endokrin kegemukan

68
LAPORAN TUTORIAL SEMESTER IV MODUL KEGEMUKAN SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME DISUSUN OLEH: Kelompok 5 (Cempaka Putih) Bhismo Prasetyo (2012730119) Dea Putri Ikhsani (2012730121) M.Firsan Ilyas (2012730137) Melisa Ramadhani (2012730139) Nurasyiah Wulansari (2012730146) Reyhan Calabro (2012730149) Rizka Aulia.H (2012730150) Siti Sahara Andiyanti (2012730156) Yutika Adnindya (2012730159) Dr. dr. Tjahaja Haerani,Sp.ParK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Upload: muhammad-firsan-ilyas

Post on 24-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

problem based learning endokrin mengenai kegemukan berdasarkan skenario

TRANSCRIPT

Page 1: endokrin kegemukan

LAPORAN TUTORIAL

SEMESTER IV

MODUL KEGEMUKAN

SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME

DISUSUN OLEH:

Kelompok 5 (Cempaka Putih)

Bhismo Prasetyo (2012730119)

Dea Putri Ikhsani (2012730121)

M.Firsan Ilyas (2012730137)

Melisa Ramadhani (2012730139)

Nurasyiah Wulansari (2012730146)

Reyhan Calabro (2012730149)

Rizka Aulia.H (2012730150)

Siti Sahara Andiyanti (2012730156)

Yutika Adnindya (2012730159)

Dr. dr. Tjahaja Haerani,Sp.ParK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2014

Page 2: endokrin kegemukan

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan

karuniaNya maka Laporan Tutorial Modul Kegemukan Pada Penyakit Endokrin dan

Metabolisme dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa kita sampaikan salam dan

shalawat kepada Rasul junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat,

serta para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.

Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas wajib yang dilakukan setelah diskusi

Tutorial. Pembuatan laporan ini bertujuan untuk meringkas semua materi yang ada di Modul

2.

Terima kasih kami ucapkan kepada Dr. dr. Tjahaja Haerani,Sp.ParK yang telah

membantu kami dalam kelancaran diskusi Tutorial serta dalam membuatan laporan ini, serta

terima kasih pula kepada seluruh pihak yang sudah membantu kami dalam mencari

informasi, mengumpulkan data, dan menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini

memberikan manfaat kepada orang lain namun terutama pada para Mahasiswa Kedoteran.

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dimohonkan kritik dan saran yang

membangun agar kelak dapat lebih baik dari pada sebelumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 17 Maret 2014

Penyusun

Kegemukan— Kelompok 5 Cempaka Putih | i

Page 3: endokrin kegemukan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................3

I.1 Skenario....................................................................................................................................3

I.2 Kata Kunci................................................................................................................................3

I.3 Mind Map...................................................................................Error! Bookmark not defined.

I.4 Pertanyaan................................................................................................................................3

1 Sebutkan penyakit-penyakit yang meningkatkan BB dan

jelaskan!..............................5

2 Apa hubungan pusing pada bagian belakang kepala dengan penyakit pada scenario?

10

3 Jelaskan patomekanisme kenaikan berat badan, faktor-faktor apa saja yg menyebabkannya, dan bagaimana metabolisme lemak yg terjadi dalam tubuh!..........11

4 Jelaskan hubungan usia dan jenis kelamin dengan penyakit pada scenario? ………..15

5 Hormon apa saja yang berperan dalam kenaikan berat badan dan organ apa saja yang berperan dalam regulasi berat badan?..........................................................................16

6 Jelaskan hubungan RPK dengan skenario dan interpretasi hasil lab!..........................20

7 Jelaskan diagnosis differensial 1 pada skenario ? (sindrom metabolik)........................24

8 Jelaskan diagnosis differensial 2 pada skenario ? (dislipidemia)...................................32

9 Jelaskan diagnosis differensial 3 pada skenario ? (sindrom chusing)............................40

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................45

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 4: endokrin kegemukan

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Skenario

Seorang perempuan berusia 42 tahun, datang ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan

rutin. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien sering merasa pusing sejak 2 bulan

terakhir terutama dibagian belakang kepala yang tidak ada perubahan meski sudah minum

obat. Ibu dari pasien tersebut masih hidup, saat ini berusia 67 tahun tapi menderita

diabetes. Ayah sudah meninggal 8 tahun lalu karena serangan jantung. Pasien mengaku

tidak merokok dan jarang berolahraga.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan TB 150 cm, BB 70kg, TD 150/95mmHg. Pemfis lain

dibatas normal.

I.2 Kata Kunci

Perempuan 42 tahun

Anamnesis : Pusing bagian belakang kepala ( 2 bulan terakhir )

Ibu : Diabetes

Ayah : Serangan jantung

Tidak merokok, jarang olahraga

Pemfis : TB 150cm BB 70kg TD 150/95mmHg LP 94cm

PemLab : GDP 115mg/dL , Kolestrol total 280 mg/dL, LDL 180 mg/dL, HDL 32

mg/dL , Trigliserin 200 mg/dL, asam urat 9 mg/dL, lain2 normal

I.3 Pertanyaan

1. Sebutkan penyakit-penyakit yang meningkatkan BB dan jelaskan!

2. Apa hubungan pusing pada bagian belakang kepala dengan penyakit pada scenario?

3. Jelaskan patomekanisme kenaikan berat badan, faktor-faktor apa saja yg menyebabkannya, dan bagaimana metabolisme lemak yg terjadi dalam tubuh!

4. Jelaskan hubungan usia dan jenis kelamin dengan penyakit pada scenario? 5. Hormon apa saja yang berperan dalam kenaikan berat badan dan organ apa saja yang

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 5: endokrin kegemukan

berperan dalam regulasi berat badan?6. Jelaskan hubungan RPK dengan skenario dan interpretasi hasil lab!

7. Jelaskan diagnosis differensial 1 pada skenario (sindroma metabolic)!

8. Jelaskan diagnosis differensial 2 pada skenario ? (dislipidemia)

9. Jelaskan diagnosis differensial 3 pada skenario ? (sindrom chusing)

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 6: endokrin kegemukan

Nama : Bhismo Prasetyo Tutor: Dr. dr. Tjahaja Haerani, Sp.ParK

NIM : 2012730119

1. Sebutkan penyakit-penyakit yang meningkatkan BB dan jelaskan!

SINDROM METABOLIK

Sindrom Metabolik atau Sindrom X merupakan kumpulan dari faktor2risiko untuk terjadinya

penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada seorang individu. Faktor-faktor risiko tersebut

meliputi dislipidemi,hipertensi, gangguan toleransi glukosa dan obesitas abdominal/sentral.

Sindrom Metabolik yang juga disebut sindrom resistensi insulin atau sindrom X merupakan

suatu kumpulan faktor2 risiko yang bertanggung jawab terhadap peningkatan morbiditas

penyakit kardiovaskular pada obesitas dan DM tipe 2.

Komponen utama dari sindrom metabolik meliputi :

Resistensi insulin

Obesitas abdominal/sentral

Hipertensi

Dislipidemia : Peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar HDL kolesterol 

Sindrom Metabolik disertai dengan keadaan proinflammasi / prothrombotik dapat

menimbulkan peningkatan kadarC-reactive protein, disfungsi endotel, hiperfib-rinogenemia,

peningkatan agregasi platelet, peningkatan kadar PAI-1, peningkatan kadar asamurat, mikro

albuminuria dan peningkatan kadar LDL cholesterol.

Dislipidemia

Pada umumnya peningkatan fluks asam lemakke hati menyebabkan peningkatan produksi

VLDL. Pada RI terjadi peningkatan sistim trigliserida hepatic namun pada kondisi fisiologi

insulin lebih menghambat dari pada meningkatkan sekresi VLDL ke sirkulasi sistemik.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 7: endokrin kegemukan

Respon ini sebagian adalah pengaruh insulin terhadap degradasi apoB.60 tetapi insulin juga

lipogenik meningkatkan trnskripsi dan kegiatan enzim dari banyak gen yang terkait dengan

biosintesis trigliserinida. Selain itu juga RI dapat mengurangi kadar lipase lipoprotein

dijaringan perifer (dijaringan adipose lebih dari pada di otot). Hypertrigliserinida merupakan

pencerminan yang baik dari RI dan merupakan criteria penting pada diagnose SM.

Gengguan lipid lain adalah penurunan kolesterol HDL akibat penurunan susunan HDL dan

metabolism. Pada hipertrigliseridemia , penurunan isi ester kolesterol dari inti lipoprotein

menyebabkan penurunan isi kolesterol HDL dengan peningkatan beragam trigliserida

menjadikan partikel kecil dan padat, sebagian dari fungsi cholesterol ester trnsfer protein

(CETP). Hal ini meningkatkan bersihan HDL dari sirkulasi.

Selain itu juga terjadi perubahan susunan HDL menjadi HDL kecil padat (small dense HDL).

