hubungan antara kejadian abortus spontan dengan … · 2020. 5. 1. · data yang diperoleh dari...

18
HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN USIA KEHAMILAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2014 Kresna Adhi Nugraha 1 ; Eisenhower Sitanggang 2 ; Ita Armyanti 3 Intisari Latar belakang: Abortus spontan adalah berakhirnya kehamilan tanpa tindakan mekanis atau medis sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus spontan memiliki komplikasi berupa perdarahan atau infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Lebih dari 80% abortus spontan terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan dan setelah itu angka tersebut cepat menurun. Tujuan: Mengetahui hubungan antara kejadian abortus spontan dengan usia kehamilan di RSUD dr. Soedarso Pontianak Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional dan menggunakan uji Chi-Square. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode total sampling dan diperoleh dari rekam medik. Hasil: Rerata umur subjek pada penelitian adalah 27,46 tahun, gravida terbanyak pada subjek penelitian adalah 2, dan abortus spontan pada usia kehamilan 5-10 minggu sebanyak 35 orang, usia kehamilan 11-15 minggu sebanyak 38 orang, usia kehamilan 16-20 minggu sebanyak 22 orang. Tidak terdapat hubungan antara kejadian abortus spontan dengan usia kehamilan (p=0,226). Kesimpulan: Kejadian abortus spontan tidak berhubungan dengan usia kehamilan di RSUD dr. Soedarso Pontianak tahun 2014. Kata kunci: Abortus Spontan, Usia Kehamilan Keterangan: 1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat 2) Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat 3) Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk provided by Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura

Upload: others

Post on 05-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN

USIA KEHAMILAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DR. SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2014

Kresna Adhi Nugraha 1; Eisenhower Sitanggang 2; Ita Armyanti 3

Intisari

Latar belakang: Abortus spontan adalah berakhirnya kehamilan tanpa

tindakan mekanis atau medis sebelum janin mampu bertahan hidup pada

usia kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Abortus spontan memiliki komplikasi berupa perdarahan atau infeksi yang

dapat menyebabkan kematian. Lebih dari 80% abortus spontan terjadi

pada 12 minggu pertama kehamilan dan setelah itu angka tersebut cepat

menurun. Tujuan: Mengetahui hubungan antara kejadian abortus spontan

dengan usia kehamilan di RSUD dr. Soedarso Pontianak Metodologi:

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross

sectional dan menggunakan uji Chi-Square. Pemilihan sampel dilakukan

menggunakan metode total sampling dan diperoleh dari rekam medik.

Hasil: Rerata umur subjek pada penelitian adalah 27,46 tahun, gravida

terbanyak pada subjek penelitian adalah 2, dan abortus spontan pada usia

kehamilan 5-10 minggu sebanyak 35 orang, usia kehamilan 11-15 minggu

sebanyak 38 orang, usia kehamilan 16-20 minggu sebanyak 22 orang.

Tidak terdapat hubungan antara kejadian abortus spontan dengan usia

kehamilan (p=0,226). Kesimpulan: Kejadian abortus spontan tidak

berhubungan dengan usia kehamilan di RSUD dr. Soedarso Pontianak

tahun 2014.

Kata kunci: Abortus Spontan, Usia Kehamilan

Keterangan:

1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat

2) Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat

3) Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat

brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

RELATION BETWEEN GESTATIONAL AGE AND THE OCCURRENCE

OF SPONTANEOUS ABORTION IN DR. SOEDARSO HOSPITAL

PONTIANAK 2014

Kresna Adhi Nugraha 1; Eisenhower Sitanggang 2; Ita Armyanti 3

Abstract

Background: Spontaneous abortion is the loss of a fetus before the 20th

week of pregnancy without mechanical or medical action or the weight of

fetus below 500 grams. Complications of spontaneous abortion such as

infection or haemorrhage can lead to mortality. More than 80% of

spontaneous abortion occur at the first 12 weeks of pregnancy, and then

the number of incident is rapidly declining. Objective: The aim of the

research is to determine the relationship between gestational age and the

occurrence of spontaneous abortion in dr. Soedarso Hospital Pontianak.

Methodology: This study was an analytic research with cross sectional

study design and using Chi-Square test. Sample selection is done using

total sampling method and was obtained from medical records. Results:

The mean of subject’s age was 27,46 years old, the highest gravida on

research subjects were 2, and the numbers of spontaneous abortion at 5-

10 weeks, 11-15 weeks, and 16-20 weeks of gestational age were 35, 38,

and 22 person respectively. There wasn’t relation between gestational age

and the occurrence of spontaneous abortion (p=0,226). Conclusion: The

occurrence of spontaneous abortion was not associated with gestational

age.

