kelas xi smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri 1(penanganan material)

Upload: ryanoned

Post on 05-Jul-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    1/210

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    2/210

    Bambang Suhardi

    PERANCANGANSISTEM KERJ ADAN ERGONOMIINDUSTRI J ILID 2

    SMK

    Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

    Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDepartemen Pendidikan Nasional

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    3/210

    Hak Cipta pada Departemen Pendidikan NasionalDilindungi Undang-undang

    PERANCANGANSISTEM KERJ ADAN ERGONOMI

    INDUSTRI J ILID 2Untuk SMK

    Penulis : Bambang Suhardi

    Perancang Kulit : TIM

    Ukuran Buku : 18,2 x 25,7 cm

    Diterbitkan oleh

    Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah KejuruanDirektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDepartemen Pendidikan Nasional

    Tahun 2008

    SUH SUHARDI, Bambangp Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Jilid 2

    untuk SMK oleh Bambang Suhardi ---- Jakarta : DirektoratPembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat JenderalManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen

    Pendidikan Nasional, 2008.

    vi, 206 hlmDaftar Pustaka : Lampiran. A

    Daftar Istilah : Lampiran. BDaftar Tabel : Lampiran. CDaftar Gambar : Lampiran. D

    ISBN : 978-979-060-000-5ISBN : 978-979-060-002-7

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    4/210

    KATA SAMBUTAN

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah MenengahKejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDepartemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakanpenulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untukdisebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK.

    Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar

    Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang

    memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaranmelalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.

    Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh

    penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepadaDepartemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh parapendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.

    Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen

    Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan,dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untukpenggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi

    ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya softcopy  ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnyasehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah

    Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajarini.

    Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya,kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat

    memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini

    masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangatkami harapkan.

    Jakarta,

    Direktur Pembinaan SMK

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    5/210

      i

    KATA PENGANTAR

    Hanya karena petunjuk Allah SWT buku ini dapat diwujudkan.Penerapan ilmu Ergonomi dalam dunia industri di Indonesia masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang menyebabkan kurangmembudayanya penerapan ergonomi, salah satunya karena masihminimnya buku-buku ergonomi berbahasa Indonesia. Kondisi inimenyebabkan terhambatnya sosialisasi pembudayaan penerapanErgonomi di masyarakat. Hal inilah yang mendorong penulis untukmencoba menulis buku perancangan sistem kerja dan ergonomiindustri.

    Dalam penulisan buku ini penulis mencoba mengkaitkan ilmuergonomi dengan perancangan sistem kerja di industri. Sehinggapembaca diharapkan bisa melihat peranan ilmu ergonomi dalam duniakerja.

    Buku ini disusun untuk dipergunakan bagi siswa SekolahMenengah Kejuruan (SMK). Dalam penyajiannya, penulis berusahauntuk menulis secara sistematis dan banyak menggunakan gambar-gambar sehingga pembaca menjadi lebih tertarik untuk mempelajaribuku ini. Buku ini disusun menjadi 2 jilid, dimana jilid 1 terdiri dari 5bab dan jilid 2 terdiri dari 4 bab.

    Penulis menyadari bahwa buku perancangan sistem kerja danergonomi inustri ini masih perlu disempurnakan, untuk itu berbagaikritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan.

    Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisanbuku ini. Semoga buku ini bisa memberikan banyak manfaat bagisemua pihak.

    Solo, 2008

    Bambang Suhardi

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    6/210

      ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Sambutan Direktur Pembinaan SMKKata Pengantar iDaftar Isi ii

    JILID 1

    Bab I SISTEM PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS  I - 11.1 Pendahuluan 11.2 Konsep Dasar Sistem Produksi 2

    1.2.1 Input 31.2.2 Proses Transformasi 51.2.3 Output 5 

    1.3 Produktivitas Kerja 61.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas 111.5 Cara Mengukur Produktivitas Kerja 121.6 Rangkuman 131.7 Soal 14

    Bab II ANALISA PERANCANGAN KERJA  II – 12.1 Pendahuluan 12.2 Peta Kerja 1

    2.2.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan 2

    2.2.2 Peta Aliran Proses 102.2.3 Peta Proses Regu Kerja 14

    2.3 Pengukuran Kerja 152.4 Penentuan Ukuran Sampel 182.5 Rangkuman 212.6 Soal 21 

    Bab III ERGONOMI III – 13.1 Pendahuluan 13.2 Ergonomi  2

    3.2.1 Ruang Lingkup Ergonomi 33.2.2 Resiko Karena Kesalahan Ergonomi 33.2.3 Identifikasi Resiko 53.2.4 Cumulative Trauma Disorder 63.2.5 Sikap Tubuh 93.2.6 Posisi Kerja 10

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    7/210

      iii

      3.2.7 Mengenali Sumber Penyebab Keluhan Muskuloskeletal 15

    3.3 Konsep Antropometri 163.3.1 Alat Ukur Antropometri 17

    3.3.2 Cara Pengukuran 193.3.3 Data Antropometri 213.3.4 Antropometri pada Posisi Duduk 273.3.5 Persentile 353.3.6 Data Antropometri untuk Perancangan Produk 37

    3.4 Rangkuman 383.5 Soal 38

    Bab IV TELAAH METODE IV – 14.1 Pendahuluan 14.2 Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan 2 

    4.2.1 Tubuh Manusia dan Gerakan-gerakannya 3  4.2.2 Tata Letak Tempat Kerja dan Gerakan-gerakan 4  4.2.3 Perancangan Peralatan dan Gerakan-gerakan 5

    4.3 Penerapan Ekonomi Gerakan 84.3.1 Eliminasi Kegiatan 84.3.2 Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja 94.3.3 Penyederhanaan Kegiatan 9

    4.4 Studi Gerakan untuk Menganalisa Kerja 104.5 Perbaikan dengan Ekonomi Gerakan 29

    4.5.1 Mengurangi Jumlah Gerakan 304.5.2 Lakukan Gerakan Bersamaan Waktunya 394.5.3 Mempermudah Gerakan 45

    4.6 Contoh Aplikasi Perbaikan Kerja 484.6.1 Penyederhanaan 484.6.2 Penggabungan 494.6.3 Penghapusan 524.6.4 Penataan Tempat Kerja 53

    4.6.5 Pemborosan Karena Proses 594.7 Rangkuman 604.8 Soal 61

     

    Bab V WAKTU SET UP V - 15.1 Pendahuluan 15.2 Pengurangan Waktu Set Up 25.3 Teknik Kecepatan Set Up 3

    5.3.1 Pisahkan Kegiatan Set Up Eksternal dan Internal 35.3.2 Memperbaiki Kegiatan Set Up Internal 45.3.3 Memperbaiki Kegiatan Set Up Eksternal 9

    5.4 Rangkuman 115.5 Soal 11

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    8/210

      iv

    JILID 2

    Bab VI MATERIAL HANDLING  VI – 16.1 Pendahuluan 16.2 Peralatan Material Handling 2

    6.2.1 Conveyor 26.2.2 Cranes dan Hoists 46.2.3 Truck 6 

    6.3 Manual Material Handling 86.3.1 Manual Material Handling Menurut OSHA 96.3.2 Batasan Beban yang Boleh Diangkat 136.3.3 Pemindahan Material Secara Teknis 156.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi MMH 166.3.5 Cara Mengangkat Beban 186.3.6 Faktor Resiko Kecelakaan Kerja MMH 236.3.7 Penanganan Resiko Kerja MMH 23

    6.4 Metode Analisa Postur Kerja OWAS 24

    6.5 Material Handling Bahan Kimia Berbahaya 33 6.6 Rangkuman 346.7 Soal 35

    Bab VII LINGKUNGAN KERJA FISIK  VII – 17.1 Pendahuluan 17.2 Temperatur 1

    7.2.1 Lingkungan Kerja Panas 27.2.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja 47.2.3 Penilaian Lingkungan Kerja Panas 57.2.4 Pengendalian Lingkungan Kerja Panas 7

    7.3 Kebisingan 97.3.1 Seberapa Keras Suara yang Terlalu Keras? 107.3.2 Anatomi Telinga Manusia 107.3.3 Suara di Tempat Kerja 117.3.4 Jenis Kebisingan 147.3.5 Nilai Ambang Batas 167.3.6 Pengaruh Kebisingan 177.3.7 Sumber Kebisingan 187.3.8 Pengukuran Kebisingan 207.3.9 Mengendalikan Tingkat Kebisingan 22

    7.4 Pencahayaan 267.4.1 Definisi dan Istilah yang Dipakai 277.4.2 Hukum Kuadrat Terbalik 297.4.3 Jenis-jenis Sistim Pencahayaan 307.4.4 Komponen Pencahayaan 347.4.5 Dampak Penerangan yang Tidak Baik 37

    7.4.6 Merancang Sistem Pencahayaan 377.4.7 Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja 397.4.8 Pemasangan Lampu Penerangan 41

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    9/210

      v

      7.5 Getaran 427.5.1 Pengaruh Getaran 437.5.2 NAB Getaran 43

    7.5.3 Pengendalian Getaran 447.6 Bau-bauan 457.7 Radiasi Non Ionisasi 46

    7.7.1 Gelombang Mikro 467.7.2 Sinar Ultraviolet 477.7.3 Sinar Infra Merah 487.7.4 Sinar Laser 48

    7.8 Ventilasi 497.8.1 Prinsip Sistem Ventilasi 497.8.2 Tempat Kerja Berbahaya 507.8.3 Permasalahan Ventilasi di Industri 50

    7.9 Bahan Berbahaya Beracun 597.9.1 Penanganan Bahan Kimia Berbahaya 607.9.2 Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya 617.9.3 Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang 637.9.4 Label Bahan Kimia 667.9.5 Lembar Data Keselamatan Bahan 67

    7.10 Rangkuman 697.11 Soal 69 

    Bab VIII ALAT PELINDUNG DIRI  VIII – 18.1 Pendahuluan 18.2 Bahaya di Tempat Kerja 18.3 Evaluasi Bahaya di Tempat Kerja 38.4 Aktivitas Kerja di Industri 38.5 Pemilihan APD di Perusahaan 68.6 Jenis-jenis APD 7