Partikel VLDLyang kaya trigliseridaakan mengalami hidrolisis oleh lipase hepatic menjadi

partikel LDL yang kecil dan padat yang bersifat aterogenik.

Gangguan toleransi glukosa

Defek kerja insulin pada metebolisme glukosa meliputi kekurangan kemampuan hormone

untuk menekan produksi glukosa oleh hati dan ginjal, juga memperantarai ambilan glukosa

dan metabolism di jaringan yang peka terhadap insulin (yaitu otot dan jaringan adiposa).

Resistensi insulin pada sel β pangkreas menujukkan bahwa sinyal yang menghasilkan sekresi

insulin tergantung glukosa telah berubah dan calon utama adalah asam lemak. Meskipun

asam lemak bebas dapat merangsang sekresi insulin meningkat dan peranjangan paparan

terhadap kadar yang berlebihan dapat menghasilkan menurunnya sekresi insulin. Mekanisme

untuk perubahan ini disebut lipotoksisitas.

Insulin juga dapat memberikan umpan balik terhadap sekresinya sendiri. Pada orang dengan

presdiposisi genetic terdapat timbulnya diabeter, stress dari lingkungan RI pada fungsi sel â

menyebabkan gangguan toleransi glukosa dan resiko diabetes.

Hypertensi

Hubungan antara RI dengan hypertensi telah diperjelas melalui beberapa mekanisme berbeda.

Pertama bahwa insulin adalah vasodilator bila diberikan kepada orang dengan berat badan

normal, dengan pengaruh sekunder terhadap reabsorsi natrium di ginjal. Bukti menunjukan

bahwa reabsorsi natrium meningkat pada kulit putih tetapi tidak pada orang Afrika atau Asia

dengan SM. Pada RI, pengaruh vasodilator insulin dapat menghilang tetapi pengaruh ginjal

terhadap reabsorsi natrium menetap. Asam lemak dapat memperantarai vasokonstriksi realtif.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 8: endokrin kegemukan

Insulin juga meningkatkan keaktifansistem saraf simpati. Namun bila dinilai dengan kadar

insulin puasa, HOMA atau HOMA-IR (HOMA-insullin Resistancy index), pengaruh RI

hanya sedang terhadap prevalensi hypertensi pada SM.

SINDROM CUSHING

Sindrom Cushing adalah plasma berlebihan dalam gangguan hormonal yang disebabkan

kortisol (hiperkortisolisme), baik oleh pemberian tubuh glukokortikoid sekresi kortisol jangka

panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh yang berlebihan akibat gangguan

aksis hipotalamus-hipofisis2 adrenal (spontan). Nama sindrom Cushing diambil dari Harvey

Cushing, seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun

1912.

Penyakit ini ditandai dengan obesitas badan (truncal obesity), hipertensi, mudah lelah,

amenorea, hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria, osteoporosis, dan

tumor basofilik hipofisis. Sindrom Cushing relatif langka dan paling sering terjadi pada usia

20 hingga 50 tahun. Orang yang menderita obesitas dan DM-tipe 2, disertai dengan hipertensi

dan gula darah yang tidak terkontrol, akan meningkatkan risiko terserang penyakit ini.3

Sebagian besar kasus sindrom Cushing disebabkan iatrogenik pemberian glukokortikoid

eksogen.

HIPOTIROID

Definisi

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang

rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-

kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena

hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel,

hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk

tubuh.

Etiologi

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari

populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada

wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 9: endokrin kegemukan

Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada

orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.

a.       Hashimoto's thyroiditis

b.      Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)

c.       Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)

d.      Penyakit pituitari atau hipotalamus

e.       Obat-obatan

f.       Kekurangan yodium yang berat

Jenis-jenis Hipotiroid

Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang

mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh

kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid

sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroid tersier.

a.       Primer

1.      Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium

2.      Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau

radiasi eksternal, agenesis, amiodaron

b.      Sekunder : kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau

kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)

Gejala- gejala hipotiroid

Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang

berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah

seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak

mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih nyata

ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan dengan

suatu perlambatan metabolisme tubuh.

Gejala-gejala umum sebagai berikut:

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 10: endokrin kegemukan

a.       Kelelahan

b. Depresi

c. Kenaikkan berat badan

d. Ketidaktoleranan dingin

e. Ngantuk yang berlebihan

f. Rambut yang kering dan kasar

g. Sembelit

h. Kulit kering

i. Kejang-kejang otot

j. Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat

k. Konsentrasi menurun

l. Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar

m. Kaki-kaki yang bengkak

Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak disekeliling mata,

suatu denyut jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung.

Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma

yang mengancam nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang

berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres,

atau luka trauma.

Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera dengan

hormon-hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara benar, hipotiroid

dapat dengan mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi

lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung

(cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-

paru (pleural effusion).

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 11: endokrin kegemukan

Nama : Rizka Aulia Hermawati Tutor: Dr. dr. Tjahaja Haerani, Sp.ParK

NIM : 2012730153

2. Apa hubungan pusing pada bagian belakang kepala dengan penyakit pada scenario?

Pada scenario, pasien hipertensi. Disfungsi system saraf pusat juga terjadi pada pasien dengan hipertensi. Sakit kepala daerah oksipital, paling sering pada pagi hari, adalah gejala dini hipertensi yang paling menonjol.Pusing kepala terasa ringan, vertigo, tinnitus, dan penglihatan kabur, atau sinkop juga mungkin ditemukan, tetapi manifestasi yang lebih serius disebabkan oklusi vaskuler, perdarahan atau enselopati. Infark serebral bersifat sekunder terhadap peningkatan arterosklerosis yangditemukan pada pasien hipertensi, sedangkan perdarahan serebral terjadi akibat tekanan arteriyang meningkat dan terbentuknya mikroaneurisma vaskuler serebral. Enselopati hipertensi atausakit kepala pada hipertensi berkaitan dengan spasme arterioler atau edema serebral (William,2005)

Referensi:William, Gordon. 2005. Hypertensive Vascular Disease. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo,D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J. L., eds. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th ed. USA: McGraw-Hill.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 12: endokrin kegemukan

Nama : Reyhan Calabro Tutor : Dr. dr. Tjahaja Haerani, Sp.ParK

NIM : 2012730149

3. Jelaskan patomekanisme kenaikan berat badan, faktor-faktor apa saja yg menyebabkannya, dan bagaimana metabolisme lemak yg terjadi dalam tubuh!

1) Mekanisme peningkatan Berat badan, yaitu:a. Faktor emosi dan stress

Sebagian orang menganggap bahwa makan merupakan salah satu alat pelepas ketegangan sehingga kondisi emosi atau stress dapat meningkatkan nafsu makan. Selain itu, kemungkinan faktor emosi/stess ini berpengaruh terhadap stimulasi α-adrenergik yang dapat menstimulasi pelepasan growth hormon. Dimana GH ini berlawanan dengan kerja inisulin dalam hal ambilan gula dan pelepasan asam lemakdan sesuai dengan kerja anabolik insulin dalam hal ambilan asam amino.

Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah gdimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.

b. Pembentukan sel-sel lemak yang berlebihanPembentukan sel-sel lemak yang berlebihan akibat peningkatan asupan

nutrisi disertai dengan kurangnya beraktivitas. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Jika jumlah energi dalam bentuk makanan yang memasuki tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan meningkat. Oleh

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 13: endokrin kegemukan

sebab itu, obesitas karena jumlah energi yang masuk lebih banyak daripada jumlah energi yang keluar. Untuk setiap 9,3 Kalori kelebihan energi yang memasuki tubuh maka 1 gram lemak disimpan.

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel

c. Gangguan endokrin tertentuTerjadinya gangguan berupa kelebihan atau kekurangan pada salah

satu hormon yang berpengaruh terhadap regulasi berat badan seperti yang telah disebutkan sebelumnya akan dapat mempengaruhi berat badan seseorang. Obat-obat tertentu, misalnya steroid dan beberapa antidepresi juga bisa menyebabkan penambahan berat badan.

d. Gangguan pusat pengaturan makan di hipotalamusHipotalamus basal mengontrol stabilitas berat badan. Beberapa regio

hipotalamus diimplikasi pada rasa lapar dan kenyang. Perangsangan inti ventromedialis hipotalamus akan menyebabkan rasa sangat keyang, oleh karena itu disebut sebagai pusat kenyang. Sedangkan inti lateral hipotalamus dikenal sebagai pusat lapar atau pusat makan.

Selain pusat lapar dan pusat kenyang yang telah disebutkan, masih banyak daerah lain di otak yang berpengaruh terhadap pengaturan asupan makanan. Sebagai contoh, lesi pada nukleus paraventrikular sering menyebabkan makan yang berlebihan dan telah ditegaskan secara khusus menyebabkan makan karbohidrat yang berlebihan. Sebaliknya, lesi pada nukleus dorsomedial hipotalamus biasanya menekan makan. Selain itu, lesi di dalam atau perangsangan daerah bagian otak bagian bawah, seperti area postrema, nukleus media kaudal traktus solitarius, atau saraf vagus, dapat mempengaruhi derajat makan.

