat diperlukan dalam

penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

2. Selama penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3) hindari tindakan tidak aman dan sesuai SOP

3. Tidak perlu dilakukan pengadaan kelengkapan

administrasi B3 karena tidak penting

4. Menurut saya, pemberian simbol dan label B3 sangat

penting untuk memberikan informasi kepada petugas

yang belum mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia

dalam wadah/packingnya

5. Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun yang tidak

sesuai standar dapat menyebabkan kecelakaan kerja

6. Saya keberatan menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD) saat melakukan pengelolaan Bahan Berbahaya

dan Beracun (B3) karena akan mengurangi kebebasan

untuk bekerja

7. Menurut saya, penting selalu menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) saat menggunakan Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3)

8. Selama proses penggunaan Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3) petugas harus mengikuti latihan dan

simulasi penanganan yang tepat untuk menangani bila

ada kecelakaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

tersebut

9. Pada masa transisi shift kerja, saya keberatan

melaporkan situasi kondisi tidak aman karena

merepotkan

10. Bila selesai menggunakan Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3), saya akan amankan dan bersihkan alat-

alat kerja, lingkungan kerja dan wadah sisa Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) hingga aman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

67

D. TINDAKAN

NO TINDAKAN YA TIDAK

1. Menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD) seperti masker dan sarung tangan

saat berhubungan dengan Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai

dengan risiko bahayanya

2. Membersihkan alat-alat kerja,

lingkungan kerja dan wadah sisa Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) setelah

selesai menggunakannya

3. Menggunakan peralatan kerja yang

layak pakai (tidak rusak)

4. Pada transisi shift jaga, setiap serah

terima dilakukan sebaik-baiknya dan

laporkan situasi kondisi kerja yang tidak

aman (bila ada)

