format laporan idk i s1 2015

27
KETENTUAN PENULISAN DAN FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM ILMU DASAR KEPERAWATAN I TAHUN 2015 1. Laporan di tulis tangan menggunakan bolpoin biru di atas kertas folio bergaris satu halaman muka (tidak bolak balik) 2. Format halaman cover laporan dibuat sesuai dengan contoh di bawah dengan logo UMP dibuat menggunakan hasil print out berwarna dan ditempel menggunakan lem (ukuran logo 3,5 x 3,5 cm) 3. Laporan terdiri atas 5 (lima) bab utama yaitu: a) Bab I Dasar Teori b) Bab II Tujuan dan Manfaat Praktikum c) Bab III Metode Praktikum d) Bab IV Hasil dan Pembahasan e) Bab V Kesimpulan f) Daftar Referensi g) Lampiran 4. Setiap awal Bab ditulis di lembar kertas baru (dalam 1 lembar kertas tidak boleh digunakan untuk menulis 2 bab yang berbeda), 5. Penulisan Bab diletakkan di bagian tengah (center) dari lembar kertas dengan nomor Bab menggunakan angka Romawi (I, II, III, dan seterusnya) 6. Penulisan sub bab diletakkan di bagian tepi kiri (Align text left) dengan nomor sub bab menggunakan angka arab (1, 2, 3, dan seterusnya) disesuaikan dengan nomor bab 7. Penulisan sub bab mengikuti nomor bab (apabila nomor bab adalah I, maka nomor sub bab dimulai dari 1.1., 1.2., 1.3., dan seterusnya) 8. Penulisan nomor tabel dan gambar mengikuti nomor bab (apabila nomor bab adalah IV, maka nomor tabel ditulis Tabel 4.1., Tabel 4.2., dan seterusnya, untuk gambar ditulis Gambar 4.1., Gambar 4.2. dan seterusnya) 9. Penulisan judul tabel diletakkan di bagian atas tabel, sedangkan penulisan judul gambar diletakkan di bagian bawah atau samping gambar 10. Penulisan Kesimpulan harus sesuai dengan tujuan praktikum (kesimpulan adalah jawaban dari tujuan praktikum) 11. Daftar Referensi ditulis dengan format hanging paragraph dan harus terdiri atas: a) Buku teks dengan jumlah minimal 3 buku 1

Upload: labbiologiump

Post on 16-Feb-2016

281 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Format Laporan IDK I S1 2015

KETENTUAN PENULISAN DAN FORMAT LAPORAN PRAKTIKUMILMU DASAR KEPERAWATAN I TAHUN 2015

1. Laporan di tulis tangan menggunakan bolpoin biru di atas kertas folio bergaris satu halaman muka (tidak bolak balik)

2. Format halaman cover laporan dibuat sesuai dengan contoh di bawah dengan logo UMP dibuat menggunakan hasil print out berwarna dan ditempel menggunakan lem (ukuran logo 3,5 x 3,5 cm)

3. Laporan terdiri atas 5 (lima) bab utama yaitu:a) Bab I Dasar Teorib) Bab II Tujuan dan Manfaat Praktikumc) Bab III Metode Praktikum d) Bab IV Hasil dan Pembahasane) Bab V Kesimpulan f) Daftar Referensig) Lampiran

4. Setiap awal Bab ditulis di lembar kertas baru (dalam 1 lembar kertas tidak boleh digunakan untuk menulis 2 bab yang berbeda),

5. Penulisan Bab diletakkan di bagian tengah (center) dari lembar kertas dengan nomor Bab menggunakan angka Romawi (I, II, III, dan seterusnya)

6. Penulisan sub bab diletakkan di bagian tepi kiri (Align text left) dengan nomor sub bab menggunakan angka arab (1, 2, 3, dan seterusnya) disesuaikan dengan nomor bab

7. Penulisan sub bab mengikuti nomor bab (apabila nomor bab adalah I, maka nomor sub bab dimulai dari 1.1., 1.2., 1.3., dan seterusnya)

8. Penulisan nomor tabel dan gambar mengikuti nomor bab (apabila nomor bab adalah IV, maka nomor tabel ditulis Tabel 4.1., Tabel 4.2., dan seterusnya, untuk gambar ditulis Gambar 4.1., Gambar 4.2. dan seterusnya)

9. Penulisan judul tabel diletakkan di bagian atas tabel, sedangkan penulisan judul gambar diletakkan di bagian bawah atau samping gambar