    8.6.1 Alat Pelindung Kepala 8

    8.6.2 Hats/Cap 98.6.3 Kacamata 108.6.4 Goggles 118.6.5 Perisai Muka 128.6.6 Alat Pelindung Telinga 148.6.7 Alat Pelindung Pernapasan 188.6.8 Alat Pelindung Tangan 228.6.9 Alat Pelindung Kaki 258.6.10 Pakaian Pelindung 288.6.11 Sabuk Pengaman 298.6.12 Alat Pelindung untuk Pekerjaan Las 318.6.13 Alat Pelindung Lutut 358.6.14 Back and Lumbar Support Belts 36

    8.7 Pemeliharaan APD 378.8 Rangkuman 378.9 Soal 38

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    10/210

      vi

    Bab IX STASIUN KERJA KOMPUTER  IX – 19.1 Pendahuluan 19.2 Gangguan Kesehatan Pemakaian Komputer 2

    9.2.1 Gangguan pada Bagian Mata dan Kepala 39.2.2 Gangguan pada Lengan dan Tangan 39.2.3 Gangguan pada Leher, Pundak dan Punggung 5

    9.3 Cara Menanggulangi Gangguan Kesehatan/Kelelahan 59.3.1 Menghindari CTS 59.3.2 Menghindari Kelelahan 5

    9.4 Peralatan pada Stasiun Kerja Komputer 159.4.1 Mouse 169.4.2 Layar Komputer 169.4.3 Keyboard 179.4.4 Meja Komputer 18

    9.5 Sikap Kerja Tidak Benar 199.6 Pengaturan Stasiun Kerja Komputer 21

    9.6.1 Tempat Kerja 22

    9.6.2 Keyboard 239.6.3 Mouse 269.6.4 Monitor 299.6.5 Kursi 309.6.6 Penopang Kaki 329.6.7 Bantalan Punggung 339.6.8 Pemegang Dokumen 349.6.9 Tudung Pelindung 34

    9.7 Pandangan Menyilaukan 359.8 Cara Berkomputer 379.9 Kebisingan dan Radiasi 379.10 Rangkuman 389.11 Soal 39 

    LAMPIRAN :Daftar Pustaka ADaftar Istilah BDaftar Gambar CDaftar Tabel D

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    11/210

     

    Bab VI  

    1

    BAB VI

    MATERIAL HANDL ING  

    6.1 Pendahuluan

    Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segikegiatan/proses produksi adalah bergeraknya material dari satutingkat ke tingkat proses produksi berikutnya. Hal ini terlihatsejak material diterima di tempat penerimaan, kemudian

    dipindahkan ke tempat pemeriksaan dan selanjutnya disimpan digudang. Pada bagian proses produksi juga terjadi perpindahanmaterial yang diawali dengan mengambil material dari gudang,kemudian diproses pada proses pertama dan berpindah padaproses berikutnya sampai akhirnya dipindah ke gudang barang jadi. Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalandibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material yang disebutdengan Material Handling .

     Aktivitas material handling di industri biasanya dilakukandengan menggunakan alat/mesin atau menggunakan tenagamanusia. Pada bab ini akan dibahas mengenai material handling  

    dengan menggunakan alat dan manual material handling . Padabab ini pembahasan mengenai penanganan material handling  B3 tidak dibahas secara mendalam, karena buku ini dipakai olehsiswa sekolah menengah kejuruan jurusan teknik mesin. Denganmempelajari bab ini para siswa diharapkan paham akan macam-macam peralatan material handling  dan mengetahuipenggunaan dari peralatan tersebut sesuai dengan jenisindustrinya. Selain itu para siswa diharapkan mampu untukmelakukan manual material handling  secara benar.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    12/210

     

    Bab VI  

    2

    6.2 Peralatan Material Handl ing

    Tulang punggung sistem material handling  adalahperalatan material handling . Sebagian besar peralatan yang adamempunyai karakteristik dan harga yang berbeda. Semuaperalatan material handling  diklasifikasikan ke dalam tiga tipeutama yaitu: Conveyor  (ban berjalan), Crane (derek), dan trucks (alat angkut/kereta).

    6.2.1 Conveyor  

    Conveyor  digunakan untuk memindahkan material secara

    kontinyu dengan jalur yang tetap.

    Keuntungan Conveyor  :

    a. Kapasitas tinggi sehingga memungkinkan untukmemindahkan material dalam jumlah besar.

    b. Kecepatan dapat disesuaikan.c. Penanganan dapat digabungkan dengan aktivitas lainnya

    seperti proses dan inspeksi.d. Serba guna dan dapat ditaruh di atas lantai maupun di

    atas operator.e. Bahan dapat disimpan sementara antar stasiun kerja.

    f. Pengiriman/pengangkutan bahan secara otomatis dantidak memerlukan bantuan beberapa operator.

    g. Tidak memerlukan gang.

    Kerugian Conveyor  :

    a. Mengikuti jalur yang tetap sehingga pengangkutanterbatas pada area tersebut.

    b. Kerusakan pada salah satu bagian conveyor  akanmenghentikan aliran proses.

    c. Conveyor  ada pada tempat yang tetap, sehingga akanmengganggu gerakan peralatan bermesin lainnya.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    13/210

     

    Bab VI  

    3

    Pada lingkungan industri, terdapat beberapa tipeconveyor   yang biasa dipergunakan, antara lain belt conveyor ,roller conveyor , screw conveyor , chain conveyor , dansebagainya. Gambar berikut ini merupakan contoh conveyor.

    Gambar 6.1 Conveyor  

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    14/210

     

    Bab VI  

    4

    6.2.2 Cranes  dan Hoists  

    Cranes (derek) dan Hoists (kerekan) adalah peralatan diatas yang digunakan untuk memindahkan beban secaraterputus-putus dengan area terbatas.

    Keuntungan:

    a. Dimungkinkan untuk mengangkat dan memindahkanbenda.

    b. Keterkaitan dengan lantai kerja/produksi sangat kecil.c. Lantai kerja yang berguna untuk kerja dapat dihemat

    dengan memasang peralatan handling  berupa cranes.

    Kerugian Cranes dan Hoists 

    a. Membutuhkan investasi yang besar.b. Pelayanan terbatas pada area yang ada.c. Crane hanya bergerak pada arah garis lurus dan tidak

    dapat dibuat berputar/belok.d. Pemakaian tidak dapat maksimal sesuai yang diinginkan

    karena crane hanya digunakan untuk periode waktu yangpendek setiap hari kerja.

    Tipe cranes dan hoists juga banyak macamnya. Tipe cranes terdiri dari: jib crane, bridge crane, gantry crane, tower crane,

    stacker crane, dan sebagainya. Berikut ini gambar dari crane.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    15/210

     

    Bab VI  

    5

    Gambar 6.2 Crane

    Beberapa contoh hoists ditunjukkan pada gambar 6.4 di bawahini:

    Gambar 6.3 Hoists

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    16/210

     

    Bab VI  

    6

    6.2.3 Trucks

    Trucks yang digerakkan tangan atau mesin dapatmemindahkan material dengan berbagai macam jalur yang ada.Termasuk dalam kelompok truck antara lain, forklift trucks, forktrucks, trailer trains, automated guided vehicles (AGV), dansebagainya.

    Keuntungan:

    a. Perpindahan tidak menggunakan jalur yang tetap, olehsebab itu dapat digunakan di mana-mana selamaruangan dapat untuk dimasuki trucks.

    b. Mampu untuk loading, unloading dan mengangkat kecuali

    memindahkan material.c. Karena gerakannya tidak terbatas, memungkinkan untuk

    melayani tempat yang berbeda.

    Kerugian:

    a. Tidak mampu menangani beban yang berat.b. Mempunyai kapasitas yang terbatas setiap

    pengangkutan.c. Memerlukan gangd. Sebagian besar trucks harus dijalankan oleh operatore. Trucks tidak bisa melakukan tugas ganda.

    Beberapa macam jenis truck industri ada pada gambar 6.4,gambar 6.5 dan gambar 6.6

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    17/210

     

    Bab VI  

    7

    Gambar 6.4 Hand Truck  

    Gambar 6.5 Fork Lift Truck  

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    18/210

     

    Bab VI  

    8

    Gambar 6.6 Automated Guided Vehicles (AGV)

    6.3 Manual Material Handlin g  

    Meskipun telah banyak mesin yang digunakan padaberbagai industri untuk mengerjakan tugas pemindahan, namun

     jjarang terjadi otomasi sempurna di dalam industri. Disampingpula adanya pertimbangan ekonomis seperti tingginya hargamesin otomasi atau juga situasi praktis yang hanya memerlukanperalatan sederhana. Sebagai konsekuensinya adalahmelakukan kegiatan manual di berbagai tempat kerja. Bentukkegiatan manual yang dominan dalam industri adalah ManualMaterial Handling  (MMH).

    Definisi Manual Material Handling  (MMH) adalah suatukegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebihdengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan,mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    19/210

     

    Bab VI  

    9

    Selama ini pengertian MMH hanya sebatas padakegiatan lifting  dan lowering  yang melihat aspek kekuatanvertikal. Padahal kegiatan MMH tidak terbatas pada kegiatantersebut diatas, masih ada kegiatan pushing dan pulling  di dalamkegiatan MMH. Kegiatan MMH yang sering dilakukan olehpekerja di dalam industri antara lain :

    1. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask) 

    2. Kegiatan pengantaran benda (Caryying Task )

    3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task )

    4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task )

    Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalammelakukan kegiatan penanganan material bukanlah tanpasebab. Penanganan material secara manual memiliki beberapakeuntungan sebagai berikut :

      Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikankemudahan pemindahan beban pada ruang terbatasdan pekerjaan yang tidak beraturan.

      Untuk beban ringan akan lebih murah biladibandingkan menggunakan mesin.

      Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.

    6.3.1 Manual Material Hand ling Menu rut OSHA

     Akivitas manual material handling merupakan sebuahaktivitas memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalamrentang waktu tertentu. Berbeda dengan pendapat di atasmenurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA)mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadilima yaitu :

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    20/210

     

    Bab VI  

    10

    1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering )Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ketempat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau olehtangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.