5. Mengamankan alat-alat kerja yang telah

digunakan seperti meletakkan jarum

suntik bekas ke dalam safetybox

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

68

Lampiran 2. Jadwal Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

69

Lampiran 3. Master Data

Karakteristik Responden

No Nama J

K Umur UmurK Pendidikan

Pendidikan

K

Masa

Kerja

Masa

KerjaK

1 R1 2 32 2

Perguruan

Tinggi 4 3 2

2 R2 2 28 1

Perguruan

Tinggi 4 7 2

3 R3 2 23 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

4 R4 2 29 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

5 R5 2 28 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

6 R6 1 27 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

7 R7 2 24 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

8 R8 2 27 1

Perguruan

Tinggi 4 3 2

9 R9 2 33 2

Perguruan

Tinggi 4 7 2

10 R10 2 35 2

Perguruan

Tinggi 4 6 2

11 R11 1 33 2

Perguruan

Tinggi 4 10 2

12 R12 2 38 2

Perguruan

Tinggi 4 9 2

13 R13 2 35 2

Perguruan

Tinggi 4 8 2

14 R14 1 33 2

Perguruan

Tinggi 4 1 1

15 R15 1 23 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

16 R16 2 35 2

Perguruan

Tinggi 4 2 1

17 R17 1 29 1

Perguruan

Tinggi 4 9 2

18 R18 2 30 2

Perguruan

Tinggi 4 1 1

19 R19 2 30 2

Perguruan

Tinggi 4 8 2

20 R20 2 34 2 Perguruan 4 3 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

70

Tinggi

21 R21 2 39 2

Perguruan

Tinggi 4 3 2

22 R22 2 24 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

23 R23 1 29 1

Perguruan

Tinggi 4 3 2

24 R24 2 30 2

Perguruan

Tinggi 4 7 2

25 R25 2 33 2

Perguruan

Tinggi 4 10 2

26 R26 2 29 1

Perguruan

Tinggi 4 3 2

27 R27 2 31 2

Perguruan

Tinggi 4 1 1

28 R28 2 30 2

Perguruan

Tinggi 4 6 2

29 R29 2 27 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

30 R30 2 29 1

Perguruan

Tinggi 4 2 1

31 R31 2 35 2

Perguruan

Tinggi 4 7 2

32 R32 1 25 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

33 R33 2 28 1

Perguruan

Tinggi 4 3 2

34 R34 1 31 2

Perguruan

Tinggi 4 6 2

35 R35 1 30 2

Perguruan

Tinggi 4 5 2

36 R36 2 38 2

Perguruan

Tinggi 4 8 2

37 R37 2 28 1

Perguruan

Tinggi 4 3 2

38 R38 2 25 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

39 R39 2 24 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

40 R40 2 26 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

41 R41 2 25 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

42 R42 2 27 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

71

43 R43 2 32 2

Perguruan

Tinggi 4 6 2

44 R44 2 37 2

Perguruan

Tinggi 4 7 2

45 R45 2 26 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

46 R46 2 25 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

47 R47 2 25 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

48 R48 1 29 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

49 R49 2 28 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

50 R50 1 26 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

51 R51 2 27 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

52 R52 1 25 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

53 R53 2 28 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

54 R54 2 27 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

55 R55 2 37 2

Perguruan

Tinggi 4 7 2

56 R56 2 39 2

Perguruan

Tinggi 4 9 2

57 R57 2 38 2

Perguruan

Tinggi 4 3 2

58 R58 2 30 2

Perguruan

Tinggi 4 3 2

59 R59 2 33 2

Perguruan

Tinggi 4 2 1

60 R60 2 29 1

Perguruan

Tinggi 4 3 2

61 R61 2 27 1

Perguruan

Tinggi 4 2 1

62 R62 2 26 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

63 R63 2 26 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

64 R64 2 25 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

65 R65 2 25 1 Perguruan 4 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

72

Tinggi

66 R66 1 29 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

67 R67 2 31 2

Perguruan

Tinggi 4 4 2

68 R68 2 25 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

69 R69 1 26 1

Perguruan

Tinggi 4 1 1

Keterangan :