10. Penulisan Kesimpulan harus sesuai dengan tujuan praktikum (kesimpulan adalah jawaban dari tujuan praktikum)

11. Daftar Referensi ditulis dengan format hanging paragraph dan harus terdiri atas:a) Buku teks dengan jumlah minimal 3 bukub) Jurnal penelitian berbahasa indonesia minimal terdiri atas 2 jurnal c) Jurnal penelitian berbahasa inggris minimal terdiri atas 1 jurnal d) Skripsi, tesis, atau disertasi minimal terdiri atas 1 skripsi, tesis, atau disertasie) Informasi dari internet (website, blog, atau yang lainnya) sebanyak-banyaknya

12. Penulisan daftar referensi harus mengikuti format sebagai berikut:a) Penulisan daftar referensi dari buku teks diawali dari nama pengarang, tahun terbit,

judul buku teks, nama penerbit, dan kota tempat penerbitan. Lihat contoh berikut iniGandjar, I., R.A. Samson, K.V.D. Tweel-Vermeulen, A, Oetari, dan I. Santoso. 1999.

Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia Jakarta. b) Penulisan daftar referensi dari jurnal penelitian (baik berbahasa indonesia maupun

berbahasa inggris) diawali dari nama peneliti, tahun terbit, judul penelitian, nama jurnal, nomor volume dan edisi, dan nomor halaman jurnal. Lihat contoh berikut iniEliza, A. Munif, I. Djatnika, dan Widodo. 2007. Karakter fisiologis dan peranan

antibiosis bakteri perakaran graminae terhadap fusarium dan pemacu pertumbuhan tanaman pisang. Jurnal Hortikultura. 17(2): 150-160.

Haggag, W.M. and A.M. Abdel-Latif. 2007. Biotechnological aspects of microorganisms used in plant biological control. American-Eurasian Journal of Sustainable Agriculture. 1(1): 7-12.

1

Page 2: Format Laporan IDK I S1 2015

c) Penulisan daftar referensi dari skripsi, tesis, atau disertasi (baik berbahasa indonesia atau inggris) diawali dari nama penyusun; tahun cetak; judul skripsi, tesis atau disertasi; keterangan skripsi, tesis, atau disertasi; Nama fakultas dan perguruan tingi; keterangan tidak dipublikasikan. Lihat contoh berikut ini.Haryani, D.S. 2013. Identifikasi Dan Skrining Isolat Kapang Endofit Dari Tanaman

Benalu Teh Sebagai Antibakteri Terhadap Escherichia coli dan Bacillus Subtilis. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto. (Tidak dipublikasikan).

d) Penulisan daftar referensi yang bersumber dari website atau blog diawali dengan nama penulis, tahun penulisan, judul artikel, keterangan on-line, nama institusi (jika ada), dan alamat lengkap website atau blog. Lihat contoh di berikut ini.Ikawati, M., A.E. Wibowo, N.S.Octa, dan R. Adelina. 2008. Pemanfaatan Benalu

Sebagai Antikanker. (On-Line). Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.http://ccrcfarmasiugm.files.wordpress.com/2008/06/paper_benalu_muthi.pdf

Page 3: Format Laporan IDK I S1 2015

Contoh Laporan Praktikum yang baik dan benar

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEPERAWATAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAPANG ENDOFIT

OlehPUTRI AULIA UTAMI

NIM. 1311020014

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTOPURWOKERTO

Page 4: Format Laporan IDK I S1 2015

2014I. DASAR TEORI

Mikroba dapat kita jumpai pada seluruh lingkungan baik lingkungan normal maupun

ekstrim. Setiap mikroba membutuhkan kondisi lingkungan tertentu terkait dengan karakter

morfologi dan biokimia (metabolisme) yang dimilikinya. Oleh karena itu, lingkungan hidup

suatu mikroba akan berbeda – beda dan ada kalanya hanya spesifik untuk mikroba tertentu.

Dalam suatu lingkungan, tidak dapat dihindari bahwa mikroba akan selalu berinteraksi

dengan organisme lain baik itu dari kelompoknya sendiri maupun dari kelompok lain. Kondisi

lingkungan yang kompleks telah membentuk suatu pola interaksi diantara organisme yang ada

di dalamnya.