    Gambar 6.7 Kegiatan Mengangkat/Menurunkan

    2. Mendorong/Menarik (Push/Pull )Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekanberlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuanuntuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik kebalikandengan itu.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    21/210

     

    Bab VI  

    11

    Gambar 6.8 Kegiatan Mendorong/Menarik

    3. Memutar (Twisting )Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yangmerupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satuatau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah beradadalam posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukandalam keadaan tubuh yang diam.

    Gambar 6.9 Kegiatan Memutar

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    22/210

     

    Bab VI  

    12

    4. Membawa (Carrying )Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegangatau mengambil barang dan memindahkannya. Beratbenda menjadi berat total pekerja. 

    Gambar 6.10 Kegiatan Membawa

    5. Menahan (Holding )Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam(statis)

    Gambar 6.11 Kegiatan Menahan

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    23/210

     

    Bab VI  

    13

    6.3.2 Batasan Beban yang Boleh Diangkat

    Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yangaman dan sehat maka perlu adanya suatu batasan angkat untukoperator. Berikut ini dijelaskan beberapa batasan angkat secaralegal dari berbagai negara bagian benua Australia yang dipakaiuntuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasanangkat secara internasional. Batasan angkat tersebut, yaitu:

    a. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkatadalah 14 kg.

    b. Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg

    c. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasanangkat.

    d. Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11kg

    e. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat16 kg

    Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasanyeri, ngilu pada tulang belakang bagi para wanita (back injuriesincidence to women). Disamping itu akan mengurangi

    ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagioperator untuk pekerjaan berat.

    Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Inggris, padatahun 1982 juga telah mengeluarkan peraturan yang berkaitandengan cara pengangkatan material/benda kerja.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    24/210

     

    Bab VI  

    14

    Tabel 6.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat

    Batasan Angkat (Kg) TindakanDibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu

    diadakan

    16 - 34 Prosedur administrasi dibutuhkan untukmengidentifikasi ketidakmampuan seseorangdalam mengangkat beban tanpamenanggung resiko yang berbahaya kecualidengan perantaraan alat bantu tertentu

    34 - 55 Sebaiknya Operator yang terpilih dan terlatih.Menggunakan sistem pemindahan materialsecara terlatih. Harus dibawah pengawasansupervisor

    Diatas 55 Harus memakai peralatan mekanis. Operator

    yang terlatih dan terpilih. Pernah mengikutipelatihan kesehatan dan keselamatan kerjadalam industri. Harus dibawah pengawasanketat

    Berikutnya lembaga the National Occupational Healthand Safety Commission (Worksafe Australia) pada bulanDesember 1986 membuat peraturan untuk pemindahan materialsecara aman.

    Tabel 6.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkatnya

    Level Batas Angkat (Kg) Tindakan

    1 = 16 Tidak diperlukan tindakan khusus

    2 16 – 25 Tidak diperlukan alat dalammengangkatDitekankan pada metode angkat

    3 25 – 34 Tidak diperlukan alat dalammengangkatDipilih job redesign

    4 > 34 Harus dibantu dengan peralatanmekanis

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    25/210

     

    Bab VI  

    15

    6.3.3 Pemindahan Material Secara Teknis

    Beberapa penyelesaian secara teknis untuk pemindahanmaterial secara manual adalah sebagai berikut:

    1. Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yangtelah dirancang dengan menggunakan roller  (banberjalan)

    2. Gunakan meja yang dapat digerakkan naik turun untukmenjaga agar bagian permukaan dari meja kerja dapatlangsung dipakai untuk memasukkan lembaran logamataupun benda kerja lainnya kedalam mesin.

    3. Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaanyang lebih tinggi dan turunkan dengan bantuan gayagravitasi

    4. Berikan peralatan yang dapat mengangkat, misalnya;pada ujung belakang truk untuk memudahkanpengangkatan material, dengan demikian tidakdiperlukan lagi alat angkat (crane).

    5. Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertaihandel yang ergonomis sehingga mudah pada waktumengangkat.

    6. Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakinmemudahkan metodologi angkat benda pada ketinggianpermukaan pinggang.

    7. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai denganberatnya.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    26/210

     

    Bab VI  

    16

    6.3.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi MMH

    Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktorsebagai berikut:

    1. Karakteristik PekerjaKarakteristik pekerja masing-masing berbeda danmempengaruhi jenis dan jumlah pekerjaan yang dapatdilakukan. Karakteristik pekerja terdiri dari:

    a. Fisik, yang meliputi ukuran pekerja secara umumseperti usia, jenis kelamin, antropometri, danpostur tubuh.

    b. Kemampuan sensorik, ukuran kemampuansensorik pekerja yang meliputi penglihatan,pendengaran, kinestetik, sistem keseimbangandan proprioceptive.

    c. Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerakpekerja yang meliputi kekuatan, ketahanan, jangkauan, dan karakter kinematis.

    d. Psikomotorik, mengukur kemampuan pekerjamenghadapi proses mental dan gerak sepertimemproses informasi, waktu respon, dan

    koordinasi

    e. Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerjadengan melihat tingkah laku, penerimaan resiko,persepsi kebutuhan ekonomi, dll

    f. Training/pelatihan, ukuran kemampuanpendidikan pekerja dalam training formal atauketerampilan dalam menangani instruksi MMH.

    g. Status kesehatan

    h. Aktivitas dalam waktu luang

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    27/210

     

    Bab VI  

    17

    2. Karakteritik MaterialKarakteristikmaterial atau bahan, meliputi:

    a. Beban, ukuran berat benda, usaha yangdibutuhkan untuk mengangkat, maupun momeninersia benda.

    b. Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar,panjang, tebal, dan bentuk benda baik itu kotak,silinder, dll.

    c. Distribusi beban, ukuran letak unit CG denganreaksi pekerja untuk membawa dengan satu ataudua tangan.

    d. Kopling, cara membawa benda oleh pekerjaberkaitan dengan tekstur, permukaan, atau letak.

    e. Stabilitas beban, ukuran konsistensi lokasi CM

    3. Karakteristik Tugas/PekerjaanKarakeristik tugas ini meliputi kondisi pekerjaan manualmaterial handling yang akan dilakukan. Terdiri dari :

    a. Geometri tempat kerja, termasuk didalamnya jarak pergerakan, langkah yang harus ditempuh,dll.

    b. Frekuensi, waktu yang dibutuhkan untukmenyelesaikan pekerjaan termasuk frekuensipekerjaan yang dilakukan.

    c. Kompleksitas pekerjaan, termasuk didalamnyaketepatan penempatan, tujuan aktivitas maupunkomponen pendukungnya.

    d. Lingkungan kerja, seperti suhu, pencahayaan,kebisingan, getaran, bau bauan, juga daya tarikkaki.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    28/210

     

    Bab VI  

    18

    4. Sikap KerjaPenanganan manual material handling juga melibatkanmetode kerja atau sikap dalam menyelesaikanpekerjaan/tugas. Pengamatan meliputi pada :

    a. Individu, merupakan ukuran metode operasional,seperti kecepatan, ketepatan, cara/postur saatmemindahkan.

    b. Organisasi, berkaitan dengan organisasi kerjaseperti luas bangunan pabrik, keberadaan tenagamedis, maupun utilitas kerjasama tim.

    c. Administrasi, seperti sistem insentif untukkeselamatan kerja, kompensasi, rotasi kerjamaupun pengendalian dan pelatihan

    keselamatan.

     Aktivitas manual material handling banyak digunakankarena memiliki fleksibilitas yang tinggi, murah dan mudahdiaplikasikan. Akan tetapi berdasar data diatas dapat diambilkesimpulan bahwa aktivitas manual material handling  juga diikutidengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerjayang kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikapkerja yang salah. Penelitian yang dilakukan NIOSH (NIOSH,1981) memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwadua -pertiga dari kecelakaan akibat tekanan berlebihan,berkaitan dengan aktivitas menaikkan barang (lifting loads

    activity ).

    6.3.5 Cara Mengangkat Beban

    Dalam sistem kerja angkat dan angkut, sering dijumpainyeri pinggang sebagai akibat kesalahan dalam mengangkatmaupun mengangkut, baik itu mengenai teknik maupunberat/ukuran beban. Nyeri pinggang dapat pula terjadi sebagaisikap paksa yang disebabkan karena penggunaan sarana kerjayang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya. Kondisi demikian

    menggambarkan tidak adanya keserasian antara ukuran tubuhpekerja dengan bentuk dan ukuran sarana kerja, sehingga terjadi

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    29/210

     

    Bab VI  

    19

    pembebanan setempat yang berlebihan di daerah pinggang daninilah yang menyebabkan nyeri pinggang akibat kerja. Berikut inicara mengangkat beban yang salah.

    a b

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    30/210

     

    Bab VI  

    20

    c d

    Gambar 6.12 Cara Mengangkat yang Salah (a - d)

    Gambar 6.13 tersebut menggambarkan cara kerja mengangkatgalon air yang salah. Dengan posisi mengangkat tersebut bisa

    menimbulkan cedera pada punggung. Sebab ada hentakanketika mengangkat galon (posisi c). Sedangkan urutan caramengangkat galon yang benar ada pada Gambar 6.14 berikutini.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    31/210

     

    Bab VI  

    21

    a b

    c d

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    32/210

     

    Bab VI  

    22

    e

    Gambar 6.13 Cara Mengangkat yang Benar (a - e)

    Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin timbul saatMengangkat beban yaitu:

      Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batasKemampuan dan jangan mengangkat beban denganGerakan cepat dan tiba-tiba.

      Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh.Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnyadalam memberi tekanan pada punggung, bahu danlengan. Makin dekat beban maka makin mudah untukmenstabilkan tubuh.

      Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saatmulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbangTekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudutpaling nyaman.

      Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidakmembungkuk, menyamping atau miring.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    33/210

     

    Bab VI  

    23

      Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisisetengah jongkok dengan sudut paling nyaman.

    6.3.6 Faktor Resiko Kecelakaan Kerja MMH 

    Faktor resiko diasosiasikan dengan jumlah tugas yangdapat menyebabkan cedera musculoskeletal . Faktor resikodigunakan untuk menganalisa tugas manual (manual task ).Manual task atau manual material handling memiliki interaksiyang kompleks antara pekerja dan lingkungan kerja. Faktorresiko kemudian dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu :

    1. Tekanan langsung kepada tubuh.Hal ini meliputi faktor seperti tingkat tekanan pada muscular ,postur/sikap kerja, pengulangan pekerjaan, getaranperalatan dan lama waktu kerja.