Keywords: Spontaneous Abortion, Gestational Age

Description: 1) Medical Study Program, Faculty of Medicine, Tanjungpura University,

Pontianak, West Borneo. 2) Department of Obstetrics and Gynecology, Tanjungpura University

Hospital, Pontianak, West Borneo. 3) Department of Farmacology, Faculty of Medicine, Tanjungpura

University, Pontianak, West Borneo.

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

PENDAHULUAN

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun

sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20

minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau

berat janin kurang dari 500 gram.3 Istilah abortus dipakai untuk

menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di

luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat

hidup di luar kandungan mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir.

Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di

bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai

pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau

kurang dari 20 minggu.24 Abortus adalah penghentian atau berakhirnya

suatu kehamilan sebelum janin viable (dapat hidup diluar uterus) dalam

konteks ini, usia kehamilan 20 minggu.10

Proses terhentinya kehamilan dapat dijabarkan menurut

kejadiannya yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus

spontan adalah abortus yang terjadi tanpa intervensi dari luar dan

berlangsung tanpa sebab yang jelas, sedangkan abortus provokatus

(buatan) adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk

menghilangkan kehamilan sebelum umur 20 minggu atau berat janin 500

gram.24

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu

disebabkan oleh abortus. Komplikasi abortus berupa perdarahan atau

infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Di dunia terjadi 20 juta kasus

abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap

tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta

pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di

Indonesia adalah 10%-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau

600-900 ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu-1,5 juta setiap

tahunnya, 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian.28

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

Angka kejadian abortus spontan lebih dari 80% terjadi pada 12

minggu pertama kehamilan, dan setelah itu angka tersebut cepat

menurun. Faktor risiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas

serta usia ibu dan ayah. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi

meningkat dari 12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi

26% pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun. Insidensi abortus

meningkat apabila wanita yang bersangkutan hamil dalam 3 bulan setelah

melahirkan bayi aterm. Jumlah abortus yang terjadi diketahui akan

menurun dengan meningkatnya usia gestasional, dari 25% pada 5 hingga

6 minggu pertama kehamilan menjadi 2% setelah 14 minggu kehamilan.

Kebanyakan hasil konsepsi abnormal secara genetik pada manusia dapat

berakhir dengan terjadinya abortus secara spontan, dimana hal ini

merupakan komplikasi yang sering pada usia kehamilan muda. Abortus

yang dialami pada minggu-minggu pertama kehamilan lebih sering

disebabkan oleh kelainan kromosom sebanyak 50-60%, diikuti oleh faktor

endokrin sekitar 10-15%, faktor servik inkompeten sebanyak 8-15%,

immunologis dan infeksi 3-5% serta kelainan uterus 1-3%. Sementara

abortus spontan yang terjadi pada trimester kedua lebih sering

disebabkan oleh faktor maternal, kelainan plasenta, dan keadaan lain.

Kebanyakan kasus abortus spontan terjadi karena kelainan kromosom

embrio dan janin. Hasil kariotip dari kultur jaringan konsepsi yang

mengalami abortus spontan ditemukan hampir 50% pada usia kehamilan

trimester pertama, 30% pada trimester kedua, 3% lahir mati oleh karena

kelainan kromosom.2

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah perdarahan,

perforasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh

tenaga yang tidak ahli. Syok hemoragik pada abortus disebabkan oleh

perdarahan yang banyak. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik

atau endoseptik. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan

cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan,

selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan

terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,

sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan dapat memastikan dengan

segera.21

Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat 143 kasus

abortus spontan, 95 diantaranya mengalami abortus pada umur 20 hingga

35 tahun, padahal umur tersebut merupakan kelompok umur yang

produktif. Apakah usia kehamilan menjadi salah satu faktor risiko

terjadinya abortus spontan di Rumah Sakit Dr. Soedarso Pontianak Tahun

2014?

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diangkat sebuah

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian

abortus spontan dengan usia kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Soedarso Pontianak Tahun 2014.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian

cross sectional yang dilaksanakan di bagian rekam medik Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak. Subjek penelitian merupakan

pasien yang mengalami abortus spontan yang datang ke bagian Obstetri

dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak

periode 2014 yang memiliki data rekam medik berupa diagnosis abortus

spontan dan usia kehamilan. Jumlah sampel pada penelitian ini diambil

dengan metode total sampling.