Pusat yang lebih tinggi dari hipotalamus juga memainkan peranan penting dalam mengendalikan makan, terutama dalam pengendalian nafsu makan. Pusat ini khususnya mencakup amigdala, dan korteks prefrontal.

e. Faktor genetikObesitas cenderung diturunkan sehingga diduga memiliki penyebab

genetik. Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Hal ini dapat berupa kebiasaan makan banyak, tiga kali sehari dan setiap kali makan harus penuh yang didapatkan dari orang tua sejak kecil. Dan kebiasaan ini berlangsung sepanjang hidupnya hingga menyebakan obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ratarata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 14: endokrin kegemukan

2) Metabolisme lemak dalam tubuh, yaitu Makanan berlemak yang kita makan terdiri dari trigliserid dan kolesterol.

Selain kolestrol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang dieksresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol ini akan diserap ke dalam enterosit usus halus. Trigliserid diserap dalam bentuk asam lemak bebas dan kolestrol dalam bentuk kolesterol. Selanjutnya di usus, asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi trigliserid dan kolesterol mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester. Trigliserid dan kolesterol ester kemudian akan bergabung dengan fosfolipid dan apolipoprotein menjadi lipoprotein yang dikenal sebagai kilomikron

Kilomikron kemudian akan masuk ke saluran limfe dan melalui duktis torasikus akan masuk ke sirkulasi darah. Trigliserid dalam kilomikron kemudian mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel yang diaktivasi oleh apoprotein C-II yang dikandung oleh kilomikron dan VLDL menjadi FFA. FFA ini akan disimpan kembali sebagai trigliserid dalam jaringan adiposa, tetapi apabila terdapat dalam jumlah banyak akan menjadi dibawa ke hati untuk pembentukan trigliserid hati. Kilomikron yang telah kehilangan sebagian besar trigliserid dan mengandung banyak kolesterol ester disebut kilomikron remnant dan akan dibawa ke hati.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 15: endokrin kegemukan

Daftar Pustaka

Guyton & Hall. 2006. Medical Physiology Eleventh Edition. Philadelphia:Elsevier Saunders

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi 2. Jakarta :EGC.

Robbins, Cotran, Kumar. 1996. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 16: endokrin kegemukan

Nama : Melisa Ramadhani Tutor : Dr. dr. Tjahaja Haerani, Sp.ParK

NIM : 2012730139

4. Jelaskan hubungan usia dan jenis kelamin dengan penyakit pada scenario? Khasiat Hormon Estrogen

a. Pematang alat genital wanitab. Pengatur pembagian lemakc. Pigmentasi kulitd. Proses metabolik tubuhe. Proses pembekuan darahf. metabolisme tulang, seperti menurunkan pergantian sel-sel tulangg. Peningkatan faktor proteinh. Pengaturan kadar kolesterol darahi. Faktor-faktor libido, cairan tubuh, otot polos

Fungsi dari hormon Progesteron: 1. Mengatur siklus haid.2. Mengembangkan jaringan payudara.3. Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.4. Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.

Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin sebagai bentuk kompensasi sel beta pancreas.

1. HipertensiHipertensi bisa dikarenakan :

Pengaruh genetik• Pengaruh lingkungan• Intake kalori yang berlebihan• Aktivitas fisik rendah• Defisiensi zat-zat gizi

Resistensi juga berperan dalam pathogenesis hipertensi. Insulin merangsang sistem saraf simpatis, meningkatkan reabsorpsi natrium ginjal, memengaruhi transport kation dan mengakibatkan hipertrofi sel otot polos pembuluh darah. Pemberian infus insulin akut dapat menyebabkan hipotensi akibat vasodilatasi. Sehingga disimpulkan bahwa hipertensi akibat resistensi insulin terjadi akibat ketidakseimbangan antara efek pressor dan depressor

Sumber

http://kumpulan-farmasi.blogspot.com/2010/11/estrogen-dan-progesteron.html

Et a Glance sistem endokrin

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 17: endokrin kegemukan

Nama : Yutika Adnindya Tutor : Dr. dr. Tjahaja Haerani, Sp.ParK

NIM : 2012730159

5. Hormon apa saja yang berperan dalam kenaikan berat badan dan organ apa saja yang berperan dalam regulasi berat badan?

Hormon-hormon yang berperan dalam regulasi berat badan, yaitu:

1. Hormon insulinInsulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang

dihasilkan oleh sel beta pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (prekursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, dengan bantuan peptidase, proinsulin diuraikanlagi menjadi insulin dan peptida-C (C-Peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersama-sama melalui membran sel.

Insulin berperan penting dalam berbagai proses biologis dalam tubuh terutama menyangkut metabolisme karbohidrat Hormon ini berfungsi dalam proses utilisasi glukosa pada hampir seluruh jaringan tubuh terutama pada otot, lemak, dan hepar. Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin receptor substrate) yang terdapat pada membran sel. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam signal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa dalam sel otot dan lemak, dengan mekanisme yang belum begitu jelas. Bebera hal diketahui, diantaranya meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glukosa transporter-4) pada membran sel karena proses translokasi GLUT-4 dari dalm sel diaktivasi oleh adanya transduksi signal. Regulasi glukosa tidak hanya ditentukan oleh metabolisme glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar. Untuk mendapatkan metabolisme glukosa yang normal diperlukan mekanisme sekresi insulin disertai aksi insulin yang berlangsung normal.

2. Hormon TiroidKelenjar thyroid mensekresi dua jenis hormon, yaitu tiroksin (T4), mencapai 90 % dari seluruh sekresi kelenjar thyroid dan tri-iodotironin (T3) disekresi dalam jumlah kecil. Jika TSH mengikat reseptor sel folikel, maka akan mengakibatkan terjadinya sintesis dan sekresi tiroglobulin yang mengandung asam amino tirosin, ke dalam

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 18: endokrin kegemukan

lumen folikel.

Iodium yang tertelan bersama makanan dibawa aliran darah dalam bentuk ion iodida menuju kelenjar thyroid. Sel-sel folikuler memisahkan iodida dari darah dan mengubahnya menjadi molekul unsur iodium. Molekul iodium bereaksi dengan tirosin dalam tiroglobulin untuk membentuk molekul monoiodotirosin dan diiodotirosin, dua molekul diiodotirosin membentuk T4 sedangkan satu molekul monoiodotirosin dan satu molekul diiodotirosin membentuk T3. Sejumlah besar T3 dan T4 disimpan dalam bentuk tiroglobulin selama berminggu-minggu. Saat hormon thyroid akan dilepas di bawah pengaruh TSH, enzim proteolitik memisahkan hormon dari tiroglobulin. Hormon berdifusi dari lumen folikel melalui sel-sel folikular dan masuk ke sirkulasi darh. Sebagian besar hormon thyorid yang bersirkulasi bergabung dengan protein plasma.

Hormon thyroid meningkatkan laju metabolisme hampir semua sel tubuh. Hormon ini menstimulasi konsumsi oksigen dan memperbesar pengeluaran energi terutama dalam bentuk panas. Pertumbuhan dan maturasi normal tulang gigi, jaringan ikat, dan jaringan saraf bergantungpada hormon-hormon thyroid. Fungsi thyroid diatur oleh hormon perangsang thyroid (TSH) hipofisis, di bawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon thyroid yang berdirkulasi dan laju metabolik tubuh.

3. Hormon KortisolMineralokortikoid disintesis dalam zona glomerolus. Aldosteron merupakan

mineralokortikoid terpenting mengatur keseimbangan air dan elektrolit melalui pengendaliankadar natrium dan kalium dalam darah. Sekresi aldosteron diatur oleh kadar natrium darah tetapi terutama oleh mekanisme renin-angiotensin. Glukokortikoid disintesis dalam zona fasikulata. Hormon ini meliputi kortikosteron, kortisol, dan kortison. Yang terpenting adalah kortisol. Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak untuk membentuk cadangan molekul yang siap dimetabolisme. Hormon ini meningkatkan sintesis glukosa dari sumber non karbohidrat (glukoneogenesis). Simpanan glikogen di hati (glikogenesis) dan penningkatan kadar glukosa darah. Hormon ini juga meningkatkan penguraian lemak dan protein serta menghambat ambilan asam amino dan sintesis protein. Hormon ini juga menstabilisasi membran lisosom untuk mencegah  kerusakan jaringan lebih lanjut. Glukokortikoid adalah melalui kerja ACTH dalam mekanisme umpan balik negatif. Stimulus utama dari ACTH adalah semua jenis stres fisik atau emosional. Stres misalnya trauma, infeksi, atau kerusakan jaringan akan memicu impuls saraf ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian mensekresi hormon pelepas kortikotropin (CRH) yang melewati sistem portal hipotalamus-hipofisis menuju kelenjar pituitari anterior, yang melepas ACTH. ACTH bersirkulasi dalam darah meuju kelenjar adrenal dan mengeluarkan sekresi glukokortikoid. Glukokortikoid mengakibatkan peningkatan

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 19: endokrin kegemukan

persediaan asam amino, lemak, dan glukosa dalam darah untuk membantu memperbaiki kerusakan yang disebabkan karena stres dan menstabilkan membran lisosom untukmencegah kerusakan lebih lanjut. Gonadokortikoid (steroid kelamin) disintesis pada zona retikularis dalam jumlah yang relatif sedikit, steroid ini berfungsi terutama sebagai prekursor untuk pengubahan testosteron dan esterogen oleh jaringan lain.

