farter p4

19
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 1 STUDI KASUS HEMATOLOGI- ANEMIA GRAVIS Disusun Oleh : Deasy Tiara H. (G1F012069) Firda Wuda Fadlilah (G1F012071) Muhammad Salman (G1F012073) Hasna Muthia Secundinani (G1F012075) Rizka Prihantono (G1F012077) Alfian Prima Kurnia (G1F012079) Ling Ling Tri A. (G1F012081) Mutiara Rizqi (G1F012083) Satya Agustian (G1F012085) Elysia Santie (G1F012087) Tyas Pratika (G1F012089) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU–ILMU KESEHATAN

Upload: 680089

Post on 15-Nov-2015

235 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FARTER P4

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 1

STUDI KASUS

HEMATOLOGI- ANEMIA GRAVIS Disusun Oleh :

Deasy Tiara H.

(G1F012069)

Firda Wuda Fadlilah

(G1F012071)

Muhammad Salman

(G1F012073)

Hasna Muthia Secundinani(G1F012075)

Rizka Prihantono

(G1F012077)

Alfian Prima Kurnia

(G1F012079)

Ling Ling Tri A.

(G1F012081)

Mutiara Rizqi

(G1F012083)

Satya Agustian

(G1F012085)

Elysia Santie

(G1F012087)

Tyas Pratika

(G1F012089)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMUILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2014HEMATOLOGIANEMIA GRAVISA. Data Base Pasien

1. Nama Pasien

: Ny. Sp2. Umur

: 43th

3. Jenis Kelamin

: Perempuan4. BB/TB

: -

5. Riwayat MRS

: Sejak semalam panas (+) tinggi, terus menerus, mual (-), muntah (-)

6. Riwayat Penyakit: -

7. Diagnosa

: Bronkitis

B. Data Klinik dan Laboratorium

1. Data Klinik

ParameterNormal5/16/1

TD120/8090/6055/40

N60 9084125

RR18 202836

Suhu36,5 37,53636,9

Pucat++

2. Data LaboratoriumParameter Satuan Normal5

Hb g/dL11 - 16,54,6

Leukosit/L4800 108006290

Ht%35 5015

Eritrosit106/ L3,5 5,61,8

Trombosit/ L150.000 450.000185000

MCVfL80 9783,7

MCHPg26,5 33.575,8

MCHC%31,5 3530,9

PTDetik11 12,5

APTTDetik30 4036,1

SGOT/L5 3528

SGPT/L20 4050

Urmg/dL0,6 1,380

Crmg/dL4,21

GDSmg/dL70 20062

NaMmol/L135 145138

KMmol/L3,5 55,4

ClMmol/L95 105101

Keterangan data laboratorium :

1. Hb turun

Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang) (Anonim, 2011).

2. Ht turun

Penurunan mengindikasikan anemia, pendarahan (Anonim, 2011).

3. Eritrosit turun

Penurunan mengindikasikan anemia, pendarahan (Anonim, 2011).4. MCH naik

Eritrosit yang lebih besar (makrositik) cenderung memiliki MCH yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada eritrosit yang lebih kecil (mikrositik) akan memiliki nilai MCH yang lebih rendah. MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-normokromik atau sferositosis, dan menurun pada anemia mikrositik-normokromik atau anemia mikrositik-hipokromik (Anonim, 2014).

Turunnya MCH adalah karena kurangnya asupan oksigen kedalam darah yang dapat menyebabkan fungsi tubuh terhambat sehingga aliran distribusi darah pun akan terhambat dan menyebabakan tubuh terasa lemas serta dapat terjadi anemia (Haribi, 2004).

5. MCHC turun

32 - 36 grams/deciliter . Penurunan mengindikasikan sel-sel hipokromik (Anonim, 2011).6. SGPT naik

Kerusakan membrane sel menyebabkan enzim glutaman oksaloasetat transminase (GOT) keluar dari sitoplasma sel yang rusak, dan jumlahnya meningkat di dalam darah sehingga dapat dijadikan indicator kerusakan hati (Ronald,2004)

7. Ureum naik

Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis amiloidosis, tubulus ginjal, penyakit kolagen vascular (Anonim, 2011).8. Cr naik

Cr naik dikarenakan konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan ginjal baik fungsinya yang dikarenakan nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit otak atau dehidrasi akut (Anonim, 2011).9. K naik

Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal, penggunaan obat terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin, dan Iain-Iain (Anonim, 2011).C. Patofisiologi Penyakit

Chronic kidney disease (CKD)

Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal atau laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60 mL/menit dalam waktu 3 bulan atau lebih. Penurunan fungsi ginjal terjadi secara berangsur-angsur dan irreversible yang akan berkembang terus menjadi gagal ginjal terminal. Adanya kerusakan ginjal tersebut dapat dilihat dari kelainan yang terdapat dalam darah, urin, pencitraan, atau biopsy ginjal. (Catherine, 2005)

Anemia

Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi gangguan perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi. (Price, 2006) Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui (Sjaifoellah, 1998)

Ileus obstruktifIleus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). (Brunner & Suddarth. 2002)D. Problem Medik PasienSubjektifObjektifAsessment

Nyeri perut, tidak bisa kentut, muntah-Ileus Obstruksif

PucatHb turun Ht turun, Eritrosit turun, MCV naik, MCH naik, MCHC turunAnemia Gravis

-Ur naik, Cr naik, CKD

E. Terapi Yang Diberikan1) Tujuan Terapi Menaikkan Hb hingga normal (nilai normal) Menunda keparahan ginjal Mengobati anemia Menjaga kecukupan persediaan besi untuk eritropoiesis selama terapi EPO Menghilangkan gejala klinik seperti nyeri perut dan muntah2) Non farmakologis Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti sayuran, daging, ikan dan unggas (Wells et al, 2006) Beristirahat yang cukup Olah raga teratur3) Farmakologis

1. Anemia Transfusi Darah PRC dengan dosis 300 mL infus kecepatan 1-2 mL/menitKebutuhan total Labu PRC untuk Pasien :

(Hb normal Hb pasien) x BB x 3

(10 4,9) x 70 x 3 = 1071 mL darah

1 Kolf PRC 200mL dan setiap kolf maksimal memiliki waktu untuk di transfuse ke dalam darah selama 4 jam, maka kolf yang dibutuhkan sebanyak 5 kolf dan kecepatan infusnya 4 tetes/menit selama 24 jam

Eritropoetin alfa dengan dosis 2000 UI/mL subkutan 2-3 x semingguDiberikan ketika pemberian infuse darah dihentikan(ketika Hb mencapai 10) yang pada kasus ini eritropoetin dapat mulai diberikan di hari ke 2 Asam Folat dengan dosis 5 mg/hari2. Terapi Besi Iron sucrose dengan dosis 100mg/5 mL 1 x seminggu3. Ileus obstruktif

Ketorolak dengan dosis 30 mg/mL inj 3 x sehari

4. Muntah

Metoklopramid dengan dosis 5 mg tab/inj 3 x sehariAlasan Pemilihan Obat1. Transfusi darah PRC

Tranfusi darah bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb. Ada dia alternative untuk meningkatkan kadar Hb, yaitu transfuse darah dan terapi eritropoietin. Ketika Hb dibawah 7, tranfusi darah lebih dibutuhkan dibanding eritropoietin. Karena pemberian eritropoietin dengan kadar Hb >7 kurang efektif. Target pencpaian Hb dengan tranfusi darah ini yaitu 7-9 g/dL (An International Society of Nephrology, 2012)2. Eritropoietin alfa

Eritropoietin digunakan untuk terapi lanjutan yang digunakan untuk meningkatkan nilai Hb dari 8-9 g/dL setelah di beri transfuse. Karena pemberian transfuse sampai kadar Hb di atas 9 g/dL terbukti kurang efektif, sehingga digunakan epoetin (dapus). Eritropoietin dipilih karena banyak sekali digunakan di Indonesia, sehingga efektifitasnya lebih terjamin. Sebetulnya menurut penelitian, metoksi-PEG-epoetin beta lebih efektif karena memiliki waktu paruh yang lebih lama disbanding yang lain (dapus). Tetapi karena eritropoietin masuk ke dalam obat jamkesmas, maka kami memilih eritropoietin alfa (Yuliana, 2012).3. Asam folat

Asam folat digunakan untuk meningkatkan efektifitas eritropoietin. Asam folat lebih efektif diberikan secara oral dibandingkan parenteral (pernefri, 2001)4. Iron sucrose

Selama terapi eritropoietin, kadar besi harus normal. Sehingga perlu diberikan suplemen besi jika terbukti kadar ferritin dan tsat kurang dari normal. Pemberian secara iv lebih diprioritaskan dibandingkan oral (pernefri, 2001).5. Ketorolac

Nyeri abdomen merupakan salah satu gejala klinis ileus obstruktif. Untuk terapi nyeri abdomen dapat diberikan analgetik non opioid seperti ketorolac. Ketorolac diberikan maksimal selama 2 hari (Suling, 2012)6. Metoklopramid