Mikroba memiliki berbagai peran penting dalam suatu ekosistem. Peran ini bisa

diemban dalam kapasitasnya sebagai organisme tunggal (sel atau koloni) maupun dalam

kaitannya sebagai organisme yang memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berinteraksi

dengan organisme lain. Proses interaksi akan terjadi secara kompleks yang melibatkan

berbagai faktor fisiologis, anatomis, perilaku dan lainnya. Semua itu terjadi dalam rangka

untuk menciptakan keseimbangan ekosistem untuk menjamin keberlangsungan kehidupan.

Interaksi diantara dua organisme secara umum disebut dengan simbiosis, yaitu suatu

interaksi yang stabil antara dua organisme yang berbeda dimana terjadi asosiasi atau kontak

fisik yang erat tanpa memperhatikan pengaruhnya pada masing – masing pihak. Namun istilah

ini kemudian berkembang untuk menggambarkan bentuk asosiasi yang saling menguntungkan

diantara dua organisme atau lebih (www.sith.itb.ac.id).

Salah satu bentuk interaksi mikroba adalah endosimbiosis, yaitu bentuk asosiasi antara

mikroba dengan organisme lain, dimana mikroba ini hidup di bagian dalam dari sel organisme

lain tersebut. Endosimbiosis ini salah satunya dapat kita jumpai pada interaksi antara mikroba

dengan tanaman.

Istilah mikroba endofit pertama kali dikenalkan oleh Darnel pada tahun 1904 untuk

menyebut mikroba yang hidup di dalam jaringan tumbuhan baik untuk keseluruhan atau

sebagian dari siklus hidupnya tanpa menimbulkan adanya gejala yang tampak dari

keberadaannya (Saikkonen et al., 2004 dalam Bandara et al., 2006). Mikroba ini dapat

ditemukan dimana-mana pada banyak spesies tanaman, dan menjadi tempat tinggal

tersembunyi atau aktif mengkoloni jaringan tanaman (Taghavi et al., 2009).

Mikroba endofit yang umum kita temukan adalah bakteri dan jamur (kapang), dimana

jamur (kapang) merupakan jumlah terbesar dari mikroba endofit ini. Telah banyak dilaporkan

bahwa mikroba endofit (baik bakteri maupun jamur) mampu menghasilkan berbagai senyawa

Page 5: Format Laporan IDK I S1 2015

bioaktif untuk berbagai kepentingan diantaranya di bidang pertanian, industri, dan kesehatan

(Strobel dan Daisy, 2003).

Terdapat sekitar 51 % substansi bioaktif yang berhasil diisolasi dari kapang endofit.

Sampai saat ini telah diketahui bahwa metabolit bioaktif dari kapang endofit telah digunakan

secara luas untuk beragam kepentingan seperti antibiotik, antiviral, antikanker, anti-inflamasi,

antioksidan, dan lainnya (Arunachalam dan Gayathri, 2010). Oleh karena itu, pada praktikum

ini dicoba dilakukan pengkajian kapang endofit dari suatu bagian tanaman.

Page 6: Format Laporan IDK I S1 2015

II. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM

II.1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari acara praktikum ini adalah:

a) Mahasiswa mampu melakukan isolasi kapang endofit dari beberapa sampel

tanaman berkhasiat obat.

b) Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kapang endofit dari beberapa sampel

tanaman berkhasiat obat.

II.2. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan acara praktikum ini adalah adanya

informasi baru mengenai keragaman jenis kapang endofit pada berbagai tanaman

berkhasiat obat beserta dengan karakter yang dimilikinya

Page 7: Format Laporan IDK I S1 2015

III. METODE PRAKTIKUM

III.1. Alat Praktikum

Beberapa jenis peralatan yang digunakan dalam acara praktikum ini meliputi:

a) Botol semprot

b) Cutter/Silet

c) Beaker glass 100 ml

d) Pinset

e) Jam

f) Sprayer

g) Bunsen

h) Laminar air flow (LAF)

i) Incubator

j) Mikroskop

k) Cawan petri

l) Gelas objek

m) Gelas penutup

n) Pipet tetes

o) Autoklaf

p) Kamera digital

III.2. Bahan Praktikum

Beberapa bahan habis pakai yang diperlukan dalam acara praktikum ini meliputi:

a) Beberapa sampel tanaman alang-alang, cocor bebek, iler-iler, nangka, puring, sirih

hijau dan sirih merah (daun, batang, akar dan buah)