Hasil dari penelitian usia kehamilan dikelompokkan menjadi 5-10

minggu, 11-15 minggu, dan 16-20 minggu. Hasil penelitian didapatkan

jumlah sampel berjumlah 95 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi. Data yang didapat kemudian dilakukan analisis data

menggunakan uji Chi-Square dengan uji alternatif yaitu uji Fisher.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data pasien abortus spontan diperoleh dari penelusuran rekam

medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso bagian rekam medik

periode Januari hingga Desember tahun 2014. Distribusi subjek dalam

penelitian ini meliputi umur, gravida, dan usia kehamilan. Subjek penelitian

yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 95 pasien. Sebanyak 48 subjek

dieksklusikan karena rekam medis pasien menunjukkan umur < 20 tahun

atau > 35 tahun, distribusi subjek yang tidak lengkap, serta diperoleh

riwayat penyakit yang mempengaruhi variabel penelitian.

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Rerata umur pasien abortus spontan di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Soedarso Pontianak tahun 2014 adalah 27,46 tahun. Umur tertinggi

pada penelitian ini adalah 35 tahun sedangkan umur terendah pada

penelitian ini adalah 20 tahun yang terdapat pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Gravida

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien abortus spontan terjadi

pada gravida terendah adalah 1 dan gravida tertinggi adalah 7.

Sedangkan gravida terbanyak pasien abortus spontan pada penelitian

adalah 2 yang terdapat pada gambar 2.

Gambar 2. Diagram Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Gravida

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia kehamilan

terbanyak adalah 11 – 15 minggu dengan jumlah 38 subjek (40%).

Sedangkan kelompok usia kehamilan yang paling sedikit berada pada

kelompok usia kehamilan 16 – 20 minggu yaitu sebanyak 22 subjek

(23,2%) yang terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Frekuensi Persentase

5 – 10 minggu 35 36,8%

11 – 15 minggu 38 40,0%

16 – 20 minggu 22 23,2%

Total 95 Subjek 100%

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian Abortus Spontan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian abortus spontan di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak periode bulan

Januari hingga Desember tahun 2014 sebanyak 95 kasus abortus yang

terdiri dari 31 kasus (32,6%) abortus complete dan 64 kasus (67,4%)

abortus incomplete yang terdapat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian Abortus Spontan

Diagnosa Frekuensi Persentase

Complete 31 32,6%

Incomplete 64 67,4%

Total 95 100%

Analisis Hubungan antara Kejadian Abortus Spontan dengan Usia

Kehamilan

Hasil analisis hubungan antara kejadian abortus spontan dengan usia

kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak yang

diuji menggunakan uji Chi-Square dengan tabel 2x3 dengan

pengkategorian diagnosis abortus spontan (Abortus Complete dan

Abortus Incomplete) dan klasifikasi usia kehamilan (5-10 minggu, 11-15

minggu, dan 16-20 minggu) didapatkan nilai count terdapat nilai 0 dan nilai

expected count <5 terdapat 0%, sehingga uji diterima. Berdasarkan uji

tersebut didapatkan nilai p sebesar 0,226 (p > 0,05) yang berarti hasil

tersebut menunjukkan secara statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara kejadian abortus spontan dengan usia kehamilan.

Hasil penelitian dengan menggunakan tabel 2x3 (Tabel 3)

menggambarkan pasien dengan diagnosis abortus complete pada usia

kehamilan 5-10 minggu sebanyak 9 orang, usia kehamilan 11-15 minggu

sebanyak 13 orang, dan usia kehamilan 16-20 minggu sebanyak 9 orang.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

Pasien dengan diagnosis abortus incomplete pada usia kehamilan 5-10

minggu sebanyak 26 orang, usia kehamilan 11-15 minggu sebanyak 25

orang, dan usia kehamilan 16-20 minggu sebanyak 13 orang. Sehingga

didapatkan hasil secara keseluruhan abortus spontan pada usia

kehamilan 5-10 minggu sebanyak 35 orang, usia kehamilan 11-15 minggu

sebanyak 38 orang, dan pada usia kehamilan 16-20 minggu sebanyak 22

orang.