1. Jenis Kelamin (JK) = 1 = Laki-laki

2. Jenis Kelamin (JK) = 2 = Perempuan

3. Umur Kategori (umurK) = 1 = Umur <=29 Tahun

4. Umur Kategori (umurK) = 2 = Umur >29 Tahun

5. Pendidikan Kategori (pendidikanK) = 4 = SMA

6. Masa Kerja Kategori (masa kerjaK) = 1 = <=2 Tahun

7. Masa Kerja Kategori (masa kerjaK) = 2 = >2 Tahun

Master Data Pengetahuan

No Nama Pengetahuan

Total PengetahuanK P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

1 R1 6 2 2 3 1 3 3 1 1 2 3

2 R2 6 2 2 2 1 3 1 2 3 2 3

3 R3 7 1 2 1 3 3 1 2 3 2 3

4 R4 7 1 2 3 3 3 1 2 1 2 3

5 R5 7 1 3 3 1 3 1 1 3 2 3

6 R6 7 1 2 3 3 3 1 1 1 2 1

7 R7 7 1 2 3 3 2 1 1 3 2 1

8 R8 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3

9 R9 8 1 2 3 3 3 1 2 3 2 3

10 R10 7 1 2 3 1 3 1 2 3 2 3

11 R11 7 1 2 3 2 3 1 1 3 2 2

12 R12 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3

13 R13 6 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

73

14 R14 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3

15 R15 5 2 2 1 3 1 1 2 3 2 2

16 R16 9 1 2 3 3 3 1 1 3 2 3

17 R17 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3

18 R18 9 1 2 3 3 3 1 1 3 2 3

19 R19 7 1 2 3 3 2 1 1 3 2 2

20 R20 7 1 2 3 3 2 1 1 3 2 2

21 R21 6 2 2 2 1 3 2 1 3 2 3

22 R22 7 1 2 3 1 3 2 1 3 2 3

23 R23 5 2 3 2 3 3 1 2 2 2 3

24 R24 7 1 2 3 3 1 3 1 3 2 3

25 R25 6 2 2 3 3 3 3 3 3 1 3

26 R26 6 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3

27 R27 7 1 2 3 2 3 1 1 3 2 2

28 R28 5 2 2 3 2 3 1 2 1 2 1

29 R29 5 2 2 2 3 3 3 3 3 1 3

30 R30 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3

31 R31 7 1 2 3 2 3 2 1 3 2 3

32 R32 7 1 2 2 3 3 2 1 3 2 3

33 R33 8 1 3 3 3 3 1 1 3 2 3

34 R34 6 2 3 3 3 2 1 2 3 2 3

35 R35 6 2 1 3 2 3 1 1 2 2 3

36 R36 8 1 2 3 3 3 1 2 3 2 3

37 R37 5 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3

38 R38 6 2 1 3 3 2 1 2 3 2 3

39 R39 7 1 2 3 3 2 3 1 3 2 3

40 R40 5 2 2 3 1 1 1 2 2 2 3

41 R41 7 1 2 3 2 3 3 1 3 2 3

42 R42 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 3

43 R43 6 2 2 3 1 3 2 1 3 2 2

44 R44 7 1 3 3 2 3 1 1 3 2 3

45 R45 5 2 2 2 1 1 1 2 3 2 3

46 R46 8 1 2 3 3 3 1 1 1 2 3

47 R47 7 1 2 3 1 1 1 1 3 2 3

48 R48 6 2 2 3 1 2 1 1 2 2 3

49 R49 7 1 2 3 1 3 1 1 3 2 2

50 R50 6 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2

51 R51 7 1 2 3 1 3 1 1 2 2 3

52 R52 7 1 3 3 3 1 1 1 3 2 3

53 R53 6 2 2 3 3 3 2 1 2 1 3

54 R54 7 1 2 3 3 2 1 2 3 2 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

74

55 R55 8 1 2 3 1 3 1 1 3 2 1

56 R56 8 1 2 3 3 2 1 1 3 2 3

57 R57 7 1 2 3 2 3 1 1 1 2 3

58 R58 7 1 3 3 3 3 2 1 3 2 3

59 R59 7 1 2 3 3 3 1 2 3 1 3

60 R60 7 1 2 2 3 3 1 1 2 2 3

61 R61 6 2 2 3 3 3 2 2 3 1 3

62 R62 7 1 2 1 3 2 1 1 3 2 3

63 R63 7 1 2 3 3 3 1 1 2 2 1

64 R64 6 2 1 3 3 1 1 2 3 2 3

65 R65 8 1 2 3 3 1 1 1 3 2 3

66 R66 6 2 1 3 1 3 1 1 1 2 3

67 R67 8 1 2 3 3 3 1 1 3 2 3

68 R68 8 1 2 3 3 3 1 1 3 1 3

69 R69 7 1 3 3 3 3 1 1 1 2 3

Keterangan :

1. Pengetahuan (total) 7-9 = 1 = Kategori Baik

2. Pengetahuan (total) 5-6 = 2 = Kategori Tidak Baik

3. P1 = Apa yang dimaksud dengan B3

4. P2 = Apa tujuan dibuat pedoman penggunaan B3

5. P3 = Apa hal penting yang mendasari perencanaan dan penerapan K3 dalam

penggunaan B3

6. P4 = Apa yang dimaksud dengan MSDS

7. P5 = Apakah disetiap B3 terdapat MSDS

8. P6 = Kapan sebaiknya membaca perintah kerja/MSDS

9. P7 = Apakah yang perlu diperhatikan pada saat penggunaan B3

10. P8 = Apakah penggunaan B3 dapat menyebabkan kecelakaan kerja

11. P9 = Bagaimana penanganan kecelakaan kerja dalam penggunaan B3 pada

transisi shift kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

75

Master Data Sikap

No Nama Sikap

Total SikapK S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10

1 R1 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

2 R2 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

3 R3 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

4 R4 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

5 R5 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

6 R6 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

7 R7 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

8 R8 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

9 R9 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

10 R10 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

11 R11 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

12 R12 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

13 R13 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

14 R14 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

15 R15 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

16 R16 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

17 R17 9 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1

18 R18 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

19 R19 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

20 R20 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

21 R21 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

22 R22 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

23 R23 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

24 R24 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

25 R25 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

26 R26 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

27 R27 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

28 R28 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

29 R29 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

30 R30 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

31 R31 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1

32 R32 7 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1

33 R33 8 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

34 R34 9 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1

35 R35 9 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1

36 R36 9 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1

37 R37 7 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

76

38 R38 7 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1

39 R39 7 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

40 R40 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1

41 R41 7 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1

42 R42 6 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

43 R43 8 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1

44 R44 9 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1

45 R45 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1

46 R46 7 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1

47 R47 8 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1

48 R48 8 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1

49 R49 8 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1

50 R50 8 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2

51 R51 8 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1

52 R52 9 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1

53 R53 7 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1

54 R54 8 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1

55 R55 9 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1

56 R56 9 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1

57 R57 8 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1

58 R58 8 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1

59 R59 7 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1

60 R60 9 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1

61 R61 8 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1

62 R62 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1

63 R63 8 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1

64 R64 10 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1

65 R65 8 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1

66 R66 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1

67 R67 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2

68 R68 8 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1

69 R69 8 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1

Keterangan :