b) Air

c) Alkohol 75%

d) Larutan kaporit

e) Akuades steril

f) Media Potato Dextrose Agar (PDA)

g) Media MEA

h) Kapas

i) Korek api

j) Spiritus

Page 8: Format Laporan IDK I S1 2015

III.3. Cara Kerja

III.3.1.Isolasi Kapang Endofit

a) Sampel dari beberapa tanaman dibersihkan dari kotoran menggunakan air

mengalir selama 10 menit

b) Sampel tanaman dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan

c) Bagian tanaman yang telah dipotong-potong kemudian disterilisasi

permukaan dengan cara direndam pada alkohol 75% selama 1 menit, larutan

kaporit selama 5 menit, dan alkohol 75% lagi selama 30 detik secara urut

d) Bagian tanaman yang telah dipotong-potong tersebut kemudian dibilas

menggunakan akuades steril beberapa kali

e) Bagian tanaman yang telah dipotong-potong selanjutnya dibelah (batang,

akar, dan buah) atau disayat (daun), untuk kemudian ditanam pada media

agar cawan PDA dan CMM dengan posisi tertelungkup secara aseptis

f) Media agar cawan PDA dan CMM diinkubasi pada suhu kamar selama 4x24

jam – 5x 24 jam

g) Campuran kapang yang tumbuh pada media agar cawan PDA dan CMM

masing-masing dipilah, dipisahkan, dan ditumbuhkan kembali pada media

miring PDA dan diinkubasi pada suhu kamar selama 4x24 jam – 5x24 jam

III.3.2.Identifikasi Kapang Endofit

III.3.2.1. Identifikasi secara langsung

a) Kapang hasil pemurnian pada media agar miring PDA diambil

sedikit bagian miseliumnya;

b) Miselium diletakkan di atas gelas objek yang sebelumnya telah

ditetesi dengan akuades steril

c) Gelas objek ditutup dengan gelas penutup untuk kemudian diamati di

bawah mikroskop

d) Lakukan proses identifikasi dengan membandingkan ciri-ciri dari

kapang endofit hasil pengamatan dengan buku indentifikasi yang ada

III.3.2.2. Identifikasi secara tidak langsung

a) Disiapkan cawan petri steril yang berisi gelas objek dan kapas yang

telah ditetesi air

b) Secara aseptis, bagian tengah dari gelas objek ditetesi dengan media

PDA yang masih cair, untuk kemudian didiamkan hingga padat

Page 9: Format Laporan IDK I S1 2015

c) Diambil miselium dari kapang hasil pemurnian untuk ditumbuhkan

pada cawan petri steril tersebut

d) Cawan petri diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu ruang

e) Kapang yang tumbuh pada gelas objek diamati morfologinya di

bawah mikroskop

f) Hasil pengamatan mikroskopis dibandingkan dengan buku

identifikasi yang ada

Page 10: Format Laporan IDK I S1 2015

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi kapang endofit dilakukan terhadap beberapa sampel tanaman berbeda untuk

ditumbuhkan pada media PDA dan CMM. Sampel tanaman yang digunakan merupakan jenis

tanaman yang berkhasiat obat.

Menurut Lana (2005) dalam Barata (2009), tanaman cocor bebek memiliki potensi

sebagai antibakteria, antitumor, pencegahan kanker, dan insektisida. Tanaman nangka

menurut Elevitch dan Harley (2006) dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit

bisul, gigitan ular, pembengkakan glandula, penyakit kulit, asma, demam, dan diare.

Dinyatakan oleh Anonim (2009), bahwa selain digunakan untuk mengobati penyakit jantung,

tanaman sirih juga dimanfaatkan untuk mengobati sakit mata, perdarahan gusi, batuk, diare,

dan jerawat. Sedangkan tanaman puring bermanfaat untuk mengobati penyakit sipilis, peluruh

keringat, dan penguat lambung (Anonim, -)

Tabel 4.1. Hasil isolasi kapang endofit dari beberapa sampel tanaman yang berbeda

No Sampel Hasil Ada koloni Tidak ada koloni Keterangan

1. Daun cocor bebek 1 (+++)2. Daun cocor bebek 2 (+)3. Daun nangka 1 (+) Ada kontaminasi4. Daun nangka 2 (-)5. Daun puring 1 (+++)6. Daun puring 2 (++)7. Daun sirih hijau 1 (-)8. Daun sirih hijau 2 (-)9. Batang nangka 1 (-) Ada kontaminasi 10. Batang nangka 2 (+)11. Batang puring 1 (+++)12. Batang puring 2 (++)13. Batang sirih hijau 1 (-)14. Batang sirih hijau 2 (+)

Keterangan :

(+++) : Jumlah banyak (++) : Jumlah sedang(+) : Jumlah sedikit(-) : Tidak ada

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat kita ketahui bahwa masing-masing sampel

tanaman memiliki jumlah biomasa kapang endofit yang berbeda. Dari tabel tersebut terlihat

bahwa daun cocor bebek 1, daun puring 1, dan batang puring 1 memiliki jumlah biomasa

kapang endofit yang tinggi (lihat Gambar 4.1. poin A, E, dan K).

Page 11: Format Laporan IDK I S1 2015

Adanya perbedaan jumlah biomasa kapang endofit yang berhasil diisolasi dari sampel

tanaman kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti laju pertumbuhan, sumber

nutrisi yang sesuai, bahan sterilisator yang digunakan, dan lainnya. Ketiga faktor ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Laju pertumbuhan

Setiap mikroba memiliki mekanisme fisiologis yang berbeda dalam menjalankan

proses-proses metabolisme di dalam tubuhnya, termasuk diantaranya adalah kapang

endofit. Produksi biomasa sel berkaitan dengan metabolisme primer, dimana proses ini

penting untuk pertumbuhan sel.

Ketika kondisi lingkungan sesuai, maka laju metabolisme akan berlangsung

secara cepat sehingga laju pertumbuhan miseliumnya cepat. Namun sebaliknya, kapang

akan memiliki laju pertumbuhan yang lambat ketika kondisi lingkungan tidak sesuai yang

disebabkan oleh terganggunya proses metabolisme di dalam tubuh.

Seperti diketahui bahwa laju pertumbuhan kapang relatif lebih lambat jika

dibandingkan dengan bakteri dan yeast (Waites et al., 2001). Namun demikian, kapang

memiliki kemampuan untuk merombak berbagai material dari yang sederhana hingga

kompleks.

2. Sumber nutrisi yang tersedia

Sumber nutrisi yang sesuai sangat dibutuhkan oleh kapang endofit untuk bisa

tumbuh secara optimal. Seperti halnya kapang pada umumnya, pemanfaatan nutrisi yang

terkandung di lingkungan sekitar dilakukan melalui mekanisme absorpsi karena kapang

tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan sumber nutrisi sendiri. Fakta ini

menjadikan pertimbangan khusus dalam menyusun komposisi media buatan. Waites et

al., (2001) menyatakan bahwa beberapa nutrisi media atau kondisi lingkungan tertentu

dapat mempengaruhi tidak hanya fisiologi dan biokimia, tetapi juga morfologi mikroba.

Dari tiga hasil isolasi yang memiliki jumlah tertinggi yaitu daun cocor bebek 1,

daun puring 1, dan batang puring 1, kesemuanya ditumbuhkan pada medium PDA. Hal

ini menunjukkan bahwa kandungan nutrisi dari media ini paling ideal untuk isolasi

kapang endofit. Hal ini seperti halnya dinyatakan oleh Simarmata et al (2007), bahwa

untuk mengisolasi kapang endofit dapat digunakan media PDA atau PDB.

Page 12: Format Laporan IDK I S1 2015

A B C

D E F

G H I

J K L

M N

Gambar 4.1. Tahap isolasi kapang endofit dari beberapa sampel tanaman pada dua media cawan berbeda, yaitu media PDA (A. daun cocor bebek; C. daun nangka; E. daun puring; G. daun sirih hijau; I. batang nangka; K. batang puring; M. batang sirih hijau) dan media MEA (B. daun cocor bebek; D. daun nangka; F. daun puring; H. daun sirih hijau; J. batang nangka; L. batang puring; N. batang sirih hijau)

Page 13: Format Laporan IDK I S1 2015

3. Bahan sterilisator yang digunakan

Sebelum proses isolasi kapang endofit dilakukan, terlebih dahulu dilakukan

mekanisme sterilisasi permukaan menggunakan alkohol 75% dan kaporit selama selang

waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk menghambat atau mematikan mikroba yang ada

dibagian permukaan dari masing-masing sampel, sehingga diharapkan nantinya yang

tumbuh di media pertumbuhan adalah benar-benar kapang endofit, bukan mikroba yang

menempel dipermukaan sampel.

Pembatasan waktu pada proses sterilisasi permukaan ditujukan untuk menghindari

adanya proses sterilisasi yang berlangsung secara berlebihan yang bisa menyebabkan

kematian jaringan tanaman sampel (browning) sehingga ikut mematikan pula kapang

endofit yang akan diisolasi. Hal inilah yang kemungkinan terjadi pada sampel daun

nangka 2, daun sirih hijau 1 dan 2, batang nangka 1, dan batang sirih hijau 1 sehingga

tidak ada pertumbuhan pada media pertumbuhan. Sterilisasi menggunakan sodium

hypocloride harus dilakukan dengan tepat, karena apabila perendaman dalam larutan ini

terlalu lama, maka akan menyebabkan kematian pada jaringan tanaman (Ma’rufah, 2008).

Alkohol 75% dan kaporit dengan nama dagang bayclin dalam sterilisasi

permukaan memiliki fungsi sebagai desinfektan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Muslim, (2010) bahwa alkohol 70% dan 95% serta sodium hypocloride berfungsi sebagai

desinfektan.

Setelah tahap isolasi kapang endofit selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah

pemurnian hasil isolasi menjadi kultur murni kapang endofit. Kultur murni ialah kultur yang

sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan satu sel tunggal (Pelczar dan Chan, 1986). Pada

praktikum ini telah dilakukan pemurnian menggunakan media agar miring PDA yang

kemudian diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu ruang. Hasil pemurnian kapang endofit dari

beberapa sampel tanaman dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Dari gambar di bawah terlihat bahwa tahap pemurnian tidak berlangsung lancar. Hal

ini terlihat dari beberapa hasil pemurnian yang masih menampakkan karakter morfologi yang

berbeda dalam satu media agar miring. Hal ini diduga masih ada lebih dari satu spesies

kapang endofit yang tumbuh di dalam satu media pertumbuhan.

Proses pemurnian kapang endofit hanya dilakukan satu kali saja sehingga

kemungkinan untuk mendapatkan kultur murni masih sangat kecil. Diperlukan adanya

pemurnian yang berulang-ulang untuk mendapatkan kultur murni yang diinginkan. Menurut

Waites et al., (2001), pemurnian dilakukan dengan menggunakan media yang selektif yang

sesuai bagi mikroba yang diinginkan.

Page 14: Format Laporan IDK I S1 2015

Proses ketiga dari isolasi kapang endofit adalah identifikasi yang bisa dilakukan

dengan pengamatan morfologi kapang di bawah mikroskop. Proses ini dapat dilakukan

melalui dua metode yang berbeda yaitu metode pengamatan langsung dan metode

pengamatan secara tidak langsung.

Metode pengamatan langsung dilakukan dengan mengambil sedikit miselium kapang

dari stok kultur untuk diletakkan pada gelas objek dan diamati di bawah mikroskop. Metode

ini terlihat sederhana, namun pada kenyataannya tidak semudah itu. Diperlukan adanya

Gambar 4.2. Tahap pemurnian kapang endofit dari beberapa sampel tanaman pada media miring PDA (A. daun cocor bebek 1 [1.1]; B. daun cocor bebek 1 [1.2]; C. daun cocor bebek 2 [1.1]; D. daun nangka 1 [1.1]; E. daun puring 1 [1.2]; F. daun puring 2 [1.2]; G. batang puring 1 [1.1]; H. batang puring 1 [1.2]; I. batang puring 1 [1.3]; J. batang puring 2 [1.2])

G JIHF

CA B

D

E

Page 15: Format Laporan IDK I S1 2015

keterampilan tertentu untuk mendapatkan hasil pengamatan yang baik, karena masalah yang

sering muncul dalam metode ini adalah adanya kesulitan untuk membuat preparat kapang

yang tipis dan tidak menumpuk sehingga jelas ketika diamati di bawah mikroskop.

Metode kedua yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kapang endofit adalah

dengan menumbuhkan kapang endofit pada media tertentu yang diletakkan di atas gelas objek

dalam cawan petri steril. Metode ini membutuhkan waktu beberapa hari, namun umumnya

bisa memberikan hasil yang lebih baik.

Pada praktikum kali ini telah dilakukan identifikasi kapang endofit menggunakan

metode langsung dan tidak langsung. Hasil pengamatan morfologi kapang endofit dapat

dilihat pada Gambar 4.3. di bawah ini.

E F

G A

B C

Page 16: Format Laporan IDK I S1 2015

Dari beberapa gambar yang diperoleh, terlihat hanya ada sebagian kecil dari kapang

endofit yang dapat diamati morfologinya secara jelas, sedangkan untuk yang lainnya tidak

dapat diamati secara jelas. Dari hasil ini, maka hanya ada sedikit kapang endofit yang dapat

diidentifikasi minimal sampai tingkat genus.

Permasalahan yang timbul dalam tahap identifikasi adalah adanya kesulitan dalam

membuat slide preparat yang tipis dan tidak menumpuk. Selain itu, adanya bagian dari

organ/jaringan kapang endofit yang tidak utuh lagi sehingga menyulitkan ketika akan

digunakan untuk identifikasi. Faktor kualitas alat yang digunakan juga merupakan hal penting

yang patut untuk diperhitungkan.

D Gambar 4.3. Tahap identifikasi kapang endofit dari beberapa sampel tanaman. A. daun cocor bebek 1 [1.1]; B. daun cocor bebek 1 [1.2]; C. daun cocor bebek 2 [1.1]; D. daun nangka 1 [1.1]; E. batang puring 1 [1.1]; F. batang puring 1 [1.2]; G. batang puring 2 [1.2]

Page 17: Format Laporan IDK I S1 2015

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

a) Kapang endofit hasil isolasi dari beberapa tanaman berkhasiat obat memiliki jenis yang

beragam

b) Keragaman kapang endofit hasil isolasi dari beberapa tanaman berkhasiat obat dapat

diidentifikasi menggunakan dua metode yang berbeda yaitu metode langsung dan metode

tidak langsung

Page 18: Format Laporan IDK I S1 2015

DAFTAR REFERENSI

Anonim. Codiaeum variegatum BI. (On-Line). http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-078.pdf

Anonim. 2009. Pengobatan Alternatif dengan Tanaman Obat. (On-Line). UPT – Balai Informasi Teknologi LIPI.

Arunachalam, C.,and P. Gayathri. 2010. Studies on bioprospecting of endophytic bacteria from the medicinal plant of Andrographis panicula for their antimicrobial activity and antibiotic susceptibility pattern. International Journal of Current Pharmaceutical Research. 2(4): 63-68.

Bandara, W.M.M.S., G. Seneviratne, and S.A. Kulasooriya. 2006. Interaction among endophytic bacteria and fungi: effect and potentials. Journal of Bioscience. 31(5): 645-650.

Barata, R.W. 2009. Uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherichia coli ATCC 11229 secara in vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (Tidak dipublikasikan)

Elevitch dan Harley, 2006. Artocarpus heterophyllus (jackfruit). (On-Line). Species profiles for Pacific Island Agroforestry. www.traditionaltree.org

http://www.sith.itb.ac.id/mgbm/KULIAH-4%20INTERAKSI%MIKROBA-TUMBUHAN.pdf (On-Line)

Ma’rufah, D. 2008. Laporan praktikum kultur jaringan. Laboratorium fisiologi tumbuhan dan bioteknologi Fakultas Pertanian UNS.

Muslim, A. 2010. Sterilisasi Eksplan (Bahan Tanam) Kultur Jaringan. (On-Line) http://mediakulturjaringan.blogspot.com/2010/08/sterilisasi-eksplan-bahan-tanam-kultur.html

Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. UI Press. Jakarta

Simarmata, R., Sylvia L., dan Harmastini S. 2007. Isolasi mikroba endofit dari tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens) dan analisis potensinya sebagai antimikroba. Berkala Penelitian Hayati. 13: 85-90.

Strobel, G., and B. Daisy. 2003. Bioprospecting for microbial endophytes and their natural product. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 67(4): 491-502.

Taghavi, S., C. Garafola, S. Monchy, L. Newman, A. Hoffman, N. Weyens, T. Barac, J. Vangronsveld, and D. van der Lelie. 2009. Genome survey and characterization of endophytic bacteria exhibiting a beneficial effect on growth and development of poplar trees. Applied and Enviromental Microbiology. 75(3): 748-757.

Page 19: Format Laporan IDK I S1 2015

Waites, M.J., Neil, L.M., John, S.R., dan Gary H. 2001. Industrial Microbiology: an Introduction. Blackwell Science Ltd. London.

Page 20: Format Laporan IDK I S1 2015

LAMPIRAN