Tabel 3. Analisis Hubungan antara Kejadian Abortus Spontan dengan Usia Kehamilan

Diagnosa

Klasifikasi Usia Kehamilan

Total 5-10 11-15 16-20

Complete 9 13 9 31

% 29.0% 41.9% 29.0% 100.0%

Incomplete 26 25 13 64

% 40.6% 39.1% 20.3% 100.0%

Total 35 38 22 95

% 36.8% 40.0% 23.2% 100.0%

PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Umur adalah lamanya individu hidup terhitung dari saat dilahirkan

sampai ulang tahun terakhir.19 Berdasarkan hasil pada gambar 1

menunjukkan umur responden berada pada rentang umur 20 hingga 35

tahun dan didapatkan rerata umur responden adalah 27,46 tahun. Pada

penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 143 dengan 95 sampel inklusi

dengan umur 20 hingga 35 tahun. Peneliti mengeksklusikan 48 sampel

dengan umur < 20 dan > 35 tahun yang memiliki risiko tinggi terjadinya

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

abortus spontan. Karena pada umur > 35 tahun fungsi reproduksi sudah

mulai mengalami penurunan, sedangkan pada umur < 20 tahun fungsi

reproduksi belum berkembang dengan sempurna.25 Hal ini didukung

dengan teori Sarwono pada tahun 2006 bahwa wanita yang hamil atau

melahirkan pada umur dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan dan dapat mengakibatkan

kematian maternal.24

Pada umur 20 hingga 35 tahun yang memiliki risiko rendah

terjadinya abortus spontan pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel

yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur yang memiliki

risiko tinggi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Panggabean bahwa umur ibu tidak berhubungan dengan kejadian abortus

spontan. Umur yang tidak termasuk dalam kelompok risiko tinggi tersebut

tercakup dalam umur produktif, dimana mereka cenderung memiliki tingkat

stres yang tinggi, diet makanan yang buruk, dan gaya hidup yang kurang

baik sehingga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dan performa

reproduktif. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya abortus spontan pada

ibu hamil di umur produktif. Berdasarkan hasil penelitian ini abortus

spontan juga terjadi pada responden umur risiko rendah karena pada

dasarnya setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk terjadi abortus spontan

bila tidak ditangani dan dicegah dengan perawatan kehamilan yang lebih

baik.29

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Gravida

Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh wanita.

Gravida merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya abortus

spontan, dimana jumlah kehamilan ataupun paritas mempengaruhi kerja

organ-organ reproduksi. Semakin tinggi gravida maka akan semakin

berisiko kehamilan dan persalinan, serta terjadinya abortus spontan

karena pada wanita yang sering hamil ataupun melahirkan akan

mengalami kekendoran pada dinding rahim.2,3 Hasil penelitian

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

menunjukkan bahwa pasien abortus spontan terjadi pada gravida

terendah adalah 1 dan gravida tertinggi adalah 7. Sedangkan gravida

terbanyak pasien abortus spontan pada penelitian adalah 2.

Hasil analisis univariat penelitian ini gravida risiko tinggi

(primigravida dan hamil lebih dari atau sama dengan 4 kali) sebanyak 44

responden dan gravida risiko rendah (hamil 2 dan 3 kali) sebesar 51

responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mursyida pada tahun

2011 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang menyatakan

bahwa abortus spontan juga terjadi pada responden gravida risiko rendah

(hamil 2 dan 3 kali), karena pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai

risiko untuk terjadinya abortus spontan, bila tidak ditangani dan dicegah

dengan perawatan kehamilan yang lebih baik.15 Penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian Supriatiningsih pada tahun 2009, risiko abortus spontan

meningkat menjadi sangat berisiko tinggi pada wanita yang mempunyai

gravida lebih dari 3 sebesar 76,1 %. Menurut Wiknjosastro pada tahun

2005, gravida 2-3 merupakan gravida paling aman ditinjau dari sudut

kematian maternal. Gravida 1 dan gravida resiko tinggi (lebih dari 3)

mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, lebih tinggi gravida

maka lebih tinggi kematian maternal. Gravida risiko tinggi primigravida

dapat disebabkan oleh kurangnya perawatan kehamilan yang baik selama

kehamilan berlangsung. Tetapi jika dilakukan perawatan kehamilan yang

lebih baik selama kehamilan, kehamilan akan dapat berlangsung sampai

aterm. Sedangkan gravida risiko tinggi hamil lebih dari atau sama dengan

4 kali dapat disebabkan oleh menurunnya fungsi organ reproduksi dalam

menerima buah kehamilan dan dapat dikurangi atau dicegah dengan

mengikuti program keluarga berencana.29

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia kehamilan merupakan lama kehamilan yang dihitung atau

diukur dari hari pertama haid terakhir (HPHT) dalam minggu.21 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok usia kehamilan 5 – 10

