hubungan diabetes melitus dengan kejadian glaukoma

11
HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN KEJADIAN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT TAYSIDE SCOTLANDIA PERIODE 1 JULI 2006 – 30 JUNI 2007 Meta Mukhsinina Purnama ABSTRAK Glaukoma merupakan komplikasi mikrovasuler jangka panjang dari penyakit diabetes melitus yang dapat berakibat pada kebutaan. Kejadian glaucoma sering dikaitkan dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi). Menurut WHO, glaukoma menjadi penyakit tertinggi kedua yang menyebabkan kebutaan. Kasus glaukoma di seluruh dunia diperkirakan mencapai 60 juta jiwa.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan kejadian glaukoma di rumah sakit Tayside wilayah of Scotlandia periode 1 Juli 2006 – 30 Juni 2007. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik observasional dengan pendekatan case control. Jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 60 orang, yaitu 30 orang sebagai kasus dan 30 orang sebagai kontrol yang memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian dilihat dari dokumen catatan rekam medis penderita glaukoma periode 1 Juli 2006 – 30 Juni 2007. Sampel penelitian didapat dengan cara total sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah uji bivariat

Upload: meta-m-purnama

Post on 11-Apr-2016

91 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

glaukoma

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Glaukoma

HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN KEJADIAN GLAUKOMA

DI RUMAH SAKIT TAYSIDE SCOTLANDIA

PERIODE 1 JULI 2006 – 30 JUNI 2007

Meta Mukhsinina Purnama

ABSTRAK

Glaukoma merupakan komplikasi mikrovasuler jangka panjang dari penyakit diabetes melitus

yang dapat berakibat pada kebutaan. Kejadian glaucoma sering dikaitkan dengan peningkatan

kadar glukosa darah (hiperglikemi). Menurut WHO, glaukoma menjadi penyakit tertinggi kedua

yang menyebabkan kebutaan. Kasus glaukoma di seluruh dunia diperkirakan mencapai 60 juta

jiwa.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan

kejadian glaukoma di rumah sakit Tayside wilayah of Scotlandia periode 1 Juli 2006 – 30 Juni

2007. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik observasional dengan pendekatan case

control. Jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 60 orang, yaitu 30 orang sebagai kasus

dan 30 orang sebagai kontrol yang memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian dilihat dari

dokumen catatan rekam medis penderita glaukoma periode 1 Juli 2006 – 30 Juni 2007. Sampel

penelitian didapat dengan cara total sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah uji

bivariat chi square. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan secara

statistik antara diabetes mellitus dengan kejadian glaukoma dengan nilai p= 0, 64 (p>0,5) .

Kata Kunci : Glaukoma, Diabetes Melitus

Page 2: Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Glaukoma

ABSTRAK

Glaucoma is long term microvascular complication of diabetes mellitus which leading cause of

blindness. This condition usually related with increase blood glucose levels (hyperglycemia).

According to WHO, glaucoma becomes the second highest disease cause of blindness. Glaucoma

cases worldwide are expected to reach 60 milion people. The aimed was to determine relation

diabetes mellitus and glaukoma incident in Hospital Tayside region of Scotlandia periode 1 Juli

2006 – 30 Juni 2007. This study is an observational analytic with case control design study. The

number of respondens are 60 people, which are consist of 30 people as a cases and 30 as control

who met the inclusion criterias. Data was taken from the medical record glaucoma patient in Juli

2006 – 30 Juni 2007. Samples were obtained by total sampling. Statistical analysis used was

bivariate chi-square test. Showed that there was no significant relation between diabetes mellitus

and glaucoma incident p = 0,64 (p>0,5).

Keyword : Glaucoma, Diabetes Mellitus.

PENDAHULUAN

Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan

ataupun menurunnya luas lapangan pandang, yang dapat mengakibatkan kebutaan. Salah satu

penyebabnya adalah glaukoma. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di dunia

(Quigley dan Broman, 2006) setelah katarak. Glaukoma adalah penyakit saraf optik jangka

panjang yang ditandai oleh adanya kerusakan struktur diskus optikus atau serabut saraf retina,

kelainan lapangan pandang dan biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular (Salmon,

2008).Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, angka kejadian nasional

glaukoma di Indonesia berkisar 0,5%. Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3

juta penduduk Indonesia terkena glaukoma dan menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama

kebutaan. Glaukoma tidak hanya dapat disebabkan tanpa disertai dengan penyakit lainnya tetapi

Page 3: Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Glaukoma

juga dapat disebabkan oleh penyakit lokal pada mata dan penyakit sistemik. Kondisi kelainan

sistemik yang dapat memicu terjadinya glaukoma salah satunya adalah diabetes mellitus.

Berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular, glaukoma dapat diklasifikasikan

menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Mekanisme peningkatan tekanan

intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem

drainase sudut bilik mata depan (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor

ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup) (Salmon, 2008). Moses et al., (2001) menyatakan

bahwa Glaukoma sudut terbuka merupakan penyebab kebutaan paling besar yang disebabkan

oleh diabetes mellitus (DM) merupakan penyebab kerusakan mata dan kebutaan terbesar di

Negara barat. Di Amerika Serikat hampir 2,1% dan prevalensi pada orang kulit hitam enam kali

lebih besar (Johns, Feder, Hamill, 2003-2004). Menurut perkiraan World Health Organization

(WHO), jumlah penderita diabetes mellitus di dunia pada tahun 2030 mencapai sekitar 366 juta

jiwa atau 4,4% (Wild et al, 2004). Di Indonesia, jumlah kasus diabetes melitus mencapai angka

5,7%. Penelitian yang dilakukan di Sydney Australia, pada orang diabetes, prevalensi Glaukoma

meningkat sampai 13% dibandingkan yang tidak mempunyai DM (Mitchell et al., 1997). Di

Amerika Serikat, prevalensi dari DM yang menyebabkan ataupun yang berhubungan dengan

penyakit mata seperti glaukoma, pada tahun 1991 terdapat sekitar 3,8 juta orang yang berumur

>65 tahun (Paul et al., 2003). Glaukoma dan kelainan mata ini merupakan komplikasi kronik

berupa kelainan mikrovaskular akibat DM, baik DM tipe 1 dan tipe 2, yang tidak terkendali

dengan baik (Thomas et al., 2002; Tjokronegoro & Hendra, 2004). Mengingat semakin

meningkatnya pederita Glaukoma yang disertai DM maka diperlukan upaya pencegahan dan

penatalaksanaan, oleh karena peneliti tertarik untuk meneliti hubungan diabetes melitus dengan

kejadian glaukoma.

Page 4: Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Glaukoma

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan “case control” dengan metode pendekatan

“observational analytical” untuk mengetahui apakah Diabetes Melitus benar merupakan factor

resiko dari efek, yaitu glaukoma. Semua pasien mata yang berumur lebih dari 40 tahun yang

berobat di Poliklinik Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Margono Soekarjo Purwokerto

periode Januari – Desember 2007 merupakan populasi dalam penelitian ini. Sedangkan sampel

kasus dari penelitian ini adalah penderita glaukoma dengan diabetes mellitus dan sampel control

adalah penderita glaukoma dengan non diabetes mellitus. Pemilihan sampel dilakukan dengan

cara “total sampling”. Berdasarkan perhitungan diatas peneliti mendapatkan ukuran sampel

sebanyak 60 subjek pasien glaukoma yang akan direkrut dalam penelitian ini. Adapun kriteria

inklusi, ekslusi kasus dan kontrol dari sample penelitian ini adalah sebagai berikut ; kriteria

inklusi kasus meliputi semua pasien Glaukoma yang mengunjungi Poliklinik Penyakit Mata

RSMS periode Januari – Desember 2007 yang didiagnosis sebagai penderita baru maupun

lama glaukoma dengan riwayat DM berdasarkan pemeriksaan gula darah. Kriteria inklusi kontrol

meliputi semua pasien non Glaukoma yang mengunjungi Poliklinik Penyakit Mata RSMS

periode Januari – Desember 2007 yang didiagnosis sebagai penderita baru maupun lama

glaukoma dengan riwayat DM berdasarkan pemeriksaan gula darah. Sedangkan kriteria ekslusi

meliputi pasien Glaukoma dan non glaukoma Poliklinik Penyakit Mata RSMS periode Januari

– Desember 2007 dengan catatan medis (CM) yang tidak lengkap. Variabel penelitian meliputi

variable dependen yaitu glaukoma dengan nilai variabel glaukoma dan non glaukoma dengan

skala nominal.Sedangkan variabel independen adalah DM dengan variabel DM dan non DM

dengan skala nominal. Data yang digunakan adalah data sekunder dari catatan medis dalam

periode waktu Januari – Desember 2007. Derajat kemaknaan yang dipergunakan untuk melihat

hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan batas kemaknaan 95% (p<0,05).

Analisis data meliputi univariat untuk mendeskripsikan karakteristik responden menurut kasus

dan control, analisis bivariate untuk menguji hipotesis hubungan DM dengan glaukoma dengan

uji chi square (x2).

Page 5: Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Glaukoma

HASIL

Berdasarkan Analisis Univariat yang digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel sebesar

60 yang terbagi menjadi 30 sebagai sampel kasus dan 30 sebagai sampel kontrol. Bisa dilihat

pada tabel 3.1 usia terbanyak pada kelompok kasus berkisar 60 – 69 tahun yaitu, 10 orang (33%).

Pada kelompok kontrol, usia terbanyak dengan rentan usia 50 – 59 tahun dan 60 – 69 tahunyaitu

sebanyak 8 orang (27%).

Tabel 3.1 Umur Responden

Umur Glaukoma Non Glaukoma

40 – 49 5 (17%) 7 (23%)

50 – 59 9 (30%) 8 (27%)

60 – 69 10 (33%) 8 (27%)

70 – 79 6 (20%) 7 (23%)

Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel 3.2. Kelompok kasus sebanyak 11 laki – laki

dan 19 perempuan. Pada kelompok control sebanyak 14 laki – laki dan 16 perempuan. Kelompok

kasus maupun control didominasi oleh perempuan, yaitu sebanyak 63 % pada kelompok kasus

dan 53% pada kelompok kontrol.

Tabel 3.2 Jenis kelamin Responden

Jenis Kelamin Glaukoma Non Glaukoma

Laki – laki 11 (37%) 14 (47%)

Perempuan 19 (63%) 16 (53%)

Berdasarkan Analisis Bivariat hubungan DM dengan Glaukoma digunakan uji chi square,

variabel dianggap berhubungan signifikan apabila nilai X2 hitung >X2

tabel atau dengan

membandingkan nilai Assymp sign (p) apabila nilai p < alfa maka variabel dinyatakan

berpengaruh nyata, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat

dilihat hasil sebagai berikut dalam tabel 4.

Page 6: Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Glaukoma

Tabel 4. Hubungan DM dengan Glaukoma

Glaukoma Non Glaukoma Total

DM 28 27 55

46,6 % 45% 91,7%

Non DM 2 3 5

3,33% 5% 8,33%

Total 30 30 60

50% 50% 100%

X2 = 0,21 P = 0,64

Tabulasi silang antara DM dengan Glaukoma menunjukkan X2 hitung = 0, 218 (p = 0,64), sehingga

nilai X2 hitung > X2

tabel pada df 1 dan nilai p>alfa, dengan demikian secara statistik dari hasil analisis

uji chi square untuk variabel diabetes melitus menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara faktor risiko DM dengan kejadian glaukoma di RSUD Margono Soekarjo

Purwokerto.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan hasil antara faktor resiko diabetes mellitus dengan kejadian

glaukoma tidak terdapat hubungan. Hal ini tidak sesuai dengan Harry et al., (2001) bahwa

penderita glaukoma dengan diabetes lebih besar prevalensinya dibandingkan pada penderita

glaukoma tanpa diabetes aitu dengan perbandingan 2,9% : 1,7% Perbedaan hasil penelitian ini

kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel, lama penelitian dan perbedaan tempat.

Page 7: Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Glaukoma

Sampel peneitian hanya 60 orang, dengan lama penelitian 3 bulan. Sedangkan sampel penelitian

Hary et al.,(2001) sebanyak 4774 orang dalam waktu 11 tahun. Perbedaan tempat dan etnik juga

mempengaruhi perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Harry et al.(2001).Pada analisis

univariat karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menyatakan bahwa pasien

perempuan dengan diagnosis glaukoma lebih besar persentasenya (63%). Hal ini sesuai dengan

penelitian Harry et al.,(2001) yang menyatakan bahwa persentase penderita glaukoma pada

perempuan lebih banyak dari pada laki – laki dengan perbandingan 61,1% : 38,9%. Banyak

faktor resiko selain diabetes mellitus, yaitu antara lain usia, ras, jenis kelamin, riwayat hipertensi,

riwayat keluarga glaukoma, riwayat trauma dan rwayat penggunaan steroid jangka panjang yang

juga memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan angka kejadian glaukoma. Adanya

perbedaan jenis kelamin dengan glaukoma pada DM menurut Cristina et al (1994) hal ini dapat

disebabkan karena perubahan gaya idup, pendidikan dan social ekonomi yang rendah da

rendahnya tingkat kesadarn penyakit Gaukoma pada perempuan dibandingkan dengan laki – laki

seingga untuk menegakkan diagnostic dan pengobatan mengalami konsekuensi keterlambatan.

Perempuan lebih rentan terhadap beberapa penyakit termasuk salah satunya adalah Glaukoma,

karea faktor social yaitu kurang dipentingkan dalam mengakses pelayanan kesahatan karena

perempuan terutama seorang ibu lebih mendahulukan kepentingan keluarga.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan tidak terdapat hubungan bermakna secara statistic antara

DM dengan kejadian glaukoma di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil analisis dengan

Odss Ratio menunjukkan bahwa hubungan faktor resiko DM dengan glaukoma tidak dapat

diperkirakan berapa besar seseorang yang didiagnosis menderita glaukoma memiliki peluang

Page 8: Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Glaukoma

menderita riwayat diabetes mellitus, diakrenakan pada hasil uji statistic dengan analisis Chi

square tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keduanya.