    2. Kontribusi faktor resiko yang secara langsung mempengaruhituntutan kerjaHal ini meliputi layout area kerja, penggunaan alat, penanganbeban. Jika komponen ini di desain ulang pengaruh daritekanan dapat dikurangi.

    3. Memodifikasi faktor resiko dapat memberi masukan padaperubahan sikap kerja sehingga akibat dari faktor resikodapat dikurangi.

    6.3.7 Penanganan Resiko Kerja Manual MaterialHandl ing

    Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerjamanual material handling yang tidak tepat tentunya harusdicegah dan ditangani dengan baik. Penanganan danpencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui faktor resiko dari manual material handling diatas. Menurutlaporan NIOSH (1981) ada enam prosedur umum dalammenangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan manualmaterial handling yang tidak tepat, yaitu :

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    34/210

     

    Bab VI  

    24

    1. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkancedera musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikantinggi dengan analisa statistik dari data medis. 

    2. Observasi pekerjaan yang dicurigai da n untuk tiap bebanyang akan diangkat harus diketahui berat serta metodepengangkatan. 

    3. Evaluasi tingkat resiko pengangkatan dengan menghitungnilai AL dan MPL dan membandingkannya dengan beratbeban yang diangkat. 

    4. Mengembangkan pengendalian keteknikan denganperalatan manual handling , mengemas ulang beban dalamberat yang lebih ringan, mengatur  ulang area kerja. 

    5. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapatdilakukan adalah dengan menambah pekerja untukmengurangi frekuensi pengangkatan, melakukan

    penjadwalan kerja, mengembangkan pelatihan untuk mensosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, sertameningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerjadengan lebih baik. 

    6. Mengimplementasikan solusi paling mungkin danmengevaluasi efektifitas dengan pengecekan kesehatan. 

    6.4. Metode Analisa Postur Kerja OWAS 

    OWAS merupakan sebuah metode analisa postur kerja

    dengan melakukan evaluasi postur kerja yang mengakibatkancedera musculoskeletal (Karhu dkk, 1981). Metode ini mulaiberkembang pada awal tahun tujuh puluhan di perusahaanOvako Oy Finlandia (sekarang Fundia Wire). Metode ini mulaidikembangkan pertama kali oleh Karhu Dkk, yang didasarkanpada klasifikasi yang sederhana dan sistematis dari sikap kerjayang dikombinasikan dengan pengamatan dari tugas selamabekerja.

    Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagianpunggung, tangan, kaki, dan berat beban. Masing-masing bagianmemiliki klasifikasi sendiri-sendiri. Metode ini cepat dalam

    mengidentifikasi sikap/postur kerja yang berpotensi

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    35/210

     

    Bab VI  

    25

    menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan kerja yang menjadiperhatian adalah cedera musculoskeletal .

    Prosedur OWAS dilakukan dengan melakukan observasiuntuk mengambil data postur, beban/tenaga, dan fase kerja.Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkodean berdasardata tersebut. Evaluasi penilaian didasarkan pada skor daritingkat bahaya postur kerja yang ada. Kemudian dihubungkandengan kategori tindakan yang harus diambil. Klasifikasi posturkerja dari metode OWAS adalah pada pergerakan tubuh bagianbelakang (back ), lengan (arms), dan kaki (legs). Setiap posturtubuh tersebut terdiri dari 4 postur bagian belakang, 3 posturlengan, dan 7 postur kaki. Berat beban yang dikerjakan jugadilakukan penilaian mengandung skala 3 point.

    Bagian Belakang (Back )

    Gambar 6.14 Postur Tubuh Bagian Belakang (Back )

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    36/210

     

    Bab VI  

    26

    Tabel 6.3 Skor Bagian Belakang (Back )

    Pergerakan Skor

    Lurus/tegak 1

    Bungkuk ke depan 2

    Miring ke samping 3

    Bungkuk ke depan dan miring ke samping 4

    Bagian Lengan ( Arms)

    Gambar 6.15 Postur Tubuh Bagian Lengan ( Arms)

    Tabel 6.4 Skor Bagian Lengan ( Arms)

    Pergerakan Skor

    Kedua tangan di bawah bahu 1

    Satu tangan pada atau di atas bahu 2

    Kedua tangan pada atau diatas bahu 3

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    37/210

     

    Bab VI  

    27

    Bagian Kaki (Legs)

    Gambar 6.16 Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs)

    Tabel 6.5 Skor Bagian Kaki (Legs)

    Pergerakan Skor

    Duduk 1

    Berdiri dengan kedua kaki lurus 2

    Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurusBerdiri atau jongkok dengan kedua lutut

    34

    Berdiri atau jongkok dengan satu lutut 5

    Berlutut pada satu atau dua lutut 6

    Berjalan atau bergerak 7

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    38/210

     

    Bab VI  

    28

    Beban (Load )

    Gambar 6.17 Ukuran Beban (Load )

    Tabel 6.6 Skor Berat Beban OWAS

    Beban/Load Skor

    < 10 kg 1

    < 20 kg 2

    > 20 kg 3

    Dibawah ini adalah perihal penjelasan tentang klasifikasisikap agar membedakan sikap masing-masing klasifikasi.

    1. Sikap Punggung

      MembungkukPenilaian sikap kerja diklasifikasikan membungkuk jikaterjadi sudut yang terbentuk pada punggung minimal

    sebesar 200

     atau lebih. Begitu pula sebaliknya jikaperubahan sudut kurang dari 200 , maka dinilai tidak

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    39/210

     

    Bab VI  

    29

    membungkuk. Adapun posisi leher dan kaki tidaktermasuk dalam penilaian batang tubuh (punggung).

    2. Sikap Lengan

      Yang dimaksud sebagai lengan adalah dari lengan atassampai tangan.

      Penilaian terhadap posisi lengan yang prlu diperhatikanadalah posisi tangan.

    3. Sikap Kaki

      DudukPada sikap ini adalah duduk dikursi dan semacamnya.

      Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurusPada sikap ini adalah kedua kaki dalam posisilurus/tidak bengkok dimana beban tubuh menumpukedua kaki.

      Berdiri bertumpu pada satu kaki lurusPada sikap ini adalah beban tubuh bertumpu pada satukaki yang lurus (menggunakan saru pusat gravitasilurus), dan satu kaki yang lain dalam keadaanmenggantung (tidak menyentuh lantai). Dalam hal inikaki yang menggantung untuk menyeimbangkan tubuhdan bila jari kaki yang menyentuh lantai termasuk sikapini.

      Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekukPada sikap ini adalah keadaan poatur setengah dudukyang yelah umum diketahui yaitu keadaan lutut ditekukdan beban tubuh bertumpu pada kedua kaki. Lututdikategorikan ditekuk jika sudut yang terbentuk adalah  1500.

      Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekukPada sikap ini dalam keadaan ini berat tubuh bertumpupada satu kaki dengan lutut ditekuk (menggunakanpusat gravitasi pada satu kaki dengan lutut ditekuk).

      Berlutut pada satu atau kedua lututPada sikap ini dalam keadaan satu atau kedua lutut

    menempel pada lantai.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    40/210

     

    Bab VI  

    30

      BerjalanPada sikap ini adalah gerakan kaki yang dilakukantermasuk gerakan ke depan, belakang, menyamping,dan naik turun tangga.

    4. Berat beban

      Dalam hal ini yang membedakan adalah berat bebanyang diterima dalam satuan kilogram (Kg). Berat bebanyang diangkat lebih kecil atau sama dengan 10 Kg (W  10 Kg ), lebih besar dari 10 Kg dan lebih kecil atau

    sama dengan 20 Kg (10 Kg  W  20 Kg ), lebih besardari 20 Kg (W  20 Kg ).

    Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiri dari empatlevel skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja.

    Tabel 6.7 Empat Level Sikap Kerja

    KATEGORI 1  :

    Pada sikap ini tidak masalah pada sistemmusculoskeletal. Tidak perlu perbaikan.

    KATEGORI 2  :

    Pada sikap ini berbahaya pada sistemmusculoskeletal (sikap kerja mengakibatkanpengaruh ketegangan yang signifikan). Perluperbaikan dimasa yang akan datang.

    KATEGORI 3  :

    Pada sikap ini berbahaya bagi sistemmusculoskeletal (sikap kerja mengakibatkanpengaruh ketegangan yang sangat signifikan).Perlu perbaikan segera mungkin.

    KATEGORI 4: Pada sikap ini berbahaya bagi sistemmusculoskeletal (sikap kerja ini mengakibatkanresiko yang jelas). Perlu perbaikan secaralangsung/saat ini.

    Berikut ini merupakan tabel kategori tindakan kerjaOWAS secara keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasisikap dari punggung, lengan, kaki, dan beban berat.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    41/210

     

    Bab VI  

    31

    Tabel 6.8 Kategori Tindakan Kerja OWAS

    1 2 3 4 5 6 7 LegsBack Arms

    1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1  

    2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1  1

    3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2  

    1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3  

    2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4  2

    3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 X

    1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1  

    2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1  3

    3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1  

    1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4  

    2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4  4

    3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4  

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    42/210

     

    Bab VI  

    32

    Tabel di atas menjelaskan mengenai klasifikasi postur-postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh posturkerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan posturkerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4,yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal(sikap kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perluperbaikan secara langsung/saat ini.

    Contoh Gerakan

    Gambar 6. 18 Posisi Sikap Pekerja

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    43/210

     

    Bab VI  

    33

    Kode Sikap Punggung : 4Bungkuk ke depan dan Menyamping.

    Kode Sikap Lengan : 1Kedua lengan berada di bawah bahu

    Kode Sikap Kaki : 3Berdiri bertumpu pada satu kaki

    Kode Berat Beban : 1Berat beban 3,5 Kg

    Kode Sikap OWAS : 4 1 3 1

    6.5 Material Handlin g  Bahan KimiaBerbahaya

    Keamanan pengangkutan bahan kimia berbahaya sangatpenting, agar terhindar dari malapetaka bagi tenaga kerja,kerusakan harta maupun kerugian jiwa termasuk alat angkutan.Dalam kegiatan transportasi bahan kimia berbahaya, bahayautama adalah bahaya kebakaran dan ledakan. Dalampengangkutannya perlu dipertimbangkan faktor-faktor antaralain:

    a. Pengaturan muatan secara keseluruhan.b. Pengaruh gerakan alat pengangkutan dalam cuaca yangtidak baik.

    c. Pengaruh perubahan suhu.d. Kelembaban terhadap keselamatan bahan kimia yang

    diangkut dan lain-lain.

