etos kerja nabi daud

7
Tulisan penulis kali ini akan lebih fokus pada etos kerja Nabi Daud. Pengertian Etos Kerja Dalam Websters World University Dictionary dijelaskan etos ialah sifat dasar atau karakter yang merupakan kebiasaan dan watak bangsa atau ras. 1 Sedangkan menurut Koentjoroningrat mengemuakan pandangannya bahwa etos merupakan watak khas yang tampak dari luar; terlihat oleh orang lain. 2 Adapun kata kerja, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya: kegiatan melakukan sesuatu. 3 Kerja menurut El-Qussy, seorang pakar Ilmu Jiwa berkebangsaan Mesir, menerangkan bahwa kerja merupakan aktivitas sengaja, bermotif dan bertujuan baik bersifat material dan non material. 4 Jadi Etos Kerja menurut Mochtar Buchori dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja; ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. 5 Atau dapat juga diartikan sebagai karakter dan kebiasaan berkenaan 1 DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A. Etos Kerja Islami (Surakarta : Muhamadiyah University Press, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004) Cet. I, hal. 25 yang dikutip dari Lewis Mulford Adams, et.al, Websters World University Dictionary, (Washington DC: Publishers Company Inc., 1965), h. 331. 2 Ibid. hal. 25 yang dikutip dari Koentjoroningrat, Rintangan-Rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: LIPI, 1980), h. 231. 3 Ibid. hal. 25 yang dikutip dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. ke 3, h. 488. 4 Ibid. hal. 27. 5 Ibid. hal. 27 yang dikutip dari Mochtar Buchori, Penelitian Pendidikan, h. 6.

Upload: ratih-aini

Post on 23-Feb-2017

110 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Etos kerja nabi daud

Tulisan penulis kali ini akan lebih fokus pada etos kerja Nabi Daud.

Pengertian Etos Kerja

Dalam Websters World University Dictionary dijelaskan etos ialah sifat dasar atau

karakter yang merupakan kebiasaan dan watak bangsa atau ras.1 Sedangkan menurut

Koentjoroningrat mengemuakan pandangannya bahwa etos merupakan watak khas yang

tampak dari luar; terlihat oleh orang lain.2

Adapun kata kerja, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya: kegiatan

melakukan sesuatu.3 Kerja menurut El-Qussy, seorang pakar Ilmu Jiwa berkebangsaan Mesir,

menerangkan bahwa kerja merupakan aktivitas sengaja, bermotif dan bertujuan baik bersifat

material dan non material.4

Jadi Etos Kerja menurut Mochtar Buchori dapat diartikan sebagai sikap dan

pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja; ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang

dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa.5 Atau dapat juga diartikan

sebagai karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja yang terpancar dari sikap hidup

manusia yang mendasar terhadapnya.6 Dalam QS Az-Zumar: 39 Allah SWT memerintahkan

manusia untuk bekerja.

تعلمون فسوف عامل ي إن مكانتكم على اعملوا قوم يا قل

Artinya: “Katakanlah: Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu masing-masing.

Sesungguhnya akupun bekerja, maka kelak kamu akan mengetahui”.

1 DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A. Etos Kerja Islami (Surakarta : Muhamadiyah University Press, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004) Cet. I, hal. 25 yang dikutip dari Lewis Mulford Adams, et.al, Websters World University Dictionary, (Washington DC: Publishers Company Inc., 1965), h. 331.2 Ibid. hal. 25 yang dikutip dari Koentjoroningrat, Rintangan-Rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: LIPI, 1980), h. 231.3 Ibid. hal. 25 yang dikutip dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. ke 3, h. 488.4 Ibid. hal. 27.5 Ibid. hal. 27 yang dikutip dari Mochtar Buchori, Penelitian Pendidikan, h. 6.6 Ibid. hal. 27.

Page 2: Etos kerja nabi daud

Etos Kerja dalam Perspektif Islami

Menurut Al-Faruqiy, manusia memang diciptakan untuk bekerja.7 Kerjanya adalah

ibadah, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Perbuatan atau kerja islami justru

merupakan manifestasi dan bagian dari pada iman. Iman adalah landasan sedangkan

perbuatan atau kerja adalah konsekuensi dan cara menyatkannya. Termasuk tugas manusia

menjadi seorang khalifah/pemimpin di muka bumi merupakan kerja yang dilandasi oleh iman

dan bersumber dari ajaran-ajaran wahyu (Al-Quraan dan Al-Hadis yang benar.

Dalam bekerjapun Islamtidak hanya menganjurkan kerja yang bersifat duniawi tetapi

juga akhirat.