4. Hormon pertumbuhanGH (growth hormon) atau hormon somatotropik (STH) adalah sejenis hormon

protein. Hormon ini mengendalikan seluruh sel tubuh yang mampu memperbesar ukuran dan jumlah disertai efek utama pada pertumbuhan tulang dan massa otot rangka. GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel tubuh dengan cara meningkatkan pemasukan asam amino melalui membran sel. GH juga menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel tubuh dengan demikian menambah glukosa darah. GH menyebabkan peningkatan mobilisasi lemak dan pemakaian lemak untuk energi. Selain itu, GH menyebabkan hati (mungkin juga ginjal) memproduksi somatomedin, sekelompok faktor pertumbuhan dependen-hipofisis yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.

Pengaturan sekresi hormon pertumbuhan terjadi melalui sekresi dua hormon antagonis. 1. stimulus untuk pelepasan, hormon pelepas hormon pertumbuhan  (GHRH) dari hipotalamus dibawa melalui saluran portal hipotalamus-hipofisis menuju hipofisis anterior tempatnya menstimulasi sintesis dan pelepasan GH. Stimulus tambahan untuk pelepasan GH melalui stress, malnutrisi, dan aktivitas yang merendahkan kadar gula darah seperti puasa dan olahraga. 2. Inhibisi pelepasan, sekresi GHRH dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam darah melallui mekanisme umpan balik negatif. Somatostatin, hotmon penghambat hormon pertumbuhan (GHIH) dari hipotalamus dibawa menuju hipofisis anterior melalaui sistem portal. Hormonm ini menghambat sintesis dan pelepasan GH. Stimulus tambahan untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan peningkatan kadar asam lemak darah.

5. Hormon epinefrinSecara keseluruhan efek hormone epineferin adalah untuk mempersiapkan

tubuh terhadap aktivitas fisik yang merespon stres, kegembiraan, cedera, latihan dan penurunan kadar gula. Efek epinefrin yang lain, yaitu meningkatkan frekuensi jantung, metabolisme, dan komsumsi oksigen. Kadar gula darah meningkat melalui stimulasi glikogenolisis pada hati dan simpanan glikogen otot. Pembuluh darah pada kulit dan organ-organ viseral berkontriksi sementara pembululh di otot rangka dan otot jantung berdilatasi.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 20: endokrin kegemukan

Organ – organ yang berpengaruh dalam regulasi berat badan yaitu:

1. Pankreas, yaitu berperan dalam sintesis hormon insulin dan glukagon. Insulin dan glukagon beperan dalam pengaturan kadar glukosa darah.

2. Hipotalamus, yaitu Hipotalamus basal mengontrol stabilitas berat badan yang berperan sebagai pusat lapar dan pusat kenyang

3. Hati, yaitu berperan dalam metabolisme lemak.4. Saluran pencernaan, yaitu berperan dalam pencernaan dan penyerapan zat-zat

makanan.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 21: endokrin kegemukan

Nama : Siti Sahara Andiyanti Tutor : Dr. dr. Tjahaja Haerani, Sp.ParK

Nim : 2012730156

6. Jelaskan hubungan RPK dengan skenario dan interpretasi hasil lab!

Diabetes melitus atau kencing manis merupakan penyakit sistem metabolisme tubuh

manusia akibat rusaknya organ pankreas untuk menghasilkan hormon insulin. Hormon

insulin ini berfungsi sebagai pengatur kadar gula darah. Faktor risikonya adalah

bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh,

kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinema. Semua faktor ini berinteraksi dengan

beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM.

Ciri-ciri orang yang terkena penyakit diabetes melitus adalah :

- Mudah merasa lapar dan haus

- Mudah mengantuk

- Kulit terlihat kering dan berkeriput

- Apabila luka, maka luka akan lama kering atau sulit kering.

Ketidakmampuan organ pankreas untuk menghasilkan hormon insulin ditentukan oleh gen

resesif d, sehingga dapat disimbolkan :

- Gen DD : Untuk sifat normal

- Gen Dd : Untuk sifat normal heterozigot/pembawa sifat penyakit

- Gen dd : Untuk sifat penyakit diabetes melitus.

Biasanya anak yang menderita penyakit diabetes melitus ini berasal dar pasangan yang

keduanya normal heterozigot. Atau dari pasangan yang normal heterozigot dengan penderita

penyakit diabetes melitus. Orang yang normal heterozigot tidak akan menampakkan gejala

penyakit sehingga terlihat normal tetapi membawa sifat penyakit/gen tersebut.

Sedangkan prevalensi perkiraan sindrom metabolik pada pasien dengan penyakit jantung

koroner (PJK) adalah 50%. terutama pada wanita. Dengan rehabilitasi jantung yang tepat dan

perubahan gaya hidup (misalnya, gizi, aktivitas fisik, penurunan berat badan, dan, dalam

beberapa kasus, Narkoba), prevalensi sindrom dapat dikurangi. dan Program Pendidikan

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 22: endokrin kegemukan

Kolesterol Nasional direvisi, masing-masing. Para NCEP direvisi dan definisi IDF sindrom

metabolik yang sangat mirip dan dapat diharapkan bahwa mereka akan mengidentifikasi

banyak individu sama dengan memiliki sindrom metabolik.

Beberapa orang secara genetik cenderung resistensi terhadap insulin. Bila faktor

predisposisi ini dikombinasikan dengan obesitas dan gaya hidup

sedentary, cluster kondisiyang membentuk sindrom metabolik dapat berkembang. Yang

menempatkan Anda pada risiko untuk mengembangkan diabetes tipe 2, dan kondisi

kardiovaskular antara lain seperti penyakit jantung, penyakit ginjal dan stroke. 

Interpretasi hasil lab

Tes Sampel Bukan DM Belum pasti DM DM

GDS  Plasma vena

 Darah kapiler

< 100

<  90

100 – 199

90 – 199

≥200

≥200

GDP Plasma vena

 Darah kapiler

< 100

<  90

100 – 125

90 – 109

≥126

≥110

GD2PP Plasma vena

 Darah kapiler

< 140

< 120

140 – 200

120 - 200

>200

>200

Total kolesterolInterpretasi

< 200 mg/dl Optimal

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 23: endokrin kegemukan

200 – 239 mg/dl Borderline

> 240 mg/dl Tinggi

LDL kolesterol Interpretasi

< 100 mg/dl Optimal

100 – 129 mg/dl Mendekati optimal

130 – 159 mg/dl Borderline

160 – 189 mg/dl Tinggi

> 190 mg/dl Sangat tinggi

HDL kolesterolInterpretasi

< 40 mg/dl Low

> 60  mg/dl High

HDL kolesterolInterpretasi

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 24: endokrin kegemukan

< 40 mg/dl Low

> 60  mg/dl High

Source :

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V

Kamus Kedokteran FKUI Edisi Keenam 2011

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 25: endokrin kegemukan

Divisi Kardiologi Fakultas kedokteran Universitas Sumatra Utara

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 26: endokrin kegemukan

Nama : Nurasyiah Wulansari D Tutor: Dr. dr. Tjahaja Haerani, Sp.ParK

NIM : 2012730146

7. Jelaskan diagnosis differensial 1 pada skenario (sindroma metabolic)!

Sindroma Metabolik

A. Pendahuluan

Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana terjadi penurunan sensitivitas jaringan

terhadap kerja insulin sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin sebagai bentuk kompensasi

sel beta pancreas. Resistensi insulin terjadi beberapa decade sebelum timbulnya penyakit

diabetes mellitus dan kardiovaskular lainnya. Sedangkan, sindroma resistensi insulin atau

sindroma metabolic adalah kumpulan gejala yang menunjukkan risiko kejadian kardiovakular

lebih tinggi pada individu tersebut. Resistensi insulin juga berhubungan dengan beberapa

keadaan seperti hiperurisemia, sindrom ovarium polikistik, dan perlemakan hati non-

alkoholik.

