epidemiologi dan komorbiditas dari erysipelas pada layanan primer.doc

Upload: meli-amelia

Post on 08-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Epidemiologi dan komorbiditas dari erysipelas pada layanan primer

Tabel 1. Insiden dari erysipelas per 1000 pasien dari tahun 1994 sampai dengan 2004 berdasarkan umur.

Tabel 2. Insiden dari erysipelas berdasarkan kelompok umur per 1000 pasien dari tahun 1994 1995 dan 2003 2004.

Tabel 3. Angka kejadian dari pasien erysipelas dari tahun 1994 sampai dengan 2004.Tabel 4. Komorbid dari pasien dengan erysipelas dan dengan rekurensi erysipelas dan OR dengan 95% Cl pada parentheses

Erysipelas secara signifikan meningkat frekuensinya pada musim dingin bulan juni, july, dan Agustus dan berkurang pada Musim dingin di bulan desember, januari, dan februari ( data tidak ditampilkan ).

Selama periode 1994 2004, terdapat 1.655 kasus, erysipelas merupakan diagnosis pada 1.336 pasien yang berbeda. Pada 1.125 pasien ( 84% ), penyakit hanya sekali terjadi dan 211 pasien ( 16% ) telah rekuren lebih dari satu kali ( tabel 3 ). Proporsi dari rekurensi tidak berubah berdasarkan kelompok umur.

Angka kormobiditas dihubungkan dengan angka kejadian

Pada kelompok umur 45 64 tahun, ditemukan dermatofitosis ( OR 1.88 ), ulkus kulit kronik ( OR 7.34 ) dan obesitas ( OR 4.10 ) dimana angka kejadiannya meningkat lebih signifikan pada pasien dengan erysipelas dibandingkan dengan penyakit lainnya. Pada kelompok umur 65 tahun lebih Gagal jantung ( OR 2.91 ), phlebitis dan trombophelbitis ( OR 3.62 ), varises vena pada kaki ( OR 1.86 ), dermatofitosis ( OR 2.41 ), ulkus kulit kronik ( OR 4.52 ) dan diabetes melitus tipe 2 ( OR 2.78 ) angka kejadiannya juga lebih signifikan ( tabel 4 ).

Penyakit lokal lebih sering pada pasien dengan erysipelas rekuren dibandingkan dengan yang tanpa erysipelas. Pada kelompok umur 45 sampai dengan 64 tahun hanya dermatofitosis ( OR 4.24 ) yang lebih signifikan angka kejadiannya. Pada kelompok umur 65 tahun lebih hanya phlebitis dan thrombophebitis ( OR 3.62 ) dan ulkus kulit kronik ( OR 4.88 ) yang lebih signifikan angka kejadiannya ( tabel 4 ).

Kesimpulan

Peningkatan pada jenis kelamin spesifik dan umur pada insiden erysipelas adalah sekitar lebih pada umur 10 tahun dan terjadi khususnya pada kelompok umur lebih dari 75 tahun. Hal ini ternyata tidak bisa dijelaskan. Kelainan ini merupakan rekurensi dalam 16% pasien.

Penyakit lokal diantaranya dermatofitosis, ulkus kulit kronik, phlebitis dan varises vena tampak meningkat dengan resiko erysipelas, biasanya terjadi pada umur lanjut. Tambahan, diabetes melitus type 2, obesitas, dan penyakit gagal jantung meningkat resikonya. Terdapat Sedikit perbedaan pada komorbid diantara pasien dengan atau tanpa rekurensi dari erysipelas. Penyakit lokal diantaranya dermatofitosis, phlebitis, dan ulkus kulit kronik yang angka kejadian lebih sering pada pasien dengan rekurensi, tetapi CI lebih luas.

Pertanyaan terjawab apakah meningkatnya insiden erysipelas berhubungan dengan peningkatan infeksi dari streptococcus group A. baru baru ini staphylococcus aureus telah diisolasi dari lesi erysipelas bullosa dan pertanyaan apakah bakteri ini memainkan peranan sebagai etiologi atau lebih sebagai kontaminan [17, 18]. Beberapa peningkatan mungkin hasil dari penurunan imunitas host atau penurunan dari virulensi bakteri. Sepertinya hal ini sulit untuk membuat diagnosis bakteriologi dari erysipelas [19], hal ini akan menarik untuk membuat jalan masuk sampel bakteri yang terdapat pada kasus penanganan primer,tetapi ini tidak memungkinkan pada saat ini.Akan lebih menarik untuk memeriksa adanya relaps akibat tipe serologi yang sama atau reinfeksi terjadi dengan strain serotype yang berbeda.

Persentase dari kekambuhan dalam penelitian kami (16%) lebih rendah dari persentase yang dilaporkan sebelumnya(29,30%)(1,8).Ini dapat dijelaskan dengan oleh bias pada pasien yang dirawat di rumah sakit pada penelitian ini sebelumnya,karena kasus-kasus yang serius dan progresif masih terlihat pada rumah sakit

Dalam studi kami peningkatan insiden dari erysipelas selama musim panas dan penurunan selama musim dingin tampak begitu jelas dan nyata.Ini berkebalikan dengan infeksi saluran nafas atas,yang lebih sering terjadi pada musim dingin.Hubungan dengan pharyngitis streptococcal telah dikemukakan pada penelitian ini sebelumnya dan mungkin tidak begitu berhubungan(7,8)

Variasi dari komorbiditas telah dideskripsikan.Hasil yang kami dapatkan cocok dengan penelitian di rumah sakit(1,2,7,11).Para peneliti menemukan insufisiensi vena,limfaedema, dan toe-web intertrigo menyebabkan infeksi jamur pada hampir semua kasus. Gangguan dari lapisan pelindung kulit karena ulkus tungkai kaki atau luka menyebabkan peningkatan resiko. Faktor-faktor umum pada beberapa penelitian seperti DM(7,8) merupakan factor resiko dan yang lainnya obesitas(2,11). Gambar ini merupakan variasi kormobid yang kemungkinan hasil dari komposisi yang heterogen dari populasi yang dinilai pada data rumah sakit. Tidak masuknya stratifikasi umur atau kombinasi dari diabetes melitus type 1 atau 2 dalam penelitian ini.

Faktor resiko pada kelompok pasien dengan rekurensi erysipelas sedikit beda dari kelompok episodic tunggal yang juga digambarkan oleh leclerc et.al [21]. Seperti pavlotsky et.al [11] kami menemukan angka kejadian yang tinggi dari obesitas dan dermatifotosis pada kelompok pasien dengan episodic berulang.

Pada proyek intego setiap dokter membuat keputusan diagnosis dengan gejala klinik, sama dengan atau dinilai dari investigasi. Tidak ada diagnosis formal yang digunakan. Dokter memutuskan secara bebas pada catatan diagnosis di rekam mediknya. Ini bukan masalah yang real dari erysipelas, sejak itu diagnosis klinik, hanya berdasarkan anamnesis dan temuan klinik. Hal ini mungkin Bagaimana pun juga menpenngaruhi deteksi dari beberapa komorbiditas. Faktor gaya hidup seperti kebiasaan merokok, pengguna alkohol dan hygiene tidak dicatat.

Investigasi ini berdasarkan data dari jaringan registrasi yang berkelanjutan pada pelayanan primer dan merupakan respon untuk mengkritik bahwa perlu peningkatan kembali data penelitian rumah sakit untuk erysipelas.

Karena faktor lokal mungkin hasil dalam penurunan resiko dari terjadinya erysipelas. Hal ini penting untuk memberi perhatian lebih terhadap penyakit lokal pada pasien dengan predisposisi umum ( seperti obesitas atau pasien dengan penyakit kronik ). Hal ini memungkinkan terapi yang agresif untuk infeksi seperti dermatofitosis yang seharusnya dapat dicegah pada kejadian dari infeksi serius.