1. Sikap Kategori 1 = Positif

2. Sikap Kategori 2 = Negatif

3. S1 = Pemahaman tentang MSDS sangat diperlukan dalam penggunaan B3

4. S2 = Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman dan sesuai SOP

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

77

5. S3 = Tidak perlu dilakukan kelengkapan administrasi B3 karena tidak penting

6. S4 = Pemberian simbol dan label B3 sangat penting untuk memberikan

informasi kepada petugas yang belum mengetahui sifat bahaya dari

bahan kima dalam wadah (packing)nya.

7. S5 = Penggunaan B3 yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan

kecelakaan kerja

8. S6 = Saya keberatan menggunakan APD saat melakukan pengelolaan B3

Karena akan mengurangi kebebasan untuk bekerja

9. S7 = Penting untuk selalu mengggunakan APD saat menggunakan B3

10. S8 = Selama proses penggunaan B3 petugas harus mengikuti latihan dan

simulasi penanganan yang tepat untuk menangani bila ada kecelakaan

B3 tersebut

11. S9 = Pada masa transisi shift kerja, saya keberatan melaporkan kondisi tidak

aman karena merepotkan

12. S10 = Bila selesai menggunakan B3, saya akan amankan dan bersihkan alat-

alat kerja, lingkungan kerja dan wadah sisa B3 hingga aman

Master Data Tindakan

No Nama Tindakan

Total TindakanK T1 T2 T3 T4 T5

1 R1 5 1 1 1 1 1 1

2 R2 5 1 1 1 1 1 1

3 R3 5 1 1 1 1 1 1

4 R4 5 1 1 1 1 1 1

5 R5 4 2 1 1 1 2 1

6 R6 5 1 1 1 1 1 1

7 R7 4 2 1 1 1 2 1

8 R8 5 1 1 1 1 1 1

9 R9 4 2 2 1 1 1 1

10 R10 5 1 1 1 1 1 1

11 R11 5 1 1 1 1 1 1

12 R12 5 1 1 1 1 1 1

13 R13 5 1 1 1 1 1 1

14 R14 5 1 1 1 1 1 1

15 R15 5 1 1 1 1 1 1

16 R16 5 1 1 1 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

78

17 R17 5 1 1 1 1 1 1

18 R18 4 2 1 1 1 2 1

19 R19 4 2 1 1 1 2 1

20 R20 5 1 1 1 1 1 1

21 R21 3 2 2 1 1 2 1

22 R22 5 1 1 1 1 1 1

23 R23 5 1 1 1 1 1 1

24 R24 5 1 1 1 1 1 1

25 R25 3 2 2 1 1 2 1

26 R26 5 1 1 1 1 1 1

27 R27 5 1 1 1 1 1 1

28 R28 4 2 2 1 1 1 1

29 R29 4 2 1 1 1 2 1

30 R30 3 2 2 1 1 2 1

31 R31 5 1 1 1 1 1 1

32 R32 5 1 1 1 1 1 1

33 R33 5 1 1 1 1 1 1

34 R34 4 2 1 1 1 2 1

35 R35 4 2 2 1 1 1 1

36 R36 5 1 1 1 1 1 1

37 R37 3 2 2 1 1 2 1

38 R38 4 2 1 1 1 2 1

39 R39 5 1 1 1 1 1 1

40 R40 5 1 1 1 1 1 1

41 R41 4 2 2 1 1 1 1

42 R42 3 2 2 1 1 2 1

43 R43 4 2 1 1 1 2 1

44 R44 5 1 1 1 1 1 1

45 R45 4 2 1 1 1 2 1

46 R46 5 1 1 1 1 1 1

47 R47 4 2 1 1 1 2 1

48 R48 5 1 1 1 1 1 1

49 R49 4 2 2 1 1 1 1

50 R50 5 1 1 1 1 1 1

51 R51 4 2 1 1 1 2 1

52 R52 5 1 1 1 1 1 1

53 R53 4 2 1 1 1 2 1

54 R54 4 2 2 1 1 1 1

55 R55 5 1 1 1 1 1 1

56 R56 5 1 1 1 1 1 1

57 R57 4 2 1 1 1 2 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

79

58 R58 5 1 1 1 1 1 1

59 R59 5 1 1 1 1 1 1

60 R60 3 2 2 1 1 2 1

61 R61 4 2 2 1 1 1 1

62 R62 4 2 1 1 1 2 1

63 R63 5 1 1 1 1 1 1

64 R64 5 1 1 1 1 1 1

65 R65 5 1 1 1 1 1 1

66 R66 3 2 2 1 1 2 1

67 R67 4 2 2 1 1 1 1

68 R68 4 2 1 1 1 2 1

69 R69 5 1 1 1 1 1 1

Keterangan :