B. Epidemiologi

Pandemi sindroma metabolic juga berkembang seiring dengan peningkatan prevalensi

obesitas yang terjadi pada populasi asia, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan di Depok

(2001) menunjukkan prevalensi sindroma metabolic menggunakan kriteria NCEP-ATP III

dengan modifikasi Asia-Pasifik terdapat pada, 25.7% pria dan 25% wanita, penelitian

Soegondo (2004) melaporkan prevalensi sindroma metabolic sebesar 13.13% dan

menunjukkan bahwa kriteria IMT obesitas lebih dari 25 kg/m2 lebih cocok diterapkan pada

orang Indonesia. Penelitian di DKI Jakarta (2006) melaporkan prevalensi sindroma metabolic

yang tidak jauh berbeda dengan depok, yaitu 26.3% dengan obesitas sentral merupakan

komponen terbanyak (59.4%). Dibandingkan dengan komponen-komponen sindroma

metabolic, obesitas sentral paling dekat untuk memprediksi ada tidaknya sindroma metabolic.

Beberapa studi di wilayah Indonesia termasuk Jakarta, menunjukkan obesitas sentral

merupakan komponen yang paling banyak ditemukan pada individu dengan sindroma

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 27: endokrin kegemukan

metabolic. Pada akhirnya, tampilan klinis sindroma metabolic ini sangat dipengaruhi oleh

faktor etnik dan metabolic sehingga pola klinis di setiap populasi berbeda.

C. Etiologi

Etiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui secara pasti. Suatu hipotesis menyatakan

bahwa penyebab primer dari sindrom metabolik adalah resistensi insulin. Resistensi insulin

mempunyai korelasi dengan timbunan lemak viseral yang dapat ditentukan dengan

pengukuran lingkar pinggang atau waist to hip ratio. Hubungan antara resistensi insulin dan

penyakit kardiovaskular diduga dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang menimbulkan

disfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan vaskular dan pembentukan atheroma.

Hipotesis lain menyatakan bahwa terjadi perubahan hormonal yang mendasari terjadinya

obesitas abdominal. Suatu studi membuktikan bahwa pada individu yang mengalami

peningkatan kadar kortisol didalam serum (yang disebabkan oleh stres kronik) mengalami

obesitas abdominal, resistensi insulin dan dislipidemia. Para peneliti juga mendapatkan

bahwa ketidakseimbangan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal yang terjadi akibat stres akan

menyebabkan terbentuknya hubungan antara gangguan psikososial dan infark miokard.

D. Kriteria

Kriteria Klinis WHO NCEP-ATP III

Resistensi Insulin TGT, GDPT, DMT2, atau

sensitivitas insulin menurun

Ditambah dua dari kriteria

berikut

Resistensi Insulin tidak ada,

tetapi mempunyai 3 dari 5

kriteria berikut

Berat Badan Pria: Rasio Pinggang Panggul

> 0.90

Wanita: Rasio Pinggang

LP ≥ 102 cm pada pria atau

≥ 88 cm pada wanita

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 28: endokrin kegemukan

Panggung > 0.85

Dan/atau IMT >30 kg/m2

Lipid TG ≥ 150 mg/dl dan/atau

HDL-c < 35 mg/dl pada pria

atau < 39 mg/dl pada wanita

TG ≥ 150 mg/dl, HDL-c < 40

mg/dl pada pria atau < 50

mg/dl pada wanita

Tekanan Darah ≥ 140/90 mmHg ≥ 130/85 mmHg

Glukosa TGT, GDPT, DMT2 ≥ 110 mg/dl (termasuk

penderita diabetes)

Lainnya Mikroalbuminuria -

Faktor Risiko

1. Individu dengan obesitas, terutama bila lingkar pinggang lebihdari 90 cm pada pria

dan 80 cm pada wanita.

2. Individu dengan riwayat keluarga diabetes mellitus dan individu dengan prediabetes

3. Individudengan nprofil lemak darah abnormal terutama ditandai dengan kadar

trigliserida yang tinggidan kolesterol HDL yang rendah

4. Individu dengan hipertensi maupun prehipertensi

5. Individu dengan perlemakan hati

6. Wanita yang didiagnosis polycystic ovarian syndrome oleh dokterkebidanan

E. Patofisiologi

Pengetahuan mengenai patofisiologi masing-masing komponen sindroma metabolic

sebaiknya diketahui untuk dapat memprediksi pengaruh perubahan gaya hidup dan

medikamentosa dalam penatalaksanaan sindroma metabolic.

2. Obesitas Sentral

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 29: endokrin kegemukan

Obesitas yang digambarkan dengan IMT tidak begitu sensitive dalam

menggambarkan risiko kardiovaskular dan gangguan metabolic yang terjadi. Studi

menunjukkan bahwa obesitas sentral yang digambarkan oleh lingkar perut lebih

sensitive dalam memprediksi gangguan metabolic dan risiko kardiovaskular. Lingkar

perut menggambarkan baik jaringan adipose subkutan dan visceral. Meski dikatakan

bahwa lemak visceral lebih berhubungan dengan komplikasi metabolic dan

kardiovaskular, hal ini masih kontroversial. Peningkatan obesitas berisiko pada

peningkatan kejadian kardiovaskular. Variasi faktor genetic membuat perbedaan

dampak metabolic maupun kardiovaskular dari suatu obesitas. Seorang dengan

obesitas dapat tidak berkembang menjadi resistensi insulin, dan sebaliknya resistensi

insulin dapat ditermukan pada individu tanpa obesitas. Interaksi faktor genetic dan

lingkungan akan memodifikasi tampilan metabolic dari suatu resistensi insulin

maupun obesitas.

Jaringan adipose merupakan sebuah organ endokrin yang aktif mensekresi berbagai

faktro pro dan antiinflamasi seperti leptin, adiponektin, TNF-α, IL-6, dan resistin.

Konsentrasi adiponektin plasma menurun pada kondisi DM tipe II dan obesitas.

Senyawa ini dipercaya memiliki efek antiaterogenik pada hewan coba dan manusia.

Sebaliknya, konsentrasi leptin meningkat pada kondisi resistensi insulin dan obesitas

dan berhubungan dengan risiko kejadian kardiovaskular tidak tergantung dari faktor

risiko kardiovaskular, IMT, dan konsentrasi CRP.

3. Resistensi Insulin

Mendasari kelompok kelainan pada sindroma metabolic. Sejauh ini belum disepakati

pengukuran yang ideal dan praktis untuk resistensi insulin. Teknik clamp merupakan

teknik yang ideal namun tidak praktis untuk klinis sehari-hari. Permeriksaan GDP

juga tidak ideal mengingat gangguan toleransi glukosa puasa hanya dijumpai pada

10% sindroma metabolic. Bila melihat dari patofisiologi resistensi insulin yang

melibatkan jaringan adipose dan sistem kekebalan tubuh, maka pengukuran resistensi

insulin hanya dari pengukuran glukosa dan insulin perlu ditinjau ulang.

4. Dislipidemia

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 30: endokrin kegemukan

Dislipidemia yang khas pada sindroma metabolic ditandai dengan peningkatan

trigliserida dan penurunan kolesterol HDL. Kolesterol LDL biasanya normal, namun

mengalami perubahan struktur berupa peningkatan small dense LDL.Peningkatan

trigliserida plasma dipikirkan akibat peningkatan masukan asam lemak bebas ke hati

sehing terjadi peningkatan produksi trigliserida. Penurunan kolesterol HDL

disebabkan peningkatan trigliserida sehingga terjadi transfer trigliserida ke HDL.

Namun, pada subjek dengan resistensi insulin dan konsentrasi trigliserida normal

dapat ditemukan penurunan kolesterol HDL. Sehingga dipikirkan terdapat mekanisme

lain yang menyebabkan penurunan kolsterol HDL di samping peningkatan

trigliserida. Mekanisme yang dipikirkan berkaitan dengan gangguan masukan lipid

postprandial pada kondisi resistensi insulin, sehingga terjadi gangguan produksi

apolipoprotein A—I oleh hati yang selanjutnya mengakibatkan penurunan kolestero

HDL. Peran sistem imunitas pada resistensi insulin juga berpengaruh pada perubahan

profil lipid pada subjek dengan resistensi insulin.

5. Peran Sistem Imunitas pada Resistensi Insulin

Inflamasi subklinis kronik juga merupakan bagian dari sindroma metabolic. Marker

inflamasi berperan pada progresivitas DM dan komplikasi kardiovaskular. CRP

dilaporkan menjadi data prognosis tambahan tentang keparahan inflamasi pada subjek

wanita sehat dengan sindroma metabolic. Namun, belum didapatkan kesepakatan alur

diagnosis yang mampu menggabungkan peningkatan CRP, koagulasi, dan gangguan

fibrinolysis dalam memprediksi risiko kardiovaskular.

6. Hipertensi

Resistensi juga berperan dalam pathogenesis hipertensi. Insulin merangsang sistem

saraf simpatis, meningkatkan reabsorpsi natrium ginjal, memengaruhi transport kation

dan mengakibatkan hipertrofi sel otot polos pembuluh darah. Pemberian infus insulin

akut dapat menyebabkan hipotensi akibat vasodilatasi. Sehingga disimpulkan bahwa

hipertensi akibat resistensi insulin terjadi akibat ketidakseimbangan antara efek

pressor dan depressor.