    Dalam pengangkutan bahan kimia berbahaya,pengemudi ataupun setiap orang yang terlibat dalam prosespengangkutan harus dibekali pengetahuan tentang bahayabahan kimia yang diangkut dan upaya pencegahannya, tindakanbila terjadi kebocoran, kebakaran atau kecelakaan dan alamatuntuk meminta pertolongan.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    44/210

     

    Bab VI  

    34

    Penyimpanan dan pembuangan sisa bahan kimiaberbahaya tidak sama dengan pembuangan bahan buanganlainnya. Bahan kimia berbahaya yang akan dibuang hendaknyadiolah terlebih dahulu, dikemas dalam drum, botol, kaleng, truk,tangki atau lainnya dengan tanda dan label yang jelas.

    6.6 Rangkuman

    Masalah utama yang sering terjadi di industri adalahaktivitas perpindahan material dari satu proses menuju ke prosesberikutnya. Perpindahan tersebut dikenal dengan nama materialhandling. Jenis peralatan material handling diantaranya:conveyor, crane, hoist, dan truk. Masing-masing alat material

    handling tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.

    Manual material handling adalah suatu kegiatantransportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih denganmelakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong,menarik, mengangkut, dan memindahkan barang.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi manual materialhandling yaitu:

      Karakteristik pekerja

      Karakteristik material

      Karakteristik tugas

      Sikap kerja

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    45/210

     

    Bab VI  

    35

    6.7 Soal

      Apa yang dimaksud dengan material handling, manualmaterial handling.

      Sebutkan kerugian dan keuntungan pemakaian conveyordalam aktivitas material handling.

      Sebutkan kerugian dan keuntungan pemakaian cranedan hoist dalam aktivitas material handling.

      Sebutkan kerugian dan keuntungan pemakaian trukdalam aktivitas material handling.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    46/210

     

    Bab VII

    1

    BAB VII

    LINGKUNGAN KERJA FISIK

    7.1 Pendahuluan

    Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapanteknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakinkompleks dan rumit. Penerapan teknologi tinggi dan penggunaanbahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks

    tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM. Keterbatasanmanusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibahseperti: kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaranlingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja.

    Pada tempat kerja, terdapat beberapa faktor yangmempengaruhi lingkungan kerja seperti: kebisingan, temperatur,pencahayaan, getaran, bau-bauan, radiasi, bahan berbahayaberacun, ventilasi. Semua faktor tersebut dapat menimbulkangangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadapkesehatan dan keselamatan kerja. Lingkungan kerja yangnyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja

    secara optimal dan produktif. Dengan mempelajari bab ini, parasiswa diharapkan mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yangbisa mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.

    7.2 Temperatur  

    Untuk negara dengan empat musim, rekomendasi untukcomfort zone pada musim dingin adalah suhu ideal berkisarantara 19-23°C dengan kecepatan udara antara 0,1-0,2 m/detdan pada musim panas suhu ideal antara 22-24°C dengan

    kecepatan udara antara 0,15-0,4 m/det serta kelembaban antara40-60% sepanjang tahun. Sedangkan untuk negara dengan duamusim seperti Indonesia. rekomendasi tersebut perlu mendapat

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    47/210

     

    Bab VII

    2

    koreksi. Sedangkan kaitannya dengan suhu panas lingkungankerja, Grandjean (1993) memberikan batas toleransi suhu tinggisebesar 35-40°C; kecepatan udara 0,2 m/det; kelembabanantara 40-50%; perbedaan suhu permukaan < 4°C.

    7.2.1 Lingkungan Kerja Panas

    Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitarfurnaces, peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerjadi luar ruangan di bawah terik matahari dapat mengalamitekanan panas. Selama aktivitas pada lingkungan panastersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untukmemelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan

    dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dan luartubuh dengan kehilangan panas dan dalam tubuh. Selanjutnyafaktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antaratubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi,panas konveksi, panas radiasi dan panas penguapan. Berikut iniaktivitas-aktivitas kerja pada lingkungan kerja yang panas, yaituaktivitas kerja pada industri pengecoran logam.

    Gambar 7.1 Pekerja Mengawasi Tungku Peleburan Logam 

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    48/210

     

    Bab VII

    3

    Pada gambar 7.1 tersebut seorang pekerja sedang mengawasitungku peleburan logam. Kondisi ini menyebabkan pekerjaterpapar panas. Kondisi kerja pada gambar 7.2 juga tidakberbeda jauh dengan kondisi kerja pada gambar 7.1. Pekerjapada kondisi ini juga selama jam kerja terpapar panas.

    Gambar 7.2 Mengambil Cairan Logam dari Tungku

    Pekerja di lingkungan panas dapat beraklimatisasi untukmengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat strain). Padaproses aklimatisasi menyebabkan denyut jantung lebih rendahdan laju pengeluaran keringat meningkat. Khusus untuk pekerjayang baru di lingkungan panas diperlukan waktu aklimatisasiselama 1-2 minggu. Jadi, aklimatisasi terhadap lingkunganpanas sangat diperlukan pada seseorang yang belum terbiasadengan kondisi tersebut. Aklimatisasi tubuh terhadap panasmemerlukan sedikit liquid  tetapi lebih sering minum. Tabletgaram juga diperlukan dalam proses aklimatisasi. Seorangtenaga kerja dalam proses aklimatisasi hanya boleh terpapar

    50% waktu kerja pada tahap awal, kemudian dapat ditingkatkan10% setiap hari.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    49/210

     

    Bab VII

    4

    7.2.2 Pengaruh Temperatur TerhadapKesehatan dan Keselamatan Kerja

    Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparansuhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskansebagai berikut:

    1. Gangguan perilaku dan performansi keja seperti,terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curiandan lain-lain.

    2. Dehidrasi.Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yangberlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian

    cairan yang tidak cukup maupun karena gangguankesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    50/210

     

    Bab VII

    5

    minum). Gejala : lemah lesu, lelah, kantuk; berkeringatdingin dan pucat; banyak berkeringat; pusing; mual;dan pingsan. Cara mengatasi, jika pekerja sadar,istirahatkan di tempat yang sejuk; beri minum yangmengandung elektrolit. Jika pekerja pingsan, segeracari bantuan medis. Jangan diberi minum jika pekerjapingsan.

    7. Stroke karena panasPenyebab karena tubuh kepanasan sebab pekerjatidak dapat berkeringat. Kondisi ini dapat mematikan.Gejala kulit kering dengan bercak merah panas atautampak kebiru-biruan, kehilangan orientasi (bingung),kejang-kejang, pingsan, suhu tubuh yang cepat naik.Penanggulangan: cari bantuan medis segera,

    pindahkan yang bersangkutan ke tempat yang sejuk,copot alat-alat pelindung yang dipakainya, gunakanhanduk basah atau air dan kipas untukmendinginkannya sambil menunggu paramedis.

    7.2.3 Penilaian Lingkungan Kerja Panas

    Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panasdi tempat kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalahdengan mengukur suhu inti tubuh pekerja yang bersangkutan.

    Normal suhu inti tubuh adalah 37° C, mungkin mudah dilampauidengan akumulasi panas dan konveksi, konduksi, radiasi danpanas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja > 38°C, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yangdapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harusdilakukan pengukuran suhu lingkungan kerja

    .Pengukuran suhu lingkungan kerja bisa menggunakan

    termometer ruangan digital. Termometer ruangan ini mempunyaiketelitian sampai 0.1°C . 

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    51/210

     

    Bab VII

    6

     

    Gambar 7.3 Termometer Ruangan Digital

    Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperaturakan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:

       49 °C: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebihkurang 30 derajat Celcius: aktivitas mental dan daya tanggapmulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahandalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.

       30 °C: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun

    dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan,timbul kelelahan fisik.

       24 °C: Kondisi optimum

       10 °C: Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul.

    Harga-harga diatas tidak mutlak berlaku untuk setiap orangkarena sebenarnya kemampuan beradaptasi tiap orang berbeda-beda, tergantung di daerah bagaimana dia biasa hidup. Orangyang biasa hidup di daerah panas berbeda kemampuanberadaptasinya dibandingkan dengan mereka yang hidup di

    daerah dingin atau sedang. Tichauer telah menyelidiki pengaruhterhadap produktifitas para pekerja penenunan kapas, yang

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    52/210

     

    Bab VII

    7

    menyimpulkan bahwa tingkat produksi paling tinggi dicapai padakondisi temperatur 750F – 800F (240C - 270C)

    7.2.4 Pengendalian Lingkungan Kerja Panas

    Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekananpanas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempatkerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yangdilakukan. Secara ringkas teknik pengendalian terhadappemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskansebagai berikut:

    1. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi

    2. Mengurangi beban panas radiasi dengan cara:

      Menurunkan temperatur udara dan proses kerja yangmenghasilkan panas.

      Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.

      Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yangdapat memantulkan panas

    3. Mengurangi temperatur dan kelembaban.

    Cara ini dapat dilakukan melalui ventilasi pengenceran(dilution ventilation) atau pendinginan secara mekanis(mechanical cooling ). Cara ini telah terbukti secara dramatisdapat menghemat biaya dan meningkatkan kenyamanan.

    4. Meningkatkan pergerakan udara.Peningkatan pergerakan udara melalui ventilasi buatandimaksudkan untuk memperluas pendinginan evaporasi,tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det. Sehingga perludipertimbangkan bahwa menambah pergerakan udara padatemperatur yang tinggi (> 40°C) dapat berakibat kepadapeningkatan tekanan panas.

    5. Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara:

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    53/210

     

    Bab VII

    8

      Melakukan shift pekerjaan pada tempat panas pada pagidan sore hari.

      Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proseskerja untuk pemulihan.

      Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkanbeban kerja

    6. Pakaian pelindungPakaian khusus berbahan reflektif atau pakaian pendingindapat melindungi pekerja dari panas yang berlebihan.