1. Tindakan kategori 1 = Tindakan baik

2. Tindakan kategori 2 = Tindakan tidak baik

3. Nilai 1 = Ya

4. Nilai 2 = Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

80

Lampiran 4. Output Statistik

Karakteristik

Statistics

jenis kelamin responden

N Valid 69

Missing 0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 14 20.3 20.3 20.3

perempuan 55 79.7 79.7 100.0

Total 69 100.0 100.0

Statistics

umur responden

masa kerja

responden

tingkat

pendidikan

N Valid 69 69 69

Missing 0 0 0

Mean 29.42 3.20 4.00

Median 29.00 2.00 4.00

Range 16 9 0

Minimum 23 1 4

Maximum 39 10 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

81

umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 23 2 2.9 2.9 2.9

24 3 4.3 4.3 7.2

25 9 13.0 13.0 20.3

26 6 8.7 8.7 29.0

27 7 10.1 10.1 39.1

28 6 8.7 8.7 47.8

29 8 11.6 11.6 59.4

30 6 8.7 8.7 68.1

31 3 4.3 4.3 72.5

32 2 2.9 2.9 75.4

33 5 7.2 7.2 82.6

34 1 1.4 1.4 84.1

35 4 5.8 5.8 89.9

37 2 2.9 2.9 92.8

38 3 4.3 4.3 97.1

39 2 2.9 2.9 100.0

Total 69 100.0 100.0

kelompok umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <=29 41 59.4 59.4 59.4

>29 28 40.6 40.6 100.0

Total 69 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

82

kelompok umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <=29 41 59.4 59.4 59.4

>29 28 40.6 40.6 100.0

Total 69 100.0 100.0

kelompok masa kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <=2 38 55.1 55.1 55.1

>2 31 44.9 44.9 100.0

Total 69 100.0 100.0

tingkat pendidikan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid PERGURUAN

TINGGI 69 100.0 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

83

Pengetahuan

Apa yang dimaksud dengan B3?

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Zat atau bahan-bahan

lain yang berbahaya 4 5.8 5.8 5.8

Zat atau bahan lain

yang dapat

membahayakan

kesehatan dan

kelangsungan hidup

manusia, makhluk

lain dan lingkungan

hidup

56 81.2 81.2 87.0

Zat beracun yang

dapat menimbulkan

pencemaran akibat

bahan kimia

9 13.0 13.0 100.0

Total 69 100.0 100.0

Apa tujuan dibuat pedoman penggunaan B3?

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Untuk memastikan

SDM rumah sakit,

pasien, pengunjung

dan aset dari bahaya

api, asap dan bahaya

lain

3 4.3 4.3 4.3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

84

Untuk menciptakan

lingkungan kerja yang

aman dengan

meminimalisir potensi

bahaya

10 14.5 14.5 18.8

Untuk melindungi

SDM rumah sakit,

pasien pengunjung

dan lingkungan dari

pajanan dan limbah

B3

56 81.2 81.2 100.0

Total 69 100.0 100.0

Apa hal penting yang mendasari perencanaan dan penerapan B3?

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Identifikasi dan

karakteristik B3 21 30.4 30.4 30.4

Rambu dan simbol

B3 8 11.6 11.6 42.0

APD, APAR dan

P3K 40 58.0 58.0 100.0

Total 69 100.0 100.0

Apa yang dimaksud dengan MSDS?

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

85

Valid Dokumen lengkap

tentang suatu bahan

kimia yang harus ada

pada industri

mengenai informasi

tentang bahan kimia

tersebut

8 11.6 11.6 11.6

Kumpulan data

keselamatan dan

petunjuk dalam

mengelola bahan

kimia berbahaya dan

informasi mengenai

bahan kimia tersebut

10 14.5 14.5 26.1

Semua benar 51 73.9 73.9 100.0

Total 69 100.0 100.0

Apakah disetiap B3 memiliki MSDS?