F. Alur Diagnostik

1. Anamnesis

a. Pola Makan

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 31: endokrin kegemukan

b. Gaya Hidup

c. Olah Raga

d. Riwayat Keluarga

2. Pemeriksaan Fisik

a. Tekanan Darah

b. Pemeriksaan Antropometri

c. Lingkar Pinggang Panggul

d. Tebal lipatan kulit

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Skrining/Penapisan dengan glukosa meter

b. Glukosa Darah Puasa

c. Glukosa Darah Sewaktu

d. Glukosa Darah Postprandial

e. Profil lipid darah

f. Trigliserida

G. Penatalaksanaan

Target dan Tujuan Terapi Rekomendasi Terapi

Faktor Risiko Gaya Hidup

1. Menurunkan Obesitas

2. Diet Aterogenik

1. Mengurangi berat badan melalui

program keseimbangan aktivitas fisik

setidaknya selama 30 menit secara

kontinyu atau intermiten.

2. Mengurangi asupan lemak jenuh, lemak

trans, dan kolesterol

FaktorRisikoMetabolik

1. Menurunkan Tekanan Darah 1. Menurunkan Tekanan Darah hingga

<130/80 dengan menghentikan rokok,

menghindari konsumsi alcohol, serta

banyak mengkonsumsiserat. Dapat

dibantu dengan valsartan, ACE

Inhibitor terutama bila sudah terjadi

diabetes mellitus, serta angiotensin

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 32: endokrin kegemukan

2. Untuk menurunkan kadar glukosa

darah

3. Mengurangi faktor risiko trombotik dan

fibrinolitik

4. Untuk mengurangi dyslipidemia

aterogenik

reseptor blocker.

2. Dengan mendorong semangat untuk

melakukan aktivitas fisik, diharapkan

kadar HbA1c mendekati normal

3. Memulai dan meneruskan terapi aspirin

dosis rendah. Bila terjadi kontraindikasi

pada aspirin, dapat diberikan

klopidogrel. Terapi ini juga dapat

digunakan untuk proinflamasi

4. a. Diharapkan LDL-C meningkat, non

HDL-C juga meningkat

b. Untuk menurunkan trigliserida dan

HDL dapat digunakan fenofibrat,

gemfibrozil dapat memperbaiki

profil lipid dan menurunkan risiko

kardiovaskular.

H. Pencegahan

1. Pencegahan Primer

a. Pola hidup sehat dengan diet, olahraga teratur, dan melakukan medical check-

up secara berkala.

b. Melakukan screening

2. Pecegahan Sekunder

a. Mencegah sindroma metabolik berkembang menjadi penyakit diabetes

mellitus dan penyakit kardiovaskuler dengan melakukan olahraga teratur,

menjaga pola makan, dan menggunakan obat ACE Inhibitor sesuai saran

dokter.

3. PencegahanTersier

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 33: endokrin kegemukan

a. Mencegah agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat dan meningkatkan

kualitas hidup

I. Komplikasi

1. Diabetes Mellitus

2. PenyakitKardiovaskuler

3. Stroke

Referensi:

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V Inerna Publishing

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 34: endokrin kegemukan

Nama : M Firsan Ilyas Tutor : Dr. dr. Tjahaja Haerani,Sp.ParK

NIM : 2012730137

8.Jelaskan diagnosis differensial 2 pada skenario ? (dislipidemia)

Definisi

Dislipidemia didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi kenaikan trigliserida dan

kolesterol LDL/low-density lipoprotein (hiperlipidemia) serta penurunan kolesterol HDL

(high-density lipoprotein) (Robert W. Mahley, MD, PhD, 2006).

Lipid dan Lipoprotein

Didalam tubuh kita ditemukan 3 jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserid, dan fosfolipid. Oleh

karena sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka perlu dibuat bentuk yang terlarut.

Untuk itu perlu dibentuk suatu zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama

apolipoprotein atau apoprotein.

Pada manusia dapat dibedakan 6 jenis lipoprotein yaitu high-density lipoprotein (HDL)

dikenal juga sebagai kolesterol baik, low-density lipoprotein (LDL) dikenal juga sebagai

kolesterol jahat, intermediate-density lipoprotein (IDL), very low density lipoprotein

(VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil.

Etiologi

1. Faktor Jenis Kelamin

Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita. Hal tersebut disebabkan

karena pada wanita produktif terdapat efek perlindungan dari hormon reproduksi. Pria lebih

banyak menderita aterosklerosis, dikarenakan hormon seks pria (testosteron) mempercepat

timbulnya aterosklerosis sedangkan hormon seks wanita (estrogen) mempunyai efek

perlindungan terhadap aterosklerosis. Akan tetapi pada wanita menopause mempunyai risiko

lebih besar terhadap terjadinya aterosklerosis dibandingkan wanita premenopouse.

2. Faktor Usia

Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu juga

dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin

meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 35: endokrin kegemukan

relatif tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen

pembuluh darah dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun.

3. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya dislipidemia. Dalam ilmu

genetika menyebutkan bahwa gen untuk sifat – sifat tertentu (spesific – trait) diturunkan

secara berpasangan yaitu kita memerlukan satu gen dari ibu dan satu gen dari ayah, sehingga

kadar hiperlipidemia tinggi dapat diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karena faktor

kelainan genetik.

4. Faktor Kegemukan

Kegemukan erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah komplikasi yang dapat

terjadi sendiri – sendiri atau bersamaan. Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara energi yang masuk bersama makanan, dengan energi yang dipakai. Kelebihan energi

ini ditimbun dalam sel lemak yang membesar. Pada orang yang kegemukan menunjukkan

output VLDL trigliserida yang tinggi dan kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi.

Trigliserida berlebihan dalam sirkulasi juga mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida

LDL dan HDL mengalami lipolisis, akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas

ini secara tipikal ditandai dengan kadar HDL kolesterol yang rendah.

5. Faktor Olah Raga

Olah raga yang teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan

trigliserida menurun dalam darah, sedangkan kolesterol HDL meningkat secara bermakna.

Lemak ditimbun dalam di dalam sel lemak sebagai trigliserida. Olahraga memecahkan

timbunan trigliserida dan melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam aliran darah.

6. Faktor Merokok

Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan

menekan kolesterol HDL. Pada seseorang yang merokok, rokok akan merusak dinding

pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormon

adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar

kolesterol HDL dalam darah.

7. Faktor Makanan

Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis. Asupan

tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL sehingga

mempunyai risiko terjadinya dislipidemia.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 36: endokrin kegemukan

Patofisiologi

a) Jalur Metabolisme Eksogen

Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserida dan kolesterol. Selain kolesterol

yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekstresi

bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun

yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus

akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan diserap sebagai asam

lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas

akan diubah lagi menjadi trigliserida, sedang kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi

kolesterol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan apoloprotein akan membentuk

lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron.

Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus torasikus akan

masuk ke dalam aliran darah. Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh

enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas free tatty acid

(FFA) non-esterified fatty acid (NEFA). Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid

kembali dijaringan lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian

akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserid hati. Kilomikron yang

sudah kehilangan sebagian besar trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang

mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati.

b) Jalur Metabolisme Endogen

Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati disekresi ke dalam sirkulasi sebagai

lipoprotein B100. Dalam sirkulasi, triglisirid di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim

lipoprotein lipase (LPL), adan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami

hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL dan LDL akan mengangkut

kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung

kolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik

lainnya seperti kelenjar adreal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk

kolesterol– LDL. Sebagian lagi dari kolesterol – LDL akan mengalami oksidasi dan

ditangkap oleh reseptor seavebger – A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam

cell).

Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami

oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung

dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 37: endokrin kegemukan

oksidasi seperti:

• Meningkatnya jumlah LDL seperti pada sindrom metabolic dan diabetes militus.

• Kadar kolesterol – HDL, makin tinggi kadar HDL maka HDL bersifat protektif terhadap

oksidasi LDL

c) Jalur Reverse Cholesterol Transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apoliprotein (apo)

A, C, dan E: dan disebut HDLnascent. HDL nascent berasal dari usushalus dan hati,

mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apoliprotein A1. HDL nascent akan mendekati

makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil

kolesterol dari makrofag. HDL nesecant berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.

Agar dapat diambil oleh HDL nescent , kolesterol (kolesterol bebas) dibagian dalam dari

mikrofag harus dibawa kepermukaan membran sel mekrofag oleh suatu transporter yang

disebut adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1 atau disingkat ABC-1.

Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan diesterfikasi

menjadi kolesterol ester enzim lecithin choles-trol acyltransferase (LCAT). Selanjutnya

sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama

ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal denganSR-B1.

Jalur kedua dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).

Dengan demikian fungsi HDL sebagai “penyiap” kolesterol dari makrofag mempunyai dua

jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL danIDL untuk membawa

kolesterol kembali ke hati

Manifestasi klinis

Spektrum manifestasi klinis bervariasi luas dari asimptomatik hingga ke manifestasi klinis

yang jelas. Penderita dapat muncul dengan manifestasi klinis nyeri abdomen, xanthoma pada

telapak tangan dan kelopak mata, tendinitis, arcus cornea, xanthoma tuberosum, obesity dan

bahkan dengan manifestasi coronary heart diseases. Manifestasi klinis yang tampak dapat

membantu membedakan type kelainan ini dengan menggunakan klassifikasi Fredrickson dan

Lees.

Fredrickson and lees phenotype Peningkatan lipoprotein Peningktan lipid Prevalensi pada

anak Gejala dan tanda pengobatan

Tipe I Kilomikron Trigliserid jarang Masa anak (70%) sakit perut, pankreati tis, erupsi

xantoma,tanpa CHD pada anak Diet rendah lemak (10-15 g/hari

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 38: endokrin kegemukan

Tipe II a LDL Kolesterol sering Xantoma pada mata, dan telapak tangan, tendinitis pada

achiles,CHD(homozigot) Rendah kolesterol,tinggi lemaktakje uh,Sequestrant jika tdk respon

dgn diet,BB diturunkan pada obesitas

Tipe II b LDL dan VLDL Kolesterol Trigliserid Tidak sering Tanpa gejala dan tanda

Rendahkolesterol,turunkan BB pada obesitas

Tipe III Remnat kilomikron dan IDL Kolesterol Trigliserid Sangat jarang Xantoma pada

telapak tangan dan tuberosum Dietrendahko lesterol,

rendah lemak dan kontrol BB.

Tipe IV VLDL Trigliserid Relatif tidak sering Obesitas,erups ixantoma ,nyeri perut.

Dietrendah Lemak,kolesterol,kontrol BB

Tipe V Kilomikron dan VLDL Trigliserid kolesterol Sangat jarang Obesitas,Erupsi

xantoma,CHD jarang Diet rendah lemak,Kontrol BB.

Klasifikasi Dislipidemia dan Kadar Lipid Normal

Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer yang tidak jelas sebabnnya dan

sekunder yang mempunyai penyakit dasar seperti pada sindroma nefrotik, diabetes melitus,

hipotiroidisme.

Kapan disebut lipid normal sebenarnya sulit di patokkan pada satu angka, oleh karena normal

untuk seseorang belum tentu normal untuk orang lain yang disertai faktor resiko koroner

multiple. Walaupun demikian, National Cholesterol Education Program Adult Panel III

(NCEP-ATP III) telah membuat satu batasan yang dapat dipakai secara umum tanpa melihat

faktor resiko koroner seseorang.

Kadar Lipid Serum Normal

Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserid menurut

NCEP ATP III 2001 mg/dl

Kolesterol total

<200 optimal

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 39: endokrin kegemukan

200-239 diinginkan

> 240 tinggi

Kolesterol LDL

< 100 optimal

100-129 mendekati optimal

130-159 diinginkan

160-189 tinggi

>190 sangat tinggi

Kolesterol HDL

< 40 rendah

> 60 tinggi

Trigliserid

<150 optimal

150-199 diinginkan

200-499 tinggi

>500 sangat tinggi

Obat Untuk Dislipidemia

o Bile Acid Sequestrans

Terdapat 3 jenis obat yaitu cholestyramin, colestipol, dan colesevelam. Cara kerja nya

menghambat sirkulasi enterohepatik asam empedu dan meningkatkan sintesis asam empedu

dan reseptor LDL. Untuk dosis kolestiramin adalah 8-16 g/ hari dua atau tiga kali pemberian.

Dosis colestipol 10-20 gr/ hari dua atau tiga kali pemberian. 6,5 g/ hari untuk colesevelam.

Efek samping dari obat ini berupa obstipasi, mual dan perut tidak enak.

o HMG-CoA Reductase Inhibitor

Pada saat ini telah dipasarka 6 jenis yaitu lofastatin (dosis 10-80 mg/ dl), simvastatin (dosis

10-40 mg/ dl), pravastatin (dosis 5-40 mg/ dl), fluvastatin (20-40 mg/ dl), atrovastatin (10-80

mg/ dl), dan rosuvastatin (dosis 10-20 mg/ dl). Cara kerjanya menurunkan sintesis kolesterol

dan meningkaykan reseptor LDL. Efek samping berupa gangguan fungsi hati dan miositis.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 40: endokrin kegemukan

o Derivat Asam Fibrat

Cara kerja nya meningkatkan LPL dan hidrolisis TG, menurunkan sintesis VLDL dan

meningkatkan katabolisme LDL. Sediaan nya Gemfibrozil (dosis 600-1200 mg) dan

fenofibrat (dosis 160 mg). Efek samping nya berupa mual, gangguan fungsi hati, miosis.

o Asam nikotinik

Cara kerja nya menurunkan sintesis VLDL dan LDL. Sediaannya Niasin 50-100 mg 3 kali

pemberian, kemudian ditingkatkan 1-2,5 g tiga kali pemberian. Misalnya selama seminggu

375 mg/ hari kemudian ditingkatkan secara bertahap sampai mencapai dosis maksimal sekitar

1500-2000 mg/ hari. Efek samping berupa flushing, takikardia, gatal, mual, diare,

hiperurisemia, ulkus peptik, intoleransi glukosa, dan gangguan fungsi hati.

o Ezatimibe

Cara kerja nya menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus. Dosis 10 mg/ hari. Efek

samping sakit kepala, nyeri perut, dan diare.

o Asam lemak omega 3

Cara kerja menurunkan sintesis VLDL. Dosis obat tergantung dari jenis kombinasi asam

lemak. Contoh Maxepa yang terdiri atas 18% asam eicosapentaenoic dan 12% asam

docasahexaenoic diberikan dengan dosis 10 capsul sehari. Efek samping mual.

Penatalaksanaan

Dianjurkan agar pada semua pasien dislipidemia harus dimuali dengan pengobatan non-

farmakologis terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan pemberian obat penurun lipid. Pada

umumnya pengobatan non-farmakologis dilakukan selama 3 bulan sebelum memutuskan

untuk memberikan pengobatan farmakologis.

Penatalaksanaan Non-farmakologis

o Berhenti merokok

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 41: endokrin kegemukan

o Jalani diet rendah kalori, kurangi asupan lemak total dan kolesterol

o Hindari makanan yang berkadar gula tinggi

o Gunakan minyak jenuh tunggal, misalnya minyak kanola atau minyak zaitun untuk

memasak makanan.

o Konsumsi buah dan sayuran sebanyak 5 porsi atau lebih setiap hari dapat mencukupi

kebutuhan tubuh akan vitamin esensial dan serat.

o Batasi konsumsi garam sebanyak <6 g/ hari. Untuk penyakit hipertensi dan jantung

koroner <3 g/ hari.

o Konsumsi vitamin antioksidan (A, C, E)

o Hindari minuman beralkohol

o Berolahraga secara teratur

o Turunkan BB yang berlebih

o Makanlah makanan yang banyak mengandung asam lemak omega 3

Penatalaksanaan Farmakologis

NCEP-ATP III menganjurkan sebagai obat pilihan pertama adalah golongan HMG-CoA

reductase inhibitor. Penatalaksanaan pada DM tipe 2 dan sindroma metabolik tidak banyak

berbeda dengan dislipidemia. Perbedaan utamanya adalah pada semua pasien DM kadar

kolesterol LDL harus <100 mg/ dl.

KOMPLIKASI

Aterosklerosis,penyakit jantung koroner ,strok ,pankreatitis akut

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 42: endokrin kegemukan

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI edisi IV, Jakarta: 2007.

Nama : Dea Putri Ikhsani Tutor : Dr. dr. Tjahaja Haerani,Sp.ParK

Nim : 2012730121

9. Jelaskan diagnosis differensial 3 pada skenario ? (sindrom chusing)

1. Definisi

a. Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolik

gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap (Price,

2005).

b. Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik

gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar

yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik

senyawa-senyawa glukokortikoid (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, hal. 1088)

c. Sindrom Cushing adalah peningkatan kadar kortisol plasma (diambil pada pukul 24.00) dan hilangnya variasi diurnal, tes supresi dengan deksamentason dosis rendah untuk mengkonfirmasi diagnosis, tes dosis tinggi untuk membedakan antara penyakit hipofisis, kadar ACTH serum untuk mengetahui penyebab sekunder ( PIERCE A.GRACE & NEIL R.BORLEY at A Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga,EMS, hal. 141)

2. Penyebab

a. Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang berlebihan,

kelebihan stimulasi  ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa

adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan

sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang

mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut

penyakit cusing.

b. Sindrom cuhsing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang

dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada

gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan,

hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab

patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 43: endokrin kegemukan

Penyebab tersering :

Sekresi berlebihan : kelebihan kortikosteroid akibat terapi steroid, tumor hipofisis penghasil ACTH, adenoma atau karisnoma korteks adrenal, produksi ACTH ektopik,misalnya karisnoma oat-cell pada paru.

3. Gejala Klinis

a. Gejala hipersekresi kortisol (hiperkortisisme) yaitu :

Obesitas yang sentrifetal dan “moon face”.

Kulit tipis sehingga muka tampak merah, timbul strie dan ekimosis.

Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.

Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi dan kifosis.

Aterosklerosis yang menimbulkan hipertensi.

Diabetes melitus.

Alkalosis, hipokalemia dan hipokloremia

b. Gejala hipersekresi  ketosteroid :

Hirsutisme ( wanita menyerupai laki-laki )

Suara dalam.

Timbul akne.

Amenore atau impotensi

Pembesaran klitoris.

Otot-otot bertambah (maskuli nisasi)

c. Gejala hipersekresi aldosteron.

Hipertensi.

Hipokalemia.

Hipernatremia.

Diabetes insipidus nefrogenik.

Edema (jarang)

4. Patofisiologi

Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang mencakup umur

kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk

meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduski dengan jumlah

yang adekuat. Hiperflasia kelenjar adrenal dan pemberian kortikosteroid atau ACTH dapat

pula menimbulkan sindrom cushing, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 44: endokrin kegemukan

fungsi kortek adrenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan

menghilang. Tanda dan gejala sindrum cushing terutama terjadi sebagai akibat dari sekresi

glukokortikoid dan androgen yang berlebihan, mekipun sekresi meneralorkortikoid juga

dapat terpengaruh.

1. Glukokortikoid (terutama kortisol) berfungsi :

a. Merangsang glikoneogenesis di hati

b. Menghambat pengambilan glukosa di sel perifer

c. Merangsang lipolisis, pemecahan protein di perifer, dan pembentukan protein

plasma (misal, angiotensinogen) di hati

d. Meningkatkan pembentukan eritrosit, trombosit, dan granulosit neutrofil

e. Menurunkan pembentukan melalui lipokortin dan vasokortin, menekan pelepasan

histamin, interleukin dan limfokin

f. Menghambat pembentukan antibody

g. Menekan inflamasi dengan menghambat proliferasi jaringan ikat, namun pada saat

yang bersamaan menghambat sintesis dan perbaikan kolagen

h. Merangsang sekresi asam dan pepsin di lambung dan memperlambat

pembentukan mukus

i. Menurunkan kadar kalsium dan fosfat di dalam plasma, sebagian dengan

menghambat pembentukan kortisol

j. Mensintesitisasi pembuluh darah dan jantung terhadap ketolamin, sebagian

menghambat sintesi prostaglandin, merangsang pelepasan norepinefrin, dan

meningkatkan ekstrabilitas sistem saraf.

2. Mineralkortikoid (terutama aldosteron), berfungsi :

a. Meningkatkan retensi Na+ dan air di ginjal

b. Memfasilitasi peningkatan tekanan darah dan merangsang pengeluaran K+, Mg+2,

dan H+ di ginjal, dan secara bersamaan merangsang pengambilan kalium intrasel.

3. Dehidro-epindrosteron (DHEA), merupakan prekursor hormon seks steroid juga

dibentuk di adrenal.

Kelebihan glukokortikod mendorong timbumlnya diabetes melitus, yaitu diabetes steroid,

yakni pelepasan insulin ditigkatkan. Asam lemak bebas yang dibentuk melalui perangsangan

lipolisis digunakan di hati untuk menghasilkan lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL)

yang akan dilepaskan ke dalam darah. Selain itu, hati membentuk benda keton dari asam

lemak. Penyebaran jaringan lemak terjadi akibat perbedaan sensitivitas dari jaringan lemak

perifer terhadap glukokortikoid dan insulin. Hal ini menyebabkan penyimpanan lemak yang

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 45: endokrin kegemukan

bersifat sentripetal, wajah bulat atau Moon face, dan terjadi penimbunan lemak dileher

(“buffalo”hump), sedangkan dikaki tetap kurus. Pemecahan protein perifer menyebabakan

penurunan massan otot, osteoporosis (kehilangan matriks tulang), striae (pemecahan jaringan

subkutan), dan purpura (peningkatan fragilitas vaskular). Karena perbaikan terganggu,

penyembuhan luka menjadi terhambat. Pengaruhnya pada tulang diperburuk oleh defisiensi

CaHPO4 dan pada anak-anak menyebabkan pertumbuhan terhambat. Pengaruhnya pada

darah menyebabkan polisitemia, trombosis, dan peningkatan koagulabilitas. Sistem imun

yang lemah memudahkan terjadinya infeksi infeksi. Sensitifitas sirkulasi terhadap

ketokolamin di antaranya menyebabkan peningkatan kontraktilitas jantung dan vasokontriksi

perifer sehingga menyebabkan hipertensi, yang bersama dengan hiperlipidemia dan

peningkatan koagulabilitas darah akan memudahkan pembentukan aterosklerosis, trombosis

dan penyumbatan vaskular. Akibat perangsangan asam hidroklorida dan sekresi pepsin serta

penghambatan sekresi mukus dilambung, akan terjadi ulkus lambung dan/atau duodenum

(peptikum). Pengaruhnya pada sistem saraf dapat memicu sindrom psikogenik endokrin.

Meningkatnya pengaruh mineralkortikoid menyebabkan hipervolemia, yang selanjutnya

menyebabkan hipertensi, hal ini juga menyebabkan hipovolemia, hipomagnesia, dan

alkalosis, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan ekstrabilitas neuromuskular.

Pengaruhnya, diantaranya gangguan pembentukan potensial aksi dan konduksi di jantung.

Kelebihan androgen dapat menyebabkan maskulinisasi dan amenorea (virilisme) pada

wanita, serta percepatan onset karakteristik seks, pada anak laki-laki (pubertas prekoksia

yang tidak lengkap).

5. Pemeriksaan penunjang

a. Uji supresi deksametason.

Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab sindrom

cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.

b. Palsmadarah : varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol, plasma.

c. Pengumpulan urine 24 jam.

Untuk memeriksa kadar 17 – hiroksikotikorsteroid serta 17 – ketostoroid yang

merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.

d. Stimulasi CRF.

Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat – tempat tropi.

e. Pemeriksaan radioimmunoassay

Mengendalikan penyebab sindrom cushing

f. Pemindai MRI.

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 46: endokrin kegemukan

Untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar

adrenal.

6. Penatalaksanaan

Karena lebih banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor hipofisis dibanding

tumor korteks adrenal, maka penanganannya sering ditujukan kepada kelenjar hipofisis.

Operasi pengangkatan tumor melalui hipofisektomi transfenoidalis merupakan terapi pilihan

yang utama dan angka keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika operasi ini dilakukan oleh

tim bedah yang ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga memberikan hasil yang memuaskan

meskipun di perlukan waktu beberapa bulan untuk mengendalikan gejala. Adrenalektomi

merupakan terapi pilihan bagi pasien dengan hipertropi adrenal primer.

Setelah pembedahan, gejala insufisiensi adrenal dapat mulai terjadi 12 hingga 48 jam

kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal dalam darah yang sebelumnya

tinggi. Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison mungkin diperlukan selama

beberapa bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal terhadap

kebutuhan tubuh. Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi bilateral), terapi penggantian

dengan hormon – hormon korteks adrenal harus dilakukan seumur hidup.

Preparat penyekat enzim adrenal (yaitu, metyrapon, aminoglutethhimide, mitotane,

ketokonazol) dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut

disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara

tuntas. Pemantauan yang ketat diperlukan karena dapat terjadi gejala insufisuensi adrenal dan

efek samping akibat obat – obat tersebut.

Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal (eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapa dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada dibaliknya (misalnya, penyakit autoimun seta alergi dan penolakan terhadap organ yang ditransplanstasikan ).biasanya terapi yang dilakukan setiap dua kali sekali akan menurunkan gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan daya responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH.

Penatalaksanaan penting adalah adrenalektomi untuk adenoma (jarang karisnoma). Mitotane menurunkan produksi steroid pada metastasis.

Referensi :

PIERCE A.GRACE & NEIL R.BORLEY at A Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga,EMS.

Sylvia A. Price; Patofisiolgi

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |

Page 47: endokrin kegemukan

DAFTAR PUSTAKA

William, Gordon. 2005. Hypertensive Vascular Disease. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo,D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J. L., eds. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th ed. USA: McGraw-Hill.Guyton & Hall. 2006. Medical Physiology Eleventh Edition. Philadelphia:Elsevier Saunders

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi 2. Jakarta :EGC.

Robbins, Cotran, Kumar. 1996. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC

PIERCE A.GRACE & NEIL R.BORLEY at A Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga,EMS.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI edisi IV, Jakarta: 2007.

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V

Kamus Kedokteran FKUI Edisi Keenam 2011

Divisi Kardiologi Fakultas kedokteran Universitas Sumatra Utara

Kegemukan — Kelompok 5 Cempaka Putih |