Sekarang, kita lihat bagaimana etos kerja Nabi Daud as. Nabi Daud bin Ibsya bin

Uwaid bin ʽAbir bin Salmun bin Nahsyun bin Uwainadab bin Irmi bin Hashrun bin Faridh

bin Yahudza bin Yaʹqub bin Ishaq bin Ibrahim al Khalil adalah seorang hamba Allah, Nabi-

Nya dan khalifah-Nya di Baitul Maqdis.8 Nabi Daud sebelum menjadi raja Nabi Daud adalah

seorang prajurit dalam pasukan Thalut yang telah dipilih oleh salah seorang Nabi dari Bani

Israil seagai raja mereka.9 Dan dengan keberaniannya Nabi Daud membunuh Jalut yang

terjadi di istana Ummu Hakim, dan karena Bani Israil menyukainya dan mendukungnya

maka mereka menyerahkan kekuasaan kepadanya. Maka berlalulah kekuasaan Jalut, dan

Allah SWT mengangkat Daud menjadi nabi dan memberinya hikmah serta kerajaan yang

kuat. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 251

dan QS. Shad: 20

مه مما يشاء ولوال دف عف ه الملك والحكمة وعل �هزموهم بإذن الله وقتل داوود جالوت وآتاه الل ه ذو فضل على العالمين اس بعضهم ببعض لفسدت األرض ولكن الل الله الن

Artinya: “Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud)

pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa

yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia

dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia

(yang dicurahkan) atas semesta alam”. (QS. Al-Baqarah ayat 251)

7 DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A. Etos Kerja Islami (Surakarta : Muhamadiyah University Press, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004) Cet. I, hal. 60.8 Katsir, al-Hafiz Ibnu. Kisah Para Nabi & Rasul. Jakarta : Pustaka as-Sunnah. 2010. Cet-4. hal 693.9 Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Ringkasan tafsir As-Sa’di, Agustus: 2009 cet ke-2, hal 378

Page 3: Etos kerja nabi daud

Artinya: “Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan

kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah”. (QS. Shad: 20)

Adapun beberapa etos kerja yang dimiliki oleh Nabi Daud as adalah:

1. kekuatan dalam beribadah kepada Allah SWT dan ilmu pengetahuan

Seperti dalam QS. Shad: 17

Artinya: “Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba

Kami Dawud yang mempunyai kekuatan. Sesungguhnya dia seorang yang awwab”.

(QS. Shad: 17)

Etos kerja yang dimiliki oleh Nabi Daud as, tidak hanya bersifat material tetapi juga

non material. Contohnya saja kekuatannya/ketaatannya dalam beribadah kepada Allah

SWT. Ketaatan Nabi Daud as di dalam beribadah dan beramal shalih kepada Allah

SWT yaitu Nabi Daud biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada

sepertiganya, lalu tidur lagi seperenamnya. Di siang hari beliau berpuasa sehari dan

sehari berbuka10. Sikap hidup yang mendasari kerja Nabi Daud identik dengan sistem

keimanannya. Begitu juga dari hasil ilmu pengetahuannya, Nabi Daud as dapat

membuat baju perang besi untuk melindungi seorang prajurit dari (serangan) musuh

Allah dan mengilhamkan kepadanya tentang tata cara pembuatan baju tersebut11.

Beliaulah orang pertama yang membuat semua alat tersebut12. Seperti dalam firman

Allah SWT dalam QS. as Saba': 10-11

الحديد له ا وألن معهوالطير أوبي جبال يا Iافضال من داوود آتينا �ولقد �

Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami.

(Kami berfirman): “ Hai gunung-gunung dan burng-burung, bertasbihlah berulang-

ulang bersama Daud”, dan kami telah melunakan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju

besi yang besar-besar dan ukurlah ayamannya dan kerjakanlah amalan yang saleh.

Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. as Saba': 10-11)

Serta dalam QS. Al Anbiya': 79-80

10 Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Ringkasan tafsir As-Sa’di, Agustus: 2009 cet ke-2, hal 379.11 Katsir, al-Hafiz Ibnu. Kisah Para Nabi & Rasul. Jakarta : Pustaka as-Sunnah. 2010. Cet-4. hal 695.12 Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Ringkasan tafsir As-Sa’di, Agustus: 2009 cet ke-2, hal 379.

Page 4: Etos kerja nabi daud

حن رنا مع داوود الجبال يسب �ففهمناها سليمان وكالP آتينا حكمIا وعلمIا وسخ �. والطير79 � ا فاعلين وكن

شاكرون أنتم فهل منبأسكم لتحصنكم لكم لبوس صنعة مناه . 80 �وعل

Artinya: “Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua

bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan

kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam

peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (QS. Al Anbiya':

79-80)

2. sebagai raja Nabi Daud as mempunyai sifat yang adil dalam memutuskan sebuah

perkara

Seperti firman Allah SWT dalam QS. Shaad: 26

الهوى بع تت وال بالحق اس الن بين فاحكم األرض في Iخليفة جعلناك ا إن داوود يا

بما شديد عذاب لهم ه الل سبيل عن يضلون ذين ال إن ه سبيلالل عن ك �فيضل

الحساب يوم نسوا

Artinya: “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di

muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan

Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akn mendapatkan azab

yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”. (QS. Shaad: 26)

Dalam melaksanakan kerjanya, etos kerja Nabi Daud as mempunyai tanggung jawab

terhadap pekerjaan dan tugas kepemimpinan yang dipercayakan kepadanya, serta

mempunyai kualitas pribadi dan kebiasaan kerja yang baik. Yang bisa dilihat dari

akhlak baik beliau yang selalu ingat kepada Allah SWT. Karena segala sesuatunya

yang diperbuat di dunia ini, pasti akan ada balasannya.

Page 5: Etos kerja nabi daud

Dengan demikian, dapat diketahui bahwasannya amal atau kerja dalam Islam selain

mempunyai makna amat urgn bagi setiap manusia, ternyata juga merupakan bukti keimanan

orang Islam.13

13 DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A. Etos Kerja Islami (Surakarta : Muhamadiyah University Press, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004) Cet. I, hal. 68.