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya, terdapat disetiap

B3 51 73.9 73.9 73.9

Mungkin hanya

beberapa 9 13.0 13.0 87.0

Tidak tahu 9 13.0 13.0 100.0

Total 69 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

86

Kapan sebaiknya membaca MSDS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Saat proses

penggunaan B3 46 66.7 66.7 66.7

Selama bekerja

di rumah sakit 18 26.1 26.1 92.8

Tidak tahu 5 7.2 7.2 100.0

Total 69 100.0 100.0

Apakah yang perlu diperhatikan pada saat penggunaan B3?

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Metode kerja/cara

pelaksanaan kerja

sudah aman dan

efektif

8 11.6 11.6 11.6

APD yang sesuai

dengan faktor risiko

bahayanya

8 11.6 11.6 23.2

A dan B benar 53 76.8 76.8 100.0

Total 69 100.0 100.0

Apakah penggunaan B3 dapat menyebabkan kecelakaan kerja?

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak tahu 6 8.7 8.7 8.7

Dapat menyebabkan 63 91.3 91.3 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

87

kecelakaan kerja

Total 69 100.0 100.0

Bagaimana penanganan kecelakaan kerja dalam penggunaan B3?

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Melaporkan situasi

kondisi kerja yang

tidak aman pada

pekerja shift

berikutnya

5 7.2 7.2 7.2

Mengamankan

(mengisolasi) tempat

terjadinya kecelakaan

dan menanggulangi

kecelakaan sesuai

SOP

8 11.6 11.6 18.8

A dan B benar 56 81.2 81.2 100.0

Total 69 100.0 100.0

pengetahuan kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 46 66.7 66.7 66.7

Cukup 23 33.3 33.3 100.0

Total 69 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

88

Sikap

Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman dan sesuai SOP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 62 89.9 89.9 89.9

Tidak Setuju 7 10.1 10.1 100.0

Total 69 100.0 100.0

Tidak diperlukan pengadaan kelengkapan administrasi B3 karena tidak

penting

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 15 21.7 21.7 21.7

Tidak Setuju 54 78.3 78.3 100.0

Total 69 100.0 100.0

Pemberian simbol dan label B3 sangat penting untuk memberikan informasi

kepada petugas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 62 89.9 89.9 89.9

Tidak Setuju 7 10.1 10.1 100.0

Total 69 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

89

Penggunaan B3 yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan kecelakaan

kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 65 94.2 94.2 94.2

Tidak Setuju 4 5.8 5.8 100.0

Total 69 100.0 100.0

Saya keberatan menggunakan APD saat melakukan pengelolaan B3 karena

mengurangi kebebasan untuk bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 21 30.4 30.4 30.4

Tidak Setuju 48 69.6 69.6 100.0

Total 69 100.0 100.0

Penting untuk selalu menggunakan APD saat menggunakan B3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 62 89.9 89.9 89.9

Tidak Setuju 7 10.1 10.1 100.0

Total 69 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

90

Selama proses penggunaan B3 petugas harus mengikuti latihan simulasi

penanganan yang tepat untuk menangani bila ada kecelakaan B3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 63 91.3 91.3 91.3

Tidak Setuju 6 8.7 8.7 100.0

Total 69 100.0 100.0

Pada masa transisi shift kerja, saya keberatan melaporkan situasi kondisi

tidak aman karena merepotkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 16 23.2 23.2 23.2

Tidak Setuju 53 76.8 76.8 100.0

Total 69 100.0 100.0

Bila selesai menggunakan B3, saya amankan dan bersihkan alat-alat kerja,

lingkungan kerja dan wadah sisa B3 hingga aman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 66 95.7 95.7 95.7

Tidak Setuju 3 4.3 4.3 100.0

Total 69 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

91

sikap kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Positif 39 56.5 56.5 56.5

Negatif 30 43.5 43.5 100.0

Total 69 100.0 100.0

Tindakan

Menggunakan APD (masker dan sarung tangan) saat berhubungan deng B3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 54 78.3 78.3 78.3

Tidak 15 21.7 21.7 100.0

Total 69 100.0 100.0

Membersihkan alat-alat,lingkungan serta wadah sisa B3 setelah selesai

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 69 100.0 100.0 100.0

Menggunakan peralatan kerja yang layak pakai (tidak rusak)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 69 100.0 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