Selain nyeri abdomen, muntah juga merupakan gejala klinis ileus obstruktif. Sehingga perlu diberikan antiemetic seperti metoklopramid (Suling, 2012).TerapiRegimen

DosisHari 1Hari 2

Tranfusi PRC200 mL infus kecepatan 4 tetes/menit-

Eritropoietin Alfa2000 UI/mL subkutan 2-3 x seminggu-

Iron Sucrose

Asam Folat5 mg/hari

Ketorolak30 mg/mL inj 3 x sehari

Metroklopramid 5 mg inj/tab 3 x sehari

Infus RL20 tpm

Guideline

F. KIE dan Monitoring

KIE

Komunikasi kepada dokter yang merawat pasien

Melaporkan adanya gejala nyeri perut, tidak bisa kentut, dan muntah

Komunikasi untuk tenaga kesehatan yang merawat pasien

Perlu monitoring tekanan darah, serta kadar Hb, Ht dan MCHC pasien

Memonitoring denyut nadi pasien dari hasil pemeriksaan penunjang berupa EKG

Memonitoring kadar Hb pasien saat tranfusi Hb apabila sudah >7 segera diganti dengan eritropoietin alfa

Memonitoring kadar besi pasien selama pemberian iron sucrose

KIE untuk keluarga pasien Cara minum obat dan frekuensinya

Nama obatJadwal minumJumlahManfaatHal yang perlu diberhatikan

Asam Folat1 x sehari5 mgMenyembuhkan anemia

Iron sucrose1x seminggu1000 mg/5 mlMenormalkan status besi pasien

KIE untuk pasien

Memberikan jadwal minum obat pada pasien seperti yang diberikan pada keluarganya

Motivasi pasien

MONITORING

Hal yang perlu diperhatikan adalah :

ObatMonitoringTarget Keberhasilan

KeberhasilanESO

Asam folatEfektivitas eritropoetin meningkatAnemia sembuh

Iron sucroseMenormalkan kadar besi selama terapi eritropoietinKadar besi normal

KetolorakMengurangi gelaja ileus obstruktifIleus obstruktif sembuh

MetoklopramidMengurangi frekuensi muntahGejala muntah hilang

Eritropoietin alfaMeningkatkan kadar Hb setelah tranfusiKadar Hb meningkat

Merekomendasikan kepada tenaga kesehatan lain yang merawat pasien perlu diadakannya pemerikasaan penunjang berupa pemeriksaan feritin (kadar besi) Daftar PustakaAnonim, 2008, Hitung Darah Lengkap, http://healindonesia.com/2008/11/11/hitung-darah-lengkap/, diakses pada tanggal 17 November 2014.

Anonim, 2010, Gula Darah Sewaktu, http://www.guladarah.com/2010/12/gula-darah-sewaktu.html, diakses pada tanggal 17 November 2014

Anonim, 2010, http://www.hdindonesia.com/info-medis/memelihara-kadar-gula-darah-yang-normal, diakses pada tanggal 17 November 2014.

Anonim, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, JakartaAnonim, 2014, http://medicalcheckupmurah.com/mengetahui-lebih-dalam-tentang-mcv-mch-mchc, diakses pada tanggal 18 November 2014.

Anonim,2012, Cara Membaca Hasil Laboratorium-Nilai Normal HasilLaboratorium, http:// infolaboratoriumkesehatan.wordpress.com/tag/nilai-normal-trombosit-platelet, diakses pada tangga 17 November 2014.

Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGCCatherine S, Snively M. Chronic kidney disease: Prevention and treatment of common complications. American Academy of Family Physicians. 2005;1-5.

Haribi, Ratih, 2004, Kadar Haemoglobin Pada Buruh Wanita Yang Bekerja Di Malam Hari, dalam Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang, Vol.1.No.1, September 2004, Semarang

International Society of Nephrology, 2012, Kindey disease improving global outcome: Clinical practice guideline for anemia in chronic kidney disease, Kidney International Supplements 2012; 2: 283-335

Pernefri, 2001, Konsensus Manajemen Anemia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.

Ronald, et al., 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, EGC, Jakarta.

Singh AK, Szczech L, Tang KL, Barnhart H, Sapp S, Wolfson M, et al. Correction of anemia with epoetin alfa in chronic kidney disease, N Engl J Med 2006; 355: 2085-98.

Sjaifoellah, 1998, standar perawatan pasien. Monica ester : Jakarta

Suling, irmawati, 2012, Penatalaksanaan Ileus Obstruksi Letak Tinggi Et. Cause Hernia Incarserata, Bagian Ilmu Bedah RSUD Panembahan Senopati, Bantul

Wells et al, 2006, Pharmacotherapy Handbook Ed 6th McGrawHill