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

minggu sebanyak 35 subjek (36,8%), kelompok usia kehamilan 11 – 15

minggu sebanyak 38 subjek (40%), dan kelompok usia kehamilan 16 – 20

minggu sebanyak 22 subjek (23,2%). Hasil ini menunjukkan bahwa

kelompok usia kehamilan yang berisiko tinggi (usia kehamilan lebih dari

10 minggu hingga 20 minggu) sebanyak 60 responden, sedangkan pada

kelompok usia kehamilan yang memiliki risiko rendah (usia kehamilan

kurang dari atau sama dengan 10 minggu) sebanyak 35 responden. Hal

ini sejalan dengan penelitian Widyawati di RSUD Semarang tahun 2005

didapatkan hasil frekuensi responden dengan usia kehamilan risiko tinggi

sebesar 108 responden (77,7 %) dan usia kehamilan risiko rendah

sebesar 31 responden (22,3 %). Pada penelitian Mursyida di Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang tahun 2011 menunjukkan hasil yang sejalan

bahwa usia kehamilan risiko tinggi (usia hamil lebih dari 10 minggu

sampai 20 minggu) sebesar 136 responden (77,3 %) dan usia kehamilan

risiko rendah (kurang dari atau sama dengan 10 minggu) sebesar 40

responden (22,7 %).

Menurut Wiknjosastro pada tahun 2005, pada kehamilan kurang

dari 10 minggu villi koriales belum menembus desidua secara mendalam

sehingga pada umumnya perdarahan tidak terlalu banyak. Pada

kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih

dalam, sehingga umumnya dapat menyebabkan banyak perdarahan.

Berdasarkan penelitian ini abortus spontan juga terjadi pada responden

dengan usia kehamilan risiko rendah karena pada dasarnya setiap ibu

hamil mempunyai risiko untuk terjadinya abortus spontan, bila tidak

ditangani dan dicegah dengan perawatan kehamilan yang lebih baik.

Sedangkan perdarahan yang banyak dapat terjadi pada responden

dengan usia kehamilan risiko tinggi dengan kejadian abortus spontan.

Perdarahan tersebut dapat diatasi dengan istirahat total di tempat tidur

sampai perdarahan berhenti dan jika perdarahan telah berhenti ibu tidak

boleh melakukan pekerjaan yang berat selama hamil, menghindari

hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, dan lain-lain.29

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian Abortus Spontan

Abortus spontan adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

dan tanpa didahului tindakan medis atau mekanis.15 Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kejadian abortus spontan di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Soedarso Pontianak periode bulan Januari hingga Desember

tahun 2014 sebanyak 95 kasus. Dari 95 kasus tersebut didapatkan bahwa

angka kejadian abortus spontan sebagian besar berupa abortus

incomplete yaitu sebesar 64 kasus (67,4%) dan diikuti abortus complete

yaitu sebesar 31 kasus (32,6%). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rimonta dkk di Rumah Sakit Pindad

Bandung tahun 2013 yang menunjukkan bahwa dari 130 kasus

didapatkan bahwa angka kejadian abortus spontan sebagian besar

berupa abortus incomplete yaitu sebesar 103 kasus (79,23%), diikuti

dengan abortus imminens sebesar 13 kasus (10%), abortus insipiens

sebesar 12 kasus (9,23%), dan missed abortion sebesar 2 kasus (1,54%).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirohardjo pada tahun 2002

bahwa pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk terjadinya

abortus spontan, salah satunya abortus incomplete bila tidak ditangani

dan dicegah dengan perawatan kehamilan yang lebih baik. Abortus

incomplete didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir

atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan

plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan

membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda

di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum).

Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan

berkontraksi sehingga ibu merasakan nyeri. Bila terjadi perdarahan yang

hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi agar

jaringan yang menghambat terjadinya kontraksi uterus segera

dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

berhenti. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun

peroral dan antibiotika.17,21

Analisis Bivariat

Hubungan antara Kejadian Abortus Spontan dengan Usia Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan diagnosis

abortus spontan secara keseluruhan pada usia kehamilan 5-10 minggu

sebanyak 35 orang (36,8%), usia kehamilan 11-15 minggu sebanyak 38

orang (40%), dan pada usia kehamilan 16-20 minggu sebanyak 22 orang

(23,2%). Dari hasil analisis hubungan antara kejadian abortus spontan

dengan usia kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso

Pontianak tahun 2014 yang diuji menggunakan uji Chi-Square dengan

tabel 2x3 dengan pengkategorian diagnosis abortus spontan (Abortus

Complete dan Abortus Incomplete) dan klasifikasi usia kehamilan (5-10

minggu, 11-15 minggu, dan 16-20 minggu) didapatkan nilai count terdapat

nilai 0 dan nilai expected count <5 terdapat 0%, sehingga uji diterima.

Berdasarkan uji tersebut didapatkan nilai p sebesar 0,226 (p > 0,05) yang

berarti hasil tersebut menunjukkan secara statistik tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara kejadian abortus spontan dengan usia

kehamilan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rimonta dkk di Rumah Sakit Pindad Bandung tahun 2013

yang menunjukkan bahwa kelompok responden yang mengalami abortus

spontan pada usia kehamilan lebih dari 10 minggu sebanyak 26 orang,

lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kelompok responden yang

memiliki usia kehamilan kurang dari atau sama dengan 10 minggu

sebanyak 77 orang. Hasil uji statistiknya diperoleh bahwa nilai p sebesar

0,223 (p > 0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan

antara usia kehamilan responden dengan kejadian abortus spontan.

Hasil penelitian Rimonta dkk tersebut dimana didapatkan angka

kejadian abortus spontan dengan usia kehamilan kurang dari atau sama

dengan 10 minggu sebesar 72,8% mendekati kesimpulan dari penelitian

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

yang dilakukan oleh Sarwono yang menyatakan bahwa 80% abortus

spontan terjadi dalam 10 minggu pertama. Namun hasil uji statistik yang

didapatkan dari penelitian Rimonta dkk menyatakan tidak ada hubungan

antara usia kehamilan dengan kejadian abortus spontan. Kesimpulan

yang dikemukakan dari penelitian Sarwono sesuai dengan penelitian

lainnya yang dilakukan oleh Panggabean dan Lukitasari di tempat yang

berbeda, dimana para peneliti tersebut menyatakan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara usia kehamilan responden dengan terjadinya kasus

abortus spontan. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini mungkin disebabkan

karena kurangnya jumlah sampel yang diteliti, sehingga hasil yang

didapatkan bisa saja sesuai berdasarkan persentase tetapi tidak

berhubungan ketika diuji secara statistik.

Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa abortus spontan

adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari atau

sama dengan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram dan tanpa

didahului tindakan medis atau mekanis, maka pada penelitian ini

didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa kelompok usia kehamilan

yang berisiko tinggi terjadinya abortus spontan (usia kehamilan lebih dari

10 minggu hingga 20 minggu) sebanyak 60 responden, dan pada

kelompok usia kehamilan yang memiliki risiko rendah terjadinya abortus

spontan (usia kehamilan kurang dari atau sama dengan 10 minggu)

sebanyak 35 responden. Berdasarkan penelitian ini abortus spontan juga

terjadi pada responden dengan usia kehamilan risiko rendah karena pada

dasarnya setiap ibu hamil memiliki risiko untuk terjadinya abortus spontan,

bila tidak ditangani dan dicegah dengan perawatan kehamilan yang lebih

baik.24

Kesimpulan

1. Rerata umur subjek pada penelitian adalah 27,46 tahun, gravida

terbanyak pada subjek penelitian adalah 2, kelompok usia kehamilan

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

terbanyak pada kejadian abortus spontan adalah 11 – 15 minggu

dengan jumlah 38 subjek (40%).

2. Tidak terdapat hubungan antara kejadian abortus spontan dengan

usia kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso

Pontianak tahun 2014.

3. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dapat disebabkan karena

kurangnya jumlah sampel yang diteliti, sehingga hasil yang

didapatkan bisa saja sesuai berdasarkan persentase tetapi tidak

berhubungan ketika diuji secara statistik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ariani, Fluriola. 2011. Manajemen Abortus Inkomplit. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Baba S, Noda H, Nakayama M, et al. 2010. Risk Factor of Early

Spontaneous Abortion Among Japanese: a Matched Case Control

Study. Human Reproduction. 2010 Desember 14 ; Vol 26, No. 2 pp.

466-472.

3. Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Volume

2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

4. Budi Santoso. 2002. Hubungan Antara Umur Ibu, Paritas, Jarak

Kehamilan dan Riwayat Obstetri Dengan Terjadinya Abortus di

Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 1998 –

Desember 2002. Skripsi.

5. Cunningham, F.Gary et al. 2005. Breech Presentation and Delivery.

Williams Obstetrics 22nd ed. McGraw Hill.

6. Cunningham, F. Gary; Norman, F. Gant; Kenneth, J. Leveno; Larry,

C. Gilstrap; Jhon, C. Haunt; dan Katharine, D. Wenstorm. 2005.

Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

7. Dahlan, S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika.

8. Dulay, A.T. 2010. Spontaneous Abortion (Miscarriage). The Merck

Manuals Online Medical Library.

9. Farmer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

10. Gilbert, E. S.; Harmon, J. S. 2003. Manual of High Risk

Pregnancies and Delivery. 3rd ed. USA: Mosby.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

11. Greenhill, J. P. 1965. Obstetrics, W. B. Saunders Company,

Philadelphia and London (13th ed), pp 432-50.

12. Griebel, C.P.; Halvorsen, J.; Golemon, T.B.; Day, A.A. 2005.

Management of spontaneous abortion. The Americans Family

Physician, 72: 1243-50.

13. Helen, Farrer. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

14. Jauniaux, E.; Poston, L.; Burton, G.J. 2006. Placental-Related

Diseases of Pregnancy: Involvement of Oxidative Stress and

Implications in Human Evolution. Human Reproduction Update

12(6):747-55.

15. Jensen, Lowdermik Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan

Maternitas. Jakarta: EGC.

16. Jones, D. L. 2002. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi Edisi 6.

Jakarta: Hipokrates.

17. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid II.

Jakarta: Media Aesculapius.

18. Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

19. Manuaba, I.B.G.; Manuaba, I.A. Chandranita; dan Manuaba, I.B.G.

Fajar. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

20. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1995. Operasi Kebidanan Kandungan

dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum. Edisi 1. Jakarta:

EGC. Hal: 229 – 51.

21. Martaadisoebrata, D. 1992. Obstetri Sosial Bagian dan Ginekologi.

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran: Bandung.

22. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,

Obstetri Patologi. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

23. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

24. Nugroho, T. 2011. Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika.

25. Prawirohardjo, S. 1999. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka.

26. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Pedoman Praktis Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

27. Pritchard, MacDonald G. 2001. Obstetri Williams Edisi Ketujuh

belas. Jakarta: Airlangga University Press.

28. Puscheck, E.E. 2010. Early Pregnancy Loss Workup. Medscape

Reference. Available from:

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN … · 2020. 5. 1. · Data yang diperoleh dari laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2014 terdapat

http://emedicine.medscape.com/article/266317-workup#a0720.

[Accessed November 2014].

29. Rahmani, Silmi Risani. 2014. Faktor-Faktor Resiko Kejadian

Abortus di RS Prikasih Jakarta Selatan Tahun 2013. Skripsi.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

30. Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil.

Surabaya: Airlangga University Press.

31. Royston, E. Armstrong, S. 2004. Penyebab Kematian Ibu dan

Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Jakarta: Binarupa Aksara.

32. Saifuddin, A,B. dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

33. Sarwono, Erwin dkk. 1994. Asfiksia Neonatorum, Pedoman

Diagnosa dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.

Soetomo. Surabaya.

34. Sastrawinarta, S. 1983. Obstetri fisiologi. Bagian Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.

35. Sastrawinarta, S. dkk. 2005. Ilmu kesehatan reproduksi. Jakarata:

EGC.

36. Sepilian, Vicken; Wood, E. 2000. Ectopic pregnancy. Fertil Steril.

57: 456-8. Dari: http://www.emedicine.com/. Di akses November

2014.

37. Ulfah Anshor, Maria. 2006. Fikih Aborsi. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara.

38. Wiknjosastro, Hanifa; Saifuddin, Abdul Bari; dan Rachimhadhi,

Trijatmo. 2002. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

39. World Health Organization (WHO). 2005. The World Health Report:

2005. Switzerland: WHO Press.

40. World Health Organization (WHO). 2014. Trend in Maternal

Mortality: 1990 to 2013. Switzerland: World Health Organization.