92

Pada transisi shift jaga, setiap serah terima dilakukan dengan sebaik-

baiknya dan laporkan kondisi kerja yang tidak aman (bila ada)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 47 68.1 68.1 68.1

Tidak 22 31.9 31.9 100.0

Total 69 100.0 100.0

Mengamankan alat-alat kerja yang telah digunakan seperti meletakkan

jarum suntik bekas ke dalam safetybox

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 69 100.0 100.0 100.0

tindakan kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 39 56.5 56.5 56.5

Tidak Baik 30 43.5 43.5 100.0

Total 69 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

93

Crosstab

pengetahuan kategorik * tindakan kategorik Crosstabulation

tindakan kategorik Total

Baik

Tidak

Baik Baik

pengetahuan

kategorik

Baik Count 29 17 46

% within

pengetahuan

kategorik

63.0% 37.0% 100.0%

% within tindakan

kategorik 74.4% 56.7% 66.7%

% of Total 42.0% 24.6% 66.7%

Cukup Count 10 13 23

% within

pengetahuan

kategorik

43.5% 56.5% 100.0%

% within tindakan

kategorik 25.6% 43.3% 33.3%

% of Total 14.5% 18.8% 33.3%

Total Count 39 30 69

% within

pengetahuan

kategorik

56.5% 43.5% 100.0%

% within tindakan

kategorik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 56.5% 43.5% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

94

sikap kategorik * tindakan kategorik Crosstabulation

tindakan kategorik Total

Baik

Tidak

Baik Baik

sikap

kategorik

Positif Count 27 12 39

% within sikap

kategorik 69.2% 30.8% 100.0%

% within tindakan

kategorik 69.2% 40.0% 56.5%

% of Total 39.1% 17.4% 56.5%

Negatif Count 12 18 30

% within sikap

kategorik 40.0% 60.0% 100.0%

% within tindakan

kategorik 30.8% 60.0% 43.5%

% of Total 17.4% 26.1% 43.5%

Total Count 39 30 69

% within sikap

kategorik 56.5% 43.5% 100.0%

% within tindakan

kategorik 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 56.5% 43.5% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

95

sikap kategorik * tindakan kategorik * pengetahuan kategorik

Crosstabulation

pengetahuan

kategorik

tindakan

kategorik Total

Baik

Tidak

Baik Baik

Baik sikap

kategorik

Positif Count 20 7 27

% within sikap

kategorik 74.1% 25.9% 100.0%

% within

tindakan

kategorik

69.0% 41.2% 58.7%

% of Total 43.5% 15.2% 58.7%

Negatif Count 9 10 19

% within sikap

kategorik 47.4% 52.6% 100.0%

% within

tindakan

kategorik

31.0% 58.8% 41.3%

% of Total 19.6% 21.7% 41.3%

Total Count 29 17 46

% within sikap

kategorik 63.0% 37.0% 100.0%

% within

tindakan

kategorik

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 63.0% 37.0% 100.0%

Cukup sikap

kategorik

Positif Count 7 5 12

% within sikap

kategorik 58.3% 41.7% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

96

% within

tindakan

kategorik

70.0% 38.5% 52.2%

% of Total 30.4% 21.7% 52.2%

Negatif Count 3 8 11

% within sikap

kategorik 27.3% 72.7% 100.0%

% within

tindakan

kategorik

30.0% 61.5% 47.8%

% of Total 13.0% 34.8% 47.8%

Total Count 10 13 23

% within sikap

kategorik 43.5% 56.5% 100.0%

% within

tindakan

kategorik

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 43.5% 56.5% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

97

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

99

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Membagikan Kuesioner di Ruang Zaitun

Gambar 2. Membagikan Kuesioner di Ruang Meranti

Gambar 2. MengisiKuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

100

Gambar 3. Pengisian Kuesioner di Ruang Mahoni

Gambar 4. Pengisian Kuesioner di Ruang Cendana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

101

Gambar 5. Perawat Menggunakan APD Lengkap Saat Berhubungan dengan B3

Gambar 6. Perawat Hanya Memakai Sarung Tangan saat Menggunakan B3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: GAMBARAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PEDOMAN PENGGUNAAN …

102

Gambar 7. Perawat Mengamankan Alat Kerja berupa Jarum Suntik Setelah

digunakan

Gambar 8. Perawat Membersihkan Sisa Bahan B3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA