farmakognosi (pembuatan ekstrak)

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia, mulai dari struktur dan sifat yang sederhana sampai yang rumit. Beragam jenis dan senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berdampak positif dengan khasiat dan manfaat yang dimilikinya. Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Hasil pencarian dan penelitan tersebut kemudian dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan turunnya sebagai bahan dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan membagi sebuah zat terlarut diantara dua pelarut. Hal ini dilakukan untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Ekstraksi sangat berperan penting dalam penentuan kadar suatu senyawa dalam suatu sampel. 1.2 Tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekstrak 2.2 Ekstraksi

Upload: santyvanftows

Post on 26-Sep-2015

103 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

edfrgthnj

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia, mulai dari struktur dan sifat yang sederhana sampai yang rumit. Beragam jenis dan senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berdampak positif dengan khasiat dan manfaat yang dimilikinya.

Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Hasil pencarian dan penelitan tersebut kemudian dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan turunnya sebagai bahan dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat.

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan membagi sebuah zat terlarut diantara dua pelarut. Hal ini dilakukan untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Ekstraksi sangat berperan penting dalam penentuankadar suatu senyawa dalam suatu sampel.

1.2 Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstrak

2.2 Ekstraksi

Untuk memisahkan suatu cairan larut dalam cairan lainnya, dapat dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan campuran melalui proses ekstraksi. Ekstraksi adalah pengambilan atau pemisahan suatu campuran dengan memberi pelarut yang sesuai sehingga zat lain tidak ikut larut (S, Syukri:1999).

Ekstraksi adalah penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Pelarut organik yang paling umum digunakan untuk mengekstraksikan komponen kimia dari sel tanaman adalah metanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton, benzene dan etil asetat.(4: 10)

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. (4: 5 )

Tahapan-tahapan dalam ekstraksi sebagai berikut (Bernasconi dkk, 1995): Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak sehingga terjadi perpindahan perpindahan massa secara difusi pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut. Memisahkan larutan ekstrak dari refinat dengan cara penjernihan atau filtrasi. Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut dengan menguapkan pelarut

2.3 Jenis-Jenis Ekstraksi

2.3.1 Ekstraksi Secara Dingin

Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal ini diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak. Yang termasuk ekstraksi secara dingin adalah (Sudjadi, 1986):

a.Metode Maserasi (4: 10 16 )

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya(Sudjadi, 1986).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Sudjadi, 1986).

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya (Sudjadi, 1986):

1.DIGESTI

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 - 50 C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan (Sudjadi, 1986).

2.MASERASI DENGAN MESIN PENGADUK

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam (Sudjadi, 1986).

3.REMASERASI

Cairan penyari dibagi dua. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua (Sudjadi, 1986).

4.MASERASI MELINGKAR

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya (Sudjadi, 1986).

5.MASERASI MELINGKAR BERTINGKAT

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B.) (Sudjadi, 1986).

B. Metode Soxhletasi (4: 26 )

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi (Sudjadi, 1986).

Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas, karena pelarut atau cairan penyarinya dipanaskan agar dapat menguap melalui pipa samping dan masuk ke dalam kondensor, walaupun pemanasan yang dilakukan tidak langsung tapi hanya menggunakan suatu alat yang bersifat konduktor sebagai penghantar panas. Namun, proses ekstraksinya secara dingin karena pelarut yang masuk ke dalam kondensor didinginkan terlebih dahulu sebelum turun ke dalam tabung yang berisi simplisia yang akan dibasahi atau di sari. Hal tersebutlah yang mendasari sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara dingin. Pendinginan pelarut atau cairan penyari sebelum turun ke dalam tabung yang berisi simplisia dilakukan karena simplisia yang disari tidak tahan terhadap pemanasan.

Adapun keuntungan dari proses soxhletasi ini adalah cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Kerugiannya adalah jumlah ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi (Sudjadi, 1986).

b.Metode Perkolasi (4: 16 25 )

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkanpenyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Sudjadi, 1986).

2.3.2 Ekstraksi Secara Panas (5: 10 )

Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksikomponen kimia yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak menguap yang mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel untuk melarutkan komponen kimia. Metode ekstraksi yang termasuk cara panas yaitu (Sudjadi, 1986):

a. Metode Refluks (4: 25 )

Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinyu menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke labu alas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam (Sudjadi, 1986).

b. Metode Destilasi Uap Air (4: 28 )

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal, misalnya pada penyarian minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman Sereh (Cymbopogon nardus). Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul air yang menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi air. Penyulingan dilakukan hingga sempurna (Sudjadi, 1986).

2.3.3 Ekstraksi Cair-cair (5: 54 )

Ekstraksi cair-cair biasa juga disebut sebagai metode corong pisah. Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu yang diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran keduanya dalam corong pisah (Sudjadi, 1986).

2.4

DAFTAR PUSTAKA

5.Tobo, Fachruddin, (2001), "Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I",LaboratoriumFitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

6.Stahl, Egon, (1985), "Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi", ITB, Bandung.

7.Hostettmann, K., dkk., ( 1986 ), Cara Kromatografi Preparatif, Penggunaan Pada Isolasi Senyawa Alam , ITB, Bandung.

11.Roth, Herman, dan Gottfried Blaschke, (1994), "Analisis Farmasi", UGM Press, Yogyakarta.

12.Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta.

S, Syukri.1999.Kimia Muda 2.Bandung: ITB

a.Prinsip Soxhletasi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

b.Prinsip Refluks

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan carasampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

c.Prinsip Destilasi Uap Air

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

PERKOLASIPerkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.