    7. AirKarena mekanisme ’haus’ atau keinginan minum tubuh

    terkadang tidak cukup dirangsang oleh hilangnya cairantubuh melalui keringat, penting untuk menjadwalkan minumsekitar setengah gelas tiap setengah jam.

    8. PendidikanPekerja harus diajari bagaimana mengenali gejala penyakityang berhubungan dengan panas dan bagaimanamelakukan pertolongan pertama pada kasus tersebut.Mereka harus tahu mengapa penyakit dapat timbul danbagaimana mencegahnya.

    9. Penyesuaian

    Proses ini berarti membiarkan tubuh secara bertahapmenyesuaikan diri dengan panas. Proses ini menyebabkansuhu tubuh yang lebih rendah saat bekerja dan istirahat,keringat yang lebih banyak, detak jantung yang lebih lambatdan konsumsi oksigen yang lebih rendah. Karena hasil dariproses ini dapat hilang dengan cepat, pekerja harusmengalaminya lagi jika kembali dari libur yang lebih panjangdari seminggu.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    54/210

     

    Bab VII

    9

    7.3 Kebisingan

     Apakah kebisingan? Apakah pembicaraan dengan temandan keluarga termasuk kebisingan? Apakah musik termasukkebisingan? Apakah mesin pabrik yang bekerja dengankecepatan tinggi termasuk kebisingan?

    Yang membedakan antara musik dengan suara pabrikadalah apakah suara tersebut diinginkan. Pada kebanyakankasus musik adalah suara yang diinginkan, sedangkan suarapabrik adalah suara yang tidak diinginkan. Kendati musik adalahsuara yang diinginkan dalam intensitas tinggi dapat merusakpendengaran seperti suara pabrik. Efek kebisingan terhadapkesehatan tergantung dari kerasnya suara dan apakah suara

    tersebut diinginkan atau tidak.

    Kualitas suara ditentukan oleh frekuensi danintensitasnya. Frekuensi suara dinyatakan dengan jumlahgetaran tiap detik, atau Hertz (Hz). Sedang intensitas suaramerupakan besarnya tekanan suara, yang dalam pengukuransehari-hari dinyatakan dalam perbandingan logaritmis danmenggunakan satuan desibel (dB).

    Frekuensi suara di bawah 20 Hz disebut sebagaiinfrasonik, sedang di atas 20.000 Hz merupakan gelombangultrasonik. Frekuensi antara 20 – 20.000 Hz, dapat didengar oleh

    telinga manusia. Untuk komunikasi percakapan secara normal,diperlukan frekuensi antara 250 – 3000 Hz.

    Rangsang suara yang berlebihan atau tidak dikehendaki(bising), yang dijumpai di pabrik atau tempat-tempat yang ramaiakan mempengaruhi fungsi pendengaran. Berbagai faktor sepertiintensitas, frekuensi, jenis atau irama bising, lama pemajananserta lama waktu istirahat antar dua periode pemajanan, sangatmenentukan dalam proses terjadinya ketulian atau kurangpendengaran akibat bising. Demikian juga faktor kepekaan tiappekerja, seperti umur, pemajanan bising sebelumnya, kondisikesehatan, penyakit telinga yang pernah diderita, perlu pula

    dipertimbangkan dalam menentukan gangguan pendengaranakibat bising.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    55/210

     

    Bab VII

    10

    7.3.1 Seberapa Keras Suara yang TerlaluKeras?

    Cara sederhana untuk menentukan apakah tingkat suarayang ada di tempat kerja terlalu keras adalah:

      Jika anda harus berteriak atau berbicara keras dari jarakrentangan tangan untuk dapat dimengerti oleh lawanbicara anda.

      Jika telinga anda berdengung jika anda meninggalkanlokasi kerja.

      Jika anda kesulitan menangkap pembicaraan biasa

    setelah kerja

      Jika anda merasa pusing atau mengantuk karenakebisingan

      Jika rekan kerja anda juga memiliki masalah yang samaatau telah diperiksa dokter didiagnosa mengalamigangguan pendengaran.

    7.3.2 Anatomi Telinga Manusia

    Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitubagian luar (outer ear ), bagian tengah (middle ear ) dan bagiandalam (inner ear ). Ketiga bagian telinga tersebut memilikikomponen-komponen berbeda dengan fungsi masing-masingdan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suarayang berada di sekitar manusia.

    Tulang berbentuk spiral di bagian dalam telinga disebutcochlea yang dilapisi sel rambut yang halus. Gelombang bunyidihantarkan dari telinga bagian luar ke telinga bagian tengah dantelinga bagian dalam. Pada telinga bagian dalam, gelombangtekan menggerakkan sel rambut, yang lalu mengirim signal ke

    otak, melalui jaringan syaraf, tentang suara yang didengartelinga.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    56/210

     

    Bab VII

    11

    Kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak selrambut di bagian dalam telinga dan mengurangi kemampuantelinga untuk mendengar dan menghantarkan informasi ke otak.Jika sel rambut ini rusak, tidak dapat diperbaiki, sehinggakehilangan pendengaran yang terjadi akan permanen.

    Gambar 7.4 Struktur Telinga Manusia

    7.3.3 Suara di Tempat Kerja

    Suara dalam pembahasan Kesehatan dan KeselatanKerja akan difokuskan pada potensi gelombang suara sebagaisalah satu bahaya lingkungan potensial bagi pekerja di tempatkerja beserta teknik-teknik pengendaliannya.

    Sumber Suara

    Beberapa jenis sumber suara di dalam lingkungan kerja:

    a. Suara mesin

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    57/210

     

    Bab VII

    12

    Jenis mesin penghasil suara di tempat kerja sangatbervariasi, demikian pula karakteristik suara yangdihasilkan. Contoh sumber kebisingan di perusahaanbaik dari dalam maupun dari luar perusahaan seperti:

      Mesin pembangkit tenaga listrik seperti genset,mesin diesel, generator

      Mesin-mesin produksi

      Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu

    Gambar 7.5 Mesin Penyerut Kayu

    b. Benturan antara alat kerja dan benda kerjaProses menggerinda permukaan metal dan umumnyapekerjaan penghalusan permukaan benda kerja,penyemprotan, pengupasan cat, pengelingan, memaludan pemotongan seperti proses penggergajian kayu danmetal cutting . Kondisi ini akan menimbulkan kebisingan.Penggunaan gergaji bundar (circular blades) dapat

    menimbulkan tingkat kebisingan antara 80 dB – 120 dB.Gambar di bawah ini memperlihatkan proses benturan

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    58/210

     

    Bab VII

    13

    antara alat kerja dan benda kerja. Gambar 7.6 adalahproses memotong besi. Proses ini sangat bising sekali,apalagi kalau pekerja tidak memakai alat pelindung diri.

    Gambar 7.6 Aktivitas Memotong Besi

    Sedangkan gambar 7.7 merupakan aktivitas menggerindalogam. Menggerinda ini merupakan cara untuk menghaluskanpermukaan logam. Kondisi kerja menggerinda ini jugamenimbulkan suara yang bising.

    Gambar 7.7 Kegiatan Menggerinda

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    59/210

     

    Bab VII

    14

    c. Aliran material Aliran gas, air atau material-material cair dalam pipadistribusi material di tempat kerja, apalagi yang berkaitandengan proses penambahan tekanan dan pencampuransedikit banyak akan menimbulkan kebisingan di tempatkerja.

    7.3.4 Jenis Kebisingan

    Suara bisa berubah menjadi salah satu bahaya apabilamenimbulkan gangguan secara:

    a. Fisik (menyakitkan telinga pekerja)

    b. Psikis (mengganggu konsentrasi dan kelancarankomunikasi)

    Pada kondisi ini suara sudah berubah menjadi polutan. Polutantersebut dikenal dengan nama kebisingan.

    National Institute of Occupational Safety & Health (NIOSH) mendefinisikan status suara di mana suara berubahmenjadi polutan apabila:

    1. Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari104 dB.

    2. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawanharus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85dBA selama lebih dari 8 jam

    Kebisingan di lingkungan kerja dibagi menjadi dua jenis, yaitukebisingan tetap dan kebisingan tidak tetap.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    60/210

     

    Bab VII

    15

     

    Gambar 7.8 Jenis Kebisingan

    Kebisingan Tetap dalam prakteknya akan dibagi menjadidua macam kebisingan, yaitu:

      Kebisingan dengan frekuensi terputusKebisingan ini berupa nada-nada murni pada frekuensiyang beragam. Misal, suara mesin, suara kipas, dansebagainya.

      Broad band noiseKebisingan dengan frekuensi terputus dan broad bandnoise sama-sama digolongkan dengan kebisingan tetap.Perbedaannya adalah broad band noise terjadi padafrekuensi yang lebih bervariasi.

    Kebisingan Tidak Tetap dalam prakteknya dibagi menjaditiga macam kebisingan, yaitu:

      Kebisingan fluktuatifKebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang

    waktu tertentu

    Kebisingan

    Kebisingan TidakTetap

    Kebisingan Tetap

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    61/210

     

    Bab VII

    16

      Intermittent noiseMerupakan kebisingan yang terputus-putus dan besarnyadapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.

      Impulsive noiseKebisingan ini ditimbulkan oleh suara-suara berintensitastinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat,misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alatsejenisnya.

    7.3.5 Nilai Ambang Batas

    Kebisingan dapat menyebabkan dampak jangka pendek

    maupun jangka panjang pada pendengaran. Untukmenanggulangi kebisingan di pabrik, beberapa negaramenetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan.

    Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja adalahintensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yangmasih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkanhilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terusmenerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

    Berikut ini batas waktu pemaparan kebisingan per hariyang direkomendasikan oleh Departemen Tenaga Kerja

    Republik Indonesia pada tahun 1999.

    Tabel 7.1 Batas Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja

    Batas Waktu Pemaparan Per Hari Kerja Intensitas KebisinganDalam dBA

    8 Jam 85

    4 88

    2 91

    1 94

    30 Menit 97

    15 100

    7,5 1033,75 106

    1,88 109

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    62/210

     

    Bab VII

    17

    Batas Waktu Pemaparan Per Hari Kerja Intensitas KebisinganDalam dBA

    0,94 112

    28,12 Detik 11514,06 118

    7,03 121

    3,52 124

    1,76 127

    0,88 130

    0,44 133

    0,22 136

    0,11 139

     

    7.3.6 Pengaruh Kebisingan

    Secara umum pengaruh kebisingan ini dapat dibagimenjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya intensitaskebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruhpemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) dan kedua,adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (dibawah NAB):

    a. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi

    Pada kondisi ini terjadi kerusakan pada indera

    pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengarbaik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atauketulian.

    Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jeniskebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.

    Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggidapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnyatekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantungmeningkat, gangguan pencernaan.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    63/210

     

    Bab VII

    18

    b. Pengaruh Kebisingan Intensitas Rendah

    Tingkat kebisingan intensitas rendah atau di bawah NABbanyak ditemukan di lingkungan kerja seperti perkantoran, ruangadministrasi perusahaan dll. Dampak dari kebisingan ini secarafisiologis tidak merusak pendengaran. Namun, kondisi ini seringmenyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satupenyebab stress dan gangguan kesehatan lainnya. Stress inidapat mengakibatkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dandepresi. Secara spesifik stress karena kebisingan ini akanmengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

      Stress menuju keadaan cepat marah, sakitkepala, dan gangguan tidur

      Gangguan reaksi psikomotor

      Kehilangan konsentrasi

      Gangguan komunikasi antara lawan bicara

      Penurunan performansi kerja yang kesemuanyaitu akan bermuara pada kehilangan efisiensi danproduktivitas kerja.

    7.3.7 Sumber Kebisingan

    Suara atau bunyi ini diukur dengan satuan yang disebutdesibel . Satuan desibel  diukur dari 0 hingga 140, atau bunyiterlemah yang manusia masih bisa mendengar hingga tingkatbunyi yang dapat menyebabkan kerusakan permanen padatelinga manusia. Kata desibel  biasa disingkat ´dB´ danmempunyai 3 skala : A, B, dan C. Skala yang terdekat denganpendengaran manusia adalah skala A atau `dBA´.

    Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa

    sumber suara yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menilaitingkat keamanan kerja:

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    64/210

     

    Bab VII

    19

      Percakapan biasa ( 45 – 60 dB )

      Bor listrik ( 88 – 98 dB )

      Suara anak ayam di peternakan ( 105 dB )

      Gergaji mesin ( 110 – 115 dB )

      Musik rock metal ( 115 dB )

      Sirene ambulans ( 120 dB )

      Teriakan awal seseorang yang menjerit kesakitan( 140 dB )

      Pesawat terbang jet ( 140 dB )

    Sumber kebisingan yang berasal dari industri antara lain:

      Industri perkayuan  Pekerjaan pemipaan  Pertambangan batu bara dan logam.

    Gambar 7.9 Belokan Tajam (90o) akan Menambah Kebisingan Aliran

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    65/210

     

    Bab VII

    20

     

    Pipa yang dibuat dengan belokan tajam seperti pada gambar 7.9ini akan menimbulkan suara yang bising. Kebisingan ini terjadikarena ada benturan aliran. Kondisi tidak berbeda juga terjadipada gambar 7.10, dimana ada penambahan sudut kemiringan.Dengan semakin banyak sudut kemiringan, maka suara bisingakan menjadi lebih kuat.

     

    Gambar 7.10 Penambahan Sudut Kemiringan Pembelokan Aliran 

    7.3.8 Pengukuran Kebisingan

    Untuk mengukur tingkat kebisingan ini, ada dua carayang bisa dilakukan, yaitu:

    Pengukuran Langsung

    Pada pengukuran ini digunakan alat Sound Level Meter . Alat ini dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40 – 130dBA pada frekuensi antara 20 – 20.000 Hz. Sebelum dilakukan

    pengukuran harus dilakukan countour map lokasi sumber suaradan sekitarnya. Selanjutnya pada waktu pengukuran Sound

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    66/210

     

    Bab VII

    21

    Level Meter  di pasang pada ketinggian ± (140 – 150 m) atausetinggi telinga.

    Pengukuran pada Penerima Suara

    Jenis pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahuiberapa rerata intensitas suara yang diterima oleh pekerja selama jam kerja. Hal ini didasarkan pengalaman bahwa tidak seluruh

    waktu kerja, pekerja bekerja pada tempat yang sama melainkansering berpindah-pindah tempat. Sehingga pekerja juga tidakmenerima suara dari satu sumber suara yang tinggi. Dengandemikian jenis pengukuran ini lebih dimaksudkan untukmengurangi pengaruh pemaparan kebisingan orang per orang.

     Alat yang digunakan pada penelitian ini adalahdosimeter. Dosimeter adalah alat yang dipakai untuk mengukurtingkat kebisingan yang dialami pekerja selama shiftnya. Alat inidapat mengukur selama shift 8, 10, 12 jam, atau berapapunlamanya. Dosimeter dipasang pada sabuk pinggang dan sebuhmikrophone kecil dipasang dekat telinga. Dosimeter mengukur

     jumlah bunyi yang didengar pekerja selama shiftnya. Metertingkat suara dan dosimeter akan memberikan hasil berupaangka yang dapat dibandingkan dengan aturan batas maksimum

    Gambar 7.11 Sound Level  Meter

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    67/210

     

    Bab VII

    22

    ( 85 dBA untuk shift selama 8 jam, 40 jam per minggu –batasnya akan lebih rendah untuk waktu kerja yang lebih lama).

    Desibel diukur pada skala khusus, yang disebut skalalogaritma, dimana setiap penambahan 3 desibel berartiintensitas suara berlipat dua. Berarti, peningkatan dari 90 dBA ke93 dBA berarti suaranya dua kali lebih keras daripada 90 dBA,peningkatan dari 90 dBA ke 96 dBA berarti suaranya empat kalilebih keras daripada 90 dBA. Hal penting untuk diingat adalahpeningkatan kecil pada desibel berarti peningkatan besar padakerasnya suara dan makin parahnya kerusakan yang dapatdiakibatkannya pada telinga.

    Gambar 7.12 Noise Dosimeter

    7.3.9 Mengendalikan Tingkat Kebisingan

    Jika tingkat kebisingan diatas 85 dBA untuk shift selama8 jam, 40 jam per minggu, hukum mengharuskan perusahaan

    untuk mengurangi tingkat kebisingan yang ada.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    68/210

     

    Bab VII

    23

    a. Pengendalian Teknik di sumber suara adalah cara yangpaling efektif untuk mengurangi tingkat kebisingan. Tindakanyang harus dilakukan pertama-tama adalah sumber suaraterkeras. Pengendalian teknik yang dapat dikerjakan adalahsebagai berikut:

    1. Mendesain kembali peralatan untuk mengurangikecepatan atau benturan dari bagian yangbergerak, memasang peredam pada lubangpemasukan dan pembuangan, menggantiperalatan yang lama dengan peralatan baru yangmempunyai desain lebih baik.

    2. Merawat peralatan dengan baik, menggantibagian yang aus dan memberikan pelumas pada

    semua bagian bergerak.

    3. Mengisolasi peralatan dengan menjauhkannyadari pekerja, atau menutupinya.

    4. Memasang peredam getaran denganmenggunakan bantalan karet agar bunyi yangditimbulkan oleh getaran dan bagian logam dapatdikurangi; dengan mengurangi ketinggian daritempat barang yang jatuh ke bak atau banberjalan.

    5. Bahan penyerap bunyi dapat digantung di tempatkerja untuk menyerap bunyi di tempat tersebut

    Implementasi prinsip-prinsip pengendalian bahaya untukresiko yang disebabkan oleh kebisingan.

    Penggantian (substitution)

    1. Mengganti mesin-mesin lama dengan mesin baru dengantingkat kebisingan yang lebih rendah.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    69/210

     

    Bab VII

    24

    2. Mengganti ”jenis proses” mesin (dengan tingkatkebisingan yang lebih rendah) dengan fungsi prosesyang sama, contohnya pengelasan digunakan sebagaipenggantian proses riveting  (gambar 7.13). Prosesriveting ini akan mengakibatkan pelat kerja ketikamendapat getaran akan mengeluarkan bunyi yangberisik. Pelat yang digabung menjadi bergetar.

    Gambar 7.13 Penggantian Riveting  dengan Welding  

    Pemisahan (separation)

    1. Pemisahan fisikMemindahkan mesin (sumber kebisingan)ke tempat yanglebih lebih jauh dari pekerja.

    2. Pemisahan waktu (time separation)Mengurangi lamanya waktu yang harus dialami oleh seorangpekerja untuk berhadapan dengan kebisingan. Rotasipekerjaan dan pengaturan jam kerja termasuk dua cara yangbiasa digunakan.

    b. Pengendalian administratif untuk mengurangi efekkebisingan adalah dengan cara:

    1. Larangan memasuki kawasan dengan tingkatkebisingan tinggi tanpa alat pengaman.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    70/210

     

    Bab VII

    25

    2. Larangan/peringatan untuk terus mengenakan personnel protective equipment  selama berada didalam tempat dengan tingkat kebisingan tinggi.

    3. Dengan menggilir pekerja supaya waktupemajanan dan tingkat kebisingan yang diterimaoleh pekerja masih sesuai dengan nilai ambangbatas. Misalnya seorang pekerja terkenapemaparan yang terdiri dari berbagai intensitasdan waktu yang berbeda, maka rumus yangdigunakan adalah sebagai berikut:

    Tn

    Cn

    C  ...

    2

    2

    1

    1  ...........7.1

    yang hasilnya tidak melebihi 1

    di mana:

    C = total waktu pemaparan pada tingkat suaratertentu

    T = total waktu yang diperkenankan

    Contoh:

    Seorang pekerja bekerja pada 91 dBA selama 3 jam, pada 88 dBA selama 2 jam, 94 dBA selama1 jam, dan 100 dBA selama 0,5 jam.

    Jika dihitung, maka angka pemaparan kumulatifadalah:

    25,0

    5,0

    1

    1

    4

    2

    2

    3  

    = 5 lebih dari 1

    Karena angka pemaparan kumulatif lebih dari 1,atau melebihi batas yang diperkenankan, maka

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    71/210

     

    Bab VII

    26

    perlu dilakukan pengaturan waktu pemaparan.Secara administratif dapat diatur agar pekerjatersebut hanya bekerja di tempat dengankebisingan 91 dBA selama 0,25 jam, 88 dBAselama 0,5 jam, 94 dBA selama 0,15 jam, dan100 dBA selama 0,10 jam, sehingga pemaparankumulatif menjadi:

    25,0

    10,0

    1

    15,0

    4

    50,0

    2

    25,0

     

    = 0,8 kurang dari 1

    Pengendalian secara administratif ini dapat

    dipertimbangkan penggunaannya, akan tetapisangat terbatas dalam praktek pelaksanaannya.

    c. Pemakaian alat pelindung diri. Langkah yang paling baikuntuk melindungi pendengaran adalah melalui pengendaliansecara teknis. Akan tetapi, cara ini tidak selalu dapatdilakukan, sehingga alternatif terakhir diperlukan pemakaianalat pelindung telinga. Tergantung dari jenis, bahan dan carapemakaiannya, alat pelindung telinga tersebut dapatmengurangi kebisingan sampai 30 dBA.

    7.4 Pencahayaan

    Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenisgelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa.Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu,yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalamspektrum elektromagnetisnya.

    Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena

    sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    72/210

     

    Bab VII

    27

      Pijar  padat dan cair memancarkan radiasi yangdapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000K.Intensitas meningkat dan penampakan menjadisemakin putih jika suhu naik.

      Muatan Listrik: Jika arus listrik dilewatkan melaluigas maka atom dan molekul memancarkan radiasidimana spektrumnya merupakan karakteristik darielemen yang ada.

      Electro luminescence: Cahaya dihasilkan jika aruslistrik dilewatkan melalui padatan tertentu sepertisemikonduktor atau bahan yang mengandungfosfor.

      Photoluminescence: Radiasi pada salah satupanjang gelombang diserap, biasanya oleh suatupadatan, dan dipancarkan kembali pada berbagaipanjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkankembali tersebut merupakan fenomena yang dapatterlihat maka radiasi tersebut disebut fluorescenceatau phosphorescence. 

    7.4.1 Definisi dan Istilah yang Dipakai

    Dalam pencahayaan ada beberapa istilah yang harusdipahami. Istilah-istilah yang sering dipakai, yaitu:

      Lumen: Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalamsatuan unit sudut padatan oleh suatu sumber denganintensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu luxadalah satu lumen per  meter persegi. Lumen (lm) adalahkesetaraan fotometrik dari watt , yang memadukan responmata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens padapanjang gelombang 555 nm.

      Efficacy Beban Terpasang: Merupakan iluminasi/terang

    rata-rata yang dicapai pada suatu bidang kerja yang

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    73/210

     

    Bab VII

    28

    datar per watt pada pencahayaan umum didalamruangan yang dinyatakan dalam lux /W/m².

      Perbandingan Efficacy Beban Terpasang: Merupakanperbandingan efficacy beban target dan bebanterpasang.

      Luminaire: Luminaire adalah satuan cahaya yanglengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa lampu,termasuk rancangan pendistribusian cahaya,penempatan dan perlindungan lampu-lampu, dandihubungkannya lampu ke pasokan daya.

      Lux : Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatupermukaan. Cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-

    rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudahditentukan. Satu lux  setara dengan satu lumen per meterpersegi.

      Tinggi mounting : Merupakan tinggi peralatan atau lampudiatas bidang kerja.

      Efficacy cahaya terhitung: Perbandingan keluaran lumenterhitung dengan pemakaian daya terhitung dinyatakandalam lumens per watt.

      Indeks Ruang: Merupakan perbandingan, yang

    berhubungan dengan ukuran bidang keseluruhan terhadap tingginya diantara tinggi bidang kerja denganbidang titik lampu.

      Efficacy Beban Target: Nilai efficacy beban terpasangyang dicapai dengan efisiensi terbaik, dinyatakan dalamlux /W/m².

      Faktor pemanfaatan (UF): Merupakan bagian flux cahayayang dipancarkan oleh lampulampu, menjangkau bidangkerja. Ini merupakan suatu ukuran efektivitas polapencahayaan.

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    74/210

     

    Bab VII

    29

      Intensitas Cahaya dan Flux : Satuan intensitas cahaya Iadalah candela (cd) juga dikenal dengan internationalcandle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang jatuh pada setiap meter persegi (m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1m) jika sumber cahayanyaisotropik 1-candela (yang bersinar sama ke seluruh arah)merupakan pusat isotropik lingkaran. Dikarenakan luaslingkaran dengan jari-jari r adalah 4r2, maka lingkarandengan jari-jari 1m memiliki luas 4m2, dan oleh karenaitu flux cahaya total yang dipancarkan oleh sumber 1- cdadalah 41m. Jadi flux cahaya yang dipancarkan olehsumber cahaya isotropik dengan intensitas I adalah:

    Flux cahaya (lm) = 4 × intensitas cahaya (cd) ... 7.1

    Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa luxberkenaan dengan luas areal pada mana flux menyebar1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satumeter persegi, menerangi meter  persegi tersebut dengancahaya 1000 lux . Hal yang sama untuk 1000 lumens,yang menyebar ke sepuluh meter persegi, hanyamenghasilkan cahaya suram 100 lux .

     

    7.4.2 Hukum Kuadrat Terbalik

    Hukum kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antarapencahayaan dari sumber titik dan jarak. Rumus ini menyatakanbahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding terbalikdengan kuadrat jarak dari sumbernya (pada dasarnya jari-jari).

    E =I/d2  ................................................. 7.2

    DimanaE = Emisi cahayaI = Intensitas cahayaD = jarak

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    75/210

     

    Bab VII

    30

    Bentuk lain dari persamaan ini yang lebih mudah adalah:

    E1 d1² = E2 d2² ................................................... 7.3

    Jarak diukur dari titik uji ke permukaan yang pertama-tama kenacahaya – kawat lampu pijar jernih, atau kaca pembungkus darilampu pijar yang permukaannya seperti es.

    Contoh

    Jika seseorang mengukur 10 lm/m² dari sebuah cahayabola lampu pada jarak 1 meter, berapa kerapatan flux pada jaraksetengahnya?

    Penyelesaian:

    E1m = (d2 / d1)² * E2

    = (1,0 / 0,5)² * 10

    = 40 lm/m²

    7.4.3 Jenis-Jenis Sistim Pencahayaan

    Bagian ini menjelaskan berbagai jenis dan komponensistim pencahayaan.

    Lampu Pijar (GLS)

    Lampu pijar bertindak sebagai ‘badan abu-abu’ yangsecara selektif memancarkan radiasi, dan hampir seluruhnyaterjadi pada daerah nampak. Bola lampu terdiri dari hampaudara atau berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari

    kawat pijar tungsten, namun tidak akan menghentikanpenguapan. Warna gelap bola lampu dikarenakan tungsten yangteruapkan mengembun pada permukaan lampu yang relatif

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    76/210

     

    Bab VII

    31

    dingin. Dengan adanya gas inert , akan menekan terjadinyapenguapan, dan semakin besar berat molekulnya akan makinmudah menekan terjadinya penguapan. Untuk lampu biasadengan harga yang murah, digunakan campuran argon nitrogendengan perbandingan 9/1. Kripton atau Xenon hanya digunakandalam penerapan khusus seperti lampu sepeda dimana bolalampunya berukuran kecil, untuk mengimbangi kenaikan harga,dan jika penampilan merupakan hal yang penting. Gas yangterdapat dalam bola pijar dapat menyalurkan panas dari kawatpijar, sehingga daya hantar yang rendah menjadi penting. Lampuyang berisi gas biasanya memadukan sekering dalam kawattimah. Gangguan kecil dapat menyebabkan pemutusan aruslistrik, yang dapat menarik arus yang sangat tinggi. Jikapatahnya kawat pijar merupakan akhir dari umur lampu, tetapiuntuk kerusakan sekering tidak begitu halnya.

    Gambar 7. 14 Lampu Pijar dan Diagram Alir Energi Lampu Pijar

    Ciri-ciri:

      Efficacy – 12 lumens/Watt   Indeks Perubahan Warna – 1A 

      Suhu Warna - Hangat (2.500K – 2.700K)   Umur Lampu – 1-2.000 jam 

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    77/210

     

    Bab VII

    32

    Lampu Tungsten – Halogen

    Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu inimemiliki kawat pijar tungsten seperti lampu pijar biasa yangdigunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi dengan gashalogen. Atom tungsten menguap dari kawat pijar panas danbergerak naik ke dinding pendingin bola lampu. Atom tungsten,oksigen dan halogen bergabung pada dinding bola lampumembentuk molekul oksihalida tungsten. Suhu dinding bolalampu menjaga molekul oksihalida tungsten dalam keadaan uap.Molekul bergerak kearah kawat pijar panas dimana suhu tinggimemecahnya menjadi terpisah-pisah. Atom tungsten disimpankembali pada daerah pendinginan dari kawat pijar – bukanditempat yang sama dimana atom diuapkan. Pemecahanbiasanya terjadi dekat sambungan antara kawat pijar tungstendan kawat timah molibdenum dimana suhu turun secara tajam.

    Gambar 7.15 Lampu Halogen Tungsten

    Ciri-ciri:

      Efficacy – 18 lumens/Watt   Indeks Perubahan Warna – 1A   Suhu Warna – Hangat (3.000K-3.200K) 

      Umur Lampu – 2-4.000 jam 

  • 8/16/2019 Kelas XI Smk Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri 1(PENANGANAN MATERIAL)

    78/210

     

    Bab VII

    33

    Kekurangan:

      Lebih mahal   IR meningkat   UV meningkat   Masalah handling  

    Kelebihan:  Lebih kompak   Umur lebih panjang   Lebih banyak cahaya   Cahaya lebih putih (suhu warna lebih tinggi) 

    Lampu Neon

    Lampu neon, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampupijar standar dan dapat bertahan 10 hingga 20 kali lebih awet.Dengan melewatkan listrik melalui uap gas atau logam akanmenyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombangtertentu sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya.Tabung neon memiliki uap merkuri bertekanan rendah, dan akanmemancarkan sejumlah kecil radiasi biru/ hijau, namunkebanyakan akan berupa UV pada 253,7nm dan 185nm.

    Bagian dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor,hal ini dipilih untuk menyerap radiasi UV dan meneruskannya kedaerah nampak. Proses ini memiliki efisiensi sekitar 50%.Tabung neon merupakan lampu ‘katode